Anda di halaman 1dari 10

Nasikh Al Mansukh

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu : As’Ad Husein .MA

Jurusan : Tarbiyah-PAI (I C).

Disusun Oleh :
 Apni Hidayati
 Silvia Dwi Ginta
 Tegar Digjayadi

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
LANGKAT
T.A 2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulisan makalah ini dapat selesai
tepat pada waktunya. Pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah  "Ulumul Qur’an". Shalawat teriring salam kami haturkan  kepada baginda Nabi besar
kita, Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau yang setia sampai
akhir zaman, semoga kita semua mendapat syafa’at beliau di yaumul qiamah kelak. Aamiin
ya robbal ‘alamin.

Selanjutnya kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak  dosen
As’Ad Husein .MAdan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan
selama penulis makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami sadari  bahwa masih  banyak terdapat kekurangan


dalam penulisannya, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca  demi kesempurnaan makalah ini.

Tanjung pura, 2022


Penyusun
Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DARTAR ISI............................................................................................................ ii

BAB I ........................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1


B. Rumus Masalah ............................................................................................ 1
C. Tujuan Pembahasan .................................................................................... 1

BAB II....................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN....................................................................................................... 2

A. Pengertian Nāsikh dan Mansūkh................................................................... 2
B. Syarat- Syarat Nasakh................................................................................... 3
C. Pembagian Dan Macam-Macam Naskh Dalam Al-Qur’an.......................... 3
D. Pendapat Mengenai Ayat yang Dianggap Mansūkh..................................... 4

BAB III ..................................................................................................................... 6

PENUTUP ................................................................................................................ 6

A. Kesimpulan.................................................................................................... 6
B. Saran............................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang.
Al-Qur’an adalah kalamullah yang merupakan mu’jizat bagi Nabi Muhammad SAW
Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi umat manusia untuk mencapai kebahagiaannya didunia
dan di akhirat. Dari awal hingga akhir, Al-Qur'an merupakan kesatuan utuh. Tak
ada pertentangan satu dengan lainnya. Dalam Al-Qur’an
terkandungbanyak hikmah dan pelajaran. Al-Qur’an memuat ayat yang mengandung hal-hal
yang berhubungan dengan keimanan, Ilmu pengetahuan, tentang cerita-cerita, seruan kepada
umat manusia untuk beriman dan bertaqwa, memuat tentang ibadah, muamalah, dan lain
lain.Al Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur, dalam penjelasan AlQur’an ada
yangdikemukakan secara terperinci, ada pula yang garis besarnya saja, Ada yang khusus, ada
yang masih bersifat umum dan global. Ada ayat-ayat yang sepintas lalu menunjukkan adanya
gejala kontradiksi yang menurut Quraish Shihab para ulama berbeda pendapattentang
bagaimana menghadapi ayat-ayat tersebut.

B. Rumusan Masalah.
1. Jelaskan Pengertian Nāsikh dan Mansūkh ?
2. Apa Saja Syarat- Syarat Nasakh ?
3. Jelaskan Pembagian Dan Macam-Macam Naskh Dalam Al-Qur’an ?
4. Jelaskan Pendapat Mengenai Ayat yang Dianggap Mansūkh ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Unruk Mengetahui Pengertian Nāsikh dan Mansūkh.
2. Unruk Mengetahui Syarat- Syarat Nasakh.
3. Unruk Mengetahui Pembagian Dan Macam-Macam Naskh Dalam Al-Qur’an
4. Unruk Mengetahui Pendapat Mengenai Ayat yang Dianggap Mansūkh.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nāsikh dan Mansūkh.

