Disusun Oleh :
Apni Hidayati
Silvia Dwi Ginta
Tegar Digjayadi
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulisan makalah ini dapat selesai
tepat pada waktunya. Pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah "Ulumul Qur’an". Shalawat teriring salam kami haturkan kepada baginda Nabi besar
kita, Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau yang setia sampai
akhir zaman, semoga kita semua mendapat syafa’at beliau di yaumul qiamah kelak. Aamiin
ya robbal ‘alamin.
Selanjutnya kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak dosen
As’Ad Husein .MAdan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan
selama penulis makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
DARTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I ........................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
BAB II....................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN....................................................................................................... 2
A. Pengertian Nāsikh dan Mansūkh................................................................... 2
B. Syarat- Syarat Nasakh................................................................................... 3
C. Pembagian Dan Macam-Macam Naskh Dalam Al-Qur’an.......................... 3
D. Pendapat Mengenai Ayat yang Dianggap Mansūkh..................................... 4
PENUTUP ................................................................................................................ 6
A. Kesimpulan.................................................................................................... 6
B. Saran............................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Al-Qur’an adalah kalamullah yang merupakan mu’jizat bagi Nabi Muhammad SAW
Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi umat manusia untuk mencapai kebahagiaannya didunia
dan di akhirat. Dari awal hingga akhir, Al-Qur'an merupakan kesatuan utuh. Tak
ada pertentangan satu dengan lainnya. Dalam Al-Qur’an
terkandungbanyak hikmah dan pelajaran. Al-Qur’an memuat ayat yang mengandung hal-hal
yang berhubungan dengan keimanan, Ilmu pengetahuan, tentang cerita-cerita, seruan kepada
umat manusia untuk beriman dan bertaqwa, memuat tentang ibadah, muamalah, dan lain
lain.Al Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur, dalam penjelasan AlQur’an ada
yangdikemukakan secara terperinci, ada pula yang garis besarnya saja, Ada yang khusus, ada
yang masih bersifat umum dan global. Ada ayat-ayat yang sepintas lalu menunjukkan adanya
gejala kontradiksi yang menurut Quraish Shihab para ulama berbeda pendapattentang
bagaimana menghadapi ayat-ayat tersebut.
B. Rumusan Masalah.
1. Jelaskan Pengertian Nāsikh dan Mansūkh ?
2. Apa Saja Syarat- Syarat Nasakh ?
3. Jelaskan Pembagian Dan Macam-Macam Naskh Dalam Al-Qur’an ?
4. Jelaskan Pendapat Mengenai Ayat yang Dianggap Mansūkh ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Unruk Mengetahui Pengertian Nāsikh dan Mansūkh.
2. Unruk Mengetahui Syarat- Syarat Nasakh.
3. Unruk Mengetahui Pembagian Dan Macam-Macam Naskh Dalam Al-Qur’an
4. Unruk Mengetahui Pendapat Mengenai Ayat yang Dianggap Mansūkh.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nāsikh dan Mansūkh.
a. Pembatalan hukum yang ditetapkan terdahulu oleh hukum yang ditetapkan kemudian
b. Pengecualian hukum yang bersifat umum oleh hukum yang bersifat khusus yang
datang kemudian
c. Penjelasan yang datang kemudian terhadap hukum yang bersifat samar
d. Penetapan syarat terhadap hukum terdahulu yang belum bersyarat.
Bahkan menurut Muhammad Azhim al Zarqaniy seperti dikutip oleh Quraish Shihab
diantara para ulama tersebut ada yang beranggapan bahwa suatu ketetapan hukum yang
ditetapkan oleh satu kondisi tertentu telah menjadi mansukh apabila ada ketentuan lain yang
berbeda akibat adanya kondisi lain, seperti misalnya perintah untuk bersabar atau menahan
diri pada periode Makkah disaat kaum muslim lemah, dianggap telah dinasakh oleh perintah
atau izin berperang pada periode Madinah.
