Anda di halaman 1dari 14

Pemahaman Ulama tentang Ayat Nasikh Mansukh dalam Al-Qur’an dan

Penafsirannya

Diajukan untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Nasikh Mansukh

Dipresentasikan di kelas IAT-5B

DOSEN PEMBIMBING:

Dr. Muhammad Taufiq M. Ag


Disusun oleh:
Kelompok 2

Uswatun Hasanah 4120046


Nurul Fadila 4120052
Fauziatur Rahmi 4120062
Rizka Amrina Yusro 4120075

PRODI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atas
rahmat dan berkat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini
guna melengkapi tugas yang diberikan oleh Bapak Dr. Muhammad Taufiq M.
Ag selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Nasikh Mansukh di UIN Sjech M. Djamil
Djambek Bukittinggi. Serta tak terlupakan iringan salam dan sholawat bagi
junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.
Makalah ini berisi materi tentang “Pemahaman Ulama tentang Ayat
Nasikh Mansukh dalam Al-Qur’an dan Penafsirannya”. Tujuan pembuatan
makalah ini agar dapat bermanfaat untuk kita dan menambah pengetahuan serta
pengalaman para pembaca guna mendapatkan wawasan tentang ilmu balaghah
didalam al-Qur’an.
Dari hati yang terdalam, kami mengutarakan permintaan maaf atas
kekurangan dalam makalah ini, karena kami tahu makalah yang kami buat ini jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu kami berharap kritikan, saran dan masukan
yang bersifat membangun dari pembaca guna penyempurnaannya ke depan. Akhir
kata kami ucapakan terimakasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat sesuai
fungsinya.

Bukitinggi, 18 September 2022

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................3

B. Rumusan Masalah ........................................................................................3

C. Tujuan...........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Ulama yang mendukung adanya nasikh mansukh ......................................5

B. Ulama yang tidak mendukung adanya nasikh mansukh .............................6

C. Hujjah Kelompok yang Mendukung dan Tidak Mendukung Naskh


Mansūkh ......................................................................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................12

B. Saran ...........................................................................................................12

DAFTAR KEPUSTAKAAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Teori nasikh mansukh dari masa klasik hingga sekarang masih menjadi
perdebatan antara ulama’ terkait kesepakatan dan penolakan. Dan diantara
ulama’ yang sepakat adanya konsep nasikh mansukh dalam Alquran pun
masing-masing memiliki kreteria sendiri-sendiri dalam menentukan konsep
nasikh.
Para Ulama’ yang mencoba untuk memahami dan berusaha untuk
manjelaskan kandungan al-Quran dan Hadis menemukan ayat-ayat yang secara
sepintas tedapat gejala kontradiksi dengan satu sama lain. Mereka berbeda
pendapat tentang bagaimana menghadapi ayat-ayat yang sepintas lalu
menunjukkan gejala kontradiksi tersebut. Salah satu langkah ulama dalam
menyelesaikan masalah tersebut adalah menggunakan metode nasikh dan
mansukh. Penelitia ini berfokus pada bagaimana metode nasikh dan mansukh ini
digunakan oleh para ulama’ dalam memahami al-Qur‟an dan Hadis.
Sesuatu yang menggantikan, menghapus dan mengubah disebut nasikh,
sedangkan sesuatu yang digantikan, dihapus, dan diubah disebut mansukh.
Pedoman untuk mengetahui nasikh-mansukh dalam al-Qur'an ada 3, yaitu :
keterangan tegas dari Nabi SAW atau sahabatnya, kesepakatan umat bahwa ayat
tersebut nasikh atau sebaliknya mansukh, mengetahui ayat mana yang lebih
dahulu temurun dan mana yang kemudian dalam prespektif sejarah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Apa pengertian nasikh mansukh menurut ulama?
2. Siapa saja ulama yang mendukung dan tidak mendukung adanya nasikh
mansukh?
3. Apa saja hujjah kelompok yang mendukung dan tidak mendukung naskh
mansūkh

