Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TAFSIR TA’WIL DAN TARJAMAH


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
ILMU AL QUR’AN
Dosen Pengampu.
Nurrohmatul Jannah, SH,. MH

Di Susun Oleh;
Nila Rizkia
Putri Farihatul Azizah
FAKULTAS HUKUM
PRODI AHWALUL SHAYAKSHIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM HIDAYATUT THULLAB
KEDIRI
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan segala nikmat, taufik dan karunia-Nya
kepada umat seluruh alam yang mana dengan tanpa pertolongan-Nya makalah ini pastinya tidak
akan dapat terselesaikan. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada promotor
kebangkitan umat islam Nabi Agung Muhammad SAW, dengan perjuangan beliaulah kita semua
dapat merasakan indahnya islam dan mendapat syafa’atnya kelak di hari kiamat Aamiin.

Selanjutnya kami mengucapkan ribuan terima kasih kepada para guru khususnya
Nurrohmatul Jannah SH., MH sebagai dosen mata kuliah Studi ilmu al qur’an. Dengan segala
keterbatasan penyusun membuat makalah ini , tegur sapa dan kritik membangun dari para
pembaca sangatlah kami harapkan demi perbaikan makalah ini selanjutnya, Semoga makalah ini
dapat bermanfa’at bagi penyusun khususnya dan umumnya bagi pembaca Amiinn.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................I

DAFTAR ISI..........................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................1

C. Tujuan Masalah.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................4

A. Pengertian tarjamah tafsir dan takwil........................................................4

B. Pembagian tafsir dan takwil.……..................................................................9

C. Pngertian tafsir dan takwil…………................................................................9

D. Hukum tarjamah tafsir dan takwil……………………………………………………….…10

E. Dasarar tafsir dan syarat syarat mufassir………………………………………………..12

BAB III PENUTUP................................................................................................14

A. Kesimpulan...............................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur'an yang berbahasa Arab adalah wahyu Islam, dan Islam adalah agama Allah yang telah
ditetapkan. Pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan dasar-dasar Islam ini tidak tercapai dengan
baik kecuali jika al-Qur'an itu dipahami dengan bahasanya sendiri. Ekspansi Islam yang luas,
mempertemuakan bahasa Arab dengan bahasa-bahasa lain non-Arab.

Kemampuan setiap orang dalam memahami lafazh dan ungkapan al-Qur’an tidaklah sama,
padahal penjelasannya sedemikian gemilang dan ayat-ayatnya pun sedemikian rinci. Perbedaan
daya nalar diantara mereka ini adalah suatu hal yang tidak dipertentangan lagi. Kalangan awam
hanya dapat global, sedangkan kalangan cendekiawan dan terpelajar akan dapat mengumpulkan
pula dari pandangan makna-makna yang menarik. Dan diantara cendikiawan kelompok ini
terdapat aneka ragam dan tingkat pemahaman maka tidaklah mengherankan jika al-Qur’an
mendapatkan perhatian besar dari umatnya melalui pengkajian intensif terutama dalam rangka
menafsirkan kata-kata gharib (aneh, ganjil) atau

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Tarjamah, Tafsir dan Ta'wil

2. Perbedaan Tafsir danTa'wil

3. Hukum Tarjamah, Tafsir, Ta'wil

4. Dasar Tafsir dan syarat-syarat Mufassir

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Tarjamah, Tafsir dan Ta'wil

2. Untuk Mengetahui Perbedaan Tafsir dan Ta'wil

3. Untuk Mengetahui Hukum Tarjamah, Tafsir, Ta'wil


4. Untuk Mengetahui Dasar Tafsir dan syarat-syarat Mufassi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tarjamah, Tafsir  dan Ta'wil

1. Pengertian Tarjamah

          Arti tarjamah menurut bahasa adalah “Salinan dari sesuatu bahasa ke bahasa lain” Atau
berarti mengganti, menyalin memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa yang lain.

Secara istilah tarjamah dapat diartikan:

a. Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih sebagaimana yang dikutip oleh Liliek Chana


dkk, Tarjamah adalah mengungkapkan perkataan atau kalimat dengan menggunakan bahasa lain.

b. Menurut al-Shabuni sebagaimana yang dikutip oleh Liliek Chana dkk, Tarjamah al-


Qur’an adalah memindahkan al-Qur’an kepada bahasa lain yang bukan bahasa Arab dan
mencetak tarjamah ini kedalam beberapa naskah agar dibaca orang yang tidak mengerti bahasa
Arab, sehingga dia dapat memahami kitab Allah swt. Dengan perantara tarjamah ini.

