Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH STUDI AL-QURAN

TENTANG NASAKH

Dosen Pengampu:Drs.H.ZAINAL ARIFIN,M.A

DISUSUN OLEH:

1.Khusnul Hotimah

2.Marwah Annisa

3.Najma Nihayah

4.Nurlaila Sari

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SUSKA RIAU

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT,atas berkah dan inayah-Nya penulisan makalah ini
dengan judul Naskh ini dapat kami selesaikan dengan sebaik-baiknya.Shalawat dan
salam kita ucapkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW,yang telah
membawa kita dari zaman kebodohan menuju jalan yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat ini.

Penulisan dari makalah tentang naskh ini merupakan tugas kelompok yang
harus diselesaikan.Diharapkan dengan selesainya makalah ini dapat mendorong dan
membantu para mahasiswa /I dalam memahami lebih tentang nasakh.

Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan serta kekurangan dalam


penulisan makalah ini,sehingga kami berharap adanya saran dan kritik yang akan
membangun dari pembaca maupun pendengar.

Pekanbaru,September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang………………………………………………………………………1

B.Rumusan Masalah…………………………………………………………………...1

C.Tujuan……………………………………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian Naskh……………………………………………………………………2

B.Rukun dan Syarat Naskh………………………………………................................3

C.Macam-Macam Naskh……………………………………………………………...4

D.Pendapat Ulama Tentang Naskh………………………………...............................5

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan…………………………………………………………………………8

B.Saran……………………………………………………………..............................8

DAFTAR PUSTAKA………………………………….……………………............9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Salah satu pembelajaran ulumul Qur'an yang mengundang pendapat para


ulama mengenai nasakh. Perbedaan pendapat ulama dalam menetapkan ada atau
tidak nya ayat-ayat mansukh (dihapus) dalam Al Qur'an,antara lain disebabkan
adanya ayat-ayat yang beda diksi bila dilihat dari lahirnya. sebagian ulama
berpendapat bahwa ayat ayat tersebut ada yang tidak bisa dikompromikan, dan ada
juga yang dapat di kompromikan, oleh karena itu para ulama menerima teori nasakh
atau penghapusan dalam Al Qur'an.

Fenomena nasakh yang keberadaannya diakui oleh mayoritas ulama,


merupakan bukti terbesar, sebab nasakh adalah penggantian atau pembatalan hukum
baik dengan menghapuskan,dan menghilangkan teks yang menunjuk hukum dari
bacaan atau membiarkan teks tersebut tetap ada sebagai petunjuk adanya hukum yang
dimansukh.

B.Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Nasakh?

2. Apa saja rukun dan syarat-syarat Nasakh?

3. Apa saja macam-macam Nasakh?

4.Bagaimana pendapat ulama tentang adanya Nasakh?

C.Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Nasakh.

2. Untuk mengetahui syarat-syarat Nasakh.

3. Untuk mengetahui macam-macam Nasakh.

4. Untuk mengetahui pendapat ulama tentang Nasakh

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nasakh

Kata nasakh Secara etimologi nasakh merupakan bentuk masdar dari kata
kerja nasakha-yansakhu-naskhan yang berarti menghapus. Dalam Al-Quran kata
Nasakh memiliki beberapa pengertian, yaitu penghilangan/penghapusan (al-
izalah),pengganti (tabdil), pengubahan (tahwil), dan pemindahan (naql).

