Anda di halaman 1dari 10

TAFSIR, TAKWIL, DAN TERJEMAH

Makalah

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Tafsir

Dosen Pengampu:

Daniel Ahmad, M.Th.I

Oleh:

Nining Laili : 2022.01.01.92430/012PC

Nurul Mazidatul .M : 2022.01.01.92543/012PC

Syaidatul Jannah : 2022.01.01.92364/012PC

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL ANWAR

SARANG REMBANG

2022
TAFSIR, TAKWIL, DAN TERJEMAH

Oleh: Nining, Mazida, dan Saida

A. PENDAHULUAN
Al-Qur’an merupakan kitab petunjuk bagi seluruh umat manusia. Berkat adanya
al-Qur’an, manusia dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk. Al-Qur’an
disebut juga dengan ‘kalamullah’, firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad melalui malaikat Jibril menjadi petunjuk yang diyakini oleh seluruh umat
muslim. Manusia membutuhkan penyingkapan, makna dalam memahaminya secara
mendalam sesuai dengan kaidah yang diakui oleh para ahli, khususnya di dalam
bidang Tafsir dan Takwil, sehingga al-Qur’an benar-benar dapat memberikan
keselamatan bagi mereka yang mengikutinya ke jalan yang benar.
Manusia tidak akan dapat selamat dari kehidupan dunia yang penuh dengan
gelombang perbedaan dan pendapat yang saling bertentangan. Manusia tidak akan
mungkin dapat terbimbing jika al-Qur`an tidak dipahami kandungan dan maknanya.
Oleh karena itu, adanya ilmu tafsir dan takwil yang dirumuskan oleh para ulama
sepeninggal Rasulullah dan pewaris risalah-Nya patut disyukuri dan dilestarikan pada
tiap-tiap generasi selanjutnya.
Kemampuan setiap individu kaum muslim dalam memahami teks al-Qur’an
pastinya berbeda-beda, walaupun yang menjadi objeknya adalah ayat yang sama.
Terjadinya hal ini, dikarenakan para penafsir yang memandang al-Qur’an dari
perspektif yang berbeda, latar belakang yang berbeda, budaya, sikap, dan tingkat
intelektualitas dan kematangannya serta ketajaman insting seorang penafsir.
Perbedaan daya nalar di antara mereka adalah suatu hal yang tidak dapat
dipertentangkan lagi. Kalangan orang-orang awam akan memahami makna-maknanya
yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya secara global. Namun, berbeda dengan para
cendekia yang mampu memberikan makna-makna yang menarik. Dari penjelasan
diatas, maka adanya ilmu dalam bidang tafsir, takwil, dan terjemah merupakan suatu
kebutuhan yang dapat memperkaya sekaligus memahami kedalaman makna-makna
dalam al-Qur’an, serta melengkapi dan meningkatkan khazanah keilmuan dalam
Islam. Maka dari itu, penulis akan menggali dan memaparkan pengertian, dan
perbedaan tafsir, takwil, serta terjemah secara mendalam. Selain itu, akan dijelaskan
sedikit keutamaan tafsir dan beberapa hikmah mempelajari tafsir, takwil, dan
terjemah.

B. Pengertian Tafsir, Takwil, dan Terjemah


1. Pengertian Tafsir
Tafsir secara bahasa mengikuti wazan “taf’il”, berasal dari akar kata al-fasr yang
berarti menjelaskan, menyingkap, dan menampakkan atau menerangkan makna yang
abstrak. Kata kerjanya mengikuti wazan “daraba-yadribu” dan “nasara-yansuru”.
Kata al-tafsir dan al-fasr mempunyai arti menjelaskan dan menyingkap yang tertutup.
Dalam Lisan al-Arab dinyatakan bahwa kata al-fasr berarti menyingkap sesuatu yang
tertutup, sedangkan kata al-tafsîr berarti menyingkap suatu lafaẓ yang musykil (pelik).
Dalam al-Qur’an dinyatakan:

‫َأح َس َن َت ْف ِسْيًرا‬ ِ
ْ ‫ك بِاحْلَ ِّق َو‬
َ َ‫ك بِ َمثَ ٍل ِإاَّل جْئ ن‬
َ َ‫َواَل يَْأُت ْون‬

Artinya: “Tidaklah mereka datang kepadamu (membawa) seuatu yang ganjil,


melainkan Kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan paling baik tafsirnya.”

