Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AL-QUR’AN DAN TAFSIR

TENTANG TAFSIR, TAKWIL, DAN TARJAMAH


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada Mata Kuliah Al
Qur’an dan Tafsir
Dosen Pengampu: Bapak M. Ali Musafak, M.Ag.

Disusun Oleh:
Kelompok VIII
1. Desy Asari (236151026)
2. Ella Rossa Nur Aghesi (236151027)
3. A. Ma’ruf Annas (236151028)

FAKULTAS ADAB DAN BAHASA


PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
TAHUN 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al Qur`an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Di samping
itu, dalam ayat dan surat yang sama, diinformasikan juga bahwa al Qur`an
sekaligus menjadi penjelasan (bayyinaat) dari petunjuk tersebut sehingga
kemudian mampu menjadi pembeda (furqaan)-antara yang baik dan yang
buruk. Di sinilah manusia mendapatkan petunjuk dari al Qur`an. Manusia
akan mengerjakan yang baik dan akan meninggalkan yang buruk atas dasar
pertimbangannya terhadap petunjuk al Qur`an tersebut.
Al Qur`an adalah kalaamullaah yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW. dengan media malaikat Jibril as. Dalam fungsinya sebagai
petunjuk, al Qur`an dijaga keasliannya oleh Allah SWT. Salah satu hikmah
dari penjagaan keaslian dan kesucian Al- Qur`an tersebut adalah agar manusia
mampu menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar-menurut Sang
Pencipta Allah ‘azza wa jalla sehingga kemudian selamat, baik di dunia dan di
akhirat sana. Bagaimana mungkin manusia dapat menjelajahi sebuah hutan
belantara dengan selamat dan tanpa tersesat apabila peta yang diberikan tidak
digunakan, didustakan, ataupun menggunakan peta yang jelas-jelas salah atau
berasal dari pihak yang tidak dapat dipercaya? Oleh karena itu, keaslian dan
kebenaran al Qur`an terdeterminasi dengan pertimbangan di atas agar manusia
tidak tersesat dalam mengarungi kehidupannya ini dan selamat dunia-akhirat.
Kemampuan setiap orang dalam memahami lafald dan ungkapan Al
Qur’an tidaklah sama, padahal penjelasannya sedemikian gemilang dan ayat-
ayatnya pun sedemikian rinci. Perbedaan daya nalar diantara mereka ini
adalah suatu hal yang tidak dipertentangan lagi. Kalangan awam hanya dapat
memahami makna-makna yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya secara
global, sedangkan kalangan cendekiawan dan terpelajar akan dapat
mengumpulkan pula dari pandangan makna-makna yang menarik. Dan
diantara cendikiawan kelompok ini terdapat aneka ragam dan tingkat

2
pemahaman maka tidaklah mengherangkan jika Al-Qur’an mendapatkan
perhatian besar dari umatnya melalui pengkajian intensif terutama dalam
rangka menafsirkan kata-kata garib (aneh-ganjil) atau mentakwil tarkib
(susunan kalimat) dan menterjemahkannya kedalam bahasa yang mudah
dipahami.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Tafsir, Takwil, dan Tarjamah?
2. Sebutkan macam-macam tafsir, takwil, tarjamah?
3. Jelaskan perbedaan dari tafsir, takwil, tarjamah?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian tafsir, takwil, dan tarjamah
2. Untuk mengetahui macam-macam tafsir, takwil, dan tarjamah
3. Untuk mengetahui perbedaan tafsir, takwil, dan tarjamah