Sedangkan menurut terminologi,para ulama mendefinisakan nasakh, walaupun


dengan redaksi yang sedikit berbeda, namun dalam pengertian sama,yaitu:
‫رفع الحكم الشرع بخطاب شرعى‬ (mengangkat/menghapus hukum syara’
dengan khitab syara’ yang lain),atau dengan kalimat,
‫رفع الحكم باالدليل شرعى‬
(menghapuskan hukum syara’dengan dalil syara’yang lain).1
Dengan demikian pengertian nasakh dapat dipahami sebagai pengangkatan hukum-
hukum syara bukan berarti hukumnya hilang akan tetapi tidak ada kewajiban lagi
untuk melaksanakannya atau meninggalkannya.
Hukum syara’ merupakan nama hukum yang disandarkan pada syariat atau syariah.
Yakni suatu ketentuan yang berasal dari Allah SWT dan Rasul, baik dalam bentuk
tekstual maupun hasil pemahaman ulama karena juga dikatan berasal dari Al-Quran
dan Hadis
Mansukh artinya yang dihapuskan, yaitu hukum dalil syar’i atau lafaznya yang
dihapuskan.
Contoh nasakh dalam surah Al-Baqarah ayat 83 yang artinya “Dan kepunyaan Allah
lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah”
kemudian di nasakh kan oleh surah Al Baqarah ayat 144 yang artinya “ maka
palingkanlah mukamu ke arah masjidil haram.....”.
Ada yang berpendapat inilah yang benar, bahwa ayat pertama tidak di naskh sebab ia
berkenaan dengan solat sunnah saat dalam perjalanan yang dilakukan atas
kendaraan,juga dalam keadaan takut dan darurat. Dengan demikian,hukum ayat ini

1
DR.Misbahuddin,S.Ag.,M.Ag USHUL FIQH I (Makassar 2013)

2
tetap berlaku, sedangkan ayat kedua berkenaan dengan sholat fardhu lima waktu,ayat
kedua ini menasakh perintah menghadap Baitul Maqdis yang ditetapkan dalam
sunnah.Contoh lain peraturan islam berdasarkan nasakh termasuk larangan konsumsi
alkohol secara bertahap(semula alcohol tidak dilarang tetapi umat islam diberi tahu
bahwa yang buruk melebihi kebaikan dalam minum).
B. Rukun dan Syarat Nasakh

Hubungan antara ketentuan hukum satu dengan yang lainnya harus benar-benar
diperhatikan supaya tidak ada kontradiksi antara satu ayat dengan ayat lainnya.
Sejalan dengan hal tersebut, ada beberapa rukun dan syarat yang harus diterapkan :

1. Rukun Nasakh
a) Adat nasakh yaitu suatu pernyataan yang menunjukkan adanya pembatalan
hukum yang telah ada.
b) Nasikh yaitu dalil yang kemudian menghapus hukum yang telah ada. Pada
hakikatnya nasikh itu berasal dari Allah karena Allah lah pembuat hukum dan
Allah pula yang menghapuskannya. Adakalanya yang dimaksud nasikh hukum
syara’,akan tetapi hal ini dimaksudkan secara metaforis dari nasikh. Misalnya
dikatakan bahwa “Puasa Ramadhan itu me-nasakh-kan puasa asyura. 2
Adakalanya juga nasikh itu dimaksudkan adalah nash yang me-nasakh-kan.
Misalnya ayat tentang dakwah dengan menggunakan pedang telah di-nasakh-
kan dengan ayat tentang dakwah dengan cara bil hikmah wa almaudzah al
hasanah. Kedua pemaknaan nasikh dalam contoh tersebut adalah dari segi
makna metaforisnya bukan dari segi makna sebenarnya karena nasikh pada
hakekatnya Allah.
c) Mansukh yaitu hukum yang dihapus atau yang dibatalkan dan dipindahkan.
d) Mansuk’Anh yaitu orang yang dibebani hukum3.
2. Sebagaimana telah dibahas diatas, bahwa jumhur mengakui kebenaran nasakh
dalam Al-Qur’an, namun harus memenuhi beberapa persyaratan. Diantara syarat
syarat tersebut ialah:
a) Yang dibatalkan adalah hukum syara’ yang disebut dengan mansukh ( yang
dihapus)

2
Dr.Nurdin M.Ag Ulumul Qur’an (Banda Aceh: 2018)
3
DR.Misbahuddin,S.Ag.,M.Ag USHUL FIQH I (Makassar 2013)

3
b) Pembatalan harus dilakukan melalui tuntutan syara’ yang mengandung hukum
dari Allah dan Rasul-nya yang disebut dengan nasikh (yang menghapus).
Maka berakhirnya masa berlaku suatu hukum yang disebabkan dengan
wafatnya seseorang tidak dinamakan nasakh.
c) Nasikh harus datang belakangan dari mansukh. Dengan demikian, istisna’

3. Macam-macam Nasakh

Macam macam nasakh dilihat dari nasakh yang nasikh(menghapus)


secara ringkas ada empat bagian:

a. Nasakh Al-Quran dengan Al-Quran.

