Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS KONFLIK SAMPIT

(kapan terjadinya, penyebab, dan solusi dari konflik Sampit)

Disusun oleh:
1. Ira Roiska Apriliana (10)
2. Muhammad Karel Naufal A (14)
3. Muhammad Restu Putra B. S (15)
4. Siti Nur Azizah (30)
5. Syafira Ramandhani (31)
6. Syawalia Puteri (32)

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI (SMA N) 1 REMBANG


TAHUN PELAJARAN 2023/2024
KONFLIK SAMPIT

No Analisis Hasil Observasi


1. Latar Belakang Konflik Sampit yang terjadi tahun 2001
bukanlah sebuah insiden pertama yang terjadi
antara suku Dayak dan Madura. Sebelumnya sudah
terjadi perselisihan antara keduanya. Penduduk
Madura pertama kali tiba di Kalimantan Tengah
tahun 1930 di bawah program transmigrasi yang
dicanangkan pemerintah kolonial Belanda. Hingga
tahun 2000, transmigran asal Madura telah
membentuk 21 persen populasi Kalimantan Tengah.
Suku Dayak mulai merasa tidak puas dengan
persaingan yang terus datang dari Madura. Hukum
baru juga telah memungkinkan warga Madura
memperoleh kontrol terhadap banyak industri
komersial di provinsi tersebut, seperti perkayuan,
penambangan, dan perkebunan. Hal tersebut
menimbulkan permasalahan ekonomi yang
kemudian menjalar menjadi kerusuhan
antarkeduanya. Insiden kerusuhan terjadi tahun
2001.
Kericuhan bermula saat terjadi serangan
pembakaran sebuah rumah Dayak. Menurut rumor
warga Madura lah yang menjadi pelaku
pembakaran rumah Dayak tersebut. Sesaat
kemudian, warga Dayak pun mulai membalas
dengan membakar rumah-rumah orang Madura.
Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak
mengklaim bahwa pembantaian oleh suku Dayak
dilakukan guna mempertahankan diri setelah
beberapa warga Dayak diserang. Disebutkan juga
bahwa seorang warga Dayak disiksa dan dibunuh
oleh sekelompok warga Madura setelah sengketa
judi di Desa Kerengpangi pada 17 Desember 2000.
2. Konflik Situasi kericuhan antara suku Dayak dengan
Madura diperparah dengan kebiasaan dan nilai-nilai
berbeda yang dimiliki keduanya. Seperti adat orang
Madura yang membawa parang atau celurit ke
mana pun, membuat orang Dayak berpikiran bahwa
tamunya ini siap untuk berkelahi. Konflik Sampit
sendiri diawali dengan perselisihan antara dua etnis
ini sejak akhir 2000. Pertengahan Desember
2000, bentrokan antara etnis Dayak dan Madura
terjadi di Desa Kereng Pangi, membuat hubungan
keduanya menjadi bersitegang. Ketegangan
semakin memuncak setelah terjadi perkelahian di
sebuah tempat hiburan di desa pertambangan emas
Ampalit. Seorang etnis Dayak bernama Sandong,
tewas akibat luka bacok yang ia dapat. Kejadian ini
kemudian membuat keluarga dan tetangga Sandong
merasa sangat marah.
3. Dampak Dua hari setelah peristiwa tersebut, 300 warga
Dayak mendatangi lokasi tewasnya Sandong untuk
mencari sang pelaku. Tak berhasil menemukan
pelakunya, kelompok warga Dayak melampiaskan
kemarahannya dengan merusak sembilan rumah,
dua mobil, lima motor, dan dua tempat karaoke,
milik warga Madura. Penyerangan ini lantas
membuat 1.335 orang Madura mengungsi.
4. Solusi Pada 18 Februari 2001 suku Dayak berhasil
menguasai Sampit. Polisi menahan seorang pejabat
lokal yang diduga sebagai salah satu dalang di balik
serangan ini. Orang yang ditahan tersebut diduga
membayar enam orang untuk memprovokasi
kerusuhan di Sampit. Kemudian, ribuan warga
Dayak mengepung kantor polisi di Palangkaraya
sembari meminta pembebasan para tahanan.
Permintaan mereka dikabulkan oleh polisi pada 28
Februari 2001, militer berhasil membubarkan massa
Dayak dari jalanan. Dari Konflik Sampit ini
sedikitnya 100 warga Madura dipenggal kepalanya
oleh suku Dayak. Konflik Sampit sendiri mulai
mereda setelah pemerintah meningkatkan
keamanan, mengevakuasi warga, dan
menangkap provokator. Untuk memperingati
akhir konflik ini, dibuatlah perjanjian damai
antara suku Dayak dan Madura. Guna
memperingati perjanjian damai tersebut, maka
dibentuk sebuah tugu perdamaian di Sampit.

Anda mungkin juga menyukai