3
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat ditemukan tujuan sebagai
berikut:
1. Mengetahui nasikh mansukh menurut para ulama
2. Mengetahui siapa saja ulama yang mendukung dan tidak mendukung
adanya nasikh mansukh
3. Mengetahui hujjah kelompok yang mendukung dan tidak mendukung naskh
mansūkh

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nasikh Mansukh Menurut Para Ulama
Ada beberapa devinisi menurut ulama’ terkait nasikh dan Mansukh,
yaitu:1
a. Subhi Shalih menjelaskan nasikh adalah penghilangan, pergantian dan
pemindahan, sedangkan mansukh adalah hukum yang dibatalkan atau
dihapus dengan batasan penghilangan hukum syar’i harus dengan hukum
syar’i pula.
b. as-Syatibi memberi penjelasan bahwa nasikh adalah pembatalan dengan
beberapa batasan salah satunya pembatalan tersebut harus pada hukum yang
lebih dulu ada dengan hukum baru.
c. Abi Muhammad Maki bin Abi Thalib al-Quaisi dalam kitabnya al-Idhah al-
Nasikhu Alquran kata nasikh berasal dari kalam arab yakni naskhtu al-kitab
artinya saya memindahkan catatan dari kitab satu ke kitab yang lain namun
tidak ada perubahan sama sekali dalam kitab yang dinaskh, naskhat al-
syamsu al-dzillah bermakna menghilangkan dan mengantikan, naskhat al-
rihu al-atsara yang artinya menghapus sesuatu dengan yang lain namun yang
menghapus tidak harus menjadi pengganti dari yang dihapus.2
d. secara umum ulama’ sepakat bahwa nasikh adalah sesuatu bentuk
menghapusan namun mereka memiliki kreteria masing-masing yang
menjadi perbedaan antara ulama’ satu dengan yang lain dalam menentukan
konsep nasikh mansukh.
e. Di dalam kitab Mabahits fi 'Ulum al-Qur'an, Manna' al-Qattan memberikan
beberapa kriteria yang dapat membantu kita untuk mengetahui nasikh-
mansukh dalam al-Qur'an, yaitu :3
1) Keterangan tegas dari Nabi SAW atau sahabatnya, sebagaimana dalam

1
Abu Bakar, “Kontraversi Nasikh Dan Mansukh Dalam Al-Qur’an,” Madania: Jurnal
Ilmu-Ilmu Keislaman 6, No. 1 (1 Maret 2018): 50.
2
Wartoyo “Konsep Naskh Dalam Teori Hukum Mahmud Muhammad Thaha” Mahkama
1, No 2 (Desember, 2016): 147.
3
Al-Qattan, Manna' Khalil, Mabahis fi Ulum al-Qur'an, ttp; Mansyurat al-Atsr al-Hadits,
(1973), hlm. 226.

5
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
“Aku (dulu) pernah melarang kalian berziarah kubur, maka (kini)
berziarah kuburlah...”4
2) Kesepakatan umat bahwa ayat tersebut nasikh atau sebaliknya mansukh.
3) Mengetahui ayat mana yang lebih dahulu temurun dan mana yang
kemudian dalam prespektif sejarah.

B. Siapa Saja Ulama yang Mendukung dan Tidak Mendukung Adanya Nasikh
Mansukh
Dalam perjalanannya teori nasikh dan mansukh sering terjadi pro dan
kontra di kalangan ulama’, secara umum ada dua pendapat, pertama:
mengingkari adanya nasikh dalam Alquran, pendapat ini dipelopori oleh Abu
Muslim al-Ashfahani dengan dalil QS Fushshilat: 42 “Tidak datang kepadanya
Alquran kebatilan baik dari depan maupun dari belakang” dengan ayat ini beliau
menegaskan tidak ada pembatalan dalam Alquran, kedua: mengakui adanya
nasikh dan mansukh dengan alasan nasikh dalam Alquran tidak bertujuan
membuat bingung umat melainkan nasikh adalah salah satu bentuk kebijaksanan
Allah. Perdebatan ini telah terjadi sejak masa klasik hingga kontemporer.5
Terdapat perbedaan diamental antara Ibnu Katsir, al-Maraghi, dan Abu
Muslim al-Ashfahani dalam memandang persoalan nasikh. Ibnu Katsir dan al-
Maraghi menetapkan adanya pembatalan hukum dalam al-Quran. Sebaliknya,
Abu Muslim al-Ashfahani, dengan tegas menyatakan bahwa al-Quran tidak
pernah disentuh pembatalan. Meskipun demikian, pada umumnya mereka
sepakat tentang:
1. Adanya pengecualian hukum yang bersifat umum oleh hukum yang spesifik
yang datang kemudian
2. Adanya penjelasan susulan terhadap hukum yang terdahulu yang ambigius
3. Adanya penetapan syarat terhadap hukum yang terdahulu yang belum