Jenis nasakh ini disepakati kebolehannya dan telah terjadi di dalam


pandangan mereka yang mengatakan adanya nasakh. Misalnya, ayat tentang
‘iddah empat bulan sepuluh hari

b. Nasakh Al-Quran dengan As-Sunnah

Jenis nasakh ini memiliki dua macam:

 Nasakh Al-Quran dengan hadis ahad.


 Nasakh Al-Quran dengan hadis mutawatir
c. Nasakh sunnah dengan Al-Quran

Nasakh ini menghapuskan hukum yang ditetapkan berdasarkan sunnah dan


diganti dengan hukum yang didasarkan dengan Al-Quran. Nasakh jenis ini
diperbolehkan oleh jumhur ulama.

Contoh: seperti berpuasa wajib pada hari Asy-syura,dalam firman Allah yang artinya
“maka barang siapa yang menyaksikan bulan Ramadhan hendaklah ia
berpuasa( QS.Al-Baqarah:185)4.

Maksudnya, semula berpuasa hari Asy-Syura itu wajib, tetapi setelah turun ayat yang
mewajibkan puasa pada bulan Ramadhan, maka puasa pada hari Asy-Syura itu tidak
wajib lagi,sehingga ada yang berpuasa ada juga yang tidak berpuasa.

4
Abdul Hamid,LC.,M.A Pengantar Sudi Al-Qur’an (Jakarta:2016)

4
d.Nasakh sunnah dengan sunnah

Adapun menasakh ijma’ dengan ijma’ dan qiyas dengan qiyas 5 atau
menasakh keduanya, maka pendapat yang shohih tidak membolehkannya.contoh
sabda Nabi Muhammad SAW “dahulu aku melarang kamu berziarah kubur, maka
sekarang hendaklah bkamu berziarah (HR MUSLIM)

Dengan penjelasan diatas jelaslah bahwa di dalam Al-Quran ada nasikh


( ayat yang menghapus hukum yang sudah ada sebelumnya) dan mansukh ( ayat
yang dihapus) hukumnya atau lafaznya.

4. Pendapat Ulama Tentang Adanya Nasakh


Nasakh tidak dapat terjadi kecuali dalam perintah dan larangan walaupun
dengan lafaz khabar. Adapun khabar yang bukan bermakna permohonan makna
tidak termasuk padanya nasakh.
Persoalan nasakh telah menjadi perbincangan hangat dikalangan umat islam.
Perbincangan tersebut telah terjadi beberapa pendapat ada yang mengakui adanya
nasakh dan ada yang tidak. Sementara yang mengakui adanya nasakh perbedaan
tentang sejumlah hukum nasakh serta bagimana pemakainnya.
a. Jumhur Ulama
Kelompok ini mengatakan, keberadaan nasakh di dalam Al-Quran surah Al-
Baqarah ayat 106:
‫َم ا َنْنَس ْخ ِم ْن َء اَيٍة َاْو ُنْنِسَها َنا ِت ِبَخْيٍر ِّم ْنَها َاْو ِم ْثِلَها َاَلْم َتْع َلْم َاَّن َهلَّلَا َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيٌر‬

Artinya: “ayat yang kami batalkan atau kami hilangkan dari ingatan, pasti kami ganti
dengan yang lebih baik atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu tahu bahwa
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Bagi jumhur ulama, teks ayat ini menunjukkan adanya ayat yang nasakhkan.
Sesuai dengan pernyataan ini Abdul Mu’in Al-Namr mengatakan bahwa

perkembangan pemikiran manusia dalam beberapa dimensi kehidupan ssesuai


dengan ruang dan waktu6.

5
Abdul Hamid,LC.,M.A Pengantar Sudi Al-Qur’an (Jakarta:2016)
6
DR.Misbahuddin,S.Ag.,M.Ag USHUL FIQH I (Makassar 2013)

5
b. Imam as-Syafi’i

Imam as-Syafi’i mengakui adanya nasakh beliau mengemukakan dalam kitab


sebagai berikut, Allah menurunkan atas mereka al-kitab sebagai penjelasan atas
segala sesuatu,merupakan petunjukkan dan rahmat, di dalam dalamnya Allah
menyebutkan beberapan kewajiban yang tetap dan yang lain ia menasakhkan sebagai
rahmat bagi hambanya untuk meringankan dan memberikan kelapangan bagi
mereka, sebagai penambahan atas nikmat yang ia berikan kepada mereka7.

