MAKALAH
Dosen Pengampu:
Sri Anugrah Indriani, S.Sy., M.H
Oleh:
Kelompok 5
NUR AFTIKA
NIM. 612062023046
AMANDA
NIM. 612062023047
INDRI RAMADANIH
NIM. 612062023048
NOVI ANGGRIANI
NIM. 612062023049
NAYLA ADREVY
NIM. 612062023055
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
iii
DAFTAR ISI
Sampul i
Kata Pengantar ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Nasikh dan Mansukh 3
B. Saran 10
Daftar Pustaka 11
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
. Al-Qur’an adalah kalamullah yang merupakan mu’jizat bagi Nabi
mencapai kebahagiaannya didunia dan di akhirat. Dari awal hingga akhir, Al-
Qur'an merupakan kesatuan utuh. Tak ada pertentangan satu dengan lainnya.
untukberiman dan bertaqwa, memuat tentang ibadah, muamalah, dan lain lain.
Qur’an ada yangdikemukakan secara terperinci, ada pula yang garis besarnya
saja, Ada yang khusus, ada yang masih bersifat umum dan global. Ada ayat-
B. Rumusan Masalah
1
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Mizan Pustaka, 1994), h. 14.
1
2
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Nasikh dan Mansukh
Mansukh.
Quran.
3
BAB II
PEMBAHASAN
bentuk isim maf ul yang berasal dari masdar naskh. Secara etimologi, naskh
terputusnya hukum yang dihapus dari seorang mukallaf dan bukan terhapusnya
substansi hukum itu sendiri. Nasakh dalam istilah para ahli ilmu ushul fiqh
adalah membatalkan hukum syar’i dengan dalil yang datang kemudian, yang
2
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, alih bahasa Masdar Helmy, ( Bandung: Gema
Risalah Press, 1997 ), h. 391.
3
4
Hal yang demikian luas dipersempit oleh ulama’ yang datang kemudian
istilah para ulama’, mansukh ialah hukum syara’ yang diambil dari dalil syara’
yang pertama, yang belum diubah dengan dibatalkan dan diganti dengan
hukum dari dalil syara’ baru yang datang kemudian. Tegasnya, dalam mansukh
itu adalah berupa ketentuan hukum syara’ pertama yang telah diubah dan
diganti dengan yang baru, karena adanya situasi dan kondisi yang
1. Syarat-Syarat Nasakh
yang dihapus itu adalah berupa hukum syara’ yang bersifat ‘amali,
tidak terikat atau tidak dibatasi dengan waktu tertentu. Sebab, bila
3
Muhammad Chirzin, Al Qur’an dan Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima
Yasa, 1998), h. 40.
4
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2012), h. 122.
5
waktu tersebut. Karena itu, maka yang demikian itu tidak dapat
dihapus) tidak bersifat “ajeg” secara nashshi, dan ayat yang mansukh
syarat, datangnya dari Syari’ (Allah) atau dan Rasulullah s.a.w. sendiri
d. Adanya mansukh ‘anhu (arah hukum yang dihapus itu ialah orang-
sasaran hukum yang menghapus dan atau yang dihapus itu adalah
2. Pembagian Nasakh
yaitu:
Alquran. Misalnya ada ayat tentang iddah empat bulan sepuluh hari
َو اَّلِذ يَن ُيَتَو َّفْو َن ِم ْنُك ْم َو َي َذ ُروَن َأْز َو اًج ا َو ِص َّيًة َأِلْز َو اِجِهْم َم َتاًع ا ِإَلى اْلَح ْو ِل َغ ْي َر ِإْخ َر اٍجۚ َف ِإْن
َخ َر ْج َن َفاَل ُج َناَح َع َلْيُك ْم ِفي َم ا َفَعْلَن ِفي َأْنُفِس ِهَّن ِم ْن َم ْعُر وٍف ۗ َوُهَّللا َع ِز يٌز َح ِك يٌم
macam:
adalah wahyu.
berbunyi:
Tetapi naskh versi ini pun ditolak oleh Syafi’i dalam salah satu
oleh Al-Qur’an, dan apa saja yang ditetapkan Al-Qur’an tentu didukung
pula oleh sunnah. Hal ini karena antara Kitab dengan sunnah harus
halnya nasakh Qur’an dengan hadits ahad, yang tidak didolehkan oleh
jumhur. Adapun menasakh ijma’ dengan ijma’ dan qiyas dengan qiyas
membolehkannya.
Nasakh hanya terjadi pada perintah dan larangan, baik yang diungkapkan
dengan tegas dan jelas maupun yang diungkapkan dengan kalimat khabar
(berita) yang bermakna amar (perintah) atau nahy (larangan), jika hal tersebut
tidak berhubungan dengan persoalan akidah, yang berfokus kepada Zat Allah,
sifat-sifat-Nya, para rasul-Nya dari hari kemudian, serta tidak berkaitan pula
dengan etika dan akhlak atau dengan pokokpokok ibadah dan mu’amalah. Hal
ini karena semua syari’at ilahi tidak lepas dari pokok pokok tersebut. Naskh
tidak terjadi dalam berita atau kabar yang jelas-jelas tidak bermakna talab
(tuntutan ; perintah atau larangan), seperti janji (al-wa’d) dan ancaman (al-
wa’id).
Artinya : “Dan apabila Kami mengganti suatu ayat di tempat ayat yang
lain”. (An Nahl: 101)
Demikian juga ayat ini juga nyata menunjukkan adanya ayat Al-Qur’an
yang nasikh dan mansukh, bukan hanya nasikh saja. Ayat yang Allah jadikan
5
Manna’ Khalil al-Qhaththan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor: Litera AntarNusa. Halim
Jaya, 2009),h. 334
9
paling sempurna. Karena itu, syari’at agama islam ini menasakh semua
syariat dari agamaagama sebelum islam. Sebab, syari’at Islam ini telah
masih sederhana hingga Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad SAW yang
semua situasi dan kondisi umat yang mengamalkan, mulai dari yang
5. Untuk menambah kebaikan dan pahala bagi hamba yang selalu setia
6. Untuk memberi dispensasi dan keringanan bagi umat Islam, sebab dalam
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nasakh adalah menghilangkan, memindahkan sesuatu dari suatu
diambil dari dalil syara’ yang pertama, yang belum diubah dengan dibatalkan
dan diganti dengan hukum dari dalil syara’ baru yang datang kemudian.
mansukh bih (ayat yang digunakan untuk menghapus), adanya nasikh (yang
berhak menghapus), adanya mansukh ‘anhu (arah hukum yang dihapus itu
B. Saran
penulisan ini jauh dari kata sempurna, minimal kita bisa mengimplementasikan
tulisan ini. Mungkin masih banyak kesalahan dari penulisan makalah ini,
karena kami adalah manusia yang tempatnya salah dan dosa: dalam hadits “al
insanu minal khotto’ wannisa’, dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa
menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik dari masa sebelumnya.
10
11
DAFTAR PUSTAKA
Khallaf, Abdul Wahhab. 1997. Ilmu Ushul Fiqh, alih bahasa Masdar Helmy.
Bandung: Gema Risalah Press.
11