Dari definisi di atas penulis dapat memberikan definisi bahwa tarjamah adalah salinan dari satu
bahasa ke bahasa yang lain, atau mengganti, menyalin, memindahkan kalimat dari suatu bahasa
ke bahasa yang lain atau dari bahasa Arab ke bahasa yang lain sehingga dapat memahami kitab
Allah SWT dengan perantaraan tarjamahan ini.

2. Pengertian Tafsir

Kata “Tafsir” diambil dari kata “fassara-yufassiru-Tafsiran” yang berarti keterangan atau


uraian. Secara bahasa bahwa pengertian Tafsir adalah:”menjelaskan atau menerangkan ‫اإليظاح‬
‫) والتبيين‬  ) keterangan sesuatu (‫) الشرح‬, atau “Tafsirah” ( ‫) التفسيرة‬ yaitu alat kedokteran yang dapat
mengungkapkan penyakit dari seorang pasien, maka Tafsir “dapat mengeluarkan makna yang
tersimpan dalam kandungan ayat-ayat al-Qur’an”.
          Adapun tentang pengertian Tafsir berdasarkan istilah, para ulama banyak memberikan
komentar, antara lain berikut ini:

a.       Menurut Syaikh al-Jazairi sebagaimana yang dikutip oleh Liliek Chana:

‫التفسير فى الحقيقة إنما هو شرح اللفظ المستلف عند السامع بما هو أفصح عنده بما يراد فه أو يقاربه أوله داللة عليه بإحدى‬
‫طرق الداللة‬.

Artinya:

“Tafsir pada hakikatnya menjelaskan lafazh yang sukar dipahami oleh pendengar dengan
mengemukakan lafazh sinonimnya atau makna yang mendekatinya, atau dengan jalan
mengemukakan salah satu dilalah lafazh tersebut.

b.      Menurut Abu Hayyan sebagaimana yang dikutip oleh Rosihon Anwar:

‫ ومعانيها التي تحمل‬u‫التفسير فى اإلصطالح علم يبحث عن كيفية النطق بألفاظ القرآن ومد لوالتها وأحكامها اإلفرادية والتركيبية‬
‫عليها حالة التركيب‬.

Artinya:

“Tafsir adalah ilmu mengenai cara pengucapan lafazh-lafazh al-Qur’an serta cara


mengungkapkan petunjuk, kandungan-kandungan hukum, dan makna-makna yang terkandung
didalamnya.

     Jadi Tafsir adalah menyingkap (membuka), melahirkan dan menjelaskan makna al-Qur’an


yang sukar dipahami oleh pendengar sehingga dapat mengetahui kandungan-kandungan hokum
dan makna yang terkandung di dalamnya.

3. Pengertian Ta’wil

          Menurut bahasa Ta’wil berasal dari kata “aul” ‫االول‬    yang artinya kembali. Menurut


pendapat ulama yang masyhur kata ta’wil dapat mempunyai arti:

a. Kembali atau mengembalikan (‫)الرجوع‬ yakni mengembalikan makna pada proporsi yang


sesungguhnya.
b. Memalingkan (‫)الصرف‬ yakni memalingkan suatu lafazh tertentu yang mempunyai sifat khusus
dari makna lahir ke makna batin lafazh itu, karena ada ketetapan dan keserasian dengan maksud
yang dituju.

c. Menyiasati (‫)السياسة‬ yakni dalam lafazh tertentu atau kalimat-kalimat yang mempunyai sifat


khusus memerlukan siasat yang jitu untuk menemukan maksudnya yang setepat-tepatnya.

Adapun Ta’wil menurut istilah, dalam hal ini banyak ulama memberikan pendapatnya, antara
lain:

a.       Menurut Al-Jurzani sebagaimana yang dikutip oleh Rosihon Anwar:

‫صرف اللفظ عن معناه الظاهر إلى معناه يحتمله إداكان المحتمل الدي يراه موافقا بالكتاب والسنة‬.

Artinya:

“Memalingkan suatu lafazh dari makna lahirnya terhadap makna yang dikandungnya, apabila
makna alternatif yang dipandangnya sesuai dengan ketentuan al-Kitab dan al-Sunnah.”

b.      Menurut ulama khalaf:

‫صرف اللفظ عن المعنى الراحج إلى معنى المرجوه لد ليل يقترن به‬.

