Anda di halaman 1dari 6

KONFLIK SOSIAL DI SAMPIT

Oleh:

Kayara Mahesa Trisatriya (13)


Kayla Dinda Maharani (14)
Keisha Ratu Alifia (15)
Kiranadinda Sakinah (16)
Luhur Budi Arbilianto (17)
Mafaza Zahran Fayadh (18)
XI MIPA 2

SMAN 47 JAKARTA
11, Jl. Delman Utama I No.1, RT.1/RW.11, Kby. Lama Utara, Kec. Kby. Lama,
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12240
A. Kronologi Kejadian

Kota Sampit yang berada kabupaten Kotawaringin Timur menjadi awal mula
terjadinya kerusuhan antara orang-orang yang berasal dari suku Dayak dan orang-orang
yang berasal dari Madura. Konflik ini sebenarnya terjadi sejak akhir tahun 2000, dimulai
dengan bentrok antara etnis Dayak dan Madura di Desa Kereng Pangi akibat
permasalahan perjudian, yang menyebabkan ketegangan antara kedua kubu tersebut.
Keadaan bertambah tegang setelah adanya perkelahian di desa Pertambangan emas
Ampalit. Di pertarungan tersebut, seorang suku Dayak tewas akibat luka bacokan. Orang
tersebut bernama Sandong, dan walaupun kematiannya sudah ditangani oleh polisi,
namun keluarga dan teman-temannya menyimpan dendam atas kematiannya.

Dua hari setelah kematian Sandong, sebanyak 300 orang warga Dayak berkumpul
dan mendatangi tempat tewasnya Sandong untuk mencari pelaku yang telah
membacoknya hingga meninggal. Namun, mereka tidak bisa menemukan pelaku yang
telah melakukan hal keji tersebut. Oleh karena itu, akhirnya mereka membalas dendam
dengan merusak banyak rumah, mobil, motor, dan tempat karaoke disana, yang semuanya
merupakan milik warga Madura. Kekerasan yang mereka lakukan membuat warga
Madura terpaksa mengungsi, dengan jumlah mencapai ribuan orang.

Lalu para warga Dayak menduga bahwa orang yang membunuh Sandong
bersembunyi di Sampit. Akhirnya, mereka pun mendatangi kota tersebut untuk
melakukan pencarian. Semuanya makin runyam ketika muncul berita bahwa orang
Madura di Sampit menyimpan bom rakitan. Hal ini sebenarnya tidak ada konfirmasi
apakah benar atau tidak.

Setelah banyaknya orang Madura yang terusir dari tempat asalnya di Kalimantan,
mereka pun menjadi defensif sehingga merasa perlu untuk mempersenjatai diri untuk
melindungi diri jika suatu saat akan terjadi penyerangan. Walaupun polisi telah
menangani kasus pembunuhan Sandong, warga Madura melakukan pengusutan yang
sangat lama, dan membuat banyak orang Dayak semakin marah. Warga Dayak merasa
tidak diperlakukan secara adil oleh polisi. Hal ini juga menyebabkan banyak warga
Dayak untuk lanjut menyerang rumah warga Madura atas motif balas dendam. Serangan
yang mereka sebut sebagai balas dendam itu berakhir dengan tewasnya 4 penghuni rumah
yang mereka serang. Peristiwa ini tentunya memancing amarah warga Madura dan
membuat mereka mendatangi salah satu rumah warga Dayak yang menyembunyikan
salah satu pelaku penyerangan. Orang Dayak yang didatangi rumahnya akhirnya
diamankan oleh polisi. Namun walaupun sudah diamankan, warga Madura tetap saja
masih marah dengan hal tersebut dan pada akhirnya membakar rumahnya, bahkan sampai
menyerang dan menewaskan saudara dari orang yang menyembunyikan pelaku.
Berakhirlah dengan makin besar lagi konflik yang mereka miliki.
Setelah penyerangan yang dilakukan oleh orang Madura kepada suku Dayak,
orang Madura masih berkeliling di daerah warga Dayak dan mengecek apakah masih ada
orang Dayak yang tinggal di sana. Namun kejayaan orang-orang Madura tidak bertahan
lama karena situasi menjadi terbalik saat warga Dayak datang dalam jumlah sangat besar
pada tanggal 20 Februari. Konflik yang terjadi secara terbuka pun tidak bisa dihindari
lagi. Senjata tradisional hingga bom rakitan yang ada disana digunakan untuk saling
melawan suku yang bukan bagian dari mereka. Korban meninggal mencapai 500 orang
dan itu hanyalah orang Madura. Bagian dari suku Madura lainnya yang selamat terpaksa
mengungsi keluar dari Sampit agar mereka bisa tetap selamat. bukan hanya di Sampit tapi
kerusuhan yang terjadi itu keluar sampai ibukota provinsi Palangkaraya.

