ILMU ALQUR'AN
Dosen pengampu:
Disusun oleh:
FAKULTAS SYARI’AH
(STAIHIT) 2022
KATA PENGANTAR.......................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................5
A.Definisi Nasikh dan Mansukh.......................................................................................5
Dalil naskh dan mansukh ……………………………………………………………………….....................5
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah pertama
penulis yang berjudul “Nasikh dan mansukh serta pembaasannya” sebagai salah satu
syarat mengikuti mata “Ilmu Alquran” dengan tepat waktu.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan pembaca. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan
masukan demi perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga karya ilmiah ini dapat dipahami dan menambah wawasan bagi kita semua.
Aamiin
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah swt menurunkan syariat islam melalui Rasuul-nya ialah untuk memperbaiki
umat islam dibidang ‘aqidah,ibadah dan mu’amalah.Sesungguhnya aqidah semua
ajaran samawi itu satu,tidak mengalami perubahan,maka dakwah atau seruan rasul
kepada ‘aqidah yang satupun sama.Hal ini sepertihalnya firman Allah swt. dalam
Alquran surat al-anbiya’;25 yang artinya:“Dan kami sebelum kamu melainkan kami
wahyukan kepadanya,bahwa tiada tuhan selain aku,maka sembahlah olehmu sekalian
akan aku”
Dalam bidang ‘ibadah dan mu’amalah,prinsip dasar umumnya adalah sama yaitu
untuk membersihkan jiwa dan memelihara keselamatan masyarakat,serta mengikatnya
dengan ikatan kerjasama dan persaudaraan.Akan tetapi tuntutan dan kebutuhan antara
umat yang satu dengan yang lain tidak sama hal ini dikarnakan perjalanan dakwah dan
taraf pertumbuhan serta pembentukan yang tidak sama,begitupula hikmah at tashri
pada suatu priode berbeda dengan priode setelahnya.Akan tetapi idak diragukan lagi
bahwasanya pembuat syari’at islam adalah Allah.swt yang rahmat dan ilmunya
meliputi segala sesuatu begitupula terhadap otoritas printah dan larangan-nya oleh
karna itu sangatlah wajar jika Allah suatu Syariat dengan Syariat yang lain demi
kemaslahatan para hambanya berdasarkan pengetahuan-nya tentang yang pertama dan
yang kemudian.
Nasikh mansukh adalah teori ilmu Al-Quran, ilmu tafsir dan ushul fiqih yang membahas
tentang ayat dan hadis yang merevisi atau menghapus, sekaligus membahas ayat dan hadis
yang di revisi atau di hapus. Oleh karena itu nasikh mansukh menjadi penting di pelajari,
tujunya untuk mengetahui ayat atau hadis yang sudah di nasikh (hukumnya tidak di pakai) agar
tidak salah dalam menggunakannya. Dalam makalah ini akan dijelaskan pengertian nasikh
mansukh, dalil nasikh mansukh, macam-macam nasikh mansukh dan pandangan ulama’ tentang
nasikh mansukh. Berikut ini pembahasannya:
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Nasakh dan Mansukh?
2. Apa saja syarat-syarat Nasakh dan mansukh?
3. Ada berapa macam Nasakh dan Mansukh?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi Nasakh dan Mansukh
2. Mengetahui syarat nasakh dan mansukh
4
3. Mengetahui macam nasakh dan mansukh
BAB II
PEMBAHASAN
ت بِخَ ي ٍْر ِّم ْنهَٓا اَوْ ِم ْثلِهَا ۗ اَلَ ْم تَ ْعلَ ْم اَ َّن هّٰللا َ ع َٰلى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد ْي ٌر
ِ َما نَ ْن َس ْخ ِم ْن ٰايَ ٍة اَوْ نُ ْن ِسهَا نَْأ
Artinya: “Ayat yang Kami nasakh (batalkan) atau Kami jadikan (manusia) lupa
padanya, pasti Kami ganti dengan yang lebih baik atau yang sebanding dengannya.
