Konflik ini kemudian meluas ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota Palangka
Raya. Saat itu, para transmigran asal Madura meningkat, akibatnya, Kalimantan
Tengah merasa tidak puas karena terus merasa disaingi oleh Madura. Karena adanya
permasalahan ekonomi ini, terjadi kerusuhan antara orang Madura dengan suku
Dayak. Penyerangan ini lantas membuat 1.335 orang Madura harus mengungsi.
Konflik Sampit yang terjadi pada 2001 bukanlah konflik yang pertama kali terjadi
antara suku Dayak dan Madura. Penduduk Madura pertama kali tiba di Kalimantan
Tengah tahun 1930 di bawah program transmigrasi yang dicanangkan pemerintah
kolonial Belanda. Hukum baru juga telah memungkinkan warga Madura memperoleh
kontrol terhadap banyak industri komersial di provinsi tersebut, seperti perkayuan,
penambangan, dan perkebunan. Hal tersebut menimbulkan permasalahan ekonomi
yang kemudian menjalar menjadi kerusuhan antarkeduanya.