Pengertian nasakh secara terminology menurut Manna’ Khalil al Qattan sebagaimana


termaktub dalam buku Studi Ilmu-ilmu Al Qur’an nasakh ialah “mengangkat(menghapus)
hukum syara’ dengan dalil hukum (khitab) syara’ yang lain”. 1Menurut Muhammad ‘Abd
Azhim al Zarqaniy sebagaimana dikutip Dr Usman, M.Ag dalam buku Ulumul Qur’an,
bahwa nasakh adalah mengangkat/menghapus hukum syara’ dengan dalil syara’ yang lain
yang datang kemudian.2

Mengenai nasakh, al Syatibi sebagaimana dikutip oleh Dr. M Quraish Shihab


menandaskan bahwa para ulama mutaqaddimin(ulama abad I hingga III H) memperluas arti
nasakh, mencakup hal-hal, yaitu :

a. Pembatalan hukum yang ditetapkan terdahulu oleh hukum yang ditetapkan kemudian
b. Pengecualian hukum yang bersifat umum oleh hukum yang bersifat khusus yang
datang kemudian
c. Penjelasan yang datang kemudian terhadap hukum yang bersifat samar
d. Penetapan syarat terhadap hukum terdahulu yang belum bersyarat. 

Bahkan menurut Muhammad Azhim al Zarqaniy seperti dikutip oleh Quraish Shihab
diantara para ulama tersebut ada yang beranggapan bahwa suatu ketetapan hukum yang
ditetapkan oleh satu kondisi tertentu telah menjadi mansukh apabila ada ketentuan lain yang
berbeda akibat adanya kondisi lain, seperti misalnya perintah untuk bersabar atau menahan
diri pada periode Makkah disaat kaum muslim lemah, dianggap telah dinasakh oleh perintah
atau izin berperang pada periode Madinah.

Pengertian yang begitu luas tersebut dipersempit oleh para ulama yang datang
kemudian(muta’akhirin). Menurut mereka nasakh terbatas pada ketentuan hukum yang
datang kemudian guna membatalkan atau mencabut atau menyatakan berakhirnya masa
pemberlakuan hukum yang terdahulu, sehingga ketentuan hukum yang berlaku adalah yang
ditetapkan terakhir. Sedang mansukh menurut Syaikh Manna’ adalah” hukum yang diangkat

1Manna’Khalil al-Qattan, Mabahis fi ‘Ulumil Qur’an op cit h 326


2Dr. Usman,M.Ag, Ulumul Qur’an, op cit h 258

2
atau yang dihapuskan”3 Dalam buku Al Qur’an dan Tafsirnya Departemen Agama RI
disebutkan bahwa” Nasakh dalam arti istilah adalah mengangkat atau menghapuskan hukum
syara’ dengan dalil syara’. Nasikh ialah dalil syara’ yang menghapus suatu hukum, dan
mansukh ialah hukum syara’ yang telah dihapus.4

B. Syarat- Syarat Nasakh.

Dalam pembahasan mengenai ayat-ayat nasikh dan mansukh, perlu diketahui syarat-


syarat nasakh. Syarat-syarat nasakh yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Adanyamansukh (ayat yang dihapus) dengan syarat bahwa hukum yang dihapus ituadalah
berupa hukum syara’ yang bersifat ‘amali, tidak terikat atau tidak dibatasidengan waktu
tertentu. Sebab, bila terikat dengan waktu maka hukum akan berakhirdengan berakhirnya
waktu tersebut. Karena itu, maka yang demikian itu tidak dapatdinamakan dengan
nasakh. Di samping itu,mansukh(ayat yang dihapus) tidak bersifat“ajeg” secara nashshi,
dan ayat yang mansukh itu lebih dahulu diturunkan daripadaayat yang nasikh
(menghapus).
2. Adanyamansukh bih (ayat yang digunakan untuk menghapus), dengan syarat,datangnya
dari Syari’ (Allah) atau dan Rasulullah s.a.w. sendiri yang bertugasmenyampaikan wahyu
dari Allah. Sebab penghapusan sesuatu hukum tidak dapatdilakukan dengan
menggunakanijma’ (konsensus) ataupunqiyas (analogi).
3. Adanyanasikh (yang berhak menghapus), yaitu Allah. Kadang-kadang ketentuanhukum
yang dihapus itu berupa al-Qur’an dan kadang-kadang pula berupa sunnah.
4. Adanyamansukh ‘anhu (arah hukum yang dihapus itu ialah orang-orang yang sudahaqil-
baligh atau mukallaf), karena yang menjadi sasaran hukum yang menghapus danatau
yang dihapus itu adalah tertuju kepada mereka.5
C. Pembagian Dan Macam-Macam Naskh Dalam Al-Qur’an
1. Naskh Al-Qur’an dengan Al-Qur’an. Para ulama yang mengakui adanya naskh telah
sepakat adanya naskh Al-Qur’an dengan Al-Qur’an dan itupun telah terjadi menurut
mereka. Salah satu contohnya ayat ‘iddah satu tahun di-naskhan dengan ‘iddah 4
bulan 10 hari.