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. TAFSIR
1. Pengertian Tafsir
Kata “tafsir” diambil dari kata “fassara-yufassiru-tafsira” yang
berarti keterangan atau uraian. Secara bahasa, “tafsir” berarti “penjelasan,
penyingkapan (yang tersembunyi), menampakan makna yang logis”.
Tafsir juga pada dasarnya, berdasarkan bahasa tidak akan lepas dari
kandungan makna Al-idhah (menjelaskan), Al-bayan (menerangkan), Al-
kasyf (mengungkapkan), Al-izhar (menampakkan), dan Al-ibanah
(menjelaskan).
Sedangkan secara istilah, pengertian “tafsir”, terdapat beberapa pendapat
ahli, yakni:
a) Menurut Al-Kilabi dalam At-Tashili:
‫التفسير شرح القران وبيان معناه واالفصاح بما يقضيه بنصه أوأشارته أونحوا‬.
Tafsir adalah menjelaskan Al-Qur’an, menerangkan maknanya dan
menjelaskan apa yang dikehendaki dengan nashnya atau dengan
isyaratnya atau tujuanya.
b) Menurut Syekh Al-Jazairi dalam Shahib At-Taujih:
‫َالَّتفسير فى الحقيقة أنما هو شرح اللفظ المستلف عندالسامع بما هو افصح عن__ده بم__ا يرادف__ه‬
‫اويقاربه أوله دآل لة عليه با حدى طرق الاللةز‬
Tafsir pada hakekatnya adalah menjelaskan lafazh yang sukar
dipahami oleh pendengar dengan mengemukakan lafazh sinonimnya
atau makna yang mendekatinya, atau dengan jalan mengemukakan
salah satu dilalah (petunjuk/menunjukan) lafazh tersebut.
c) Menurut Abu Hayyan:
‫الفسير فى االءصطالح علم يبحث عن كيفية النط__ق بألف_اظ الق__ران وم__د لوالته__ا وأحكامه__ا‬
‫االءفرادية والتركيبية ومعانيها التي تحمل عليها حالة التركيب‬

4
Tafsir adalah ilmu mengenai cara pengucapan lafazh-lafazh Al-
Qur’an serta cara mengungkapkan petunujuk, kandungan-kandungan
hukum, dan makna makna yang terkandung di dalamnya.
d. Menurut Az-Zarkasyi:
‫ وبي__ان معاني__ه واس__تخراج أحكام__ه‬.‫م‬,‫علم يفهم ب__ه كت__اب هللا الم__نزل على نبي__ه محم__د ص‬
‫وحكمه‬
Tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk memahami dan
menjelaskan makna-makna kitab Allah yang diturunkan kepada
Nabi-Nya, Muhammad SAW, seta menyimpulkan kandungan-
kandungan hukum dan hikmahnya.
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tafsir adalah
suatu hasil usaha tanggapan, penalaran, dan ijtihad manusia untuk
menyingkap nilai-nilai samawi yang terdapat di dalam Al-Qur’an.
2. Macam-Macam Tafsir
Secara umum tafsir dapat dibagi kedalam dua bagian, yaitu:
a) Tafsir bi al-Ma’tsur (bi al-Riwayah).
Tafsir bi al-Ma’tsur (bi al-Riwayah) adalah suatu tafsir yang
berasal dari Al-Qur’an sunnah Nabi atau perkataan sahabat yang
menjadi penjelasan bagi kehendak Allah SWT. Jadi Tafsir bi al-
Ma’tsur (bi al-Riwayah) pada dasarnya ialah suatu tafsir yang
didapatkan dari Al-Qur’an sendiri, atau dari sunnah Nabi (yang benar)
atau yang berasal dari perkataan sahabat r.a.
b) Tafsir bil al-Ra’yi (bi al-Dirayah).
Pengertian Tafsir ini dikemukakan oleh al-Zahabi yakni:
“Suatu ungkapan tentang tafsir al-Qur’an dengan itjthad setelah
seorang mufassir mengetahui percakapan orang Arab dari berbagai
seginya, mengetahui lafazh-lafazh bahasa Arab serta seluruh sisi
dalalatnya, dengan dibantu oleh syi’irsyi’ir Jahiliy mengetahui asbab
al-Nuzul, serta mengetahui al nasikh dan al mansukh dari ayat-ayat
Al-Qur’an, dan lain sebagainya dari persyaratan-persyaratan yang
diperlukan oleh seorang mufassir” (al-Zahabi, 1985: 246).