Pengertian yang begitu luas tersebut dipersempit oleh para ulama yang datang
kemudian(muta’akhirin). Menurut mereka nasakh terbatas pada ketentuan hukum yang
datang kemudian guna membatalkan atau mencabut atau menyatakan berakhirnya masa
pemberlakuan hukum yang terdahulu, sehingga ketentuan hukum yang berlaku adalah yang
ditetapkan terakhir. Sedang mansukh menurut Syaikh Manna’ adalah” hukum yang diangkat
2
atau yang dihapuskan”3 Dalam buku Al Qur’an dan Tafsirnya Departemen Agama RI
disebutkan bahwa” Nasakh dalam arti istilah adalah mengangkat atau menghapuskan hukum
syara’ dengan dalil syara’. Nasikh ialah dalil syara’ yang menghapus suatu hukum, dan
mansukh ialah hukum syara’ yang telah dihapus.4
1. Adanyamansukh (ayat yang dihapus) dengan syarat bahwa hukum yang dihapus ituadalah
berupa hukum syara’ yang bersifat ‘amali, tidak terikat atau tidak dibatasidengan waktu
tertentu. Sebab, bila terikat dengan waktu maka hukum akan berakhirdengan berakhirnya
waktu tersebut. Karena itu, maka yang demikian itu tidak dapatdinamakan dengan
nasakh. Di samping itu,mansukh(ayat yang dihapus) tidak bersifat“ajeg” secara nashshi,
dan ayat yang mansukh itu lebih dahulu diturunkan daripadaayat yang nasikh
(menghapus).
2. Adanyamansukh bih (ayat yang digunakan untuk menghapus), dengan syarat,datangnya
dari Syari’ (Allah) atau dan Rasulullah s.a.w. sendiri yang bertugasmenyampaikan wahyu
dari Allah. Sebab penghapusan sesuatu hukum tidak dapatdilakukan dengan
menggunakanijma’ (konsensus) ataupunqiyas (analogi).
3. Adanyanasikh (yang berhak menghapus), yaitu Allah. Kadang-kadang ketentuanhukum
yang dihapus itu berupa al-Qur’an dan kadang-kadang pula berupa sunnah.
4. Adanyamansukh ‘anhu (arah hukum yang dihapus itu ialah orang-orang yang sudahaqil-
baligh atau mukallaf), karena yang menjadi sasaran hukum yang menghapus danatau
yang dihapus itu adalah tertuju kepada mereka.5
C. Pembagian Dan Macam-Macam Naskh Dalam Al-Qur’an
1. Naskh Al-Qur’an dengan Al-Qur’an. Para ulama yang mengakui adanya naskh telah
sepakat adanya naskh Al-Qur’an dengan Al-Qur’an dan itupun telah terjadi menurut
mereka. Salah satu contohnya ayat ‘iddah satu tahun di-naskhan dengan ‘iddah 4
bulan 10 hari.
3
2. Naskh Al-Qur’an dengan Sunnah. Naskh yang macam ini terbagi menjadi dua.
Pertama naskh Al-Qur’an dengan hadits ahad. Jumhur ulama berpendapat, hadits ahad
tidak bisa menaskhan Al-Qur’an karena Al-Qur’an adalah naskh yang mutawatir,
menunjukan keyakinan tanpa ada praduga atau dugaan padanya, sedangkan hadist
ahad adalah naskh yang bersifat zhanni dan tidak sah pula menghapus suatu yang
sudah diketahui dengan suatu yang sifat dugaan/diduga.
3. Naskh sunnah dengan al-Qur’an. Jumhur ulama membolehkan naskh seperti ini, salah
satu contohnya adalah menghadap ke Baitul maqdis yang ditetapkan oleh sunnah,
kemudian ketetapan ini di nashkan oleh Al-Qur’an.
4. Nash sunnah dengan sunnah, sunnah macam ini terbagi pada empat macam, yaitu :
Naskh sunnah mutawatir dengan sunnah mutawatir, Naskh sunnah ahad dengan
sunnah ahad, naskh sunnah ahad dengan sunnah mutawatir, dan Naskh mutawatir
dengan sunnah ahad.6
D. Pendapat Mengenai Ayat yang Dianggap Mansūkh.
Adapun pendapat lain yang datang dari Al Shaukaniy yang hidup sampai dengan
tahun 1250 H melihat 12 ayat yang dianggap Suyut}itu tak mungkin digabungkan ternyata
olehnya bisa. Maka jadilah hitungan ayat mansūkh menurut Shaukaniy hanya 8 buah.7
Contoh :
4
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di
situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui”.8
“Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya”. 9
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
6
4. Adanya mansukh ‘anhu (arah hukum yang dihapus itu ialah orang-orang yang sudahaqil-
baligh atau mukallaf),
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami sebagai penyusun
makalah ini sangat mengharapkan kritik, saran, dan masukan dari pembaca dan
dosen pengampu mata kuliah agar makalah ini jadi lebih sempurna. Semoga makalah ini
membawa manfaat bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Hermawan. Acep. 2011. ‘Ulūmul Quran Ilmu untuk Memahami Wahyu. (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya)
Hermawan, Ulūmul Quran.