Anda di halaman 1dari 2

Akbar Angkasa_D3TELKOM Pend.

Kewarganegaraan 32220036

Konflik Sampit (2001)


a) Faktor pemicu.
Konflik Sampit terjadi antar suku di Indonesia, yakni Suku Dayak dan Suku
Madura. Konflik ini berawal pada Februari 2001 dan berlangsung sepanjang
tahun itu. Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah dan meluas ke
seluruh provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya. Konflik ini terjadi
antara suku Dayak asli dan warga migran Madura dari pulau Madura.
Penduduk Madura tiba di Kalimantan melalui program Transmigrasi yang
dicanangkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah
Indonesia. Tahun 2000, transmigran membentuk 21% populasi Kalimantan
Tengah. Polemik dampak transmigrasi ini menimbulkan persaingan antara
warga Dayak dan Madura. Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan
yang terus datang dari warga Madura yang semakin agresif. Hukum-hukum
baru telah memungkinkan warga Madura memperoleh kontrol terhadap banyak
industri komersial di provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan
perkebunan.
Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua warga Madura
diserang oleh sejumlah warga Dayak. perang Sampit ini memang terjadi
dikarenakan oleh tradisi yang dipegang teguh oleh dua suku besar yang saling
berbenturan. Masyarakat suku Dayak yang berada di Pulau Kalimantan merasa
terdesak oleh kehadiran suku-suku lain, termasuk suku Madura.
Namun, suku Madura yang dikenal sebagai etnis pulau garam itu seringkali
melanggar dan melakukan beberapa hal yang dianggap oleh suku Dayak tidak
memberikan sikap toleransi terhadap kebudayaan dan tradisi yang ada di
Kalimantan, termasuk tradisi suku Dayak sehingga, akhirnya pecahlah perang
Sampit ini konflik Sampit tahun 2001.

b) Akibat

Konflik Sampit mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari
100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal. Sedikitnya 100 warga
Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini. Suku Dayak
memiliki sejarah praktik ritual pemburuan kepala (Ngayau), meski praktik ini
dianggap musnah pada awal abad ke-20. Konflik antar etnis yang terjadi di
Sampit membuat beberapa aktivitas terhenti. Aktivitas di sekolah-sekolah,
kantor-kantor milik pemerintah maupun swasta dihentikan secara sementara
hingga situasi kembali kondusif.

Politeknik Negeri Ujung Pandang


Akbar Angkasa_D3TELKOM Pend.Kewarganegaraan 32220036

Hal ini berimbas juga pada lumpuhnya kegiatan perekonomian di Sampit.


Banyak kios dan pasar serta ruko yang terpaksa tutup pada saat kerusuhan
berlangsung. Hal ini dilakukan untuk menghindari penjarahan dan tindakan
serupa lainnya. Namun, penjarahan tetap terjadi terutama terhadap harta benda
atau aset milik etnis Madura yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya. Krisis
bahan pangan dan kebutuhan sehari-hari juga terjadi di Sampit. Kapal-kapal
pengangkut barang tidak berani merapat di Pelabuhan Sampit. Semisal ada
kapal barang yang berani merapat maka kegiatan pembongkaran tidak dapat
dilakukan karena keterbatasan tenaga buruh. Buruh yang biasanya melakukan
kegiatan tersebut adalah warga suku Madura.

c) Upaya integritasnya
Penyelesaian dari konflik Sampit ini dilakukan oleh pemerintah dengan
meningkatkan keamanan, mengevakuasi warga, menangkap provokator
dan mengadakan rehabilitasi mental. Rehabilitasi mental ini dianggap perlu
sebab konflik ini memunculnya trauma mendalam khususnya bagi Suku
Madura yang banyak menjadi korban pemenggalan Suku Dayak.
Materi: konflik antar suku
Isi: faktor pemicu,akibat dan upaya integritasnya

Politeknik Negeri Ujung Pandang

Anda mungkin juga menyukai