5
Dari definisi diatas berarti Tafsir bil al-Ra’yi adalah suatu tafsir
yang dilakukan dengan ijtihad dari seorang mufasir yang mempunyai
pengetahuan luas dalam bidang bahasa Arab maupun ilmu agama
serta memiliki persyaratan-persyaratan yang diperlukan oleh seorang
mufassir.
3. Syarat-Syarat Menjadi Mufassir (Ahli Tafsir)
Beberapa syarat menjadi ahli tafsir (mufassir) antara lain:
1. Memiliki akidah yang bersih
2. Tidak mengikuti hawa nafsu
3. Ahli tafsir (mufassir) memahami ushul at-tafsir
4. Cerdas dalam ilmu riwayat dan dirayah hadits
B. TAKWIL
1. Pengertian Takwil
Takwil menurut lughat adalah menerangkan, menjelaskan.
Diambil dari kata “awwala-yu’awwilu-takwilan”. Al-Qaththan dan Al-
Jurjani berpendapat bahwa arti ta’wil menurut lughat adalah “al-
ruju’ ila Al-ashl “(berarti kembali pada pokoknya). Sedangkan menurut
Az-Zarqani berpendapat secara bahasa adalah sama dengan arti tafsir.
Adapun menurut istilah, ada banyak para ahli yang berpendapat,
antara lain:
a) Menurut Al-Jurzani:
‫صرف اللفظ عن معناه الظاهر ألى معناه يحتمله أذاكان المحتمل الذي يراه موافقابالكت__اب‬
‫والسنة‬
Artinya:
“Memalingkan suatu lafazh dari makna lahirnya terhadap makna
yang dikandungnya, apabila makna alternatif yang dipandangnya
sesuai dengan ketentuan Al-kitab dan As-sunnah”.

b) Menurut Definisi Lain:


‫التأ ويل ترجيع الشيء ألى غايته بيان مايراد منه‬

6
Artinya:
“Takwil ialah mengembalikan sesuatu ghayahnya (tujuanya), yakni
menerangkan apa yang dimaksud”.
c) Menurut Ulama Salaf:
(1) “Menafsirkan dan menjelaskan makna suatu ungkapan, baik
bersesuai dengan makna lahirnya ataupun
bertentangan.” Definisi takwil seperti ini sama dengan
definisi tafsir.
(2) “Hakikat sebenarnya yang dikehendaki suatu ungkapan.”
d) Menurut Ulama Khalaf:
‫صرف اللفظ عن المعنى الراجح ألى مع__نى ال__دليل يق__ترن‬
‫به‬
Artinya:
“Mengalihkan suatu lafazh dari maknanya yang rajih pada makna
yang marjuh karena ada indikasi untuk itu.”
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat di simpulkan
bahwa pengertian takwil secara istilah adalah suatu usaha untuk
memahami lafazh-lafazh (ayat-ayat) Al-Qur’an melalui pendekatan
memahami arti atau maksud sebagai kandungan dari lafazh itu.
Dengan kata lain, takwil berarti mengartikan lafazh dengan
beberapa alternatif kandungan makna yang bukan makna lahiriyah,
bahkan penggunaan secara masyhur kadang-kadang diidentikan
dengan tafsir.
2. Macam-Macam Takwil
a) Takwil Haqiqi
Takwil haqiqi adalah penafsiran suatu ayat Al-Quran
berdasarkan makna yang sebenarnya. Misalnya, ayat Al-Quran
Surat Al-Mukmin ayat 67 yang berbunyi “Dan keduanya (langit
dan bumi) tidak dapat menampung Aku”, maka takwil haqiqi dari
ayat tersebut adalah bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak
terbatas oleh ruang dan waktu.

7
b) Takwil Majazi

Takwil majazi adalah penafsiran suatu ayat Al-Quran


berdasarkan makna kiasan atau majas. Misalnya, ayat Al-Quran
Surat Al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi “Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling takwa di antara kamu”, maka takwil majazi dari ayat
tersebut adalah bahwa orang yang memiliki tingkat ketakwaan
yang tinggi adalah orang yang paling mulia di sisi Allah
Subhanahu Wa Ta’ala.