Setelah terjadinya Perang Sampit, akhirnya Palangkaraya pun terkena dampak


dari kejadian tersebut. Sebenarnya sudah banyak warga dari Kalimantan Tengah yang
mengungsi ke Palangkaraya karena adanya kerusuhan tersebut. Namun akhirnya,
Palangkaraya juga bukan menjadi tempat yang aman untuk ditinggali para pengungsi
tersebut. Di Palangkaraya muncul berbagai isu yang membuat warga sekitarnya menjadi
khawatir akan keselamatan mereka. Banyak warga yang takut bahkan hanya untuk
membuka toko dan kegiatan lainnya pun menjadi terhambat. Segala upaya yang
dilakukan untuk mengurangi dampak dari kerusuhan tersebut di Palangkaraya yang
dilakukan oleh pemerintah lokal. Mereka berusaha untuk mengumpulkan beberapa tokoh
adat dan juga orang penting lainnya yang dipercaya bisa mengurangi kekhawatiran
masyarakat setempat.

Dari 500 korban warga Madura yang meninggal setidaknya ada sekitar 100 orang
yang dipenggal kepalanya oleh suku Dayak. Sejarah suku Dayak ini memang sudah
terkenal tapi dikira sudah hilang oleh banyak orang sejak abad ke-20. Ukuran
pembantaian yang sangat besar ini membuat pihak militer maupun polisi merasa
kesulitan untuk mengamankan situasi yang ada di Kalimantan Tengah saat itu.

Respon yang dilakukan oleh pemerintah adalah mengirim pasukan militer dan
juga polisi untuk mengamankan situasi yang terjadi di Kalimantan Tengah akibat Perang
Sampit. Hingga memerlukan pasukan bantuan untuk membantu petugas yang sudah
berada di Kalimantan Tengah pada saat itu. Dimulai pada tanggal 18 Februari di mana
suku Dayak sudah berhasil menguasai kota Sampit. Pejabat lokal yang diduga sebagai
dalang dari kerusuhan ini juga telah diamankan oleh Polisi. Berbagai orang yang dibayar
untuk memprovokasi kejadian ini juga ditangkap dan diketahui bahwa mereka adalah
orang suruhan dari pejabat-pejabat tersebut. Penyerangan yang dilakukan oleh beberapa
warga Dayak juga ditangkap karena mereka adalah orang-orang yang yang menjadi
pemulai kerusuhan ini. Karena hal tersebut, banyak warga Dayak yang datang ke kantor
polisi dan mengepung kantor tersebut agar tahanan-tahanan yang mereka tangkap itu
segera dilepaskan. Karena tidak ingin kondisi makin runyam polisi akhirnya mengikuti
apa yang mereka mau. Setelah dikabulkan permintaan oleh polisi akhirnya warga Dayak
bisa dibubarkan dari jalanan.

B. Penyelesaian Kejadian

Dalam resolusi konflik jangka pendek dengan tujuan untuk menghentikan tindak
kekerasan terbuka di Sampit, peran pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah
begitu signifikan. Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah dengan dibantu TNI dan Polisi
Kalimantan Tengah secara cepat mengevakuasi warga Madura yang berada di Sampit.
Selain itu aparat keamanan juga melakukan jam malam sebagai upaya untuk
menghentikan aksi kekerasan terbuka yang dilakukan oleh pihak pihak yang berseteru.
Namun sayangnya, respon yang diberikan oleh pemerintah Indonesia sedikit terlambat.
Terutama terkait penambahan bantuan pasukan TNI dan Polri untuk membantu
mengamankan situasi dan kondisi di Sampit. Lambannya bantuan yang diberikan oleh
pemerintah Indonesia berdampak pada meluasnya konflik hingga ke Palangkaraya Dan
Pangkalan Bun.