Artinya:

“Mengalihkan suatu lafazh dari maknanya yang rajih kepada makna yang marjuh karena ada
indikasi untuk itu.”

     Jadi ta’wil secara istilah adalah mengembalikan sesuatu pada maksud yang sebenarnya atau
memalingkan makna lahir ke makna batin lafazh karena ada indikasi untuk itu.

B. Pembagian Tarjamah

Kata “tarjamah” dapat dipergunakan pada dua arti:

1. Tarjamah harfiyah,  yaitu mengalihkan lafazh-lafazh dari satu bahasa ke dalam lafazh-lafazh


yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan dan tertib bahasa kedua sesuai
dengan susunan dan tertib bahasa pertama.
2. Tarjamah Tafsiriyah atau tarjamah ma’nawiyah, yaitu menjelaskan makna pembicaraan
dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata bahasa asal atau tanpa memperhatikan
susunan kalimatnya.

     Dalam menerjemahkan al-Qur’an hendahnya dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Penerjemah hendaknya mengetahui dua bahasa (bahasa asli dan bahasa tarjamah)

2. Mendalami dan menguasai uslub-uslub dan keistimewaan-keistimewaan bahasa yang


diterjemahkan.

3. Hendaknya sighat (bentuk) terjemah itu benar dan apabila dituangkan kembali ke dalam


bahasa aslinya tidak terdapat kesalahan.

4. Terjemahan itu harus dapat mewakili semua arti dan maksud bahasa asli dengan lengkap dan
sempurna.

C. Perbedaan Tafsir dan Ta´wil

Para ulama berbeda pendapat tentang perbedaan antara kedua kata tersebut. Dalam “Manahilul
Irfan Fi’Ulumi al-Qur’an” dijelaskan antara lain adalah “ta'wil dalam istilah para mufassir,
pengertiannya diperselisihkan”. Bahkan ada yang berpendapat bahwa ta'wil itu sinonim
dengan Tafsir, karena diliat dari segi tujuannya tidak berbeda, yaitu menjelaskan makna ayat-
ayat al-Qur'an.

Dalam hal ini sebagian ulama melihat ada perbedaan-perbedaan antara keduanya, yaitu:

1. Tafsir berbeda dengan ta'wil, Perbedaannya adalah pada ayat-ayat yang menyangkut soal


umum dan khusus, pengertian tafsir lebih umum daripada ta'wil, karena ta'wil berkenaan dengan
ayat-ayat yang khusus, misalnya ayat-ayat mutasyabihah. Jadi menta'wilkan ayat-ayat al-
Qur'an yang mutasyabihah itu termasuk tafsir, tetapi tidak setiap penafsiran ayat tersebut
disebut ta'wil.

2. Tafsir adalah penjelasan lebih lanjut bagi ta'wil dan dalam tafsir sejauh terdapat dalil-dalil


yang dapat menguatkan penafsiran boleh dinyatakan:”Demikian yang dikehendaki oleh Allah”,
sedangkan ta'wil hanya menguatkan salah satu makna dari sejumlah kemungkinan makna yang
dimiliki ayat (lafazh) dan tidak boleh menyatakan:”Demikianlah yang dikehendaki Allah swt”.
3. Tafsir menerangkan makna lafazh melalui pendekatan riwayah, sedangkan ta'wil melalui
pendekatan dirayah (kemampuan ilmu) dan berpikir rasional.

4. Tafsir menerangkan makna-makna yang diambil dari bentuk yang tersurat (bil


ibarah) sedangkan ta'wil adalah dari yang tersirat (bil isyarah).

5. Tafsir berhubungan dengan makna-makna ayat atau lafazh yang biasa-biasa saja


sedangkan ta’wil berhubungan dengan makna-makna yang kudus.

6. Tafsir mengenai penjelasan maknanya telah diberikan al-Qur’an sendiri


sedangkan ta'wil penjelasan maknanya diperoleh melalui istinbath (penggalian) dengan
memanfaatkan ilmu-ilmu alatnya

D. Hukum Tarjamah, Tafsir dan Ta'wil

1. Hukum Tarjamah

a. Hukum tarjamah harfiyah

     Berdasarkan uraian di atas, mengenai tarjamahan secara harfiyah, disyaratkan mengetahui arti
masing-masing kedua bahasa dan dan terpenuhinya syarat-syarat yang diperlukan dalam
tarjamahan, maka jelaslah bagi kita bahwa tarjamah harfiyyah itu tidak boleh dilakukan untuk
menerjemahkan al-Qur’an karena faktor-faktor sebagai berikut:

1). Tidak boleh menulis al-Qur’an bukan dengan huruf-huruf bahasa Arab, dimaksud agar tidak
terjadi penyalahgunaan dan perubahan arti.