Apakah engkau tidak mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu?” (QS.
Al-Baqoroh: 106)
Selain itu terdapat juga fakta-fakta sejarah yang menunjukkan terhadap nasikh
mansukh, misalnya Nabi Muahammad yang pada awalnya melarang ziaroh kubur
namun sesi berikut beliau merevisi larangan ziaroh kubur tersebut dengan
memerintahkan untuk melakukan ziaroh kubur dan di hukumi sunnah. Atas dasar-dasar
itulah ulama’ merumuskan teori nasikh mansukh beserta macam-macam nasikh
mansukh sebagaimana penjelasan berikut ini.
5
Imam al-Suyuthi menyatakan bahwa sebagian ulama (menurutnya qâla
ba‘duhum) surat-surat Al-Qur’an menurut nâsikh–mansûk terbagi kepada empat
kelompok.
Pertama, kelompok yang tidak terdapat di dalamnya nâsikh–mansûkh, jumlahnya 43
surat: al-Fâtihah, Yûsuf, Yâsîn, al-Hujurât, al-Rahmân, al-Hadîd, al- Shaff, al-Jumu‘ah,
al-Tahrîm, al-Mulk, al-Hâqqah, Nûh, al-Jinn, al- Mursalât, ‘Amma, al-Nâzi‘ât, al-
Infithâr dan tiga surat setelahnya37, al-Fajr, dan setelahnya sampai akhir Al-Qur’an,
kecuali surat al-Tîn, al-‘Ashr dan al-Kâfirûn.
Kedua, kelompok yang di dalamnya terdapat nâsikh–mansûkh, jumlahnya 25 surat: al-
Baqarah dan tiga surat sesudahnya, al-Hâjj, al-Nûr dan surat berikutnya Al-Furqân,
al-Ahzâb, Saba’, al- Mu’min, al-Syûrâ, al-Dzâriyât, al-Thûr, al-Wâqi‘ah, al-Mujâdilah,
al- Muzammil, al-Muddatsir, Kuwwirat, dan al-‘Ashr.
Ketiga, kelompok yang hanya mengandung nâsikh saja, jumlahnya 6 surat: al-Fath, al-
Hasyr, al-Munâfiqûn, al-Taghâbun, al-Thalâq, dan al-A‘lâ.
Dan keempat, kelompok yang hanya mengandung mansûkh saja, yakni empat puluh
surat dari sisa yang tidak disebutkan.
6
B. Syarat-syarat Nasikh dan mansukh dalam Alquran
Abdul Hamid Hakim dalam kitabnya As-Sulam halaman 32
memberikan syarat-syarat terjadinya nasikh mansukh sebagai berikut:
1. Nasikh dan mansukh itu terjadi jika berhubungan dengan hukum, tidak
berhubungan dengan keimanan atau akidah. Sebab keimanan atau
akidah ini bersifat paten.
2. Nasikh mansukh itu terjadi dengan dibatasi waktu tertentu.
3. Bahwa nasikh itu harus terpisah baik tempat maupun waktu dengan
yang dimansukh.
4. Bahwa dalil yang terdapat dalam nasikh itu harus lebih kuat daripada
dalil yang tidaklah dalam mansukh. Seperti,kalau dalam ilmu
hadits;hadits mutawatir dengan hadits ahad, hadits shahih dengan hadits
dhaif, tidak terjadi sebaliknya. Hadits ahad menasikh kepada hadits
mutawatir dan hadits dhaif menasikh hadits shahih.
