Anda di halaman 1dari 12

TUGAS IPS

Kliping konflik sosial

Nama: Anindya Paramesthi


No: 01
Kelas: 8B
Konflik Sampit adalah kerusuhan antaretnis
yang terjadi di Sampit pada awal Februari
2001.

Konflik ini dimulai di kota Sampit,


Kalimantan Tengah yang kemudian meluas
ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota
Palangka Raya.

Konflik ini terjadi antara suku Dayak asli dan


warga migran Madura.

Kala itu, para transmigran asal Madura


telah membentuk 21 persen populasi
Kalimantan Tengah.
Akibatnya, Kalimantan Tengah merasa tidak
puas karena terus merasa disaingi oleh
Madura. Karena adanya permasalahan
ekonomi ini, terjadi kerusuhan antara orang
Madura dengan suku Dayak.

Penyerangan ini lantas membuat 1.335


orang Madura harus mengungsi.

Latar Belakang
Konflik Sampit yang terjadi tahun 2001
bukanlah sebuah insiden pertama yang
terjadi antara suku Dayak dan Madura.

Sebelumnya sudah terjadi perselisihan


antara keduanya.
Penduduk Madura pertama kali tiba di
Kalimantan Tengah tahun 1930 di bawah
program transmigrasi yang dicanangkan
pemerintah kolonial Belanda.
Hingga tahun 2000, transmigran asal
Madura telah membentuk 21 persen
populasi Kalimantan Tengah.

Suku Dayak mulai merasa tidak puas


dengan persaingan yang terus datang dari
Madura.

Hukum baru juga telah memungkinkan


warga Madura memperoleh kontrol
terhadap banyak industri komersial di
provinsi tersebut, seperti perkayuan,
penambangan, dan perkebunan.
Hal tersebut menimbulkan permasalahan
ekonomi yang kemudian menjalar menjadi
kerusuhan antarkeduanya.

Insiden kerusuhan terjadi tahun 2001.

Kericuhan bermula saat terjadi serangan


pembakaran sebuah rumah Dayak.

Menurut rumor warga Madura lah yang


menjadi pelaku pembakaran rumah Dayak
tersebut.
Sesaat kemudian, warga Dayak pun mulai
membalas dengan membakar rumah-rumah
orang Madura.

Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat


Dayak mengklaim bahwa pembantaian oleh
suku Dayak dilakukan guna
mempertahankan diri setelah beberapa
warga Dayak diserang. Disebutkan juga
bahwa seorang warga Dayak disiksa dan
dibunuh oleh sekelompok warga Madura
setelah sengketa judi di Desa Kerengpangi
pada 17 Desember 2000
Konflik
Situasi kericuhan antara suku Dayak dengan
Madura diperparah dengan kebiasaan dan
nilai-nilai berbeda yang dimiliki keduanya.

Seperti adat orang Madura yang membawa


parang atau celurit ke mana pun, membuat
orang Dayak berpikiran bahwa tamunya ini
siap untuk berkelahi.

Konflik Sampit sendiri diawali dengan


perselisihan antara dua etnis ini sejak akhir
2000.

Pertengahan Desember 2000, bentrokan


antara etnis Dayak dan Madura terjadi di
Desa Kereng Pangi, membuat hubungan
keduanya menjadi bersitegang.

Ketegangan semakin memuncak setelah


terjadi perkelahian di sebuah tempat
hiburan di desa pertambangan emas
Ampalit.

Seorang etnis Dayak bernama Sandong,


tewas akibat luka bacok yang ia dapat.

Kejadian ini kemudian membuat keluarga


dan tetangga Sandong merasa sangat
marah

DAMPAK
Dua hari setelah peristiwa tersebut, 300
warga Dayak mendatangi lokasi tewasnya
Sandong untuk mencari sang pelaku.

Tak berhasil menemukan pelakunya,


kelompok warga Dayak melampiaskan
kemarahannya dengan merusak sembilan
rumah, dua mobil, lima motor, dan dua
tempat karaoke, milik warga Madura.

Penyerangan ini lantas membuat 1.335


orang Madura mengungsi

Penyelesaian
Pada 18 Februari 2001 suku Dayak berhasil
menguasai Sampit.

Polisi menahan seorang pejabat lokal yang


diduga sebagai salah satu dalang di balik
serangan ini.

Orang yang ditahan tersebut diduga


membayar enam orang untuk
memprovokasi kerusuhan di Sampit.

Kemudian, ribuan warga Dayak mengepung


kantor polisi di Palangkaraya sembari
meminta pembebasan para tahanan.
Permintaan mereka dikabulkan oleh polisi
pada 28 Februari 2001, militer berhasil
membubarkan massa Dayak dari jalanan.

Dari Konflik Sampit ini sedikitnya 100 warga


Madura dipenggal kepalanya oleh suku
Dayak.

Konflik Sampit sendiri mulai mereda setelah


pemerintah meningkatkan keamanan,
mengevakuasi warga, dan menangkap
provokator.
Untuk memperingati akhir konflik ini,
dibuatlah perjanjian damai antara suku
Dayak dan Madura.
Guna memperingati perjanjian damai
tersebut, maka dibentuk sebuah tugu
perdamaian di Sampit.

Anda mungkin juga menyukai