3Syaikh Manna’Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al Qur’an,terj H. Aunur Rafiq El-Mazni,(Cet ke-


4;Jakarta:pustaka Al Kautsar)h286

4 Departemen Agama RI,Al Qur’an dan Tafsirnya loc cit

5Usman. Ulumul Qur’an….., hal. 262

3
2. Naskh Al-Qur’an dengan Sunnah. Naskh yang macam ini terbagi menjadi dua.
Pertama naskh Al-Qur’an dengan hadits ahad. Jumhur ulama berpendapat, hadits ahad
tidak bisa menaskhan Al-Qur’an karena Al-Qur’an adalah naskh yang mutawatir,
menunjukan keyakinan tanpa ada praduga atau dugaan padanya, sedangkan hadist
ahad adalah naskh yang bersifat zhanni dan tidak sah pula menghapus suatu yang
sudah diketahui dengan suatu yang sifat dugaan/diduga.
3. Naskh sunnah dengan al-Qur’an. Jumhur ulama membolehkan naskh seperti ini, salah
satu contohnya adalah menghadap ke Baitul maqdis yang ditetapkan oleh sunnah,
kemudian ketetapan ini di nashkan oleh Al-Qur’an.
4. Nash sunnah dengan sunnah, sunnah macam ini terbagi pada empat macam, yaitu :
Naskh sunnah mutawatir dengan sunnah mutawatir, Naskh sunnah ahad dengan
sunnah ahad, naskh sunnah ahad dengan sunnah mutawatir, dan Naskh mutawatir
dengan sunnah ahad.6
D. Pendapat Mengenai Ayat yang Dianggap Mansūkh.

Terdapat beberapa pendapat mengenai ayat-ayat Alquran yang dianggap mansūkh di


antaranya menurut al Nahas (388 H) jumlah ayat yang dianggap mansūkh berjumlah 100
buah. Keseratus ayat Allah itu dianggap Al Nahas berlawanan dengan ayat-ayat lainnya.
Setelah diteliti ternyata hukumnya tidak berlaku lagi. Akan tetapi, rupanya tak semua ulama
setuju dengan vonis Nahas itu. Maka jauh kebelakang setelah Al Nahas, seorang ulama lain
berasal dari provinsi Ashu (karena dijuluki Al Suyu) ia menghitung ulang ayat-ayat yang
telah batal hukumnya itu.  Al Suyut}iya berusaha mengkompromikan ayat-ayat yang
dipandang mansūkh dengan yang dianggap nāsikh. Kesimpulan Suyut ialah, ada 20 ayat yang
terpaksa dinyatakan mansūkh.

Adapun pendapat lain yang datang dari Al Shaukaniy yang hidup sampai dengan
tahun 1250 H melihat 12 ayat yang dianggap Suyut}itu tak mungkin digabungkan ternyata
olehnya bisa. Maka jadilah hitungan ayat mansūkh menurut Shaukaniy hanya 8 buah.7

Contoh :

ْ ُّ‫فََأ ْينَ َما تُ َول‬  ُ‫ق َو ْال َم ْغ ِر ۚب‬


‫ِإ َّن ٱهَّلل َ َوا ِس ٌع َعلِي ٌم‬ ِ ۚ ‫وا فَثَ َّم َوجْ هُ ٱهَّلل‬ ُ ‫َوهَّلِل ِ ْال َم ْش ِر‬

 [۱۱۵ :‫] البقرة‬

6Al-Qaththan, Mahabits fi ‘Ulum Al-Qur’an, hlm. 299.


7Acep Hermawan, ‘Ulūmul Quran Ilmu untuk Memahami Wahyu (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011), 182.

4
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di
situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui”.8

Ayat ini dianggap mansūkh. Menurut satu riwayat yang dinisbatkan kepada Ibnu


Abbas, dikatakan bahwa nāsikh (yang me-nasakh)nya adalah:

ْ ‫وا ُوجُوهَ ُك ْ|م َش‬


[١٥٠ : ‫البقرة‬ ] ُ‫ط َره‬ ْ ُّ‫ْث َما ُكنتُ ْم فَ َول‬
ُ ‫ َو َحي‬.... 

“Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya”. 9

Riwayat turunnya ayat 115 al-Baqarah – seperti dikisahkan Al Wah}idiy Al Nisaburiy


dalam Asbab Al Nuzid wa Bihamishihi Al Nasikh wa Al Mansūkh - demikian: “Setiap kali
Nabi Muhammad mengerjakan shalat, wajahnya menengadah ke langit dan berseru: “Wahai
Jibril, sampai kapankah daku shalat menghadap ke kiblat orang Yahudi.” Mendengar keluhan
Rasulullah, Jibril hanya mampu berucap: “Aku hanyalah hamba yang diperintah. Tanyalah
Tuhanmu.” Tiba-tiba saja turun ayat 115, al-Baqarah ini.

Berdasarkan asbabu Al nuzul, perubahan kiblat dari Bait Al Maqdis disebabkan


kerisian Nabi, karena mengikuti kiblat orang Yahudi. Kerisian Nabi mendorong beliau
mengadu kepada Jibril. Tapi sayang, Jibril tidak berdaya. Karena seperti diakui Jibril sendiri,
dia hanyalah pesuruh. Keluhan Nabi Muhammad ini ditanggapi Allah dan turunlah ayat 150
surat al-Baqarah. Padahal bila diperiksa ayat Alquran sebelumnya jelas-jelas dinyatakan
bahwa perubahan kiblat itu berdasar kehendak Allah dan semata-mata karena kemaslahatan
yang hanya diketahui Allah dan perubahan itu bertujuan untuk menguji kadar kesetiaan
pengikut Rasulullah.10

8Q. S. al-Baqarah (2) : 115.


9Q. S. al-Baqarah (2) : 150.
10Hermawan, Ulūmul Quran, 185.

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Nasakh secara terminology menurut Manna’ Khalil al Qattan sebagaimana termaktub


dalam buku Studi Ilmu-ilmu Al Qur’an nasakh ialah “mengangkat(menghapus) hukum syara’
dengan dalil hukum (khitab) syara’ yang lain”. Mansukh menurut Syaikh Manna’ adalah”
hukum yang diangkat atau yang dihapuskan”

Syarat- Syarat Nasakh.

1. Adanya mansukh (ayat yang dihapus)


2. Adanya mansukh bih (ayat yang digunakan untuk menghapus),
3. Adanya nasikh (yang berhak menghapus)

6
4. Adanya mansukh ‘anhu (arah hukum yang dihapus itu ialah orang-orang yang sudahaqil-
baligh atau mukallaf),

Pembagian Dan Macam-Macam Naskh Dalam Al-Qur’an

1. Naskh Al-Qur’an dengan Al-Qur’an


2. Naskh Al-Qur’an dengan Sunnah
3. Naskh sunnah dengan al-Qur’an.
4. Naskh sunnah dengan sunnah
B. Saran.

Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami sebagai penyusun
makalah ini sangat mengharapkan kritik, saran, dan masukan dari pembaca dan
dosen pengampu mata kuliah agar makalah ini jadi lebih sempurna. Semoga makalah ini
membawa manfaat bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qattan. Khalil. Manna’. Mabahis fi ‘Ulumil Qur’an op cit

Al-Qaththan, Mahabits fi ‘Ulum Al-Qur’an.

Al-Qaththan. Manna’. Syaikh. Pengantar Studi Ilmu Al Qur’an,terj H. Aunur Rafiq El-Mazni,


(Cet ke-4;Jakarta:pustaka Al Kautsar)

Dr. Usman.Ulumul Qur’an, op cit

Departemen Agama RI,Al Qur’an dan Tafsirnya loc cit

Hermawan. Acep. 2011. ‘Ulūmul Quran Ilmu untuk Memahami Wahyu. (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya)

Hermawan, Ulūmul Quran.

Q. S. al-Baqarah (2) : 115.

Q. S. al-Baqarah (2) : 150.

Usman. Ulumul Qur’an…..

Anda mungkin juga menyukai