Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah ilmu
tafsir II
Disusun Oleh:
Kelompok :2
Muhammad Qadafi Arifin 1422015
Reza Topik Anugrah 1422025
Nur Azizah Syahdia 1422001
Nurhalimah Tusaqdiyah 1422009
Dosen Pembimbing :
Rahmad Sani, S. Th. I, M. Ag
PRODI HUKUM PIDANA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SEJCH M. DJAMIL
DJAMBEK BUKITTINGGI
2023
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak rahmad sani selaku dosen
mata kuliah tafsir yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai di bidang studi yang kita tekuni.Kami juga
berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam membuat
makalah ini,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu.
Penulis
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
PENDAHULUAN .............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................1
C. TUJUAN................................................................................................................1
PEMBAHASAN.................................................................................................................2
C. KAEDAH-KAEDAH TAFSIR............................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................................19
A. KESIMPULAN....................................................................................................19
B. SARAN..................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................20
iii
TAFSIR AL-QUR’AN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika ditelusuri perkembangan tafsir al-Qur'an sejak dulu sampai
sekarang akan ditemukan bahwa dalam garis besarnya penafsira al-Qur'an itu
dilakukan dengan empat cara (metode) yaitu ijmali (global), tahlili (analitis),
muqorin (perbandingan), dan maudhu'i (tematik). Nabi dan para sahabat
menafsirkan secra Ijmali, tidak memberikan rincian yang memadai.
Karenanya didalam tafsiran mereka pada umumnya sukar menemukan uraian
yang detail. Karena itu, tidak salah bila dikatakan bahwa metode ijmali
merupakan metode tafsir al-Qur'an yang mula-mula muncul.
Metode ini kemudian diterapkan oleh al-Suyuthi di dalam kitabnya
al-Jalalain, dan al Maraghi di dalam kitabnya Taj al-Tafasir kemudian diikuti
oleh metode tahlili dengan mengambil bentuk al-ma”tsur, kemudian tafsir ini
berkembang dan mengambil bentuk al-Ra’y. tafsir dalam bentuk ini kemudian
berkembang terus dengan pesat sehingga menghususkan kajiannya dalam
bidang-bidag tertentu seperti fiqih, tasawuf, bahasa, dan sebagainya. Dapat
dikatakan serupa inilah di abad modern yang mengilhami lahirnya tafsir
maudlu’i, atau disebut juga dengan metode maudlu’i (tematik). Kemudian
lahir pula metode muqarin (perbandingan).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian tafsir al-qur’an?
2. Apa metode tafsir al-qur’an?
3. Bagaimana kaidah-kaidah tafsir al-qur’an?
4. Apa saja tujuan dan fungsi tafsir bagi umat islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian tafsir al-qur’an
2. Untuk mengetahui apa metode tafsir al-qu’an
3. Untuk mengetahui bagaiman kaidah-kaidah tafsir al-qur’an
4. Untuk mengetahui apa saja tujuan dan fungsi tafsir bagi umat islam
iv
TAFSIR AL-QUR’AN
PEMBAHASAN
Kata tafsir berasal dari bahasa Arab, attafsir, yang mempunyai makna
lughawi atau makna etimologis dan makna istilahi atau terminologis.
Secara etimologis, tafsir berarti membuka sesuatu yang tertutup atau
membuka makna dari kata yang sulit dipa- hami. Adapun makna tafsir
secara terminologis ialah ilmu untuk memahami Kitab Suci Al-Qur'an
sehingga jelaslah makna, hukum, dan hikmah yang terkandung di
dalamnya. Dengan demikian, tafsir atau ilmu tafsir adalah salah satu
cabang disiplin ilmu agama Islam. Ilmu ini meliputi ilmu-ilmu bantu
lainnya, seperti ilmu qira'at-yang membahas bagaimana mengucapkan
lafal-lafal Al- Qur'an-ilmu bahasa Arab, ilmu asbabun nuzul-yakni sejarah
sebab-sebab turunnya Al-Qur'an-dan ilmu lainya. Pendek kata, ilmu tafsir
adalah suatu disiplin ilmu untuk memahami apa yang dimaksud Allah
dalam Al-Qur'an. Ilmu tafsir disusun secara sistematis sesuai dengan kadar
kemampuan penyusunnya. Ilmu tafsir adalah ilmu yang meliputi
pemahaman mufasir atas makna Al-Qur'an dan penjelasan maksudnya,
baik bil-ma'tsur-yaitu penafsiran berdasarkan periwayatan dari penjelasan
Rasulullah, sahabat, ataupun tabi'in- maupun bir-ra'yi-yaitu penafsiran
berdasarkan penalaran atau ijtihad.