Maksudnya adalah paling baik penjelesannya dan perinciannya. Ibn ‘Abbas


ِ ‫َت ْف‬
mengartikan ‫سْيرا‬ ‫َأح َس َن‬
ْ ‫ َو‬dengan “lebih baik perinciannya.”
1
ً

Adapun pengertian tafsir secara istilah ialah “ilmu yang membahas tentang cara
pengucapan lafaẓ-lafaẓẓ al-Qur’an, petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya, baik
ketika berdiri sendiri maupun ketika tersusun, dan makna-makna yang dimungkinkan
baginya ketika tersusun, serta hal-hal lain yang melengkapinya. Demikianlah
penjelasan versi Abủ Hayyản. Ia merinci unsur-unsur dan mendefinisikan sebagai
berikut, “ilmu” yang meliputi segala macam ilmu. “Yang membahas cara
pengucapan lafaẓ-lafaẓ al-Qur’an,” mengacu pada ilmu qirâ’ât. “Petunjuk-
petunjuknya” adalah pengertian yang ditujukan pada lafaẓ-lafaẓ itu. Ini mengacu
kepada ilmu bahasa yang diperlukan dalam ilmu tafsir. Kata “hukum-hukumnya baik
1
Mannā Khalil al-Qaṭṭān, Studi Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor: Penerbit Litera AntarNusa, 2019), hlm. 459.
berdiri sendiri maupun ketika tersusun,” meliputi sharf, i’rab, bayần, dan badi. Kata
“makna-makna yang dimungkinkan baginya ketika tersusun,” meliputi pengertian
hakiki dan majâzî; sebab suatu kalimat terkadang perlu pada makna yang bersifat
majâzî. Kata-kata, “hal-hal yang melengkapinya,” sebab nuzul, dan kisah-kisah yang
dapat menjelaskan sesuatu yang kurang jelas dalam al-Qur’an. 2

Menurut al-Zarkasyỉ, tafsir adalah ilmu memahami Kitab Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad, menjelaskan makna-maknanya serta mengeluarkan hukum
dan hikmahnya.3 Menurut al-Kilbiy, tafsir ialah “menjelaskan al-Qur’an dan
menerangkan maknanya, menjelaskan apa yang dikehendaki nash tersebut, isyarat,
atau tujuannya. Menurut istilah syara’, tafsir ialah “menjelaskan makna ayat,
urusannya, kisahnya, dan ayat yang diturunkan dengan lafaẓ yang menunjuk
kepadanya secara terang.”4

2. Pengertian Takwil

Pengertian takwil berasal dari kata “awwal” yang berarti al-marja’, yang berarti
“tempat kembali.”5 Pengertian takwil dalam tradisi Muta’akhirîn adalah
“memalingkan makna lafaẓ yang kuat (rajih) kepada makna yang lemah (marjuh),
karena ada dalil yang menyertainya.” Definisi ini tidak sesuai dengan apa yang
dimaksud dengan lafaẓ takwil dalam al-Qur’an menurut versi Salaf. Menurut
Thameem Ushama, dengan mengutip dari pendapat al-Suyûthi, mengatakan bahwa
takwil bermakna “interpretasi atau memalingkan makna, reklamasi, yaitu seorang
mufasir memalingkan makna ayat al-Qur’an dari kemungkinan makna lain.
Sementara lainnya menganggap bahwa takwil sama dengan tafsir. Al-Suyûthi
menyatakan bahwa, setelah ia melakukan penelitian dan menganalisis secara
menyeluruh tentang berbagai kemungkinan makna ayat al-Qur’an, ia menyimpulkan
bahwa tafsir mengacu pada penjelasan makna zahir al-Qur’an, sedangkan takwil
mengungkapkan makna-makna tersembunyi dan rahasia-rahasia Ilahi. Ringkasnya,
2
Mannâ Khalil al-Qattân, Mabâẖits fî ‘Ulum al-Qur’an, cet. 3, (Riyadh: Mansyurat al-“Asr al-Hadits, 1973) hlm. 456-
457.
3
Al-Itqān, jilid 2, hlm. 174.
4
T.M. Hasbi as-Shiddiqie, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an/Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang), hlm. 178-179,
cet.14.
5
Ashi Hasan, Al-Tafsir al-Qur’ani wa al-Lughah al-Shufiyah fi Falsafati Ibn Sinā, (Beirut: al-Mu’asasah al-Jami’iyah
al-Dirasah wa al-Nasyr wa al-Tawzi’), hlm. 13.
tafsir menunjukkan arti secara lahir al-Qur’an, sedangkan takwil itu lebih menunjuk
pada pengambilan makna yang tersembunyi, yaitu kemungkinan timbulnya makna
lain.