1. Syarat-Syarat Takwil
Adapun syarat-syarat takwil adalah:
c) Lafaz itu dapat menerima takwil seperti lafaz zhabir
(menunjukkan maksud) dan lafaz hash (menunjukan makna)
serta tidak berlaku untuk muhkam dan mufassar.
d) Lafaz itu mengandung kemungkinan untuk di-takwil-kan karena
lafaz tersebut memiliki jangkauan yang luas dan dapat diartikan
untuk di-takwail. Serta tidak asing dengan pengalihan kepada
makna lain tersebut.
e) Hal-hal yang mendorong untuk takwil
Hal-hal yang mendorong untuk takwil, yaitu:
a) Bentuk lahir lafaz berlawanan dengan kaidah yang berlaku dan
diketahui secara dharuri, atau berlawanan dengan dahlil yang lebih
tinggi dari dahlil itu. Contohnya suatu hadis menyalahi maksud
hadis yang lain, sedangkan hadis itu ada kemungkinan untuk di
takwil kan, maka hadis itu di takwil kan saja ketimbang ditolak
sama sekali.
b) Nash itu menyalahi dalil lain yang lebih kuat dilalah-nya.
Contohnya suatu lafaz dalam bentuk zhabir diperuntukan untuk
suatu objek, tetapi ada makna menyalahinya dalam bentuk nash.

8
c) Lafaz itu merupakan suatu nash untuk suatu objek tetapi menyalahi
lafaz lain yang mufassar.
Dalam semua bentuk itu berlakulah takwil.
C. TERJEMAH
1. Pengertian Terjemah
Menurut bahasa terjemah adalah salinan dari suatu bahasa ke
bahasa lain. Atau berarti mengganti, menyalin memindahkan kalimat
dari suatu bahasa ke bahasa lain.
2. Macam-Macam Terjemah
Pada dasarnya ada tiga penerjemahan, yaitu:
b) Terjemah maknawiyyah tafsiriyyah, adalah menerangkan makna
atau kalimat dan mensyarahkanya, tidak terikat oleh leterlek-nya,
melainkan oleh makna dan tujuan kalimat aslinya. Terjemah
semacam ini (dengan corak lain) sinonim dengan tafsir.
c) Terjemah harfiyah bi Al-mitsli, yaitu menyalin atau mengganti
kata-kata dari bahasa asli dengan kata-kata sinonimnya
(muradif)-nya ke dalam bahasa baru dan terikat oleh bahasa
aslinya.
d) Terjemah harfiyah bi dzuni Al-mistli, yaitu menyalin atau
mengganti kata-kata bahasa asli kedalam bahasa lain dengan
memerhatikan urutan makna dan segi sastranya, menurut
kemampuan bahasa baru itu dan sejauh kemampuan
penerjemahnya.
1. Syarat-Syarat Penterjemah.
a) Penterjemah haruslah bersifat jujur dalam kegiatanya.
b) Mempunyai kemampuan yang sama terhadap kedua bahasa dalam
hal kosa kata, kaedah-kaedah dan rasa bahasa.
c) Hendaknya sighat (bentuk) terjemah itu benar dan apabila
dituangkan kembali ke dalam bahasa aslinya tidak terdapat
kesalahan.
2. Manfaat atau Faedah Terjemah.