Sejalan dengan hukum alam (baca: sunatullah)-bahwa Allah mengutus
Rasul-Nya dengan menggunakan bahasa Arab (Q.S. Ibrahim ayat 4)secara
alamiah, pemahaman Nabi Muhammad Saw terhadap Al-Qur'an bersifat
umum dan rinci. Karena, Nabi mempunyai tugas menghafal dan
menjelaskannya (QS. Al- Qiyamah ayat 17-19).1
Adapun pemahaman para sahabat Nabi terhadap Al-Qur'an tidak hanya
didasarkan pada kemampua mereka dalam memahami bahasa Arab, tetapi
juga pada pema haman mereka tentang apa yang dijelaskan oleh Rasulullah,
1
Juhaya S. Praja (Tafsir Hikmah,2000) h.3
v
Sebagaimana dimaklumi, dalam Al-Qur'an terdapat banyak kata dan kalimat
yang mengandung makna dan pengertian yang berbeda-beda. Ada kata dan
kalimat yang mengandung penger- tian umum yang disebut al-mujmal-ada
kata dan kalimat yang mengandung pengertian sulit yang disebut al-
musykit-ada kata atau kalimat yang pengertiannya samar-samar-disebut al
mutasyabih. Pada dasarnya, para sahabat memiliki kemampuan memahami
makna Al-Qur'an. Namun, tingkat kemampuan mereka tidak sama antara
satu dengan yang lainnya. Kemampuan mereka beragama sesuai dengan
kemampuan intelektual dan pengalaman masing-masing.2
1. Pengertian tafsir menurut etimologi:
a. Menurut Ibnu faris, kata fasara menunjukan makna memberi
keterangan dan penjelasan terhada sesuatu. Contohnya dalam
pemakaian kalimat (aku menjelaskan sesuatu) وفس??رته ش??يئ
فسرت. Kata fassara dan tafsiroh berarti وحكمه الماء لى طبيب نظر
seorang dokter terhadap air, kemudian dokter tersebut
memberi penilaian terhadap air tersebut.
b. Menurut al Raghib al Asfahani, kata fassara berarti idzhar al
ma'qul (menampakkan secara nyata apa yang ada dalam
fikiran) dan kata tafsir ada juga yang khusus digunakan untuk
mengungkapkan kata-kata yang asing dan terkadang khusus
digunakan untuk pemalingan mana (ta'wil).
c. Abu Hayyan dalam al Bahr al Muhit, menyebutkan kata tafsir
juga digunakan sebagai pembuka atau penggantian sesuatu
agar ia berjalan (ta'riyati al intilaqi), sebagaiman dicontohkan
oleh Tsa'lab (aku mengganti kuda itu agar ia tetap berjalan
sampai kebatas perjalanan). Makna ini juga senada dengan
makna al kasyfu (membuka). Dalam contoh ini, seolah-olah
ia sengaja membuka punggung kuda tersebut mau berlari
sampai ketujuan.
2
Juhaya S. Praja (Tafsir Hikmah,2000) h.4
vi
d. Jalal al-Din al-Suyuthi, dalam al-Itgan fi ulum al-Qur'an,
menyebutkan bahwa kata tafsir adalah bentuk mashdar dari
kata fassara yang artinya al-bayanwa al-kasyfu (penjelasan
dan penyingkapan). Ada pendapat yang mengatakan bahwa
kata fassara merupakan kata jadian yang ditukar dari kata
safara, dalam hal ini bisa disebutkan asfara al-shubhiidza
(shubuh telah pergi apabila telah mnghilang). Pendapat lain
mengatakan bahwa ia terambil dari kata al-tafsiroh yang
artinya ismunlimaya rifubihi al-thobibumarodho (nama untuk
seesuatu yang digunakan oleh dokter untuk dapat mengetahui
penyakit pasien).
e. Menurut al Kilabi di dalam at Tashil Tafsir adalah
menjelaskan al-Qur'an, menerangkan maknanya, dan
menjelaskan apa yang dikehendaki nash, isyarat, atau
tujuannya.