2). Di dalam bahasa bukan bahasa Arab tidak terdapat lafazh-lafazh, kosakata dan kata ganti
yang bisa menduduki lafazh-lafazh bahasa Arab.

3). Meringkas lafazh-lafazh bahasa Arab dapat menimbulkan kerusakan arti yang menyebabkan
cacat dalam redaksi dan susunan.

          Atas pertimbangan diatas maka tidak seorang pun merasa ragu tentang haramnya
menerjemahkan al-Qur’an dengan tarjamah harfiyah. Sebab al-Qur’an adalah kalamullah yang
diturunkan kepada rasul-Nya, merupakan mukjizat dengan lafazh dan maknanya, serta
membacanya dipandang sebagai suatu ibadah.
          Jadi metode tarjamah ini hukumnya haram, karena tarjamah secara harfiyah ini tidak
mungkin mengungkapkan makna yang terkandung dalam al-Qur’an dengan sempurna, seperti
halnya pengaruh makna al-Qur’an dengan menggunakan bahasa Arab.

c.       Hukum tarjamah ma'nawiyah

          Tarjamah dengan menggunakan metode ma'nawiyah diperbolehkan. Hal ini disebabkan


tidak ada hal yang mengkhawatirkan dari tarjamah metode ini. Bahkan pada saat tertentu justru
menjadi wajib apabila tarjamahan itu menjadi jembatan bagi orang yang tidak faham dengan
bahasa Arab.

          Namun demikian, tarjamah ma’nawiyah ini tidak terlepas dari kerusakan karena satu buah
lafazh didalam al-Qur’an terkadang mempunyai dua makna atau lebih yang diberikan oleh ayat.
Maka dalam keadaan demikian biasanya penerjemah hanya meletakkan satu lafazh yang hanya
menunjukkan satu makna, karena makna itu tidak mendapatkan lafazh serupa dengan lafazh
Arab yang dapat memberikan lebih dari satu makna itu.

2. Hukum Tafsir dan Ta'wil

       Tafsir adalah ilmu syari'at paling agung dan paling tinggi kedudukannya. Ia merupakan ilmu
yang paling mulia objek pembahasan dan tujuannya serta dibutuhkan. Tujuan al-Qur'an itu
sendiri tentu sangat sulit dicapai apabila di dalam al-Qur'an ternyata banyak hal-hal yang samar
dan global. Untuk mengatasinya diperlukan tafsir yang menjelaskan petunjuk ayat al-Qur'an.

     Banyak mufassir  mengakui besarnya peranan tafsir dan ta'wil, antara lain:

a) Ahmad al-Syirbashi dalam bukunya sejarah  tafsir  al-Qur'an menegaskan bahwa


kedudukan tafsir sangat tergantung pada materi atau masalah yang ditafsirkannya, karena
materi tafsir adalah kitab suci al-Qur'an yang punya kedudukan mulia, maka
kedudukan tafsir pun amatlah mulia.

b) Imam al-Zarkasyi dalam muqaddimah kitab al-Burhan fi 'Ulum al-Qur'an menyebutkan


bahwa perbuatan terbaik yang dilakukan oleh akal manusia serta kemampuan berfikirnya yang
tinggi adalah kegiatan mengungkapkan rahasia yang terkandung dalam wahyu ilahi dan
menyingkapkan penta'wilannya yang benar berdasarkan pengertian-pengertian yang kokoh dan
tepat.
c) Al-ragib al-Ashfah}animenegaskan bahwa karya yang termulia ialah buah kesanggupan
menafsirkan dan menta'wilkan al-Qur'an.

d) M. Quraish shihab menegaskan bahwa pemahaman terhadap ayat-ayat al-Qur'an melalui


penafsiran-penafsirannya mempunyai peranan yang sangat besar bagi maju mundurnya umat

E. Dasar Tafsir dan Syarat-syarat Mufasir

1. Dasar Tafsir

Yang dimaksud ‘dasar tafsir’ adalah fakta yang mendasari munculnya istilah tafsir. Dr. Abd
Muin Salim melihatnya dari tiga segi, yaitu:

a.       Dari Segi Filosofis

Yang dimaksud dari segi  filosofis apabila dasar Tafsir dari fungsi Tafsir sebagai penjelas


maksud kandungan al-Qur’an. Fungsi demikian disebut sendiri oleh al-Qur'an dalam Surat al-
Baqarah (2): 185;

‫شهر رمضان الدى أنزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان‬...