Disamping itu Syafi’i berpedoman kepada firman Allah dalam surah Al-
Baqarah ayat 106 sebagaimana yang telah disebutkan diatas. Dengan
memahami/memperhatikan dalil-dalil diatas jelaslah bahwa nasikh kitab memang
ada terjadi dan itu merupakan salah satu cara menyesuaikan syari’at islam dalam
menempuh perkembangannya untuk menyempurnakan pembinaan hukum islam
yang bertujuan mewujudkan kemaslahatan bagi manusia.

c. Abu Muslim al- Asfhani

Abu Muslim al-Asfhani adalah tokoh mu’tazilah beliau mengakui adanya


nasikh di dalam Al-Quran dengan alasan, jika ada pembatalan dalam Al-Quran tentu
ada ayat yang dihapuskan,padahal firman Allah dalam surah Fushshilat ayat 41:

‫ِاَّن اَّلذْيَن َكَفُرْو ا ا لِّذْك َلَّم َج اَء ُهْم َو ِاَّنُه َلِكَتاٌب َع ْيٌٌز‬
‫ِز‬ ‫ِب ِر‬

Artinya “sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Quran ketika(Al-Quran)itu


disampaikan kepada mereka (mereka itu pasti celaka),dan sesungguhnya Al-Quranitu
adalah kitab yang mulia.

Menurut beliau semua hukum yang terkandung dalam Al-Quran adalah


bersifat kekal, oleh karena itu hukum-hukumnya harus diberlakukan sepanjang masa.
Mengenai argumentasi yang dipakai oleh Jumhur Ulama yaitu surah Al-Baqarah ayat
106, Abu Muslim mengatakan “lafaz ayat itu bermakna syari’at yang menjelaskan
bahwa ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW menggantikan syari’at-syaria’t
sebelumnya”.

7
Abdul Hamid,LC.,M.A Pengantar Sudi Al-Qur’an (Jakarta:2016)

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

7
Dari prmbahasan diatas dapat diketahui bahwa Nasakh dapat berarti
menghilangkan atau meniadakan.Sesuai dengan Q.S Al-Hajj:52,yang
artinya:”Kemudian Allah meniadakan atau menghilangkan apa yang dimasukan
oleh setan,lalau Allah memperkuat ayat-ayat Nya.Allah maha mengetahui dan
maha bijaksana”.Kata nasakh berarti mengganti atau menukar sesuatu dengan yang
lain,sesuai dengan Q.S.an- nahl:101.

Nasakh diperlukan syarat yaitu hokum yang mansukh adalah syara’ dalil
penghapusan hokum tersebut adalah kitab syar’I yang dating lebih kemudian dari
kitab yang di mansukh,dan kitab yang dihapus dan diangkat hukumnya tidak
terikat atau dibatasi dengan waktu tertentu.Dalam hal ini nasakh dalam Al-Quran
dibagi tiga bagian.nasakh Al-Quran dengan Al-Quran,nasakh Al-Quran dengan
sunnah dan nasakh Al-Quran dengan sunnah.

B. Saran

Dengan adanya materi ini sangat besar harapan kami kepada para pendidik
atau mahasiswa/i agar bisa mempelajari materi nasakh ini dengan baik, karena
pada dasarnya ilmu apapun itu sangat penting dan wajib dipelajari.Serta semoga
kita dapat menerapkan ilmu ini.

DAFTAR PUSTAKA

DR.Misbahuddin,Sag.,M.Ag 2013 USHUL FIQH I Makassar Alauddin university press


Abdul Hamid,LC.,M.A 2016 Pengantar Study Al-Qur’an Jakarta Prenada media.

8
Dr.H.Nurdin,M.Ag 2018 Ulumul Qur’an Banda Aceh CV.BRAVO

Anda mungkin juga menyukai