3. Pengertian Terjemah

Kata “terjemah” diambil dari dua arti, yaitu: terjemah harfiyah dan terjemah
tafsiriyah. Terjemah harfiyah, yaitu mengalihkan lafaẓ-lafaẓ dari satu bahasa ke
dalam bahasa lain sedemikian rupa sesuai dengan susunan dan tertib bahasa.
Sedangkan terjemah tafsiriyah atau terjemah maknawiyah, adalah menjelaskan
makna pembicaraan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata bahasa
asal atau susunan kalimatnya.6 Mereka yang mempunyai pengetahuan tentang bahasa-
bahasa, tentu mengetahui bahwa terjemah harfiyah dengan pengertian sebagaimana
diatas, tidak mungkin dapat dicapai dengan baik jika konteks bahasa asli dan cakupan
semua maknanya tetap dipertahankan.

Kata Tarjamah atau dalam tradisi pengucapan Indonesia menjadi terjemah. Dalam
buku Manâẖil al-Irfan, karya al-Zarqâni dijelaskan, bahwasannya menuurut tinjauan
bahasa, kata terjemah mengandung empat pengertian. Pertama, menyampaikan
pembicaraan, kalâm kepada orang yang belum mengetahuinya. Kedua, menafsirkan
pembicaraan, kalâm dengan bahasa aslinya. Ketiga, menafsirkan pembicaraan, kalâm
dengan bahasa lain, bukan dengan bahasa aslinya. Keempat, pemindahan
pembicaraan, kalâm dari satu bahasa ke bahasa yang lain.7

4. Perbedaan Tafsir, Takwil, dan Terjemah

Perbedaan antara tafsir, takwil, dan terjemah yaitu, arti tafsir menjelaskan makna
ayat secara panjang lebar, lengkap dengan penjelasan hukum dan hikmah dari ayat itu
disertai dengan kesimpulan kandungan-kandungan ayat tersebut. Sedangkan takwil,
memiliki arti mengalihkan lafaẓ-lafaẓ ayat al-Qur’an dari arti yang lahir dan rajih
kepada arti lain yang samar dan marjuh. Kemudian untuk terjemah, terjemah
memiliki arti hanya mengubah kata-kata dari bahasa arab ke bahasa lain, tanpa

6
Mannā Khalil al-Qaṭṭān, Studi Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor: Penerbit Litera AntarNusa, 2019), hlm. 459.
7
Prof. Dr. H. Amroeni Drajat, M.Ag, Ulumul Qur’an Pengantar Ilmu-ilmu al-Qur’an, (Medan: KENCANA, 2017). 128.
memberikan penjelasan arti kandungan secara panjang lebar dan tidak menyimpulkan
dari isi kandungannya.

Beda antara tafsir dan terjemah adalah, baik terjemah harfiyah maupun terjemah
tafsîriyah (maknawiyah) memiliki beberapa perbedaan dengan tafsîr. Antara terjemah
tafsiriyah dan tafsir terdapat empat perbedaan. Pertama, terjemah memiliki gaya
tersendiri, yaitu dengan tetap menjaga keaslian posisinya. Adapun tafsir tidak
demikian, tafsir selalu berpedoman pada pertalian erat dengan asalnya. Kedua,
terjemah tidak mentoleransi pembelokan bahasa, sementara tafsir dibolehkan bahkan
merupakan keharusan menerangkan contoh lain sebagai penguatnya. Berbeda dengan
tafsir yang yang berpaku pada teks aslinya, sehingga tidak terjadi penambahan
ataupun pengurangan aslinya. Ketiga, terjemahan bersifat konsisten dan setia pada
makna dan maksud dari kata asalnya. Sedangkan tafsir, menekankan pada penjelasan
yang maksimal, baik penjelasan secara rinci maupun secara global. Keempat,
terjemahan harus konsisten dengan makna dan maksud yang diterjemahkan. Adapun
tafsir tidak demikian, sifat konsisten seorang mufasir tergantung pada kuat atau
tidaknya suatu argumen. Ia tetap akan konsisten jika memang terdapat argumen yang
menopangnya, dan tidak konsisten jika argumen yang menopangnya tidak
mendukungnya.