“Bulan Ramadhan, bulan diturunkannya al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan


penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda antara yang hak”.

Dan juga Surat al-Qiyamah (75): 19;

‫ثم إن علينا بيانه‬

“Kemudian, sesungguhnya atas tanggung jawab Kamilah penjelasannya”.

b.      Dari Segi Historis

Selain ayat al-Qur'an berfungsi sebagai penjelas bagi ayat yang lainnya, maka dalam kenyataan
sejarah, Rasulullah juga diberi tugas oleh Allah untuk menjelaskan dan merinci ketentuan-
ketentuan yang masih global dalam nas al-Qur'an. Tugas tersebut dapat dilihat dari ketentuan
Surat al-Nahl (15): 44;

‫وأنزلنا إليك الدكر لتبين للناس مانزل إليهم‬


“Dan kami turunkan kepadamu al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa
yang telah diturunkan kepada mereka”.

Dengan demikian, penjelasan Rasulullah lewat hadisnya mengenai ayat-ayat yang memerlukan
penjelasan, juga berfungsi sebagai tafsir.

c.       Dari Segi Yuridis

Banyak ayat al-Qur'an yang menganjurkan perlunya pemikiran lebuh lanjut guna menyelami
maksud ayat-ayat Allah antara lain dalam Surat Shad (38): 29 yang menyuruh memperhatikan
(tadabbur) dan memikirkan (yazzakkaru) ayat-ayat Allah dan juga dalam Surat al-Zumar (39):
27 yang menerangkan bahwa tujuan Allah menampilkan perumpamaan adalah agar dapat
dijadikan bahan pelajaran (bahan renungan). Upaya mempelajari dan memikirkan ayat-ayat al-
Qur'an ini merupakan petunjuk secara yuridis formal diperlukan tafsir.

2. Syarat-syarat Mufassir

Para ulama telah menyebutkan syarat-syarat yang harus dimiliki setiap mufassir yang dapat kami
ringkaskan sebagai berikut:

a. Akidah yang benar, sebab akidah sangat berpengaruh terhadap jiwa pemiliknya dan sering
mendorongnya untuk mengubah nas-nas dan berkhianat dalam penyampaian berita.

b. Bersih dari hawa nafsu, sebab hawa nafsu akan mendorong pemiliknya untuk membela
kepentingan mazhabnya sehingga ia menipu manusia dengan kata-kata halus dan keterangan
menarik seperti dilakukan golongan Qadariyah, Syi'ah Rafidah, Mu'tazilah dan para pendukung
fanatik mazhab sejenis lainnya.

c. Menafsirkan lebih dahulu, al-Qur’an dengan al-Qur’an karena sesuatu yang masih global pada


satu tempat telah diperinci di tempat lain dan sesuatu yang dikemukakan secara ringkas di suatu
tempat telah diuraikan di tempat lain.

d. Mencari penafsiran dari Sunnah, karena Sunnah berfungsi sebagai pensyarah al-Qur’an dan
penjelasnya. Al-Qur'an telah menyebutkan bahwa semua hukum (ketetapan) Rasulullah berasal
dari Allah. Dalam Surat an-Nisa (4): 105;
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran supaya
kamu mengadili di antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu.”

Allah menyebutkan bahwa Sunnah merupakan penjelas bagi kitab.

“Dan kami turunkan kepadamu az-Zikir (Qur’ân) agar kamu menerangkan kepada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.”