Di samping itu menurut Abdul Hamid Hakim dalam kitab as-Sulam
memberikan syarat-syarat nasakh dan mansukh sebagai berikut:
1. Nasikh harus terpisah dari mansukh
2. Nasikh harus lebih kuat atau sama kuatnya dengan mansukh.
3. Nasikh harus berupa dalil-dalil syara
4. Mansukh tidak dibataskan kepada sesuatu waktu
5. Mansukh harus hukum-hukum syara
Macam-macam nasikh mansukh dari segi yang boleh menasikh yaitu terdapat
tiga:
7
Artinya: “Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu dan
meninggalkan isteri, hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya, yaitu diberi nafkah
selama ‘iddahnya setahun lamanya (Q.S. al-Baqarah : 240)
Ayat tersebut dinaskh dengan ayat al-Baqaroh ayat 234:
َوالَّ ِذينَ يُتَ َوفَّوْ نَ ِم ْن ُك ْم َويَ َذرُونَ َأ ْز َواجًا يَتَ َربَّصْ نَ بَِأ ْنفُ ِس ِه َّن َأرْ بَ َعةَ َأ ْشه ٍُر َو َع ْشرًا
Kemudian hadis ini di naskh dengan al-Qur’an surah al-Baqoroh ayat 144:
ْ ضاهَا فَ َولِّ َوجْ هَكَ َش
ط َر ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام َ َّك فِي ال َّس َما ِء فَلَنُ َولِّيَن
َ ْك قِ ْبلَةً تَر َ ُّقَ ْد نَ َرى تَقَل
َ ب َوجْ ِه
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami
akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidil Haram” (Q.S. al-Baqarah : 144)
Ketiga, Nasakh hadis dengan hadis. Contoh nasikh mansukh ini yaitu :
ت نَهَ ْيتُ ُك ْم ع َْن ِزيَا َر ِة ْالقُبُوْ ِر َأالَ فَ ُزوْ رُوْ هَا
ُ ُك ْن
Artinya: “Dahulu aku melarang kalian melakukan ziarah kubur, maka sekarang
berziarahlah”
Sedangkan Macam-macam nasikh mansukh dari segi yang di revisi yaitu terdapat
tiga:
Pertama, naskhut tilawah wal hukmi, yaitu menasikh bacaannya al-Quran sekaligus
hukum yang di kandung dalam ayat yang di naskh. Contoh: ayat yang menjelaskan
10 kali menyusu kepada seseorang dapat menjadikan mahram dalam hidupnya.
Tetapi yang menjelaskan hukum tersebut sudah di naskh hukum sekaligus tilawah
(bacaannya) sehingga sekarang hukumnya sudah tidak ada, begitu juga teks ayatnya
di dalam al-Quran juga sudah di hapus.
ٍ س َم ْعلُو َما
ت ٍ ي َُح ِّر ْمنَ ثُ َّم نُ ِس ْخنَ بِخَ ْم ت
ٍ ت َم ْعلُو َما َ َكانَ فِي َما ُأ ْن ِز َل ِمنَ ْالقُرْ آ ِن َع ْش ُر َر.
ٍ ض َعا
Artinya: “Permasalahan orang yang menyusui anak orang lain, adalah Sepuluh kali
susuan yang dpat menjadikan mahroh, kemudian itu dinaskh dengan lima kali
penyusuan”. (HR. Muslim)
Kedua, naskhul hukmi faqath watilawatuhu tsabitun fil Quran, yaitu penaskhan
yang di lakukan hanya hukumnya saja. Sedangkan yteks ayat ayat al-Qurannya
masih ada dalam al-Quran. Contoh nasikh mansukh ini yaitu ayat di bawah ini:
8
صبِرُوْ نَ يَ ْغلِبُوْ ا ِماَئتَ ْي ۚ ِن َواِ ْن يَّ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم ِّماَئةٌ يَّ ْغلِب ُْٓوا اَ ْلفًا
ٰ َض ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ َعلَى ْالقِتَا ۗ ِل اِ ْن يَّ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم ِع ْشرُوْ ن ٓ
ِ ِّٰياَيُّهَا النَّبِ ُّي َحر
ْ
َِّمنَ ال ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا بِاَنَّهُ ْم قَوْ ٌم اَّل يَفقَهُوْ نَّ