f. Menurut syekh al Jazairi dalam Shahih at Taujih Tafsir pada
hakikatnya adalah menjelaskan kata yang sukar di pahami
olch pendengar sehingga berusaha mengemukakan
sinonimnya atau mana yang mendekatinya, atau dengan jalan
mengemukakan salah satu dilalah-nya.
g. Menurut Abu Hayyan Tafsir adalah ilmu mengenai cara
Pengucapan kata-kata al-Qur'an serta cara mengungkapkan
petunjuk, kandungankandungan hokum dan makna-makna
yang terkandung di dalamnya3.
h. Menurut al Zarkasyi Tafsir adalah ilmu yang di gunakan
untuk memahami dan menjelaskan makna-makna kitab Allah
yang di turunkan kepada Nabi-Nya, Muhamad SAW. serta
menyimpulkan kandungan-kandungan hukum dan
hikmahnya. Berdasarkan beberapa rumusan tafsir yang di
3
Juhaya S. Praja (Tafsir Hikmah,2000) h.5
vii
kemukakan para ulama' tersebut diatas, dapat di tarik satu
kesimpulan bahwa pada dasarnya tafsir itu adalah sesuatu
hasil usaha tanggapan, penalaran, dan ijtihad manusia untuk
menyingkap nilai-nilai samawi yang terdapat di dalam al-
Qur'an.
a. Metode Ijmali
4
Hujair A.H. Sanaki,(Metode Tafsir, Perkembangan Metode Tafsir Mengikuti Warna atau
Corak Mufassirin,2008) h.271-272
viii
misalnya, untuk menjelaskan lima ayat pertama itu ia membutuhkan 7
halaman. Hal ini disebabkan uraiannya bersifat analitis dengan
mengemukakan berbagai pendapat dan didukung oleh fakta-fakta dan
argumen-argumen, baik berasal dari al-Qur'an atau hadis-hadis Nabi
serta pendapat para sahabat dan tokoh ulama, juga tidak ketinggalan
argumen semantik.
5
Hujair A.H. Sanaki,(Metode Tafsir, Perkembangan Metode Tafsir Mengikuti Warna atau
Corak Mufassirin,2008) h.272-273
ix
Metode tahlili, adalah metode yang berusaha untuk menerangkan
arti ayat-ayat al-Qur'an dari berbagai seginya, berdasarkan urutan-
urutan ayat atau surah dalam mushaf, dengan menonjolkan kandungan
lafadz- lafadznya, hubungan ayat-ayatnya, hubungan surah-surahnya,
sebab-sebab turunnya, hadis-hadis yang berhubungan dengannya,
pendapat-pendapat para mufassir terdahulu dan mufassir itu sendiri
diwarnai oleh latar belakang pendidikan dan keahliannya. Ciri-ciri
metode tahlili. Penafsiran yang mengikuti metode ini dapat mengambil
bentuk ma'tsur (riwaya)] atau ra'y (pemikiran). Di antara kitab tafsir
tahlili yang mengambil bentuk al-ma'tsur adalah kitab :
a. Tafsir Jami' al- Bayan'an Ta'wil Ayi al-Qur'an karangan Ibn Jarir al-
Thabari (w.310H), Ma'alim al-Tazil karangan al-Baghawi (w.516H),
Tafsir al-Qur'an al-'Azhim [terkenal dengan tafsir Ibn Katsir] karangan
Ibn Katsir (w.774H), dan al-Durr al- Mantsur fi al-tafsir bi al-Ma'tsur
karangan al-Suyuthi (w.911H).