4
Imam Muslim, Shahih Muslim, (al-Maktabah as-Syamilah), Juz. 3, hlm. 65.
5
Reflita Reflita, “Redefinisi Makna Nasakh Internal Ayat Al-Qur’an,” Substantia 19, No.
1 (3 Februari 2018), hlm. 31

6
bersyarat.6
Ibnu Katsir dan al-Maraghi memandang ketiga hal di atas sebagai
nasikh, sedangkan al-Ashfahani memandangnya sebagai takhshish. al–
Ashfihani menegaskan pendapatny a bahwa ada nasikh dalam al-Quran.
Kalaupun di al-Quran terdapat cakupan hukum yang bersifat umum, untuk
mengklasifikasikannya dapat dilakukan proses pengkhususan (takhshish).
Dengan demikian, takhshish, menurutnya dapat diartikan sebagai mengeluarkan
sebagian satuan (afrad) dari satuan-satuan yang tercakup dalam lafazh ‘amm.7
Bertolak dari pengertian nasikh dan takhshish tersebut di atas, maka
perbedaan prinsipil antara keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut :8
No Nasikh Takhshish
1 Satuan yang terdapat dalam Satuan yang terdapat dalam
nasikh bukan merupakan takhshishmerupakan bagian dari
bagian satuan yang terdapat satuan yang terdapat dalam lafazh
palam mansukh. ‘amm
2 Nasikh ialah menghapuskan Takhshish merupakan hukum dari
hukum dari seluruh satuan yang satuan yang tercakup dalam dalil
tercakup dalam dalil mansukh. ‘amm.
3 Nasikh hanya terjadi dengan Takhshish dapat terjadi baik dengan
dalil yang datang kemudian. dalil yang datang kemudian maupun
dalil yang menyertai dan
mendahuluinya.
4 Nasikh menghapus hubungan Takhshish tidak menghapus hukum
mansuk dalam rentang waktu ‘amm tetapi berlaku meskipun
yang tidak terbatas. sudah dikhususkan.
5 Setelah terjadi nasikh, seluruh Setelah terjadi takhshish, sisa satuan
satuan yang terdapat dalam yang terdapat pada ‘amm tetap trikat
nasikh tidak terikat dengan oleh dalil ‘amm.

6
Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2000, hlm. 172.
7
Muhammad Abd al-Azhim al-Zarqany, Manahil al-Irfan, , hlm. 80.
8
Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, hlm. 173-174.

