Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ULUMUL AL-QUR’AN

TAFSIR DAN TA’WIL

Disusun untuk memenuhi tugas bidang studi Ulum Al-Qur’an kelas XI semester
genap tahun pelajaran 2020\2021

Disusun oleh: Akniz Naelia Zivani


Ilma Nur Amilah
Reinata Fadilah
Nazmi Arini Putri

PESANTREN PERSATUAN ISLAM 3 PAMEUNGPEUK


TINGKAT MUA’LLIMIN
2020
DAFTAR IS
I
MAKALAH ULUMUL AL-QUR’AN....................................................................1
TAFSIR DAN TA’WIL...........................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................2
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................2
1.3 TUJUAN PENULISAN............................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
2.1 Pengertian Tafsir dan Ta’wil.....................................................................4
2.2 Perbedaan Tafsir dan Ta’wil.....................................................................7
2.3 Contoh Penafsiran.....................................................................................7
BAB III....................................................................................................................9
PENUTUP................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan................................................................................................9
3.2 Saran..........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Al Qur`an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Di samping itu,
dalam ayat dan surat yang sama, diinformasikan juga bahwa al Qur`an sekaligus
menjadi penjelasan (bayyinaat) dari petunjuk tersebut sehingga kemudian mampu
menjadi pembeda (furqaan)-antara yang baik dan yang buruk. Di sinilah manusia
mendapatkan petunjuk dari al Qur`an. Manusia akan mengerjakan yang baik dan
akan meninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al
Qur`an tersebut.
Al Qur`an adalah kalaamullaah yang diturunkan kepada nabi Muhammad
SAW. dengan media malaikat Jibril as. Dalam fungsinya sebagai petunjuk, al
Qur`an dijaga keasliannya oleh Allah SWT. Salah satu hikmah dari penjagaan
keaslian dan kesucian Al- Qur`an tersebut adalah agar manusia mampu menjalani
kehidupan di dunia ini dengan benar-menurut Sang Pencipta Allah ‘azza wa jalla
sehingga kemudian selamat, baik di sini, di dunia ini dan di sana , di akhirat sana .
Bagaimana mungkin manusia dapat menjelajahi sebuah hutan belantara dengan
selamat dan tanpa tersesat apabila peta yang diberikan tidak digunakan,
didustakan, ataupun menggunakan peta yang jelas-jelas salah atau berasal dari
pihak yang tidak dapat dipercaya? Oleh karena itu, keaslian dan kebenaran al
Qur`an terdeterminasi dengan pertimbangan di atas agar manusia tidak tersesat
dalam mengarungi kehidupannya ini dan selamat dunia-akhirat.
Kemampuan setiap orang dalam memahami lafald dan ungkapan Al Qur’an
tidaklah sama, padahal penjelasannya sedemikian gemilang dan ayat-ayatnya pun
sedemikian rinci. Perbedaan daya nalar diantara mereka ini adalah suatu hal yang
tidak dipertentangan lagi. Kalangan awam hanya dapat memahami makna-makna
yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya secara global, sedangkan kalangan
cendekiawan dan terpelajar akan dapat mengumpulkan pula dari pandangan
makna-makna yang menarik. Dan diantara cendikiawan kelompok ini terdapat
aneka ragam dan tingkat pemahaman maka tidaklah mengherangkan jika Al-
Qur’an mendapatkan perhatian besar dari umatnya melalui pengkajian intensif
terutama dalam rangka menafsirkan kata-kata garib (aneh-ganjil) atau mentakwil
tarkib (susunan kalimat) dan menterjemahkannya kedalam bahasa yang mudah
dipahami.
1.2 RUMUSAN MASALAH
2. Apa pengertian tafsir dan ta’wil?
3. Apa perbedaan tafsir dan ta’wil?
4. Apa saja contoh penafsiran?

2
1.3 TUJUAN PENULISAN
2. Memahami Tafsir dan Ta’wil.
3. Mengetahui perbedaan Tafsir dan Ta’wil.
4. Mengetahui macam macam contoh penafsiran.