6
Hujair A.H. Sanaki,(Metode Tafsir, Perkembangan Metode Tafsir Mengikuti Warna atau
Corak Mufassirin,2008) h.274-275
x
tafsir analitis, berikut ini dikemukakan beberapa corak tafsir yang
tercakup dalam tafsir tahlil, sebagai contoh, yaitu: Tafsir al-Ma'tsur,
yaitu cara menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an berdasarkan nash-nash, baik
dengan ayat-ayat al-Qur'an sendiri, dengan hadis-hadis Nabi, dengan
pendapat sahabat, maupun dengan pendapat tabiin. Pendapat (aqwal)
tabiin masih kontraversi dimasukkan dalam tafsir bil ma'tsur sebab para
tabiin dalam memberikan penafsiran ayat-ayat al-Qur'an tidak hanya
berdasarkan riwayat yang mereka kutip dari Nabi, tetapi juga
memasukkan ide-ide dan pemikiran mereka (melakukan ijtihad). Tafsir
ma'tsur yang paling tinggi peringkatnya adalah tafsir yang berdasarkan
ayat al-Qur'an yang ditunjuk oleh Rasulullah. Peringkat kedua adalah
tafsir dengan hadis. Di bawahnya adalah tafsir ayat dengan aqwal
(pendapat) sahabat dan peringkat terakhir adalah tafsir ayat dengan
aqwal tabiin.7
7
Hujair A.H. Sanaki,(Metode Tafsir, Perkembangan Metode Tafsir Mengikuti Warna atau
Corak Mufassirin,2008) h.275-276
xi
Tetapi menurut Adz-Dzahaby, para ulama telah menetapkan
syarat- syarat diterimanya tafsir ra'y yaitu, bahwa penafsirnya:
8
Hujair A.H. Sanaki,(Metode Tafsir, Perkembangan Metode Tafsir Mengikuti Warna atau
Corak Mufassirin,2008) h.277-278
xii
c. membandingkan berbagai pendapat ulama tafsir dalam
menafsirkan al-Qur'an
xiii
tema doktrinal, sosial, dan kosmologis yang dibahas oleh al-Qur'an.
Misalnya ia mengkaji dan membahas dotrin Tauhid di dalam al-Qur'an,
konsep nubuwwah di dalam al-Qur'an, pendekatan al- Qur'an terhadap
ekonomi, dan sebagainya10.
11
xiv
sendiri, atau dari lain-lain. Kemudian tema-tema yang sudah dipilih itu
dikaji secara tuntas dan menyeluruh dari berbagai aspeknya sesuai
dengan kapasitas atau petunjuk yang termuat di dalam ayat-ayat yang
ditafsirkan tersebut. Jadi penafsiran yang diberikan tidak boleh jauh
dari pemahaman ayat-ayat al-Qur'an agar tidak terkesan penafsiran
tersebut berangkat dari pemikiran atau terkaan berkala (al-ra'y al-
mahdh).
12
Thameem ushama, (Metodology tafsir al-Qur’an, 2000)h.14
xv
prinsip dasar, ia patut dicap telah melakukan kesalahan dan
penyimpangan, dan kepribadian orang tersebut tidak dapat dipercaya."
Perlu dicatat, hadits menyatakan: Barangsiapa sengaja berdusta
kepadaku maka mereka adalah tempat baginya; Barangsiapa
menafsirkan Al-Qur'an berdasarkan pikirannya, maka ia akan
menempati neraka (H.R. Turmudzi): dan Barangsiapa yang
menafsirkan Al-Qur'an dengan pikirannya maka ia telah melakukan
kesalahan.13
c. Metode tafsir al-isyari
C. Kaedah-Kaedah Tafsir
Kata "kaidah Tafsir" terdiri dari dua kata, yaitu kaidah dan tafsir. Kata
"kaidah" berasal dari bahasa Arab, qa'idah/ secara etimologis berarti al-
ashl (asal) dan al-asas (dasar). Yaitu sesuatu yang menjadi dasar atas
13
Husnul Hakim Imzi, (Kaidah Tafsir Berbasis Terapan,2022), h.15-16
14
xvi
sesuatu yang lain. Atau dengan istilah lain, sesuatu di mana sesuatu yang
lain dibangun di atasnya. Kalau diianalogkan dengan bangunan, maka
qa'idah bagaikan pondasi dari sebuah bangunan. Dengan demikian, kokoh
dan tegaknya suatu bangunan akan sangat ditentukan oleh pondasi
tersebut. Yang jelas, apapun yang dijadikan sebagai pondasi bagi sesuatu
yang lain maka itulah arti "kaidah" dalam makna etimologisnya.