7
hukum yang terdapat dalam
mansukh
Selain dari Ibnu Katsir, al-Maraghi, dan Abu Muslim al-Ashfahani
dalam memandang persoalan nasikh masih ada beberapa ulama’ yang
berpendapat terkait nasikh dan masukh yaitu:
1) Hasan Asy’ari Ulama’i’ dalam tulisannya berjudul Konsep Nasikh dan
Mansukh Dalam Alquran, ditulisannya ini beliau menjelaskan pembahasan
terkait nasikh dan mansukh adalah pembahasan yang sangat penting dalam
menafsiri Alquran untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran,
menurutnya walaupun masalah nasikh dan mansukh masih terjadi pro dan
kontra namun hal tersebut bukanlah keputusan akhir yang masih
memungkinkan untuk berubah, ia juga menegaskan bahwa meskipun banyak
dari kalangan intelektual tidak sepakat adanya nasikh dan mansukh tetapi
pendapat yang lebih disepakati banyak ulama’ adalah pendapat yang
mengakui adanya nasikh dan mansukh.9
2) Abdul Rahman Malik dalam jurnal berjudul Abrogasi dalam Alquran Studi
Nasikh dan Mansukh, tulisan ini menjelaskan tema nasikh dan mansukh
adalah tema pokok dalam Ulumul Qur’an, kajian nasikh dan mansukh
penting untuk mengetahui dinamika suatu hukum, kesimpulannya kajian
nasikh dan mansukh adalah kajian yang berhubungan dengan perintah dan
larangan bukan terkait dengan hal-hal akidah, akhlak dan pokok ibadah.10
3) Skripsi berjudul “Studi Analisa Teori Nasikh Mansukh Ricrad Bell Dalam
Buku Bellsi Introduction To The Quran” ditulis oleh Moch Khoirul Anam,
dalam skripsi ini penulis menjelaskan Ricrad Bell sepakat dengan adanya
nasikh sebagai pembatalan, penghapusan dan penggantian ayat yang sudah
turun dengan ayat yang turun setelahnya, karena Alquran adalah sumber
wahyu yang memiliki sifat ganda yakni Allah dan nabi Muhammad,
pendapat tersebut disebabkan karena Ricrad menempatkan nabi Muhammad

9
Hasan Asyari Ulamai, “Konsep Nasikh Dan Mansukh Dalam Al-Quran” Didaktika
Islamika 7 No 1 (Februari 2016), hlm. 63-84.
10
Abdul Rahman Malik, “Abrogasi Dalam Alquran: Studi Nasikh Dan Mansukh,” Jurnal
Studi Al-Qur’an 12, No. 1 (1 Januari 2016), hlm. 98–113.

8
sebagai revisor Alquran, walaupun tetap dengan petunjuk Allah.11
4) Terkait Abdullah Saeed peneliti menemukan jurnal berjudul “Trend
Pemikiran Islam Progresif (Telaah Atas Pemikiran Abdullah Saeed)” yang
dituis oleh Anik Faridah, tuilsan ini membahas secara singkat pemikiran
progresif Abdullah Saeed. Hasil dari analisisnya penulis menemukan saeed
menawarkan konsep pemahaman Islam dengan usaha menafsiri ulang
pemahaman agama dengan metodologi ilmu-ilmu modern sebagai solusi
untuk memenuhi kebutuhan Islam saat ini.12
5) Abdullah Saeed, beliau seorang penafsir kontemporer yang menawarkan
metode baru dalam menafsiri Alquran yakni metode kontekstualis.13 Saeed
mengklasifikasi nasikh dalam 4 hal, yakni: nasikh Alquran dengan Alquran,
nasikh Alquran dengan hadist, nasikh hadis dengan Alquran, nasikh hadist
dengan hadist. Menurutnya tidak ada pertentangan ulama’ untuk klasifikasi
bentuk nasikh seperti tersebut kecuali pada nasikh Alquran dengan hadis,
namun masih ada yang memperbolehkan jika hadis yang menasikh Alquran
adalah hadis metawatir seperti Abu Hanifah, Malik bin Annas dan Malik bin
Hambal.14

C. Hujjah Kelompok yang Mendukung dan Tidak Mendukung Naskh


Mansūkh
1. Hujjah Kelompok yang Mendukung Naskh Mansūkh15
Ulama yang mendukung eksistensi naskh-mansūkh menyatakan
bahwa naskh (penghapusan) sebagian ayat al-Qur’ān oleh ayat yang lainnya

11
Moch Khoirul Anam “Studi Analisa Teori Nasikh Mansukh Ricrad Bell Dalam Buku
Bell’s Introduction To The Quran” Skripsi Fakultas Ushuluddin Insitut Agama Islam Negeri
Walisongo Semarang, 2012.
12
Anik Faridah “Trend Pemikiran Islam Progresif (Telaah Atas Pemikiran Abdullah
Saeed)” Al-Mabsut 7, No 2 (2013): 1-12
13
Lien Iffah Naf ’atu Fina, Penafsiran Kontekstualis Atas Al-Qur’an, Terjemahan Dari
Buku Interpretasi The Qur’an: Towards A Contemprary Approach (Yogyakarta: Lembaga Ladang
Kata, 2016), hlm. 2.
14
Iffah, Lien Naf ’atu Fina, Penafsiran Kontekstualis Atas Al-Qur’an, Terjemahan Dari
Buku Interpretasi The Qur’an: Towards A Contemprary Approach , (Yogyakarta: Lembaga Ladang
Kata, 2016), hlm. 152
15
Rofiq Nurhadi, dkk, Pro-Kontra Naskh dan Mansūkh dalam Al-Qur’ān (Sebuah Kajian
Terhadap Prosedur Penyelesaian Ta’ārudl al-Adillah), CAKRAWALA, Vol. X, No. 1, Juni 2015.