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tafsir dan Ta’wil

2.1.1 Pengertian Tafsir


Secara bahasa, kata tafsir mengikuti pola taf'il , berasal dari kata al fasr (f,s,r)
yang berarti " Menjelaskan, menyingkap, dan menampakan atau menerangkan
makna yang abstrak." Dalam lisan al A'rab al-tafsir berarti menyingkapakan
maksud suatu lafadz yang musykil (pelik), sedangkan al fasr berarti menyingkap
sesuatu yang tertutup.
Adapun tafsir menurut pengertian istilah ialah " ilmu yang membahas tentang
cara pengucapan lafaz lafaz Al Qur'an sesusai dengan yang dikehendaki oleh
Allah SWT., sehingga yang kurang jelas menjadi jelas, yang samar menjadi tidak
samar, yang sulit dipahami menjadi mudah dipahami dan yang merupakan rahasia
tidak menjadi rahasia lagi, sesusai ukuran kemampuan manusia.
a. Menurut al- Jazairi (penulis at Tafsir al-aysar) tafsir adalah mensyarahkan
lafal yang sukar dipahami oleh pendengar dengan uraian yang menjelaskan
maksudnya.
b. Menurut Abdul az-Zarkani dalam Manahil al-irfan fi 'ulum al --Qur'an.
Tafsir adalah ilmu yang membahas al-Qur'an dari segi pemahaman
maknanya sesuai yamg dikehendaki Allah SWT. Menurut kadar
kemampuan manusia.
c. Menurut al- Jurjani dalam at- Ta'rifat, tafsir adalah menjelaskan makna Al
Qur'an, dari segi urutannya, kisahnya, sebab turunnya, dengan
mengemukakan kalimat yang menunjukkan pada makna secara
terang.umum dan menyangkup beberapa aspek pengetahuan, tafsir
adalah:" ilmu yang membahas maksud- maksud Allah yang terkandung
dalam al- Qur'an sesuai dengan kemampuan manusia , maka ia mencakup
hal-hal yang dibutuhkan untuk memahami makna dan menjelaskan apa
yang dikehendaki."
d. Menurut az-Zarkasyi, tafsir adalah " Ilmu untuk memahami kitab Allah
yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW ., dengan menjelaskan
makna maknanya, mengeluarkan atau menggali hokum-hukum dan
hikmah-hikmahnya."
e. Sedangkan menurut az-Zahabi, definisinya bersifat Beberapa ulama juga
banyak yang berpendapat tentang pengertian dari tafsir:

4
Pembahasan mengenai klasifikasi tafsir tidak lepas dari metode yang
digunakan mufasir dalam menafsirkan Al Qur'an.
a. Tafsir bi al Ma'tsur
Tafsir bi al- Ma'tsur kerap disebut Tafsir bi al-riwayah atau bi al-naqli.
Metode penafsiran ini merujuk kepada penafsiran Al Qur'an dengan dasar
periwayatan, riwayat dari Al Qur'an, sunnah dan perkataan sahabat.

b. Tafsir bi al-Ra'yi
Metode penafsiran ini disebut juga tafsir bi al-dirayah, atau tafsir bi al-
ma'qul, sesuai nama yang disandangnya , tafsir ini tidak menyandarkan
pada periwayatan, melainkan pada kekuatan rasional (ijtihad). Dengan
demikian sandaran mereka adalah kemampuan bahasa, aspek perdaban
arab, pemahaman gaya bahasa, yang dipakai untuk komunikasi , dan
penggunan sains dan ilmu pengetahuan lain yang menopang dalam
penafsiran suatu ayat.

c. Tafsir bi al-Isyari
Mayoritas ulama mengatakan, bahwa tafsir al-isyari ialah penafsiran
dengan tidak memfokuskan pada makna lahirnya. Al-Shabuni
mengatakan, bahwa tafsir al-isyarii ialah ta'wil Al-Qur'an dengan
menembus makna lahirnya.

2.1.2 Pengertian Ta’wil.


Ta’wil menurut lughat adalah menerangkan, menjelaskan. Diambil dari
kata“awwala-yu’awwilu-takwilan.” Al-Qaththan dan Al-Jurjani berpendapat
bahwa arti ta’wil menurut lughat adalah “al-ruju’ ila Al-ashl“ (berarti kembali
pada pokoknya). Sedangkan menurut Az-Zarqani berpendapat secara bahasa
adalah sama dengan arti tafsir. Adapun menurtut istilah, ada banyak para ahli
yang berpendapat, antara lain:
a. Menurut Al-Jurzani: Memalingkan suatu lafazh dari makna lahirnya
terhadap makna yang dikandungnya, apabila makna alternatif yang
dipandangnya sesuai dengan ketentuan Al-kitab dan As-sunnah.

b. Menurut Definisi Lain: Takwil ialah mengembalikan sesuatu ghayahnya


(tujuanya), yakni menerangkan apa yang dimaksud.

c. Menurut Ulama Salaf: pertama, “Menafsirkan dan menjelaskan makna


suatu ungkapan, baik bersesuai dengan makna lahirnya ataupun
bertentangan.” Definisi takwil seperti ini sama dengan definisi tafsir.
Kedua, “Hakikat sebenarnya yang dikehendaki suatu ungkapan.”