15
Husnul Hakim Imzi, (Kaidah Tafsir Berbasis Terapan,2022), h.19
16
xvii
dari segi terminologisnya, yang banyak diikuti oleh para ulama حيث القرآن
احوال عن فيه يبحث علمdiikuti oleh para ulama adalah ilmu yang membahas)
( البشرية الطاقة بقدر تعالى اللهمراد على داللتهilmu yang membahasa tentang seluk
beluk al-Qur'an dari segi dalalahnya atas apa yang dikehendaki Allah dari
ayat-Nya sesuai dengan kemampuan manusia)17. Melihat definisi ini, maka
istilah "menafsirkan" merupakan sebuah kerja ilmiah yang harus didukung
oleh disiplin ilmu. Namun juga harus ditegaskan bahwa sebuah penafsiran
itu bersifat relative (shahih), bukan bersifat mutlak dan aksiomatik (haqq).
Artinya, tidak ada penafsiran final dan mutlak, karena kebenaran mutlak
hanya milik Allah semata.18
18
xviii
sangat menentukan terhadap makna yang dimaksud, maka keberadaan
kaidah tafsir ini diharapkan bisa membantu sang pengkaji dalam
menafsirkan ayat secara tepat dan terhindar dari penafsiran yang justru
tidak dikehendaki oleh ayat itu sendiri.
20
Husnul Hakim Imzi, (Kaidah Tafsir Berbasis Terapan,2022), h.63
xix
yang diemban, perbedaan kedalaman dan ragam ilmu yang dikuasainya
masa dan lingkungan yang mengitari, perbedaan situasi dan
kondisiyang dihadapi dan lain sebagainya. Untuk memfungsikan al-
Qur'an sebagai kitab petunjuk dan pedoman hidup, tidaklah cukup al-
Qur'an hanya dibaca sebagai rutinitas sehari-hari dalam kehidupan.
Perlu adanya makna-makna yang tersimpan di dalamnya. Dari sejarah
diturunkanya al-Qur'an, dapat diambil kesimpulan bahwa al-Qur'an
mempunyai tiga pokok:
21
M.Nurdi Zuhdi, ( Hermeneutika al-Qur’an Tipologi Tafsir sebagai solusi dalam
Memecahkan Isu-Isu Budaya lokal keindonesiaan,:Jurnal, 2012)h.258
xx
d. Menyampaikan pembaca kepada maksud yang diiginkan oleh
syari'(pembuat syari'at) yaitu Allah SWT agar memperoleh
kebahagiaan dunia akhirat.22
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kata tafsir berasal dari bahasa Arab, attafsir, yang mempunyai makna
lughawi atau makna etimologis dan makna istilahi atau terminologis. Secara
etimologis, tafsir berarti membuka sesuatu yang tertutup atau membuka makna
dari kata yang sulit dipa- hami. Adapun makna tafsir secara terminologis ialah
ilmu untuk memahami Kitab Suci Al-Qur'an sehingga jelaslah makna, hukum, dan
hikmah yang terkandung di dalamnya.
Metode tafsir ijmali yaitu menafsirkan al-Qur’an dengan cara singkat dan
global tanpa uraian panjang lebar. Metode Tahlili (Analitis) ialah penafsiran ayat-
22
M.Nurdi Zuhdi, ( Hermeneutika al-Qur’an Tipologi Tafsir sebagai solusi dalam
Memecahkan Isu-Isu Budaya lokal keindonesiaan,:Jurnal, 2012)h.258
xxi
ayat al-Qur'an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-
ayat yang ditafsirkan itu
Kata "kaidah Tafsir" terdiri dari dua kata, yaitu kaidah dan tafsir. Kata
"kaidah" berasal dari bahasa Arab, qa'idah/ secara etimologis berarti al-ashl (asal)
dan al-asas (dasar). Yaitu sesuatu yang menjadi dasar atas sesuatu yang lain. Atau
dengan istilah lain, sesuatu di mana sesuatu yang lain dibangun di atasnya.
Tafsir sebagai usaha untuk memahami dan menerangkan maksud
kandungan ayat-ayat al-Qur'an, telah mengalami perkembangan yang cukup
bervariasi, sebagai hasil karya manusia, terjadinya keragaman tersebut, antara lain
perbedaan kecenderungan, interes, motivasi mufasir, perbedaan misi yang
diemban, perbedaan kedalaman dan ragam ilmu yang dikuasainya masa dan
lingkungan yang mengitari, perbedaan situasi dan kondisiyang dihadapi dan lain
sebagainya.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
xxii
Bumi, Cindar. “Pengertian dan Makna Takwil”. Diambil tanggal 9
Maret 2023 dari https://independent.academia.edu/cindarbumi?swp=tc-au-
9135260. 2020
xxiii