Rasulullah dalam sabdanya: “Ketahuilah bahwa telah diberikan kepadaku al-Qur’an dan


bersamanya pula sesuatu yang serupa dengannya,” yakni Sunnah.

e. Apabila tidak didapatkan penafsiran dalam Sunnah, hendaklah melihat bagaimana pendapat
para sahabat. Karena mereka lebih mengetahui tentang tafsir al-Qur'an, merekalah yang terlibat
dalam kondisi ketika al-Qur’an diturunkan, disamping mereka mempunyai pemahaman yang
sempurna, Ilmu yang shahih dan amal yang saleh.

f. Apabila tidak ditemukan juga penafsiran dalam al-Qur'a.n, Sunnah dan pandangan para
sahabat, maka sebagian besar ulama, dalam hal ini merujuk kepada pendapat tabi'in.

g. Pengetahuan bahasa Arab yang baik, karena al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab.
Pemahaman yang baik terhadap al-Qur'an amat bergantung kepada penguraian mufradat, lafazh-
lafazh dan pengertian-pengertian yang ditunjukkannya sesuai dengan struktur kalimat

h. Pengetahuan tentang prinsip-prinsip ilmu yang berkaitan dengan al-Qur'an, seperti


ilmu qira'at, sebab dengan ilmu ini dapat diketahui bagaimana cara mengucapkan (lafazh-lafazh)
al-Qur'an dan dapat memilih mana yang lebih kuat di antara berbagai ragam bacaan yang
diperkenankan.

i. Pemahaman yang cermat sehingga mufassir dapat mengukuhkan sesuatu makna atas yang lain
atau menyimpulkan makna yang sejalan dengan nash-nash syari’at.

F. Contoh Kongkrit Perbedaan Tarjamah, Ta'wil dan Tafsir dalam Kitab-Kitab Tafsir.

1. Contoh tarjamah dalam kitab-kitab tafsir

Menerjemahkan al-Qur’an Surat Yusuf: (2) yang berbunyi:

‫إنا أنزلنه قرآنا عربيا لعلكم تعقلون‬


Maka cara menterjemahkannya adalah satu persatu kata, misalkan dimulai dari kata “‫”إنا‬, lalu “
‫ ”أنزلنه‬kemudian dilanjutkan dengan kata “‫ ”قرآنا‬dan seterusnya. Sehingga terjemahannya
menjadi: “Sesungguhnya Kami menurunkan al-Qur'an dengan menggunakan bahasa Arab, agar
kamu memahaminya.

2. Contoh Tafsir dalam kitab-kitab tafsir

Menafsirkan al-Qur’an Surat al-An'am (6: 95)

...‫يخرج الحي من الميت ومخرج الميت من الحي‬...

Artinya:

…….dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup…..

          Ayat tersebut ditafsirkan dengan Allahlah yang mengeluarkan burung dari telurnya.

3. Contoh ta'wil dalam kitab-kitab tafsir

a. Menta'wîlkan al-Qur’an Surat al-An'am (6: 95)

...‫يخرج الحي من الميت ومخرج الميت من الحي‬...

Artinya:

…….dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati…..

     Ayat tersebut dita'wilkan dengan, Dia mengeluarkan tumbuh-tumbuhan yang hidup dari biji
dan bibit tanaman yang merupakan benda mati.

Perihal sama dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:

‫وأية لهم االرض الميتة احيينها واخرجنا منها حبا فمنه يأكلون‬.

“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami
hidupkan bumi itu dan kami keluarkan dari biji-bijian, maka darinya mereka makan. (Yasin: 33)

b. Al-Qur'an Surat al-Saffat (37: 93)

‫فراغ عليهم ضربا باليمين‬


Artinya:

“Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulnya dengan tangannya.

     Kata (‫ )باليمين‬arti hakikinya/lahirnya adalah “tangan kanan”, tapi bisa dita'wilkan dengan


“kuat”

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

1. Tarjamah adalah “Salinan dari sesuatu bahasa ke bahasa lain” Atau berarti mengganti,
menyalin memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa yang lain. Tarjamah dibagi 2
yaitu: Tarjamah secara harfiyah dan tarjamah secara maʻnawiyah.

2. Tafsir adalah ilmu mengenai cara pengucapan lafazh-lafazh al-Qur’an serta cara


mengungkapkan petunjuk, kandungan-kandungan hukum, dan makna-makna yang terkandung
didalamnya.

3. Menurut bahasa Ta’wil  berasal dari kata “aul” ‫االول‬    yang artinya kembali. Jadi ta’wil secara


istilah adalah mengembalikan sesuatu pada maksud yang sebenarnya atau memalingkan makna
lahir ke makna batin lafazh.

 
DAFTAR PUSTAKA

http://hansarif.blogspot.com/2015/07/ulumul-quran.html

Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir. tt. Tafsir Ibnu Kasir. Al-Qur'ān Terjemahan dan
Transliterasi.

Anda mungkin juga menyukai