5. Keutamaan Tafsir al-Qur’an

Tafsir merupakan ilmu syariat yang kedudukannya paling agung dan paling
tinggi. Selain itu, ilmu tafsir disebut sebagai ilmu yang paling mulia, karena objek
pembahasannya dan tujuannya dibutuhkan para umat muslim. Tujuan utamanya
adalah untuk dapat berpegang teguh pada tali yang kokoh dan mencapai kebahagiaan
yang hakiki. Selain itu, tafsir al-Qur’an berfungsi sebagai sebab terhindarnya umat
muslim dari kesesatan di dunia, dan memberikan kebahagiaan di akhirat. Kebutuhan
umat muslim terhadap al-Qur’an sangat dibutuhkan karena segala kesempurnaan
agamawi dan duniawi harus sejalan dengan syara’, dan hal ini sangat bergantung pada
pengetahuan tentang Kitab Allah.8

6. Hikmah mempelajari tafsir, takwil, dan terjemah


8
Al-Itqan, jilid 2, hlm 175.
Adapun hikmah mempelajari tafsir, takwil dan terjemah antara lain
sebagai berikut:

a. Memperjelas makna al-Qur’an

b. Mempermudah memahami isi dan makna al-Qur’an

c. Lebih teliti dalam mengartikan al-Qur’an

d. Agar dalam mengamalkan al-Qur’an tidak asal-asalan, karena ketika kita sudah
memahami tulisan al-Qur’an serta terjemahannya akan lebih mudah untuk
mengamalkan apa yang terkandung di dalam al-Qur’an.

C. Kesimpulan

Al-Qur’an merupakan kitab suci umat islam yang diwahyukan kepada Rasulullah
lewat malaikat jibril, di dalamnya terdapat pengetahuan yang sangat urgent dan perlu,
hal itu tercermin dari corak penafsiran para mufassir terdahulu. Mufassir sendiri ialah
sebutan untuk orang yang menafsiri al-Qur’an. Maka, untuk memahami kandungan
al-Qur’an dengan mudah, seseorang memerlukan pengetahuan dalam mengetahui arti
dan makna yang terkandung dalam al-Qur’an tersebut melalui metode tafsir, takwil,
dan terjemah. Ketiga ilmu tersebut memiliki arti dan fungsi yang berbeda-beda. Tafsir
merupakan ilmu untuk memahami kitab Allah, menjelaskan makna ayat secara
panjang lebar, lengkap dengan penjelasan hukum dan hikmah dari ayat itu disertai
dengan kesimpulan kandungan-kandungan ayat tersebut. Kemudian takwil, memiliki
arti mengalihkan lafaẓ-lafaẓ ayat al-Qur’an dari arti yang lahir dan rajih kepada arti
lain yang samar dan marjuh. Kemudian untuk terjemah, terjemah memiliki arti hanya
mengubah kata-kata dari bahasa arab ke bahasa lain, tanpa memberikan penjelasan
arti kandungan secara panjang lebar dan tidak menyimpulkan dari isi kandungannya.

Setelah kita mengetahui apa itu tafsir, takwil, dan terjemah, maka haruslah bagi
kita untuk bisa memahami dan mendalami makna al-Qur’an dengan baik dan benar
agar kita tidak salah dalam menafsirkan dan menerjemahkan penjelasan yang ada.
Kita juga akan mendapatkan beberapa hikmah setelah kita mempelajari tafsir, takwil,
dan terjemah, salah satunya adalah dalam pengamalan al-Qur’an, kita tidak akan asal-
asalan, karena ketika kita sudah memahami tulisan al-Qur’an serta terjemahannya
akan lebih mudah untuk mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya.

Daftar Pustaka
Al-Qur’an

Qattân (al), Mannā Khalil, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, terj. Drs. Mudzakir AS. Bogor: Penerbit

Litera AntarNusa, 2019.

Qattân (al) Mannâ Khalil, Mabâẖits fî ‘Ulum al-Qur’an, cet. 3, Riyadh: Mansyurat al-“Asr al-
Hadits, 1973.
Al-Itqān, jilid 2, hlm. 174.

Shiddiqie (al) T.M. Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an/Tafsir, Jakarta: Bulan
Bintang.
Hasan, Ashi, Al-Tafsir al-Qur’ani wa al-Lughah al-Shufiyah fi Falsafati Ibn Sinā, (Beirut: al-
Mu’asasah al-Jami’iyah al-Dirasah wa al-Nasyr wa al-Tawzi’).
Drajat, H. Amroeni, Ulumul Qur’an Pengantar Ilmu-ilmu al-Qur’an, Medan: KENCANA, 2017.
Al-Itqan, jilid 2, hlm 175.

Anda mungkin juga menyukai