9
adalah boleh dan telah terjadi. Alasan mereka adalah:
a. Firman Allah (QS. Al-Baqarah [2]: 106).
َ ‫ع ٰلى ُك ِل‬
‫ش ْيء قَ ِديْر‬ َ ‫ّللا‬ ِ ْ‫س ْخ مِ ْن ٰايَة ا َ ْو نُ ْن ِس َها نَأ‬
َ ٰ ‫ت بِ َخيْر ِم ْن َها ا َ ْو مِ ثْ ِل َها ۗ اَلَ ْم تَ ْعلَ ْم اَن‬ َ ‫َما نَ ْن‬
“Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia)
lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau
yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?”.
b. Firman Allah (QS. An-Nahl [16]: 101)
ٰ ‫َواِذَا بَد ْلنَا ٰايَة م َكانَ ٰايَة ۙو‬
َ‫ّللاُ اَ ْعلَ ُم ِب َما يُن َِز ُل قَالُ ْوا اِن َما اَ ْنتَ ُم ْفت َۗر بَ ْل ا َ ْكث َ ُرهُ ْم َل يَ ْعلَ ُم ْون‬
Dan apabila Kami mengganti suatu ayat dengan ayat yang lain, dan
Allah lebih mengetahui apa yang diturunkan-Nya, mereka berkata,
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) hanya mengada-ada saja.”
Sebenarnya kebanyakan mereka tidak mengetahui.
c. Karena adanya kontradiksi antara satu ayat dengan ayat lainnya, jika
dilihat dari segi makna yang tersurat, seperti ayat tentang wasiyyat
dengan ayat tentang mawaris.
2. Hujjah Kelompok yang Tidak Mendukung Naskh Mansūkh
Tidak sependapat tentang adanya naskh dalam al-Qur’ān sebagian
ulama yang lain berpendapat bahwa tidak ada naskh (penghapusan) ayat
dengan ayat lainnya dalam al-Qur’ān. Ulama yang menyatakan demikian
diantaranya adalah Abu Muslim al-Asfahaniy (w.322 H) yang kemudian
diikuti oleh ulama mutaakhirin. Diantara argumentasi ulama-ulama yang
menyatakan tidak ada naskh dalam al-Qur’ān adalah:
a. Jika dalam al-Qur’ān terdapat ayat yang telah mansūkh (dihapus), maka
sebagian ayat al-Qur’ān ada yang dibatalkan. Dengan demikian, maka
sebagian isi al-Qur’ān ada yang batil, padahal Allah telah menegaskan
dalam firman-Nya, (QS. Fushshilat [41]: 42):
‫ل َيأْتِ ْي ِه ْال َباطِ ُل مِ ْن َبي ِْن َيدَ ْي ِه َو َل مِ ْن خ َْلفِه ۗت َ ْن ِزيْل ِم ْن َح ِكيْم َحمِ يْد‬
“Yang tidak datang kepadanya (al-Qur’ān) kebatilan baik dari depan
maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha
Bijaksana lagi Maha Terpuji”

10
b. Tidak adanya kesepakatan para ulama berapa jumlah ayat yang telah di-
naskh. Demikian pula para sahabat, tampaknya hanya Ali saja yang
berwanti-wanti tentang naskh.
c. Tidak ada penegasan Nabi tentang ada atau tidaknya naskh. Sekiranya
telah terjadi naskh dalam al-Qur’ān, tentunya Nabi sebagai pemegang
otoritas utama dari al-Qur’ān menjelaskannya dengan tegas.
d. Tidak jelasnya hikmah adanya naskh.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persoalan mengenai ada-tidaknya ayat-ayat al-Qur’ān yang di naskh
merupakan suatu persoalan yang sangat pelik. Tidak mengelak dari persoalan ini
utamanya ketika menghadapi ayat-ayat yang tampak saling bertentangan
(ta’ārudl) ulama yang menetapkan adanya naskh mansūkh dalam al-Qur’ān
menggunakan teori dan metode ini untuk menyelesaikan ta’ārudl tesebut.
Sebaliknya ulama yang sepakat menetapkan tidak adanya naskh mansūkh dalam
al-Qur’ān berusaha keras mengkompromikan ayat-ayat yang tampak saling
bertentangan tersebut dengan berbagai jalan kompromi (taufiq).
Mensintesakan kedua pandangan yang saling bertentangan tersebut,
sebagian ulama menyempitkan definisi naskh dan memberikan persyaratan yang
ketat terhadap terjadinya naskh mansūkh dalam al-Qur’ān. Dengan penyempitan
definisi maka takhshish dan taqyid menjadi bagian dari cara kompromi (taufiq)
dalam prosedur penyelesaian persoalan ta’ārudl al-adillah. Kemudian dengan
syarat yang ketat, tidak semua nash yang tampak saling kontradiksi (ta’ārudl)
bisa ditetapkan sebagai naskh mansūkh.
B. Saran
Berdasarkan tulisan diatas dapat dikemukakan beberapa saran terkhusus
generasi muda islam agar selalu mau menambah wawasan terkhusus kita sebagai
pelajar Al-Qur’an dan sebagai regenerasi mufassir seterusnya. Dan salah satu
ilmu yang harus dikuasai adalah kaidah-kaidah yang harus ada dalam penafsiran
seperti nasikh dan mansukh.

12
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Al-Qattan, Manna' Khalil. 1973. Mabahis fi Ulum al-Qur'an, ttp;


Mansyurat al-Atsr al-Hadits.
Al-Zarqany, Muhammad Abd al-Azhim. Manahil al-Irfan.
Anam, Moch Khoirul. 2012. Studi Analisa Teori Nasikh Mansukh Ricrad
Bell Dalam Buku Bell’s Introduction To The Quran. Skripsi Fakultas Ushuluddin
Insitut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
Anwar, Rosihon. 2000. Ulumul Qur’an, CV. Pustaka Setia, Bandung.
Bakar, Abu. 2018. Kontraversi Nasikh Dan Mansukh Dalam Al-Qur’an,
Madania: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman 6, No. 1.
Faridah, Anik. 2013. Trend Pemikiran Islam Progresif (Telaah Atas
Pemikiran Abdullah Saeed), Al-Mabsut 7, No 2.
Iffah, Lien Naf ’atu Fina. 2016. Penafsiran Kontekstualis Atas Al-Qur’an,
Terjemahan Dari Buku Interpretasi The Qur’an: Towards A Contemprary
Approach, Yogyakarta: Lembaga Ladang Kata.
Imam Muslim, Shahih Muslim, al-Maktabah as-Syamilah, Juz. 3, hlm. 65.
Malik, Abdul Rahman. 2016. Abrogasi Dalam Alquran: Studi Nasikh Dan
Mansukh. Jurnal Studi Al-Qur’an 12, No. 1.
Reflita. 2018. Redefinisi Makna Nasakh Internal Ayat Al-Qur’an.
Substantia 19, No. 1.
Rofiq Nurhadi, dkk. 2015. Pro-Kontra Naskh dan Mansūkh dalam Al-
Qur’ān (Sebuah Kajian Terhadap Prosedur Penyelesaian Ta’ārudl al-Adillah),
Cakrawala, Vol. X, No. 1.

Ulamai, Hasan Asyari. 2016. Konsep Nasikh Dan Mansukh Dalam Al-
Quran, Didaktika Islamika 7 No 1.
Wartoyo. 2016. Konsep Naskh Dalam Teori Hukum Mahmud Muhammad
Thaha, Mahkama 1, No 2.

13

Anda mungkin juga menyukai