5
d. Menurut Ulama Khalaf: Mengalihkan suatu lafazh dari maknanya yang
rajih pada makna yang marjuh karena ada indikasi untuk itu. istilah adalah
suatu usaha untuk memahami lafazh-lafazh (ayat-ayat) Al-Qur’an
melalui.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat di simpulkan bahwa pengertian
ta’wil secara pendekatan memahami arti atau maksud sebagai kandungan dari
lafazh itu. Dengan kata lain, ta’wil berarti mengartikan lafazh dengan beberapa
alternatif kandungan makna yang bukan makna lahiriyah, bahkan penggunaan
secara masyhur kadang-kadang diidentikan dengan tafsir.

2.1.3 Syarat-Syarat Ta’wil.


Adapun syarat-syarat ta’wil adalah :
a. Lafaz itu dapat menerima ta’wil seperti lafaz zhabir (menunjukkan
maksud) dan lafaz hash (menunjukan makna) serta tidak berlaku untuk
muhkam dan mufassar.
b. Lafaz itu mengandung kemungkinan untuk di-ta’wil-kan karena lafaz
tersebut memiliki jangkauan yang luas dan dapat diartikan untuk di-
ta’wail. Serta tidak asing dengan pengalihan kepada makna lain tersebut.
c. Ada hal-hal yang mendorong untuk ta’wil seperti :
 Bentuk lahir lafaz berlawanan dengan kaidah yang berlaku dan diketahui
secara dharuri, atau berlawanan dengan dahlil yang lebih tinggi dari dahlil
itu.Contohnya: suatu hadis menyalahi maksud hadis yang lain, sedangkan
hadis itu ada kemungkinan untuk di ta’wil kan, maka hadis itu di ta’wil
kan saja ketimbang ditolak sama sekali.
 Nash itu menyalahi dalil lain yang lebih kuat dilalah-nya.Contohnya: suatu
lafaz dalam bentuk zhabir diperuntukan untuk suatu objek, tetapi ada
makna menyalahinya dalam bentuk nash.
 Lafaz itu merupakan suatu nash untuk suatu objek tetapi menyalahi lafaz
lain yang mufassar.
Dalam semua bentuk itu berlakulah ta’wil.
2.1.4 Ta’wil itu harus mempunyai sandaran kepada dahlil dan tidak
bertentangan dengan dahlil yang ada.

6
2.2 Perbedaan Tafsir dan Ta’wil
Dari beberapa pendapa ulama dapat disimpulkan bahwa perbedaan tafsir dan
takwil yaitu:
 Tafsir itu lebih umum dari takwil karena dipakai dalam kitab Allah dan
lainnya, sedangkan takwil itu lebih banyak digunakan dalam kitab Allah.
 Tafsir pada umumnya digunakan pada lafazh dan mufradat (kosakata),
sedangkan takwil pda umumnya digunakan untuk menunjukan makna dan
kalimat.
 Takwil diartikan juga sebagai memalingkan makna suatu lafazh dari
makna yang kuat (ar-rajih) ke makna yang kurang kuat (al-marjuh), karena
disertai dalilyang menunjukan demikian. Sedangkan tafsir menjelaskan
makna suatu ayat berdasarkan makna yang kuat.
 Para ulama ada juga yang berpendapat bahwa tafsir adalah penjelasan
yang berdasarkan riwayah, dan takwil berdasarkan dirayah.

2.3 Contoh Penafsiran


Contoh tafsir dan ta’wil, firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 2 yang
berbunyi: lâ rayba fîhi (tidak ada keraguan di dalamnya). Jika diartikan, “lâ
syakka fîhi (tidak ada kebimbangan di dalamnya),” maka ini adalah tafsir. Jika
diartikan, “tidak ada keraguan di kalangan kaum yang beriman” maka ini adalah
ta’wil (Al-Qurthubi, Al-Jâmi‘ li Ahkâm al-Qur’ân, IV/15-16).
Contoh lain, misalkan firman Allah dalam surah al-An’am ayat 95 yang
berbunyi: yukhrij al-hayya min al-mayyit (Allah mengeluarkan yang hidup dari
yang mati). Jika ayat ini diartikan, “Allah mengeluarkan burung (yang bernyawa)
dari telur (yang mati/tidak bernyawa),” maka ini tafsir. Jika diartikan Allah
mengeluarkan orang Mukmin dari orang kafir atau orang berilmu dari orang
bodoh maka ini ta’wil (Al-Jurjani, At-Ta‘rifât, hlm. 50-51).
Contoh lain, firman Allah dalam surah al-Fajr ayat 14 yang berbunyi: Inna
Rabbaka labil mirshâd (Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi). Jika
diartikan, Allah benar-benar mengawasi segala perilaku para hamba-Nya, maka
itu tafsir. Jika diartikan, Allah memperingatkan para hamba-Nya yang telah
meremehkan dan melalaikan perintah Allah, maka ini adalah ta’wil (As-Suyuthi,
Al-Itqân, I/173).
Menurut Az-Zuhaili (2001: 314), di antara contoh ta’wil ialah taqyîd al-
muthlaq (pemberian batasan/syarat pada nash yang mutlak), takhshîsh al-‘âmm
(pengkhususan nash yang umum), dan pengalihan nash umum dari maknanya
yang umum ke makna khusus. Az-Zuhaili (2001: 317) lalu mencontohkan ta’wil
Imam Asy-Syafi’i terhadap firman Allah Swt.:

7
‫َوالَ يُ ْب ِدينَ ِزينَتَه َُّن إِالَّ َما ظَهَ َر ِم ْنهَا‬
Janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak
darinya. (QS an-Nur [24]: 31).
Frasa illâ mâ zhahara minhâ asalnya bermakna umum (kecuali yang tampak
darinya). Lalu Imam Asy-Syafi’i menakwilkannya dengan, “illâ al-wajh wa al-
kaffayn” (kecuali wajah dan dua telapak tangannya). Takwil ini berdasarkan hadis
yanhg dituturkan Aisyah ra. bahwa Nabi saw. pernah berkata kepada Asma’ binti
Abu Bakar:
«‫ َذا‬h َ‫ َذا َوه‬h َ‫ا إِالَّ ه‬hhَ‫رى ِم ْنه‬h َ hُ‫لُحْ أَ ْن ي‬h ‫َص‬ َ ‫ت ْال َم ِح‬
ْ ‫يض لَ ْم ت‬ ِ ‫رْ أَةَ إِ َذا بَلَ َغ‬hh‫ َما ُء إِ َّن ْال َم‬h ‫ا أَ ْس‬hhَ‫ي‬
َ ‫» َوأَ َش‬
‫ار إِلَى َوجْ ِه ِه َو َكفَّ ْي ِه‬
Hai Asma’, sesungguhnya wanita itu, jika sudah haid, tidak pantas dilihat darinya
kecuali ini dan ini (Nabi saw. menunjuk pada wajah dan kedua telapak
tangannya). (HR Abu Dawud).

8
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Al-Qur`an sebagai ”hudan-linnas” dan “hudan-lilmuttaqin”, maka untuk
memahami kandungan al-Qur`an agar mudah diterapkan dalam pengamalan hidup
sehari-hari memerlukan pengetahuan dalam mengetahui arti/maknanya, ta`wil,
dan tafsirnya sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah SAW. Sehingga
kehendak tujuan ayat al-Qur`an tersebut tepat sasarannya.
Tafsir, dan ta`wil diperlukan dalam memahami isi kandungan ayat-ayat al-
Qur`an yang mulia. Pengertian terjemah lebih simple dan ringkas karena hanya
merubah arti dari bahasa yang satu ke bahasa yang lainnya. Sedangkan istilah
tafsir lebih luas dari kata terjemah dan ta’wil , dimana segala sesuatu yang
berhubungan dengan ayat, surat, asbaabun nuzul, dan lain sebagainya dibahas
dalam tafsir yang bertujuan untuk memberikan kepahaman isi ayat atau surat
tersebut, sehingga mengetahui maksud dan kehendak firman-firman Allah SWT
tersebut.
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami berisikan tentang tafsir, ta’wil dan terjemah.
Makalah inipun tak luput dari kesalahan dan kekurangan maupun target yang
ingin dicapai. Adapun kiranya terdapat kritik, saran maupun teguran digunakan
sebagai penunjang pada makalah ini. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan
terima kasih.

9
DAFTAR PUSTAKA
Ali Al-Awsi, Al-Thabathaba’i wa Manhajuh fi Tafsirih Al-Mizan,Taheran, Al-
Jumhuriyyah Al-Islamiyyah fi Iran, 1975.
Ash Siddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu al Qur’an
dan Tafsir. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra. 2000
Amzah, Dr. Kadar M. Yusuf, m.ag. Studi Al-qur’an. Bumi Aksara, Jakarta. 2014

Izzan, Ahmad. Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualitas Al


Qur’an .Bandung: kelompok Humaniora. 2005
Muhaimin,dkk.“Kawasan dan Wawasan Studi Islam”. Jakarta: Kencana. 2005.
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Teungku Ilmu-ilmu Al-Qur’an. PT. Pustaka
Rizki Putra, Semarang. 2002
Nasharuddin Baidan, Prof. Dr., Rekonstruksi Ilmu Tafsir, Yogyakarta, PT. Dana
Bhakti Prima Yasa, 2000
Rifat Syauqi Nawawi, Pengantar Ilmu Tafsir, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1992).
Sirojuddin Iqbal, Drs. Mashuri. Pengantar Ilmu Tafsir. Angkasa, Bandung. 1989
Quthan, Mana’ul. Pembahasan Ilmu Al-Qur’an. Rineka Cipta, Jakarta. 1995.

10

Anda mungkin juga menyukai