Artinya:”Sekarang (saat turunnya ayat ini) Allah telah meringankan kamu karena Dia
mengetahui sesungguhnya ada kelemahan padamu. Jika di antara kamu ada seratus orang yang
sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus (orang musuh) dan jika di antara kamu ada
seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua ribu orang dengan seizin
Allah. Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Anfal: 66)
Ketiga, naskhut tilawah la hukmi, yaitu ayat yang di naskh hanya bacaannya saja,
sedangkan hukumnya tetap berlaku. Contohnya nasikh mansukh ini yaitu ayat berikut ini:
ِ ال َّش ْي ُخ َوال َّشي َْخ ُة ِإ َذا َز َن َيا َفارْ ُجمُو ُه َما ْال َب َّت َة َن َكاالً م َِن
هللا َو هللاُ َع ِز ْي ٌز َح ِك ْي ٌم
Artinya: “Laki-laki tua dan perempuan tua apabila berzina, maka rajamlah keduanya. Dan
Allah itu maha tinggi lagi Maha Bijaksana”
Ayat ini dahulu pada masa awal islam sempat tertera dalam al-Quran, namun ayat tersebut di
naskh dengan Al-quran surah An-Nur ayat 2. Karena yang di naskh dalam ayat ini adalah
tilawahnya makanya, teks ayat ini pun juga di hapus di dalam al-Quran. Sedangkan yang
menaskh ayat ini adalah ayat berikut:
ْن هّٰللا ِ اِنْ ُك ْن ُت ْم ُتْؤ ِم ُن ْو َن ِباهّٰلل ِ َو ْال َي ْو ِم ااْل ٰ خ ۚ ِِر َو ْل َي ْش َه ْد ْأ ْأ
ِ الزانِيْ َفاجْ لِد ُْوا ُك َّل َوا ِح ٍد ِّم ْن ُه َما ِماَئ َة َج ْلدَ ٍة ۖوَّ اَل َت ُخ ْذ ُك ْم ِب ِه َما َر َف ٌة فِيْ ِدي
َّ لزا ِن َي ُة َو
َّ َا
ْ ٌ َ ۤ َ
َعذا َب ُه َما طا ِٕىفة م َِّن المُْؤ ِم ِني َْن َ
Artinya: Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus
kali dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (melaksanakan)
agama (hukum) Allah jika kamu beriman kepada Allah dan hari Kemudian. Hendaklah
(pelaksanaan) hukuman atas mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang mukmin.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Pengertian nasikh mansukh adalah teori ilmu tafsir dan ulumul quran yang
membahas tentang ayat dan hadis yang di revisi atau yang merevisi, ayat dan hadis yang
di hapus atau ayat yang mengganti.
9
Macam-macam nasikh mansukh dari segi yang boleh menaskh ada tiga macam, yaitu:
Nasakh Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, Nasakh hadis dengan al-Qur’an dan Nasakh hadis
dengan hadis.
Sedangkan macam nasikh mansukh dari segi yang di revisi terdapat tiga yaitu:
1. Naskhut tilawah wal hukmi, yaitu menasikh bacaannya al-Quran sekaligus hukum yang
di kandungnya.
2. Naskhul hukmi faqath watilawatuhu tsabitun fil Quran, yaitu penaskhan yang di
lakukan hanya hukumnya saja.
3. naskhut tilawah la hukmi, yaitu ayat yang di naskh hanya bacaannya saja, sedangkan
hukumnya tetap berlaku.
Daftar Pustaka:
-syarat-syarat-terjadinya-nasikh-mansukh-secara-umum-pendapat-para-ulama-
tafsir-hadits-nasikh-mansukh-dalam-al-quran.html#:~:text=Di%20samping
%20itu%20menurut%20Abdul,dibataskan%20kepada%20sesuatu%20waktu
%20e.
https://iqipedia.com/2022/04/03/nasikh-mansukh-pengertian-macam-macam-dan-contohnya/6/
10