Setelah konflik meluas, barulah pemerintah Indonesia mengirimkan bantuan


pasukan ke Kalimantan Tengah. Pemerintah Indonesia juga kemudian memfasilitasi arus
pengungsian dari Kalimantan Tengah menuju Jawa Timur dengan menggunakan kapal.
Dipindahkannya lokasi para pengungsi ke Jawa Timur adalah sebagai bentuk agar konflik
tidak semakin meluas ke wilayah lain di Kalimantan. Konflik Sampit berlangsung selama
10 hari. Selama 10 hari ada ribuan warga Madura yang terpaksa harus meninggalkan
Kalimantan Tengah dan mengungsi ke Jawa Timur, selain itu ada ratusan orang yang
terpaksa kehilangan nyawa mereka. Korban jiwa yang berjatuhan, tidak memandang usia
ataupun jenis kelamin namun korban jiwa yang meninggal dunia sebagian besar
merupakan masyarakat Madura. Belum lagi sejumlah infrastruktur yang rusak dan habis
dibakar oleh masyarakat Dayak.

Peran pemerintah Indonesia sebagai mediator dalam proses negosiasi damai


antara kedua belah pihak yang berkonflik, dilakukan dengan sangat baik. Pemerintah
Indonesia berhasil menemukan apa yang menjadi akar konflik dan menghasilkan poin
poin kesepakatan damai antara kedua belah pihak. Meskipun melihat hasil dari poin poin
kesepakatan tersebut, masyarakat Dayak lah yang lebih banyak diuntungkan
dibandingkan masyarakat Madura. Proses negosiasi damai antara etnis Dayak dan
Madura sendiri berlangsung selama satu tahun, yakni sejak Maret 2001 hingga Februari
2002.
C. Saran

Peran pemerintah dalam mengatasi konflik yang terjadi antara suku dayak dan
suku madura sangatlah penting. Konflik tersebut memang telah diselesaikan, namun
tentunya ada kekurangan-kekurangan. Untuk mengatasi konflik sosial di Sampit ini,
seharusnya pemerintah lebih cepat tanggap dengan adanya perselisihan antar suku di
Kalimantan pada waktu itu. Pemerintah kurang responsif dengan adanya konflik, dan
baru mulai memproses kejadian setelah perselisihan menyebar luas sampai ke
Palangkaraya. Pemerintah Indonesia tidak boleh melupakan permasalahan Permasalahan
yang muncul sebagai dampak dari konflik.Permasalahan ini juga harus mendapatkan
perhatian lebih agar tidak timbul friksi dikemudian hari.

Terjadinya konflik sosial di Sampit tentunya membuat warga-warga yang


menyaksikan konflik tersebut mengalami trauma. Melihat terjadinya kekerasan di depan
mata mereka sendiri dapat mengganggu kesehatan mental dan psikologis warga tersebut.
Pemerintah seharusnya tidak hanya memberikan keputusan untuk pengungsi Madura
untuk kembali ke Kalimantan Tengah, namun juga memberikan warga tersebut terapi
psikologis yang dapat membuat mereka sembuh dari traumanya. Proses bina damai pasca
konflik yakni Rehabilitasi dan Rekonsiliasi sangat penting untuk dilakukan terutama
pasca konflik yang berlangsung secara anarkis seperti di Sampit.

Aparat keamanan perlu melakukan tugasnya secara lebih aktif lagi, bukan sekedar
pemberlakuan jam malam. Saat konflik etnis terjadi, terutama jIka melibatkan tindak
kekerasan. Aparat keamanan dapat melakukan razia senjata tajam maupun senjata api
yang dimiliki oleh para pihak yang terlibat konflik selain itu tindakan tegas untuk
menembak di tempat pihak pihak yang dianggap memperkeruh konflik juga dapat
dilakukan tanpa harus menunggu konflik meluas.

Selain itu, pemahaman akan persatuan dan kesatuan saat itu mungkin masih
kurang meluas, padahal pada saat terjadi konflik tersebut, posisinya Indonesia sudah
dalam kondisi merdeka. Hal ini mungkin menyebabkan etnis – etnis di pedalaman
Indonesia masih suka main hakim sendiri, tidak mengutamakan musyawarah dalam
penyelesaian masalah, sehingga mereka mudah terprovokasi oleh berita berita yang
belum jelas kebenarannya tanpa berpikir jernih karena kurangnya pemahaman kesatuan
dan persatuan dalam diri mereka. Jadi, seharusnya pemerintah lebih menyebarluaskan
pemahaman - pemahaman yang akan mencegah konflik - konflik seperti ini hingga ke
seluruh penjuru Indonesia, sehingga nantinya tidak akan ada lagi konflik - konflik seperti
ini. Salah satu pemahaman yang harus ditanamkan dalam upaya menjaga persatuan ialah
Dengan menjaga persatuan, maka perpecahan akan sangat mudah untuk dihindari.

Anda mungkin juga menyukai