9
a) Dapat menyingkap tabir tentang Islam bagi mereka yang tidak
mengerti bahasa Arab.
b) Menghilangkan rasa ragu terhadap persoalan agama.
c) Memberikan penerangan agama bagi non muslim.
3. Hukum Menterjemahkan Al-Qur’an.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, dapat dismpulkan
bahwa dari hasil terjemah harfiyah, jelas bahwa hukumnya haram.
Karena selain bisa mengaburkan makna yang semestinya, juga tidak
bisa dipahami.
Sedangkan terjemahan maknawiyah, jelas terjemahan ini banyak
dilakukan, guna penyebaran agama Islam, dan banyak memberikan
manfaat bagi umat Islam lainya. Maka hukumnya fardhu kifayah,
bahkan fardhu ‘ain bagi seorang ulama yang ditokohkan.
D. PERBEDAAN TERJEMAH, TAFSIR, DAN TAKWIL
Adapun perbedaan antara tafsir, terjemah, dan takwil, adalah sebagai
berikut:
1. Terjemah lepas dari bahasa semula. sedangkan tafsir dan takwil kadang-
kadang masih dalam bahasa semula.
2. Terjemah tidak memberikan uraian yang lebih dari pokok bahasa,
sedangkan tafsir banyak memberikan pokok-pokok bahasan, demikian
juga Takwil.
3. Terjemah hanya dapat menampung salah satu dari indikasi yang
termuat dalam suku kata atau ayat, sedangkan tafsir sebaliknya.
4. Terjemah hanya memuat pengertian yang umum tidak terperinci
sebagaimana dalam tafsir.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kata “tafsir” diambil dari kata “fassara-yufassiru-tafsira” yang berarti
keterangan atau uraian. Secara bahasa, “tafsir” berarti “penjelasan,
penyingkapan (yang tersembunyi), menampakan makna yang logis”.
Tafsir adalah suatu hasil usaha tanggapan, penalaran, dan ijtihad
manusia untuk menyingkap nilai-nilai samawi yang terdapat di dalam
Al-Qur’an.
Takwil menurut lughat adalah menerangkan, menjelaskan.
Diambil dari kata “awwala-yu’awwilu-takwilan”. Takwil secara
istilah adalah suatu usaha untuk memahami lafazh-lafazh (ayat-ayat)
Al-Qur’an melalui pendekatan memahami arti atau maksud sebagai
kandungan dari lafazh itu.
Kata “tafsir” diambil dari kata “fassara-yufassiru-tafsira” yang berarti
keterangan atau uraian. Secara bahasa, “tafsir” berarti “penjelasan,
penyingkapan (yang tersembunyi), menampakan makna yang logis”.
Menurut bahasa terjemah adalah salinan dari suatu bahasa ke
bahasa lain. Atau berarti mengganti, menyalin memindahkan kalimat
dari suatu bahasa ke bahasa lain.
2. Secara umum tafsir dapat dibagi kedalam dua bagian, yaitu Tafsir bi
al-Ma’tsur (bi al-Riwayah) dan Tafsir bil al-Ra’yi (bi al-Dirayah).

11
Pada dasarnya ada tiga terjemahan, yaitu terjemah maknawiyyah
tafsiriyyah, terjemah harfiyah bi Al-mitsli, dan terjemah harfiyah bi
dzuni Al-mistli.
3. Adapun perbedaan antara tafsir, terjemah, dan takwil, adalah sebagai
berikut:
b. Terjemah lepas dari bahasa semula. sedangkan tafsir dan takwil
kadang-kadang masih dalam bahasa semula.
c. Terjemah tidak memberikan uraian yang lebih dari pokok
bahasa, sedangkan tafsir banyak memberikan pokok-pokok
bahasan, demikian juga Takwil.
d. Terjemah hanya dapat menampung salah satu dari indikasi yang
termuat dalam suku kata atau ayat, sedangkan tafsir sebaliknya.
e. Terjemah hanya memuat pengertian yang umum tidak terperinci
sebagaimana dalam tafsir.
B. Saran
Penulisan makalah ini, diharapkan dapat menambah wawasan
pembaca mengenai definisi takwil, tafsir, dan terjemah. Pembaca
mengetahui macam-macam takwil, tafsir, dan terjemah. Pembaca
mengetahui perbedaan antara tafsir, terjemah, dan takwil menyadari bahwa
penyusunan ini masih jauh dari kata sempurna dan rapi. Penyusun
makalah ini menyadari banyak kesalahan dalam penulisan makalah serta
mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga menjadikan
makalah ini lebih baik kedepannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai