Anda di halaman 1dari 71

Perang sampit

Konflik Sampit adalah pecahnya kerusuhan antar etnis di Indonesia, berawal pada Februari
2001 dan berlangsung sepanjang tahun itu. Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan
Tengah dan meluas ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya. Konflik ini terjadi
antara suku Dayak asli dan warga migran Maduradari pulau Madura.[1] Konflik tersebut pecah
pada 18 Februari 2001 ketika dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga Dayak.[2] Konflik
Sampit mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari 100.000 warga Madura
kehilangan tempat tinggal.[3] Banyak warga Madura yang juga ditemukan dipenggal
kepalanya oleh suku Dayak.[4]

Latar belakang[sunting | sunting sumber]


Konflik Sampit tahun 2001 bukanlah insiden yang terisolasi, karena telah terjadi beberapa
insiden sebelumnya antara warga Dayak dan Madura. Konflik besar terakhir terjadi antara
Desember 1996 dan Januari 1997 yang mengakibatkan 600 korban tewas.[5] Penduduk Madura
pertama tiba di Kalimantan tahun 1930 di bawah program transmigrasi yang dicanangkan oleh
pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia.[6] Tahun 2000,
transmigran membentuk 21% populasi Kalimantan Tengah.[3] Suku Dayak merasa tidak puas
dengan persaingan yang terus datang dari warga Madura yang semakin agresif. Hukum-hukum
baru telah memungkinkan warga Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri
komersial di provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan.[3]
Ada sejumlah cerita yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun 2001. Satu versi mengklaim
bahwa ini disebabkan oleh serangan pembakaran sebuah rumah Dayak. Rumor mengatakan
bahwa kebakaran ini disebabkan oleh warga Madura dan kemudian sekelompok anggota suku
Dayak mulai membakar rumah-rumah di permukiman Madura.[5]
Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim bahwa pembantaian oleh suku Dayak
dilakukan demi mempertahankan diri setelah beberapa anggota mereka diserang.[7] Selain itu,
juga dikatakan bahwa seorang warga Dayak disiksa dan dibunuh oleh sekelompok warga
Madura setelah sengketa judi di desa Kerengpangi pada 17 Desember 2000.[8]
Versi lain mengklaim bahwa konflik ini berawal dari percekcokan antara murid dari berbagai ras
di sekolah yang sama.[9]

Pemenggalan kepala[sunting | sunting sumber]


Sedikitnya 100 warga Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini. Suku
Dayak memiliki sejarah praktik ritual pemburuan kepala (Ngayau), meski praktik ini dianggap
musnah pada awal abad ke-20.[7][10]

Respon[sunting | sunting sumber]


Skala pembantaian membuat militer dan polisi sulit mengontrol situasi di Kalimantan Tengah.
Pasukan bantuan dikirim untuk membantu pasukan yang sudah ditempatkan di provinsi ini. Pada
18 Februari, suku Dayak berhasil menguasai Sampit. Polisi menahan seorang pejabat lokal yang
diduga sebagai salah satu otak pelaku di belakang serangan ini. Orang yang ditahan tersebut
diduga membayar enam orang untuk memprovokasi kerusuhan di Sampit. Polisi juga menahan
sejumlah perusuh setelah pembantaian pertama. Kemudian, ribuan warga Dayak mengepung
kantor polisi di Palangkaraya sambil meminta pelepasan para tahanan. Polisi memenuhi
permintaan ini dan pada 28 Februari, militer berhasil membubarkan massa Dayak dari
jalanan,[11] namun kerusuhan sporadis terus berlanjut sepanjang tahun.

Mempelajari Konflik Sampit


Permasalah konflik tidak terlepas dari adanya interaksi antara suku bangsa didalam
penguasaan sumber daya yang ada di dalam lingkup teritorialnya. Pada awalnya masyarakat
yang berada di Sampit sangat konformitas terhadap persinggungan budaya hal ini
dikarenakan tragedy sampit yang menjatuhkan korban jiwa yang cukup banyak dari suku
Madura merupakan kompleksitas dari tragedy-tragedi kecil yang sebelumnya pernah terjadi.
Sehingga masyarakat suku dayakmemberikan label terhadap suku Madura sebagai
suku antagonissehingga atas ketidakberdayaannya melawan pengaruh-pengaruh penguasaan
suku pendatang secara dominan terhadap suku yang seharusnya menjadi milik territorial
sumberdaya dominan yang dilakukan oleh Suku Madura yang menyebabkan kecemburuan
secara social dan ekonomi.

Banyak sebab yang membuat suku Dayak seakan melupakan asasi manusia baik
langsung maupun tidak langsung. Masyarakat suku Dayak di Sampit selalu “terdesak” dan
selalu mengalah. Dari kasus dilarangnya menambang intan di atas “tanah adat” mereka
sendiri karena dituduh tidak memiliki izin penambangan. Hingga kampong mereka yang
harus berkali-kali pindah tempat karena harus mengalah dari pada penebang kayu yang
mendesak mereka makin ke dalam hutan. Sayangnya, kondisi ini diperburuk oleh
ketidakadilan hukum yang seakan tidak mampu menjerat pelanggar hukum yang
menempatkan masyarakat Dayak menjadi korban kasus-kasus tersebut.

Tidak sedikit kasus-kasus pembunuhan orang Dayak ( yang sebagian besar


disebabkan oleh aksi premanisme etnis Madura) yang merugikan masyarakat Dayak karena
para tersangka tidak bisa ditangkap dan diadili oleh aparat penegak hukum.

Etnis Madura juga punya latar belakang budaya kekerasan ternyata menurut
masyarakat Dayak dianggap tidak mampu untuk beradaptasi (mengingat suku Madura
sebagai pendatang).

Sering terjadinya kasus pelanggarang “tanah larangan” orang Dayak oleh penebang
kayu dari suku Madura. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu perang antar etnis Dayak-
Madura.

Dari cara mereka melakukan usaha dalam bidang perekonomian saja, mereka
terkadang dianggap terlalu kasar oleh sebagian besar masyarakat Dayak, bahkan masyarakat
banjar sekali pun. Banyak cara-cara pemaksaan untuk mendapatkan hasil usaha kepada
konsumen mereka. Banyak pula tipu-daya yang mereka lakukan. Tidak semua suku Madura
bersifat seperti ini. Namun, hanya segelintir saja.

Ada yang mengungkapkan bahwa pertikaian yang sering terjadi antara Madura dan
Dayak dipicu rasa etnosentrisme yang kuat di kedua belah pihak. Semangat persukuan inilah
yang mendasari solidaritas antar-anggota suku di Kalimantan. Situasi seperti itu diperparah
kebiasaan dan nilai-nilai yang berbeda, bahkan mungkin berbenturan. Missal, adat orang
Madura yang membawa parang atau celurit kemanapun pergi membuat orang Dayak melihat
sang “tamu”-nya selalu siap berkelahi. Sebab, bagi orang Dayak membawa senjata tajam
hanya dilakukan ketika mereka hendak berperang atau berburu. Tatkala di antara mereka
terlibat keributan dari soal salah menyambit rumput sampai kasus tanah amat mungkin
persoalan yang semula kecil meledak tak karuan, melahirkan manusia-manusia tak bernyawa
tanpa kepala saat terjadi pembantaian Sampit entah bagaimana cara mereka (suku Dayak)
yang tengah dirasuki kemarahan membedakan suku Madura dengan suku lainnya yang jelas
suku-suku lainnya luput dari serangan orang-orang Dayak.

Begitu pula adanya catatan ingatan dari suku asli tentang perlakuan-perlakuan yang
tidak adil terhadap suku asli yang menyebabkan meningkatnya konformitas dan identitas
kesukuan yang dibangkitkan oleh masyarakat Dayak. Ada beberapa peristiwa yang menjadi
catatan ingatan dari masyarakat Dayak yang menurut mereka adalah perlakuan yang tidak
wajar terhadap masyarakat suku Dayak, antara lain:

 Tahun 1972, seorang gadis Dayak diperkosa di Palangka Raya. Atas kejadian itu diadakan
perdamaian secara hukum adat.

 Tahun 1982, terjadi pembunuhan orang Dayak yang pelakunya merupakan orang Madura.
Tidak ada penyelesaian hukum dan pelaku tidak tertangkap.

 Tahun 1983, warga Kasongan yang ber-etnis Dayak dibunuh di Kecamatan Bukit Batu,
Kasongan. Diadakan perdamaian, dilakukan peniwahan itu dibebankan kepada pelaku
pembunuhan. Perdamaian ditandatangani kedua pihak dan jika pihak Madura melakukan
perbuatan jahatnya, mereka siap untuk keluar dari Kalteng.

 Tahun 1996, seorang gadis Dayak diperkosa dan dibunuh di gedung bioskop Panala di
Palangka Raya, ternyata hukumannya sangat ringan.

 Tahun 1997, di desa Karang Langit, Barito Selatan orang Dayak dikeroyok oleh orang
Madura dengan perbandingan kekuatan 2:40 orang, dengan semua orang Madura meninggal
pada kejadian tersebut. Orang dayak mempertahankan diri dengan ilmu beladiri. Dan orang
Dayak dihukum berat.

 Tahun 1997, di Tumbang Samba, ibukota kecamatan Kaltingan Tengah, seorang anak mati
terbunuh oleh seorang tukang sate etnis Madura. Anak itu hanya kebetulan lewat setelah
tukang sate tersebut bertikai dengan para anak muda.

 Tahun 1998, di Palangka Raya, orang Dayak dikeroyok empat pemuda Madura hingga
meninggal, pelakunya dinyatakan melarikan diri dan kasus tidak diselesaikan secara hukum.

 Tahun 1999, di Palangka Raya, seorang Dayak dikeroyok oleh beberapa orang Madura
karena masalah sengketa tanah. 2 orang Dayak meninggal dunia.

 Tahun 1999, di Palangka Raya, seorang petugas ketertiban umum dibacok oleh orang
Madura, pelaku ditahan di polresta Palangka Raya, namun dibebaskan keesokan harinya
tanpa tuntutan hukum.

 Tahun 1999, di Pangkut, ibukota kecamatan Arut Utara, kabupaten Kotawaringin Barat,
terjadi perkelahian missal dengan suku Madura. Gara-gara suku Madura memaksa
mengambil emas suku dayak. Perkelahian banyak menimbulkan korban pada kedua pihak.
Tak ada penyelesaian hukum.

 Tahun 1999, di Tumbang Samba, terjadi penikaman terhadap suami-istri. Tindakan tersebut
dilakukan untuk balas dendam, namun salah alamat.
 Tahun 2000, di Pangkut, Kotawaringin Barat, sekeluarga Dayak dibunuh oleh orang Madura,
pelaku lari tanpa penyelesaian hukum.

 Tahun 2000, di Palangka Raya, 1 orang Dayak di bunuh oleh pengeroyok suku Madura di
depan gereja Imanuel. Pelaku lari tanpa penyelesaian hukum.

 Tahun 2000, di Kereng Pangi, Kasongan, Kabupaten Kotawaringin Timur, terjadi


pengeroyokan oleh suku Madura. Pelaku kabur tanpa penyelesaian hukum.

 Tahun 2001, di Sampit (17-20 Februari 2001) warga Dayak banyak terbunuh karena
dibantai. Suku Madura lebih dulu menyerang warga Dayak.

 Tahun 2001, di Palangka Raya (25 Februari 2001) seorang warga dayak terbunuh diserang
suku Madura.

Belum terhitung kasus warga Madura di bagian Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
dan Kalimantan Selatan. Suku Dayak hidup berdampingan dengan suku lainnya di
Kalimantan Tengah, kecuali dengan suku Madura. Lalu terjadilah peristiwa kerusuhan pada
25 Februari yaitu peristiwa Sampit yang mencekam.

Apa yang membuat suku Dayak begitu marah dengan menghadapi suku Madura.
Hamper semua tokoh Dayak menunjukan kebanyakan etnis Madura lah penyebab akar
permasalahannya. Maka dari itu , terpapar diatas bahwasanya persinggungan penguasaan
sumberdaya yang tidak terdistribusi secara merata dalam persaingan dan kerjasama sebelum
meningkat menjadi konflik juga dipicu karena permasalahan lebel dari masyarakat suku
Dayak terhadap suku Madura dalam segi budaya yang menimbulkan etnosentrisme sehinggan
terjadi konflik.

Kronologis Konflik Sampit


18 Februari 2001

 Pkl.01.00 WIB terjadi peristiwa pertikaian antar etnis diawali dengan terjadinya perkelahian
antara Suku Madura dengan kelompok Suku Dayak di Jalan Padat Karya, yang
mengakibatkan 5 (lima) orang meninggal dunia dan 1 (satu) orang luka berat semuanya dari
Suku Madura.

 Pkl. 08.00 WIB terjadi pembakaran rumah Suku Dayak sebanyak 2 (dua) buah rumah
yang  dilakukan oleh kelompok Suku Madura dan 1 (satu) buah rumah Suku Dayak
dirusak dan dijarah oleh kelompok Suku madura. Kejadian ini mengakibatkan 3 (tiga) orang
meninggal semuanya dari Suku Dayak.

 Pkl. 09.30 WIB pengiriman Pasukan Brimob Polda dari Kalimantan Selatan sebanyak 103
personil dengan kendali BKO Polda Kaliteng untuk pengamanan di Sampit dan tiba Pkl.
12.00 WIB

 Pkl. 10.00 WIB sebanyak 38 (tiga puluh delapan) orang tersangka dari kelompok Suku
Dayak atas kejadian tersebut di atas diamankan ke MAPOLDA Kalteng di Palangka Raya
dan menyita beberapa macam senjata tajam sebanyak 62 buah.
 Pkl. 20.30 WIB ditemukan 1 (satu) orang mayat dari kelompok Suku Dayak di Jalan Karya
Baru, Sampit.

Tanggal 19 Februari 2001

 Pkl. 02.00 WIB terjadi pembakaran 1 (satu) buah mobil Kijang milik Suku Madura di Jalan
Suwikto, Sampit.

 Pkl. 16.00 WIB ditemukan mayat sebanyak 4 (empat) orang dan 1 (satu) orang luka bakar
semuanya dari Suku Dayak di Jalan Karya Baru, Sampit.

 Pkl. 17.00 WIB diadakan sweeping oleh Petugas aparat keamanan terhadap kelompok Suku
Madura dan kelompok Suku Dayak di Sampit.

 Penangkapan 6 (enam) orang Suku Dayak tersangka berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap
tersangka yang telah ditahan sebelumnya, dan diamankan di Polres Kotim.

 Pkl. 22.00 WIB Wakil Gubernur Kalimantan Tengah dan DANREM 102/PP bersama 
pasukan dari Yonif 631/ATG sebanyak 276 orang menuju Sampit dan tiba Pkl. 03.00 WIB.

 Pkl. 22.00 WIB Wakil Gubernur Kalimantan Tengah dan DANREM 102/PP bersama 
pasukan dari Yonif 631/ATG sebanyak 276 orang menuju Sampit dan tiba Pkl. 03.00 WIB.

 Pada tanggal 18 dan 19 Februari 2001 kota Sampit sepenuhnya dikuasai oleh Suku Madura
yang menggunakan senjata tajam dan bom Molotov.

Tanggal 20 Februari 2001

 Pkl. 08.30 WIB diadakan pertemuan antara DANREM 102/PP, KAPOLDA dan Wakil
Gubernur dan MUSPIDA Kabupaten Kotawaringin Timur dengan tokoh masyarakat di
Sampit ( Tokoh Dayak, Madura dan Tokoh Masyarakat Sampit) untuk mengupayakan
penghentian pertikaian dan dilanjutkan dengan pemantauan ke lokasi pertikaian dengan
mengadakan dialog dengan warga yang bertikai.

 Warga yang ketakutan karena kerusuhan dan sweeping disertai pembakaran rumah yang
dilakukan oleh Suku Madura terhadap Suku Dayak mengungsi ke Gedung Balai Budaya
Sampit, Gedung DPRD Kotawaringin Timur dan Rumah Jabatan Bupati Kotawaringin Timur
sebanyak 702 KK (2.850 orang) bukan Suku Madura dan sebagian warga non Madura
mengungsi ke Palangka Raya.

 Terjadi perkelahian dan kerusuhan massal terbuka antara Suku Madura dan Suku Dayak
yang datang membantu dari pedalaman. Di saat inilah kerusuhan terbesar terjadi dimana
kedua pihak etnis tersebut saling membantai etnis lainnya.

Dari serangkaian peristiwa yang mencekam tersebut dilaporkan terdapat sebanyak 383 orang
korban jiwa dan 38 orang luka-luka. Korban materil berupa 793 buah rumah terbakar, 48
buah rumah rusak, 13 buah kendaraan bermotor, dan 206 buah becak. Dan akhirnya seluruh
etnis Madura yang berada di Kalimantan Tengah dan tempat-tempat lainnya diungsikan
keluar daerah tersebut.
Penyelesaian Masalah
Pertama-tama penyelesaian diserahkan untuk ditangani oleh lembaga independen
yang beranggotakan tokoh-tokoh masyarakat dari kedua etnis serta kalangan intelektual dan
tokoh-tokoh kredibel dari pemerintahan. Yang difasilitasi sepenuhnya oleh negara. Lembaga
ini diberi kewenangan untuk menemukan kesepakatan dari pihak-pihak yang bertikai dan
kemudian mengantarkan para pihak ke titik rekonsiliasi yang memungkinkan menata mereka
kembali keharmonisan social dalam ketenangan dan rasa aman yang terjamin.

Kedua, siapa pun yang diindikasikan kuat sebagai actor-aktor intelektual di balik
kerusuhan di Kalteng, baik dari kalangan etnis Dayak maupun Madura, harus ditangkap dan
dibawa ke pengadilan. Supremasi hukum harus ditegakkan atas mereka.

Ketiga, negara harus membantu warga etnis Madura untuk mendapatkan kembali hak
milik mereka berupa asset ekonomi terutama yang berupa tanah serta rumah tempat tinggal.
Juga memberikan kompensasi terhadap etnis Dayak untuk menjadi tuan tanah di tanah nenek
moyangnya. Mereka harus diberdayakan dari berbagai aspek kehidupan.

Keempat, negara bekerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat melakukan


sosialisasi dan kampanye terus-menerus dalam berbagai bentuk tentang kenyataan Indonesia
sebagai bangsa majemuk berikut pentingnya hidup berdampingan secara damai serta
keutamaan menyelesaikan konflik tanpa kekerasan di dalama masyarakat. Dan, yang tak
kalah pentingnya adalah berupaya menghapus kesan negatif atau stereotype antara etnis
Dayak dan Madura selama ini.

Bab III
Penutup
Kesimpulan
Permasalahan konflik antara suku Dayak dan Madura adalah rangkaian
panjang dari perjalanan interaksi antara kekuatan-kekuatan social dalam struktur social dalam
memperebutkan sumber daya yang ada di Sampit yang menimbulkan persaingan dan akibat
dari tidak meratanya pendistribusian sumber daya yang ada akan menyebabkan konflik.
Perbedaan budaya bukan merupakan penyebab konflik, tetapi bisa menjadi pemicu terjadinya
konflik. Maka dari itu pihak kepolisian dan pemerintah daerah sangat berperan untuk
memberikan solusi-solusi terhadap permasalahan yang ada di masyarakat Sampit.
Terasering ubud
Sawah Terasering Ubud
Liburan ke Bali, tentunya pasti menyenangkan dan banyak orang yang menyukai. Salah
satu tempat wisata di Bali yang wajib dikunjungi adalah, tempat wisata Ubud Bali. Di objek
wisata Ubud, banyak hal yang dapat anda lakukan. Yang menjadi favorit wisatawan adalah
saat wisata ke Ubud adalah melihat sawah terasering Ubud.

Save

Indahnya Pemandangan Hijau Persawahan


Ingin melihat indahnya pemandangan hijau persawahan? Sawah terasering Ubud
Tegalalang, salah satu tempat yang harus anda kunjungi saat liburan di Bali.

Pulau Bali, banyak memiliki areal persawahan, tapi tidak semua daerah di Bali, memiliki
sawah terasering. Untuk melihat sawah terasering di Bali yang memiliki pemandangan
bagus, ada di beberapa tempat. Yaitu Jatiluwih Tabanan, Pupuan Tabanan, Antosari (pantai
Soka), Busung Biu Buleleng, Tirta Gangga Karangasem dan Tegalalang Ubud.

Baca Disini Tentang: Jatiluwih Bali.


Objek Favorit Wisatawan
Saat ini, anda pasti bertanya di Ubud sebelah mana, untuk dapat melihat pemadangan
sawah terasering? Lokasinya bernama desa Tegalalang. Terletak di sebelah utara Ubud.
Tegalalang Ubud sangat terkenal di kalangan para wisatawan dan menjadi objek favorit
wisatawan. Karena letaknya sangat berdekatan dengan objek wisata di Bali yang lainnya,
seperti Goa Gajah, Tampak Siring dan Kintamani.

Di pinggir jalan di desa Tegalalang Ubud, anda akan melihat warung, restoran yang
menawarkan pemandangan sawah terasering Ubud. Pemandangan sawah terasering Ubud
tidak seluas seperti yang di Jatiluwih. Tapi menawarkan pemandangan tersering yang unik,
karena lerengnya sangat miring. Untuk dapat menikmati pemandangan sawah terasering
dengan nyaman. Anda hanya perlu membeli makanan atau minuman di salah satu warung
yang menghadap ke pemandangan terasering Ubud.

Sawah Terasering Ubud – Tempat Wisata Yang Harus


Dikunjungi
Bagi anda yang pertama kali datang untuk liburan ke Bali, pastilah tidak akan tahu cara
mencari lokasi dari sawah terasering Ubud. Agar anda tidak tersesat, ada beberapa cara
yang menurut kami terbaik untuk wisatawan yang belum pernah ke Tegalalang.

Dengan menggunakan jasa sewa mobil dengan supir di Bali, dengan cara menyewa mobil
beserta supir, anda dapat meminta supir untuk mengantar anda ke lokasi sawah terasering
Tegalalang Ubud. Cara yang lain, adalah membeli paket liburan ke Bali yang
menawarkan Ubud Tour.

Jika anda menyukai pemandangan alam yang masih asri, tempat wisata Ubud tidak hanya
menawarkan pemadangan sawah. Ubud juga memiliki pemadangan sungai. Sungai Ayung
namanya! Sungai Ayung sangat terkenal sebagi tempat untuk aktivitas arung jeram di Ubud.
Jika anda ingin tahu lebih tentang rafting Ubud, silakan klik link ini, rafting sungai Ayung
Ubud.
Mengaitkan budaya dengan mas akini
PERKEMBANGAN BUDAYA INDONESIA MASA KINI
17NOV
Indonesia! Ya Negara tempat kita tinggal dan lahir, siapa sih yang tidak

kenal Negara tempat kita tinggal sekarang sebagai


masyarakat Indonesia kita harus tahu perkembangan dan apa dampak-nya bagi kita serta bagaimana
cara menghadapinya.
Semua negara pasti akan menghadapi perubahan termasuk indonesia, perkembangan budaya dalam
suatu bangsa biasanya tidak pada satu aspek saja tetapi bisa saja menyeluruh.

Apakah bisa perkembangan suatu budaya identik dengan kemajuan suatu negara? Atau lebih
tepatnya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemajuan negara? Bagaimana peran
perkembangan budaya terhadap kemajuan negara indonesia?

Pada dasarnya kebudayaan Indonesia dapat kita klasifikasikan dalam dua kelompok besar. yaitu
Kebudayaan Indonesia Klasik dan Kebudayaan Indonesia Modern. Sebagai layaknya seorang
pengkaji yang obyektif, mereka mengkaji dengan tanpa melihat dimensi-dimensi yang ada dalam
kerajaan tersebut. Mereka mempelajari semua dimensi tanpa ada yang dikesampingkan. Adapun
dimensi yang sering ada adalah seperti agama, tarian, nyanyian, wayang kulit, lukisan, patung, seni
ukir, dan hasil cipta lainnya.

kebudayaan indonesia yang pluralis dapat dibagi perkembangannya melaui dimensi waktu yaitu
kebudayaan yang sudah terbentuk ,kebudayaan yang sedang membentuk ,dan kebudayaan yang
akan dibentuk atau yang direncanakan.
Kondisi sosial budaya Indonesia saat ini adalah sebagai berikut :
1.Bahasa, sampai saat Indonesia masih konsisten dalam bahasa yaitu bahasa Indonesia. Sedangkan
bahasa-bahasa daerah merupakan kekayaan plural yang dimiliki bangsa Indonesia sejak jaman
nenek moyang kita. Bahasa asing (Inggris) belum terlihat popular dalam penggunaan sehari-hari,
paling pada saat seminar, atau kegiatan ceramah formal diselingi denga bahasa Inggris sekedar
untuk menyampaikan kepada audien kalau penceramah mengerti akan bahasa Inggris.

2.Sistem teknologi, perkembangan yang sangat menyolok adalah teknologi informatika. Dengan
perkembangan teknologi ini tidak ada lagi batas waktu dan negara pada saat ini, apapun kejadiannya
di satu negara dapat langsung dilihat di negara lain melalui televisi, internet atau sarana lain dalam
bidang informatika.
3.Sistem mata pencarian hidup/ekonomi. Kondisi pereko-nomian Indonesia saat ini masih dalam
situasi krisis, yang diakibatkan oleh tidak kuatnya fundamental ekonomi pada era orde baru.
Kemajuan perekonomian pada waktu itu hanya merupakan fatamorgana, karena adanya utang
jangka pendek dari investor asing yang menopang perekonomian Indonesia.

4.Organisasi Sosial. Bermunculannya organisasi sosial yang berkedok pada agama dan Ras.

5.Sistem Pengetahuan. Dengan adanya LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) diharapkan
perkembangan pengetahuan Indonesia akan terus berkembang sejalan dengan era globalisasi.

6.Religi. Munculnya aliran-aliran lain dari satu agama yang menurut pandangan umum bertentangan
dengan agama aslinya.

7.Kesenian. Dominasi kesenian saat ini adalah seni suara dan seni akting (film, sinetron). Seni tari
yang dulu hampir setiap hari dapat kita saksikan sekarang sudah mulai pudar, apalagi seni yang
berbau kedaerahan. Kejayaan kembali wayang kulit pada tahun 1995 – 1996 yang dapat kita nikmati
setiap malam minggu, sekarang sudah tidak ada lagi. Seni lawak model Srimulat sudah tergeser
dengan model Extravagansa. Untuk kesenian nampaknya paling dinamis perkembangannya.

8.Sedang menghadapi suatu pergeseran-pergeseran atau \”Shirf\” budaya. Hal ini mungkin dapat
difahami mengingat derasnya arus globalisasi yang membawa berbagai budaya baru serta ketidak
mampuan kita dalam membendung serangan itu dan mempertahankan budaya dasar kita.

1.PENGARUH POSITIF DAN NEGATIF BAGI MASYARAKAT TERHADAP PERKEMBANGAN


KEBUDAYAAN
Kebudayaan Indonesia adalah serangkaian gagasan dan pengetahuan yang telah diterima oleh
masyarakat-masyarakat Indonesia (yang multietnis) itu sebagai pedoman bertingkahlaku dan
menghasilkan produks-produk kebudayaan itu sendiri. Hanya persoalannya, ide-ide dan pengetahuan
masyarakat-masyarakat Indonesia juga mengalami perubahan-perubahan, baik karena factor internal
maupun eksternal.

Berikut dampak kebudayaan Indonesia bagi masyarakat, antara lain:

Pengaruh Positif dapat berupa :


1.Peningkatan dalam bidang sistem teknologi, Ilmu Pengetahuan, dan ekonomi.

2.Terjadinya pergeseran struktur kekuasaan dari otokrasi menjadi oligarki.

3.Mempercepat terwujudnya pemerintahan yang demokratis dan masyarakat madani dalam skala
global.

4.Tidak mengurangi ruang gerak pemerintah dalam kebijakan ekonomi guna mendukung
pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

5.Tidak berseberangan dengan desentralisasi.


6.Bukan penyebab krisis ekonomi.

Pengaruh Negatif berupa :


1.Menimbulkan perubahan dalam gaya hidup, yang mengarah kepada masyarakat yang konsumtif
komersial. Masyarakat akan minder apabila tidak menggunakan pakaian yang bermerk (merk
terkenal).

2.Terjadinya kesenjangan budaya. Dengan munculnya dua kecenderungan yang kontradiktif.


Kelompok yang mempertahankan tradisi dan sejarah sebagai sesuatu yang sakral dan penting
(romantisme tradisi). Dan kelompok ke dua, yang melihat tradisi sebagai produk masa lalu yang
hanya layak disimpan dalam etalase sejarah untuk dikenang (dekonstruksi tradisi/disconecting of
culture).

3.Sebagai sarana kompetisi yang menghancurkan. Proses globalisasi tidak hanya memperlemah
posisi negara melainka juga akan mengakibatkan kompetisi yang saling menghancurkan.

4.Sebagai pembunuh pekerjaan. Sebagai akibat kemajuan teknologi dan pengurangan biaya per unit
produksi, maka output mengalami peningkatan drastis sedangkan jumlah pekerjaan berkurang secara
tajam.

5.Sebagai imperialisme budaya. Proses globalisasi membawa serta budaya barat, serta
kecenderungan melecehkan nilai-nilai budaya tradisional.

6.Globalisasi merupakan kompor bagi munculnya gerakan-gerakan neo-nasionalis dan


fundamentalis. Proses globalisasi yang ganas telah melahirkan sedikit pemenang dan banyak
pecundang, baik pada level individu, perusahaan maupun negara. Negara-negara yang harga dirinya
diinjak-injak oleh negara-negara adi kuasa maka proses globalisasi yang merugikan ini merupakan
atmosfer yang subur bagi tumbuhnya gerakan-gerakan populisme, nasionalisme dan
fundamentalisme.

7.Malu menggunakan budaya asli Indonesia karena telah maraknya budaya asing yang berada di
indonesia.

8.Merasa dirinya jadul jika tidak menggunakan barang-barang asing

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Perkembangan budaya bangsa indonesia sangat lah dibutuhkan
bagi rakyat bangsa indonesia tetapi dalam bidang positifnya supaya bangsa ini tidak terpuruk
dengan masalah masalah yang terjadi pada saat ini . seperti memperkenalkan budaya kita yang
sangat beranekaragam dari sabang sampai merauke tetapi dengan semboyan bhineka tunggal ika.
ini lah yang harus di perjuangkan untuk masa depan bangsa indonesia yang cerah.gerakkanlah
BUDAYA ANTI-KORUPSI jangan sampai masalah ini membuat bangsa kita mundur. Cintai-lah
Negara tercinta kita ini. Terimakasih.
Hai teman-teman, apa yang muncul di fikiran kalian ketika mendengar kata “Budaya”?
Segala sesuatu yang berbau “Tradisioanal”? atau segala sesuatu yang berbau “Klasik”? atau
segala sesuatu yang berbau “mistik”? Perlu kalian ketahui, budaya itu bukanlah sesuatu yang
berbau tradisional, klasik dan mistik, tetapi ada juga yang berbau modern. Ayo kita cari tahu
bersama-sama, apa sih budaya itu.

Sebenarnya budaya adalah suatu kebiasaan atau tradisi yang banyak di ikuti dan sering
dilakukan di dalam masyarakat. Seiring berjalannya waktu budaya suatu negara itu dapat
berubah, bertambah atau menghilang selama-lamanya, itu tergantung oleh generasi
penerusnya, mau dilestarikan atau di musnahkan. Tentu saja kita tidak mau budaya kita itu
musnah.

Budaya dapat dibagi menjadi dua jenis. Ada budaya tradisional dan budaya modern. Budaya
Tradisioanal adalah suatu kebiasaan yang diwariskan oleh nenek moyang kita kepada
keturunannya secara turun temurun. Dengan kata lain, budaya tradisional sudah ada sejak
sebelum kita diciptakan di dunia ini. Contohnya seperti tarian-tarian tradisioanal, musik
tradisional, kesenian tradisional, alat musik tradisional dan masih banyak lagi yang tidak
mungkin saya sebutkan satu persatu disini. Sedangkan budaya modern adalah suatu kebiasaan
yang sering dilakukan oleh masyarakat pada zaman sekarang ini. Kebiasaan yang sering
dilakukan oleh teman-teman disini akan membawa bekal untuk masa depan cucu-cucunya
nanti kelak. Salah satu contoh budaya modern adalah dance, clubbing, dan lain-lain yang
berhubungan dengan satanisme.

Negara Indonesia ini termasuk negara paling kaya akan budaya teman. Jadi kalian jangan
meremehkan budaya Indonesia saat ini. Dikarenakan Indonesia merupakan negara kepulauan
atau negara maritim yang memiliki 13.000 pulau yang saling terpisah antara satu pulau
dengan pulau lainnya. Dan hal itulah yang menyebabkan kebiasaan masyarakatnya berbeda
antara satu sama lain, serta suatu tradisi setiap desa maupun kota itu berbeda-beda di antara
satu pulau dengan pulau lainnya. Sehingga menimbulkan adanya kelompok masyarakat
dengan tradisi khusus mengenalnya sebagai tanda pengenalnya atau yang biasa disebut
“Suku”. Dengan adanya perbedaan-perbedaan suku inilah, teman-teman dapat melihat dari
mana bangsa Indonesia mendapatkan keragaman budaya. Banyaknya budaya di Indonesia
juga di dukung oleh maskot-maskot alamnya yang melimpah ruah, mulai dari hewan, mulai
dari hewan, tumbuhan, bunga, bangunan, dan lain sebagainya. Sungguh besar nikmat-Nya
yang telah melimpahkan begitu banyak tentang seni di kehidupan kita. Sebagai warga
Indonesia hendaknya kita mensyukurinya dengan menjaga dan merawat serta melestarikan
budaya kita, budaya Indonesia.
Tahukah teman-teman semua, menurut para ahli bumi pertiwi, dulunya Indonesia itu
merupakan suatu bangsa yang maju. Hal itu dibuktikan dengan keberagaman budayanya. Dan
sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia merupakan bangsa dengan kecerdasan sosial (local
genius) yang dapat menerima budaya lain dengan cara menyaringnya. Mengambil apa yang
mereka butuhkan tanpa menghilangkan budaya asli yang telah ada. Dan diharapkan kepada
seluruh generasi penerus budaya, sifat tersebut tetap ada dan tertanam pada diri anak bangsa
saat ini.

Jika sifat tersebut masih ada, lalu dimanakah perhatian kita sebagai warga Indonesia saat ini?
Budaya Tradisional Indonesia di mata masyarakat luas saat ini lebih dianggap membosankan.
Semakin lama budaya kita semakin tergeser atau tertindas dengan budaya barat yang terus
menerus masuk bersamaan dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat. Mereka lebih
memilih menghafalkan lirik lagu barat atau yang baru-baru saja adalah lagu jepang dan korea
daripada belajar karawitan atau budaya tradisional lainnya. Tarian-tarian tradisionalpun kini
berubah dan telah tergantikan dengan tarian tarian barat atau lebih sering disebut dance-
dance terbaru. Pakaian-pakaian Indonesia yang tadinya tertutup—menutup aurat—kini sudah
tergeser dengan mode-mode yang terus menerus berganti seiring berkembangnya zaman. Dan
hal-hal yang berbau tradisionalpun kini hanya populer di kalangan orang tua atau orang-orang
terdahulu. Jika hal ini terus menerus seperti ini tidak dapat dipungkiri jika budaya tradisional
di Indonesia nantinya akan terus memudar atau musnah dengan berjalannya waktu, bahkan
akan hilang dari peradabannya. Tapi tidak selamanya kita terkena penyakit budaya seperti
yang telah kita bahas diatas tadi teman-teman. Selama kita bisa dan mampu menggunakan
kecerdasan kita dengan mengambil unsur-unsur yang baik dengan tetap memperhatikan serta
mentaati nilai dan tata aturan yang sudah ada.

Bagaimana teman-teman sudah paham dan mengerti tentang apa itu budaya dan cara
menanggapinya? Jangan bingung teman-teman. Hidup ini adalah pilihan. Pilihan untuk
mengikuti setiap kebiasaan saat ini atau tetap menyaring apa hal yang baru dan teman-teman
terima dengan tetap memperhatikan aturan-aturan yang ada. Ingat teman-teman! Masa depan
bangsa ini akan ditentukan oleh keputusan dan dilaksanakan dengan kebijaksanaan dari
penerus bangsanya.
Masuknya budaya asing ke indonesia
Globalisasi merupakan tantangan besar bagi setiap negara. Keadaan ini di tinjau oleh bangsa Indonesia
yang mengikuti arus globalisasi. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini kebudayaan barat yang masuk
ke Indonesia semakin berkembang dengan pesat. Hal ini dapat kita lihat dari semakin banyaknya rakyat
Indonesia yang bergaya hidup kebarat-baratan seperti mabuk-mabukan, clubbing, memakai pakaian ketat,
bahkan berciuman di tempat umum seperti sudah lumrah di Indonesia.

Kebudayaan orang-orang barat tersebut sifatnya negatif dan cenderung merusak dan telah menjadi suatu
kebiasaan yang membudaya. Sehingga melanggar norma-norma yang berlaku dan mempengaruhi
kebudayaan bangsa indonesia yang ketimuran.

Tetapi tidak semua kebudayaan asing yang masuk ke indonesia bersifat negatif, karena ada juga sisi positif
dari masuknya budaya asing tersebut.

Kebudayaan Asing di Indonesia

Bangsa Indonesia dalam mengikuti arus globalisasi terkadang dapat melunturkan jati diri bangsa yang
begitu kental dengan kesopanan dan budaya timur. Dimata dunia Indonesia dikenal sebagai bangsa yang
menjunjung adab ketimuran yang sangat baik. Tapi bangsa Indonesia tidak menutup diri bagi budaya asing
yang ingin masuk ke Indonesia tanpa melunturkan jati diri dan kepribadian bangsa Indonesia. Karena
terkadang globalisasi dapat menjadikan bangsa semakin kreatif tanpa meninggalkan adab bangsanya.

Kebudayaan asing yang masuk akibat era globalisasi (perluasan cara-cara sosial antar benua), ke Indonedia
turut mengubah perilaku dan kebudayaan Indonesia, baik itu kebudayaan nasional maupun kebudayaan
murni yang ada di setiap daerah di Indonesia. Dalam hal ini sering terlihat ketidakmampuan manusia di
Indonesia untuk beradaptasi dengan baik terhadap kebudayaan asing sehingga melahirkan perilaku yang
cenderung ke barat-baratan (westernisasi).

Hal tersebut terlihat dengan seringnya orang-orang terutama remaja Indonesia keluar-masuk pub, diskotik
dan tempat hiburan malam lainnya, dengan berbagai perilaku menyimpang yang menyertainya dan sering
melahirkan komunitas tersendiri terutama di kota-kota besar dan metropolitan. Dalam hal ini terjadinya
berbagai kasus penyimpangan seperti penyalah gunaan zat adiktif, berbagai bentuk pelanggaran susila dan
lain sebagainya. Ini merupakan ketidakmampuan masyarakat Indonesia dalam beradaptasi dan menyeleksi
pengaruh asing sehingga masih bersikap ‘latah’ terhadap kebudayaan asing.

Pengaruh Budaya Asing di Indonesia

Dari sekian banyak budaya asing yang masuk ke Indonesia, diantaranya adalah budaya barat. Barat, sesuai
namanya, merupakan produk perkembangan di bilangan barat dunia yang menekankan individualitas dan
kebebasan. Sementara Indonesia merupakan bagian bangsa timur yang menghendaki harmoni, komando,
dan kolektivitas.

Bangsa Barat yang memberikan pengaruh cukup membekas adalah Portugis dan Belanda. Terutama
Belanda, budaya bangsa-bangsa ini sebagiannya telah terserap dan masuk ke dalam struktur budaya bangsa
Indonesia.

Sesungguhnya, terdapat sejumlah pengaruh “Barat” yang hingga kini terus membekas di dalam struktur
kebudayaan Indonesia. Utamanya di dalam sistem pendidikan Indonesia. Pendidikan merupakan salah satu
komponen nonmaterial kebudayaan yang punya peran signifikan dalam melestarikan suatu budaya. Selain
pendidikan, mekanisme administratif pemerintahan negara barat yang pernah menjajah Indonesia, yaitu
Belanda juga punya pengaruh tersendiri dalam pembentukan sistem sosial (politik) Indonesia.

Tidak hanya Negara barat saja yang mempengaruhi, tetapi negara-negara Timur seperti Cina dan Jepang
pun memberikan derajat pengaruh tertentu bagi perkembangan sistem sosial dan budaya Indonesia. Jepang
tentu saja, memberikan pengaruh , yaitu lewat penjajahan singkat mereka atas Indonesia. Sementara Cina,
yang telah punya hubungan dengan kepulauan nusantara jauh sebelum Islam menyentuh Indonesia, dan
telah membentuk derajat pengaruh tersendiri.

Sedangkan sekarang ini, kebiasaan-kebiasaan orang barat yang telah membudaya hampir dapat kita
saksikan setiap hari melalui media elektronik dan cetak yang celakanya kebudayaan orang-orang barat
tersebut yang sifatnya negatif dan cenderung merusak serta melanggar norma-norma ketimuran kita
sehingga ditonton dan ditiru oleh orang-orang kita terutama para remaja yang menginginkan kebebasan
seperti orang-rang barat.

Contoh kebudayaan-kebudayaan barat tersebut dapat kita lihat dari cara mereka berpakaian dan mode,
film, sampai pada pergaulan dengan lawan jenis.

Dampak Kebudayaan Asing di Indonesia

Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia.
Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di
berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan
mempengaruhi nilai-nilai nasionalisme terhadap bangsa.

1. Dampak Positif

a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap

Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat
yang semula irasional menjadi rasional.
b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam
beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.

c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik

Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan
salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

2. Dampak Negatif

a. Pola Hidup Konsumtif

Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah.

Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.

b. Sikap Individualistik

Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi
membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk
sosial.

c. Gaya Hidup Kebarat-baratan

Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia.Budaya negatif yang mulai
menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, remaja
lebih menyukai dance dan lagu barat dibandingkan tarian dari Indonesia dan lagu-lagu Indonesia, dan
lainnya. Hal ini terjadi karena kita sebagai penerus bangsa tidak bangga terhadap sesutu milik bangsa.
d. Kesenjangan Sosial

Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti
arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan
individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial. Kesenjangan social menyebabkan
adanya jarak antara si kaya dan si miskin sehingga sangat mungkin bias merusak kebhinekaan dan
ketunggalikaan Bangsa Indonesia.

Mempertahankan Kebudayaan Indonesia

Nilai kebudayaan yang menjadi karakteristik bangsa Indonesia, sperti gotong royong, silahturahmi, ramah
tamah dalam masyarakat menjadi keistimewaan dasar yang dapat menjadikan individu-individu
masyarakat Indonesia untuk mencintai dan melestarikan kebudayaan bangsa sendiri.

Tapi karakteristik masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat yang ramah dan sopan santun
kini mulai pudar sejak masuknya budaya asing ke Indonesia yang tidak bisa diseleksi dengan baik oleh
masyarakat Indonesia.

Maka, dalam hal ini pemerintah memiliki peranan penting untuk mempertahankan nilai-nilai kebudayaan
Indonesia dalam kehidupan masyarakatnya karena nilai-nilai kebudayaan dari leluluhur merupakan filosofi
hidup pada tiap daerahnya meskipun tanpa bantuan teknologi. Nilai-nilai budaya tersebut bukan berarti
mengharuskan kita untuk bersikap tertutup terhadap budaya asing, namun nilai dan makna filosofi
kebudayaan Indonesia harus dijadikan sebagai sumber inspirasi dan kreatifitas.

Berikut ini adalah beberapa cara mempertahankan kebudayaan Indonesia agar tidak terpengaruh oleh
kebudayaan asing yang bersifat negatif .

 Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dan
kebudayaan dalam negeri.
 Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.
 Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.
 Selektif terhadap kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia.
 Memperkuat dan mempertahankan jatidiri bangsa agar tidak luntur.
Dengan begitu masayarakat dapat bertindak bijaksana dalam menentukan sikap agar jati diri serta
kepribadian bangsa tidak luntur karena adanya budaya asing yang masuk ke Indonesia khususnya
“PERKEMBANGAN DAN PENGARUH BUDAYA BARAT BAGI
BANGSA INDONESIA DI ERA GLOBALISASI”

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Pada umumnya masuknya budaya asing ke Indonesia sangat cepat perkembangannya. Masuknya
budaya luar bisa melalui banyak cara seperti, sarana multi media massa elektronik maupun cetak, serta
media dunia maya (internet dan social media) sangat mempengaruhi perkembangan budaya Indonesia.
Dampak yang ditimbulkan ada yang bersifat positif dan ada yang negatif. Jika kebudayaan asing yang
bersifat negatif memasuki sendi-sendi kehidupan bangsa, terutama para generasi muda tanpa diimbangi
upaya pelestarian nilai-nilai budaya bangsa dikhawatirkan Bangsa Indonesia akan kehilangan jati diri
sebagai bangsa.
Budaya itu sendiri adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari.
Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia
melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain
sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.
Awal masuknya kebudayaan asing di Indonesia melalui penjajahan yang diakukan oleh orang
asing, mereka tidak hanya mengambil rempah-rempah saja tetapi memasukan kebudayaan mereka di
Indonesia sehingga kebudayaan rakyat Indonesia bercampur dengan kebudayaan asing.
Kebiasaan orang-orang barat yang biasa kita saksikan baik di media elektronik, cetak maupun
secara langsung seperti cara berpakaian dan mode yang telah menjadi budaya masyarakat kita khususnya
kalangan remaja. Pengaruh ini dapat merambat lebih cepat ke golongan bawah akibat artis-artis di jagad
hiburan yang memiliki tingkat moderenisasi yang lebih tinggi. Dari perilaku dan gayanya itulah di lihat
sebagai contoh dan layak di tiru karena di anggap lebih maju dan modern. Umumnya kalangan
remaja Indonesia berperilaku ikut-ikutan tanpa selektif sesuai dengan nilai-nilai agama yang di anut dan
adat kebiasaan yang mereka miliki. Para remaja juga merasa bahwa kebudayaan di negrinya sendiri
terkesan jauh dari moderenisasi. Sehingga para remaja merasa gengsi kalau tidak mengikuti perkembangan
zaman meskipun bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama dan budayanya. Sehingga pada akhirnya
para remaja lebih menyukai kebudayaan barat, dibandingkan dengan kebudayaan kita sendiri. Dan kini
nilai-nilai kebudayaan kita semakin terkikis karena di sebabkan oleh pengaruh budaya Asing yang masuk
ke Negara kita.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut? Moral generasi
bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai
nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli
terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan ketahanan budaya bangsa, maka Pembangunan Nasional perlu
bertitik-tolak dari upaya-upaya pengembangan kesenian yang mampu melahirkan “nilai-tambah kultural”.
Seni-seni lokal dan nasional perlu tetap dilanggengkan, karena berakar dalam budaya masyarakat. Melalui
sentuhan-sentuhan nilai-nilai dan nafas baru, akan mengundang apresiasi dan menumbuhkan sikap posesif
terhadap pembaharuan dan pengayaan karya-karya seni. Di sinilah awal dari kesenian menjadi kekayaan
budaya dan “modal social - kultural” masyarakat.

PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN BUDAYA ASING DI ERA GLOBALISASI


Seiring dengan masuknya era globalisasi saat ini, turut mengiringi budaya-budaya asing yang
masuk ke Indonesia. Di zaman yang serba canggih ini, perkembangan kemutahiran tekhnologi tidak
dibarengi dengan budaya-budaya asing positif yang masuk. Budaya asing masuk ke negeri kita secara
bebas tanpa ada filterisasi. Perkembangan pesat era globalisasi saat ini semakin menekan proses akulturasi
budaya terutatama pengaruh budaya Barat. Dengan kemajuan teknologi modern mempercepat akses
pengetahuan tentang budaya lain. Membawa perubahan sampai ke tigkat dasar kehidupan manusia di
Indonesia. Pengaruh interaksi dengan budaya Barat mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia.
Pada umumnya masyarakat Indonesia terbuka dengan inovasi-inovasi yang hadir dalam
kehidupannya, tetapi mereka belum bisa memilah mana yang sesuai dengan aturan dan norma yang
berlaku dan mana yang tidak sesuai dengan aturan serta norma yang berlaku di negara Republik Indonesia,
sebagai contoh yaitu: cara berpakaian anak-anak remaja Indonesia yang sudah jauh melenceng dari aturan-
aturan agama dan norma yang ada. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan sehingga ada bagian
tubuh yang seharusnya tidak diperlihatkan malah diperlihatkan. Masuknya budaya asing diindonesia bisa
melalui banyak cara salah satunya adalah melalui social media. Kaum remaja biasa melihat fashion orang
asing. Mulai dari cara berpakaian hingga gaya rambut sehingga mereka dengan mudah terpengaruh dengan
fashion orang barat, jujur saya sendiri juga mengikuti perkembangan fashion budaya barat. Dari yang ingin
hanya melihat saja disosial media menjadi ingin mencoba fashion orang asing yang saat ini sedang tren.
Padahal cara berpakaian mereka dengan cara berpakaian yang diajarkan oleh orang tua kita sangat jauh
berbeda. Orang Indonesia cenderung ingin mencoba gaya yang mereka anggap baik dan bagus untung di
pakai sehingga kaum remaja seperti kita ini dengan mudah terpengaruh. Kebiasaan dan pola hidup orang
barat seakan menjadi cermin moderen. Hal ini jelas mengikis perilaku dan tindakan seseorang.
Hembusan pengaruh Barat, di anggap sebagai ciri khas kemajuan dalam ekspresi kebudayaan
kekinian. Padahal belum tentu sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi masyarakat sendiri. Keadaan
ini terus mengikis budaya dan kearifan lokal yang menjadi warisan terjadi kebudayaan masyarakat
nusantara. Dari sinilah juga nilai tradisional secara perlahan mengalami kepunahan karena tidak mampu
bersaing dengan budaya moderen dalam bentuk pergaulan masyarakat.
Dalam era globalisasi ini, jati diri bangsa Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap
warga negara Indonesia. Hal ini diperlukan agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh dan
budaya asing yang jelas-jelas tidak sesuai dan (bahkan) tidak cocok dengan bahasa dan budaya bangsa
Indonesia. Pengaruh dari luar atau pengaruh asing ini sangat besar kemungkinannya terjadi pada era
globalisasi ini. Batas antarnegara yang sudah tidak jelas dan tidak ada lagi, serta pengaruh alat komunikasi
yang begitu canggih harus dihadapi dengan mempertahankan jati diri bangsa Indonesia, termasuk jati diri
bahasa Indonesia. Sudah barang tentu, hal ini semua menyangkut tentang kedisiplinan berbahasa nasional,
yaitu pematuhan aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa Indonesia dengan memperhatikan siatuasi dan
kondisi pemakaiannya. Dengan kata lain, pemakai bahasa Indonesia yang berdisiplin adalah pemakai
bahasa Indonesia yang patuh terhadap semua kaidah atau aturan pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai
dengan situasi dan kondisinya.
Pada awalnya pintu masuk kebudayaan Asing di Indonesia adalah melalui kegiatan penjajahan
para orang Asing di Indonesia. Tidak hanya mengambil hasil rempah-rempah dan menjajah pada umunya,
tetapi mereka juga menanamkan budaya mereka untuk mencampuri kebudayaan Indonesia. Berbeda
dengan masa penjajahan, pada zaman sekarang pintu masuk kebudayaan Asing itu melalui kemajuan
teknologi dan informasi. Dizaman dahulu salah satu contoh masuknya budaya asing, yaitu: gaya arsitektur
keraton Yogyakarta yang mengarah ala-ala Japanese.
Para kaum remaja di Indonesia sudah jarang sekali mempelajari kebudayaan – kebudayaan lokal,
tetapi anak anak lebih suka bermain play station dan bermain ke time zone. Sangat jarang saat ini saya
melihat anak anak bermain kuda lumping, dakon, gobak sodor dll. Tetapi saat ini ada stasiun TV negeri
secara konsisten menayangkan acara budaya - budaya Indonesia. Selain itu banyak Negara Negara
tetangga yang mengklaim kebudayaan – kebudayaan kita, seperti contoh:
1. Tari reog ponorogo dari jawa timur oleh pemerintah Malaysia.
2. Alat music gamelan dari jawa oleh pemerintah Malaysia.
3. Kain ulos dari Sumatra utara oleh Malaysia
4. Alat music angklung oleh Malaysia dan masih banyak lagi.
Seharusnya kita sebagai bangsa Indonesia bangga memiliki warisan budaya tersebut dan memberikan
apresiasi dengan cara menjaga budaya kita agar tidak diklaim oleh Negara asing.

B. PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP BUDAYA ASING.


Perilaku atau respon masyarakat Indonesia terhadap masuknya budaya asing sebagian ada yang
menerima sebagian ada yang tidak menerima budaya asing masuk di Indonesia. Tapi tentunya sebagian
besar rakyat Indonesia menerima kebudayaan asing masuk ke Indonesia.
Contoh respon masyarakat yang tidak menerima kebudayaam asing, seperti:
1. Perilaku masyarakat yang bersifat tertutup atau kurang membuka diri untuk berhubungan dengan
masyarakat lain.
2. Masih memegang teguh tradisi yang sudah ada.
3. Berpegang terhadap ideologinya dan beranggapan sesuatu yang baru bertentangan dengan idiologi
masyarakat yang sudah ada.
Contoh respon masyarakat yang menerima kebudayaan asing, seperti:
1. Mengikuti trend yang ada
2. Bersikap terbuka terhadap budaya asing.

C. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF BUDAYA ASING DI INDONESIA

 DAMPAK POSITIF:
Dengan adanya Kemajuan dalam bidang teknologi dan elektronik, masyarakat pada saat ini dapat
bekerja secara cepat dan efisien karena adanya peralatan yang mendukungnya sehingga dapat
mengembangkan usahanya dengan lebih baik lagi.
 Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi
 Terjadinya industrialisasi
 Dapat mempelajari kebiasaan, pola pikir dan perilaku bangsa2 yg maju sehingga mampu mendorong kita
untuk lebih baik lagi dan maju seperti mereka
 Produktifitas dunia industri semakin meningkat
 Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu menambah skill dan pengetahuan
yang dimiliki
 Adanya kemudahan untuk memperlihatkan dan memperkenalkan kebudayaan negeri kita sendiri ke luar
negeri
 Terjadinya akulturasi budaya yg mungkin bisa menciptakan kebudayaan baru yg unik
 DAMPAK NEGATIF:
Dengan adanya Kemajuan dalam bidang teknologi dan elektronik, masyarakat pada saat ini dapat
bekerja secara cepat dan efisien karena adanya peralatan yang mendukungnya sehingga dapat
mengembangkan usahanya dengan lebih baik lagi.
 Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi
 Terjadinya industrialisasi
 Dapat mempelajari kebiasaan, pola pikir dan perilaku bangsa2 yg maju sehingga mampu mendorong kita
untuk lebih baik lagi dan maju seperti mereka
 Produktifitas dunia industri semakin meningkat
 Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu menambah skill dan pengetahuan
yang dimiliki
 Adanya kemudahan untuk memperlihatkan dan memperkenalkan kebudayaan negeri kita sendiri ke luar
negeri
 Terjadinya akulturasi budaya yg mungkin bisa menciptakan kebudayaan baru yg unik
Contoh dampak negatif:
jika dalam penggunaan teknologi tidak dapat digunakan dengan benar dan sebaik-
baiknya maka tentunya akan menjadi sangat berbahaya bahkan bisa merugikan diri sendiri
dan orang lain. Sebagai contoh yaitu, penipuan, perjudian, kejahatan dunia maya dan lain
sebagainya. Oleh karena itu kita sebagai manusia haruslah selektif dalam memilih hal yang
baik dan jangan merugikan diri sendiri serta orang lain.

D. UPAYA MENGATASI DAMPAK NEGATIF.


Untuk mengatasi pengaruh kebudayaan Asing terhadap kebudayaan Indonesia, khususnya untuk
membentengi kalangan remaja dari pengaruh negatif diperlukan pelibatan semua pihak terutama
pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat seperti, para ulama budayawan serta keterlibatan orang tua di
rumah.
· Peranan Pemerintah
Pemerintah hendaknya dapat mengambil kebijakan strategis melalui penataan ulang sistem
pendidikan terutama mengenai pengaturan kurikulum. Umumnya di setiap sekolah menerapkan sistem
pengajaran pengetahuan mengenai ilmu keagamaan kepada para remaja sekolah dengan waktu yang
berjalan selama dua jam dalam se-minggu saja. Tentu saja ini kurang memadai waktunya untuk
mengharapkan sebuah perubahan prilaku siswa sehingga memerluikan penambahan jam pelajaran atau
kreatifitas guru bidang study tersebut dalam bentuk kegiatan keagamaan di lingkungan sekolah seperti
kegiatan pengajian atau kajian-kajian tematik menurut pandangan agama. Sebaiknya pemerintah menata
ulang sistem pendidikan dan mendorong kreatifitas guru bidang study. Mengenai pelajaran dan
pemahaman keagamaan sesungguhnya tidak hanya terpaku pada bidang study agama yang dinilai
waktunya kurang memadai tersebut tetap setiap guru mata pelajaran umum juga dapat memasukkan nilai-
nilai agama ketika mengajar di hadapan siswanya. Misalnya, mata pelajaran geografi, guru dapat
menjelaskan kekuasaan Tuhan menciptakan langit dan bumi, sejarah perjuangan nasional yang dipelopori
atau dimpin oleh ulama atau pejuang Islam seperti Pengeran Diponegoro, Sultan Hasanuddin dan lainnya.
Tokoh-tokoh pejuang tersebut sekaligus merupakan bentuk perlawan terhadap penjajahan negara asing
yang inin menguasai wilayah dan sumber daya ekonomi Indonesia juga sekaligus menyebarkan
kebuadyaannya..
· Peranan orang tua dan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan anak yang paling banyak waktunya. Orang tua adalah figur utama
dalam keluarga yang paling bertanggujawab terhadap masa depan anak-anak dan anggota keluarga lainnya.
Oleh karena itu, lingkungan keluarga sangat berkontribusi terhadap kualitas prilaku atau akhlak anggota
keluarga terutama anak-anaknya. Lingkungan keluarga dan lingkungan sosial harus tetap beriklim positif
dalam artian orang-orang yang ada dalam sekitar kita harus orang-orang yang “tidak membawa kita
kedalam kesesatan”.Orangtua harus bisa mengambil porsi lebih banyak diantara porsi yang lainnya.
Peran orang tua sangat amat dibutuhkan, selain mengawasi anak-anak dan dengan siapa dia
bergaul, tetapi sesekali orang tua harus turun langsung mengawasi anak-anaknya agar jangan sampai anak-
anaknya bisa salah gaul. Pada masyarakat modern, seorang remaja sangat tergantung pada cara orang tua
atau keluarga mendidiknya. Melalu interaksi dalam keluarga, remaja akan mempelajari pola perilaku,
sikap, keyakinan dan cita-cita dan nilai dalam keluarga dan masyarakat.

E. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruh dan perkembangan
kebudayaan asing turut dalam perkembangan budaya Indonesia khususnya terhadap kehidupan,
kebudayaan dan alam fikiran di kalangan remaja yang dapat merusak ekosistem generasi muda ke
depannya.
F. SARAN
Sebagai generasi muda hendaknya dapat berperilaku yang selektif terhadap pengaruh
globalisasi sesuai dengan nilai-nilai agama yang di anut dan adat kebiasaan di negrinya dan
dapat memilah kebudayaan asing yang patut dicontoh dan yang ditidak patut dicontoh. Serta
menanamkan nilai-nilai pancasila dan melaksanakan ajaran Agama dengan sebaik-baiknya.
Dan jangan lupa memiliki semangat nasionalisme yang tangguh, seperti mencintai produk
dalam negri.
Kemajemukan bangsa

Kemajemukan Bangsa Indonesia

Bangsa Indonesia merupakan bangsa besar yang memiliki karakteristik menonjol,


yaitu terletak pada kemajemukan masyarakatnya. Karakteristik tersebut menjadikan
Indonesia menjadi bangsa yang istimewa, bangsa yang berbeda dengan bangsa
lainnya di dunia.

Bangsa Indonesia merupakan kesatuan dari lebih seribu suku atau etnik yang
tersebar lebih dari 17.000 pulau. Dalam hal ini menjadikan bangsa Indonesia
menjadi bangsa yang plural dan multietnik. Kemajemukan masyarakat Indonesia
tersebut menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang multietnik, sama halnya
dengan Amerika Serikat (USA).

Namun perbedaannya adalah bangsa Indonesia merupakan bangsa multietnik yang


terjalin karena unsur masyaraktnya yang sudah mengembangkan peradabannya
sejak ratusan ribu tahun yang lalu. Hal tersebut yang membedakannya dengan
bangsa majemuk lainnya di dunia, seperti Amerika.

Amerika merupakan salah satu negara multietnik terbesar di dunia sama halnya
seperti Indonesia, namun masyarakat multietnik yang berada disana merupakan
masyarakat pendatang dari benua atau bangsa di luar Amerika.

Masyarakat yang majemuk merupakan keistimewaan tersendiri untuk suatu bangsa


dikarenakan disana terdapat keanekaragaman kebudayaan yang dapat dijadikan
sebagai pedoman ideologi bertindak, berpikir dan bersosial-budaya. Masyarakat
yang majemuk atau multietnik terdiri dari berbagai macam kebudayaan yang
berbeda satu dengan yang lainnya.

Perbedaan tersebut menjadikan masyarakat majemuk yang multietnik memiliki pola


pikir yang berbeda dikarenakan karakter prinsip sosial-budaya mereka yang
berbeda.

Menurut Furnivall, masyarakat majemuk merupakan masyarakat yang sangat sulit


untuk berintegrasi, karena masyarakat majemuk tersebut sadar bahwa setiap
kelompok memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Furnivall menjelaskan lebih
lanjut bahwa bangsa yang memiliki karakter masyarakat majemuk sangat sulit untuk
menuju common well.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk yang kemajemukannya diwariskan
sejak awal peradaban dunia mulai berkembang. Kemajemukan tersebut menjadikan
bangsa ini sebagai bangsa yang kaya akan nilai sejarah dan budaya. Kemajemukan
yang beraneka ragam tersebut terbentuk dikarenakan beberapa hal salah satunya
adalah dikarenakan letak geografis bangsa Indonesia yang terdiri dari pulau – pulau
yang saling terpisah antara satu dan lainnya.

Furnivall berpendapat bahwa negara majemuk adalah negara yang akan sulit untuk
berintegrasi, namun hal tersebut menjadi tidak mungkin ketika bangsa Indonesia
yang masyarakatnya majemuk menjadi satu kesatuan dibawah bendera merah
putih. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya media pemersatu bangsa.

Media pemersatu bangsa tersebut salah satunya adalah karena adanya satu
pandangan hidup atau motivasi yang terberikan oleh satu kisah mengenai cita – cita
seorang tokoh besar yang hendak menyatukan Nusantara pada saat itu.

Cerita tersebut terbalut dalam kisah Sumpah Pallawa, dimana tokoh besar tersebut
adalah Gajah Mada seorang tokoh besar kerajaan Majapahit. Motivasi yang terberi
oleh kisah tersebutlah akhirnya menjadikan satu kelompok besar memiliki
keseragaman dalam pandangan berpikir untuk menyatukan bangsa ini.

Motivasi yang akhirnya terkristalisasi sebagai pandangan hidup bangsa yang pada
saat itu dalam tekanan yang sama dalam penjajahan kolonialisme. Tekanan yang
terus terjadi selama bertahun – tahun membuat masyarakat bangsa Indonesia
memiliki rasa yang sama mengenai kehidupan yang lebih selaras dan damai.

Motivasi yang berkonvegensi dengan tekanan kolonialisme tersebutlah membuat


masyarakat Indonesia terbalut dalam sebuah cita – cita seorang tokoh besar yang
pada saat itu menjadi tonggak berdiri gagahnya peradaban Nusantara atas nama
kerajaan besar.

Selain dari pengaruh motivasi yang terberi oleh peradaban hebat bangsa ini, media
pemersatu lainnya yang dapat menjadikan masyarakat majemuk yang berada di
Indonesia bisa berintegrasi adalah Pancasila. Pancasila yang digali dari kebudayaan
bangsa Indonesia merupakan kristalisasi dari nilai – nilai luhur yang sudah terjalin
dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Pancasila memberi corak yang khas kepada bangsa Indonesia, maka dari itu
Pancasila tidak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia. Pancasila bersifat universal
yang dapat menampung dan tidak membatasi nilai – nilai dari kemajemukan yang
ada. Pancasila merupakan satu kesatuan utuh lima elemen yang tidak dapat
dipisahkan.

Pancasila yang bulat dan utuh itulah menjadi kepribadian dari bangsa Indonesia
yang majemuk atau multietnik. Dengan demikian Pancasila sebagai pandangan
hidup dan kepribadian bangsa akan mempunyai arti dan menjadi kenyataan bagi
manusia Indonesia dalam hubungan dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara yang memberi semangat reformasi dengan harapan menuju kearah
yang lebih baik.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia memiliki keistimewaan


sendiri dibandingkan dengan konsep pandangan dari bangsa lainnya. Konsep
pandangan hidup bangsa Barat contohnya, pada pandangan hidup mereka
menekankan kebebasan individu yang seluas-luasnya.

Selain itu konsep Pancasila pun berbeda dengan konsep Sosialisme – Komunisme
yang menekankan pada kepentingan komunal atau bersama. Dalam konsep
Pancasila, disana menekankan kepada kepentingan individu dan kepentingan
nasional dengan memberikan keikutsertaan bangsa dalam melakukan perlindungan,
pertanggungjawaban dan pengelolaan agar terciptanya tata kehidupan berbangsa
dan bernegara yang sesuai dengan prinsip – prinsip Pancasila dan nilai luhur
bangsa Indonesia.

Kemajemukan masyarakat Indonesia merupakan sebuah keistimewaan dan


merupakan hasil dari peradaban bangsa yang sudah berjalan sejak lama. Hasil dari
peradaban itulah yang kini membentuk karakteristik bangsa Indonesia yang
majemuk atau multietnik dengan rasa pluralisme tinggi dalam berkehidupan.

Kemajemukan masyarakat Indonesia dapat berintegrasi karena bangsa ini


dibentengi oleh ideologi yang anti proliferasi, dimana ideologi tersebut tercipta
melalui hasil cipta rasa dan karsa dari nilai – nilai luhur bangsa Indonesia. Pancasila
merupakan kristalisasi dari kebudayaan bangsa yang dapat menampung dan
menjembatani segala perbedaan yang ada dalam masyarakat Indonesia.

Selayaknya kita terus menjaga dan menjunjung tinggi Pancasila dalam bersosial –
budaya dan melibatkan Pancasila sebagai pedoman tujuan kehidupan bernegara
dan berbangsa.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa besar yang memiliki karakteristik menonjol, yaitu
terletak pada kemajemukan masyarakatnya. Karakteristik tersebut menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang istimewa dan tempat wisata yang bagus untuk dikunjungi oleh orang
yang berada di berbagai negara lain dan bangsa yang memiliki ragam budaya yang berbeda
dengan bangsa lainnya di dunia. Bangsa Indonesia merupakan kesatuan dari lebih seribu suku
yang tersebar dari 17.000 pulau. Dalam hal ini menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa
yang plural. Karena kemajemukan masyarakat Indonesia tersebut menjadikan bangsa ini
menjadi bangsa yang multietnik.

Bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk yang kemajemukannya diwariskan dari


sejak awal peradaban Indonesia mulai berkembang. Kemajemukan tersebut menjadikan
bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan nilai sejarah dan budaya. Kemajemukan
yang beranekaragam tersebut terbentuk dikarenakan beberapa hal salah satunya adalah
dikarenakan letak geografis bangsa Indonesia yang terdiri dari pulau – pulau yang saling
terpisah antara satu dan lainnya. Negara majemuk adalah negara yang akan sulit untuk
berintegrasi, namun hal tersebut menjadi tidak mungkin ketika bangsa Indonesia yang
masyarakatnya majemuk menjadi satu kesatuan dibawah bendera merah putih. Hal tersebut
akhirnya menjadikan satu kelompok besar memiliki keseragaman dalam pandangan berpikir
untuk menyatukan bangsa ini.

Masyarakat majemuk merupakan masyarakat yang sangat sulit untuk berintegrasi,


karena masyarakat majemuk tersebut sadar bahwa setiap kelompok memiliki perbedaan satu
dengan yang lain Kemajemukan masyarakat Indonesia merupakan sebuah keistimewaan dan
merupakan hasil dari peradaban bangsa yang sudah berjalan sejak lama. Hasil dari peradaban
itulah yang kini membentuk karakteristik bangsa Indonesia yang majemuk atau multietnik
dengan rasa pluralisme tinggi dalam berkehidupan.

Dari pengaruh yang terberi oleh peradaban hebat bangsa ini, media lainnya yang
dapat menjadikan masyarakat majemuk yang berada di Indonesia bisa berintegrasi
adalah keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh berbagai daerah di Indonesia. Yang
merupakan nilai – nilai luhur yang sudah terjalin dalam kehidupan masyarakat Indonesia
Kemajemukan masyarakat Indonesia dapat berintegrasi karena bangsa ini dibentengi oleh
ideologi yang anti proliferasi, dimana ideologi tersebut tercipta melalui hasil cipta rasa dari
nilai – nilai luhur bangsa Indonesia.

Namun, bangsa Indonesia merupakan bangsa multietnik yang terjalin karena unsur
masyarakatnya yang sudah mengembangkan peradabannya sejak ratusan ribu tahun yang
lalu. Masyarakat yang majemuk merupakan keistimewaan tersendiri untuk suatu bangsa
dikarenakan disana terdapat keanekaragaman kebudayaan yang dapat dijadikan sebagai
pedoman hidup untuk bertindak, berpikir, dan bersosialisasi dalam suatu budaya yang
dimiliki di daerah tersebut. Masyarakat yang majemuk atau multietnik terdiri dari berbagai
macam kebudayaan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut menjadikan
masyarakat majemuk yang multietnik memiliki pola pikir yang berbeda dikarenakan karakter
prinsip sosial-budaya mereka yang berbeda
Pengaruh agama
Kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan
segenap potensi batin yang dimilikinya. Di dalam kebudayaan tersebut terdapat beberapa
unsure kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia yakni Bahasa. Sistem
pengetahuan, Organisasi sosial, Sistem peralatan hidup dan teknologi, Sistem mata pencaharian
hidup, Sistem Religi, Kesenian. Ketujuh unsure kebudayaan tersebut mempunyai wujud fisik,
walaupun tidak ada ssatu wujud fisik untuk keseluruhandari satu unsure kebudayaan yang
universal.

Dengan adanya budaya masyarakat akan dapat memahami agama yang terdapat pada dataran
empiriknya atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat,
perubahan kebudayaan dapat terjadi karena beberapa faktor yakni letak geografis daerah
tersebut, sejarah dari generasi sebelumnya dan juga pengaruh dari bangsa lain. Namun
perkembangan kebudayaan tidak dapat kita lepaskan dari Agama . Karena keduanya memiliki
hubungan yang sangat erat antara lain: agama merupakan bagian dari budaya , agama dapat
melahirkan budaya agama terpisah dengan budaya. Maka budaya itu terdiri dari 5 lapisan.
Lapisan itu diwakili oleh budaya agama pribumi, Hindu, Buddha, Islam dan Kristen (Andito,
ed,1998:77-79) yaitu:

a) Agama pribumi yang memiliki ritus-ritus yang berkaitan dengan penyembahan roh nenek
moyang yang telah tiada atau lebih setingkat yaitu Dewa-dewa suku seperti sombaon di Tanah
Batak, agama Merapu di Sumba, Kaharingan di Kalimantan. Dari agama pribumi bangsa
Indonesia mewarisi kesenian dan estetika yang tinggi dan nilai-nilai kekeluargaan yang sangat
luhur.

b) Hinduisme, yang telah meninggalkan peradaban yang menekankan pembebasan rohani


agar atman bersatu dengan Brahman maka dengan itu ada solidaritas mencari pembebasan
bersama dari penindasan sosial untuk menuju kesejahteraan yang utuh.

c) Agama Buddha, yang telah mewariskan nilai-nilai yang menjauhi ketamakan dan
keserakahan. Bersama dengan itu timbul nilai pengendalian diri dan mawas diridengan
menjalani 8 tata jalan keutamaan.

d) Agama Islam yang telah menyumbangkan kepekaan terhadap tata tertib kehidupan melalui
syari’ah, ketaatan melakukan shalat dalam lima waktu,kepekaan terhadap mana yang baik dan
mana yang jahat dan melakukan yang baik dan menjauhi yang jahat (amar ma’ruf nahi munkar)
berdampak pada pertumbuhan akhlak yang mulia. Inilah hal-hal yang disumbangkan Islam
dalam pembentukan budaya bangsa.

e) Agama Kristen, baik Katholik maupun Protestan. Agama ini menekankan nilai kasih dalam
hubungan antar manusia. Tuntutan kasih yang dikemukakan melebihi arti kasih dalam
kebudayaan sebab kasih ini tidak menuntutbalasan yaitu kasih tanpa syarat. Kasih bukan suatu
cetusan emosional tapi sebagai tindakan konkrit yaitu memperlakukan sesama seperti diri
sendiri. Dipandang dari segi budaya, semua kelompok agama di Indonesia telah
mengembangkan budaya agama untuk mensejahterakannya tanpa memandang perbedaan
agama, suku dan ras.

f) Agama menurut Durkheim sebagai sistem yang menyatu menegenai berbagai


kepercayaan dan peribadatan yang berkaitan dengan benda-benda sakral. Menurut E.B Taylor
kepercayaan terhadap adanya wujud-wujud spiritual. Kata agama berasal dari bahasa
sansekerta, terdiri dari dua kata, yaitu “a” dan “gama”; “a” berarti tidak dan gama berarti kacau,
maksudnya tidak kacau atau teratur; hal ini berarti orang beragama itu akan memperoleh
ketentraman dan hatinya penuh kedamaian Selain itu ada pula yang mengatakan, kata agama
berasal dari kata gam yang berarti tuntunan, karena agama itu menjadi tuntunan hidup dalam
kehidupan seseorang di dunia ini. Dalam masyarakat selain kata agama dikenal pula kata din
dari bahasa Arab dan kata religi dari bahasa eropa. Pengertian Agama menurut agama yang di
akui di Indonesia :

v Islam

Tata aturan ketuhanan yang memberi arah akal pikiran manusiadengan memberikan kebebasan
kepada mereka untuk menentukan pilihannya menuju kepada kebahagiaan hidup di dunia dan
diakhirat yang mencakup akidah dan amal

v KristenProstestan

Kepercayaan orang atau suku bangsa terhadap yang maha Kuasa atau ilah-ilah yang dinyatakan
dalam ibadah dan dalam prilakunyayang dipengaruhi oleh kepercayaannya itu

v Katolik

Sarana yang meliputi ibadat, ajaran, organisasi yangmenghubungkan manusia dengan Tuhan,
agama bersifat fungsionaldan bukan tujuan, orang yang telah beragama tidak dengansendirinya
jiwanya selamat.

v Hindu

Suatu yang tidak pergi atau bersifat langgeng, kekal abadi

v Budha

Lebih dikenal dengan istilah “ Sasana atai Dhamma “ yang secaraharfiah berarti kebenaran atau
kesunyatan

Agama sebagai unsur sentral dan fundamental kebudayaan dalam arti keseluruhan.Thomas
menganggap bahwa agama, seperti halnya kebudayaan, merupakan transformasi simbolis
pengalaman yang lebih dalam. Kebudayaan itu sendiri dalamarti total merupakan keunggulan
dari penemuan manusia, oleh karenanya – Thomas menegaskan, jika bukan karena campur
tangan kepentingan manusia, maka berubahnya alam dan bergesernya waktu akan terlihat
tanpa arti dan tanpa arah. Harus diakui, terlalu ekstrim ketika agama dipandang sebagai bagian
darikebudayaan manusia. Bustanuddin Agus menyebutkan pandangan ini cukup mengganggu
pikiran para antropolog yang menganut agama tertentu karena akan berarti ajaran agamanya
hanyalah kreasi manusia dan masyarakat, namun akan tidak tepat jika disebutkan sebaliknya.

Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya
dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi
sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat
dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa
kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.

Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi perubahan sosial:

1. tekanan kerja dalam masyarakat

2. keefektifan komunikasi

3. perubahan lingkungan alam.

Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan masyarakat,
penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh, berakhirnya zaman es
berujung pada ditemukannya sistem pertanian, dan kemudian memancing inovasi-inovasi baru
lainnya dalam kebudayaan.

CONTOH

Pengaruh Budaya Terhadap Agama di Aceh

Martabat Aceh atau nilai keacehan ditentukan oleh perilaku budaya orang Aceh. Perilaku budaya
ini tertuang dalam pemahaman dan sikap beragama, berbahasa, adat istiadat, hukum, akhlak,
kesenian, cara beribadat dan sebagainya dari masyarakat Aceh itu sendiri. Sejauh mana
perilaku budaya itu masih berjalan di atas kondisi normal atau wajar, bukan yang diamalkan
secara terpaksa.

Kalau kita amati perilaku budaya Aceh itu nampaknya telah terjadi erosi. Hal itu disebabkan oleh
dua faktor, pertama pengaruh dari luar, yaitu sikap budaya Aceh telah bergeser karena adanya
tekanan dari luar Aceh yang melanda Aceh karena globalisasi yang tidak dapat dielakkan.

Hal ini tampak dari model pakaian yang dipakai, kendaraan yang dinaiki, perlengkapan rumah
yang dimiliki sebagai produk global yang melanda dunia. Celana pantelon, jins, sepeda motor,
kompor gas, kulkas adalah salah satu wujud realitas dari perkembangan zaman. Kedua,
pengaruh dari dalam masyarakat Aceh itu sendiri. Pengaruh dari dalam dapat terjadi ketika
orang Aceh sendiri telah melunturkan nilai-nilai keacehannya yang disebabkan oleh mental
orang Aceh yang tidak setia kepada budayanya (Yusni Sabi, 2000: 16).

Akibat adanya kedua kekuatan yang mempengaruhi kondisi kekinian dari budaya Aceh tersebut
adalah melemahnya ikatan-ikatan tradisional seperti berubahnya hubungan antargenerasi dan
perkawinan sehingga kultur kehilangan kontrol terhadap pembentukan suatu tipe sistem sosial.
(Irwan Abdullah, 1999). Otoritas tradisi dalam hal ini mulai melemah yang digantikan dengan
rasionalitas yang kemudian menjadi pegangan dalam setiap pengambilan keputusan. Orang tua
(akibat perubahan hubungan antargenerasi) atau pemimpin mulai kehilangan otoritas tradisional
dalam berhubungan dengan masyarakat sehingga kontrol hanya dilakukan dengan instrumen
kekuasaan modern yang lebih kompetitif dan berdasarkan negosiasi.

Hal-hal seperti tersebut di atas sedang dihadapi pula oleh remaja putri di Aceh. Realitas remaja
putri kekinian yang tampak adalah mereka lebih “bebas” dibandingkan dengan generasi
sebelumnya. Menurut Abidin Hasyim dkk, di kalangan orang-orang berpendidikan terutama yang
hidup di kota telah terjadi pergeseran budaya malu. Bagi golongan ini keserasian hubungan
keluarga tidak dicapai melalui sikap menghindar, membatasi pergaulan dan sebagainya (Abidin
Hasyim dkk, 1997). Keserasian menurut mereka dapat diperoleh melalui hubungan yang normal,
rasional, dan saling menghormati.

Bagi mereka yang telah terbiasa dengan pergaulan kota tidak menimbulkan seks phobia
terhadap hubungan, misalnya hubungan antara menantu laki-laki dengan ibu mertua. Mereka
tidak memandang hubungan itu dengan konotasi seksual. Hubungan dapat berlangsung wajar,
rasional dan saling menghargai. Keserasian hubungan keluarga dapat ditegakkan atas dasar
nilai-nilai baru yang lebih rasional. Dengan demikian, para orang tua dapat “menerima” apabila
melihat putrinya tidak berpakaian muslimah secara kaffah.

Realitas kekinian remaja putri tidak terlepas pula dari sikap dan persepsi mereka sendiri
terhadap gaya busana muslimah serta industrialisasi dan globalisasi yang melanda dunia.
Konsep cantik bagi wanita sekarang amat berbeda dengan konsep cantik yang dimiliki oleh
generasi sebelumnya. Konsep cantik di kalangan remaja tidak hanya dipengaruhi budaya lokal,
tetapi turut pula dipengaruhi budaya luar (Widjayanto M. Santoso, 2000).

Kedua aspek yang disebutkan itu akan menjadi referensi remaja dalam berbusana. Mereka lebih
berani, cuek, dan lebih bersemangat bebas dibandingkan generasi di atas mereka. Dengan
demikian, gaya busana mereka lebih memilih baju-baju kasual untuk kegiatan sehari-hari
mereka. Agus Budi Wibowo (2001) mengidentifikasi ada empat gaya busana muslimah di
kalangan remaja putri dari hasil penelitian di Kota Sabang, yaitu gaya busana ke sekolah, gaya
busana ke tempat umum, dan gaya busana ke tempat ibadah serta gaya busana pesta. Adapun
model yang mereka kenakan ada beberapa jenis, seperti celana ketat/jins, baju biasa/ketat,
dengan atau tanpa jilbab.

Remaja putri di Aceh berusaha menampilkan gaya busana yang tidak ketinggalan zaman,
namun mereka juga tidak ingin dikatakan melupakan akarnya (pakai jilbab). Sehingga remaja ini
memakai jilbab tetapi pakaian mereka menampilkan gairah anak muda (pakaian ketat). Dengan
demikian, ada perpaduan antara budaya lokal dengan nilai-nilai globalisasi/budaya luar, yang
seperti dikatakan oleh Jailani M. Yunus (2000), yaitu jilbab yang dihiasi dengan lipstik tebal,
lekuk tubuh yang menantang mata, dan perilaku agresif.

Dalam masyarakat Aceh ada beberapa aturan yang mengatur hubungan antara anak dengan
orang tua, suami-istri, menantu-mertua. Misalnya saja dalam kaitannya dengan remaja putri,
seorang ibu/ayah malu apabila anak perempuannya berpakaian kurang pantas sehingga
anaknya dianggap tidak mengetahui adat-istiadat. Dalam kontak fisik, adanya canda bersifat
sentuhan fisik antara anak dan orang tua dianggap kurang pantas. Kalau hal itu dilakukan di
depan umum dapat menjatuhkan martabat orang tua di mata anaknya sendiri.

Adapun upaya pengendalian terhadap perilaku yang menyimpang dari budaya malu dalam
masyarakat dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu cara preventif dan refresif. Usaha yang
disebutkan pertama dapat dilakukan melalui proses sosialisasi, pendidikan formal dan informal
serta sikap menghindar, sedangkan usaha kedua dapat dilakukan melalui penjatuhan sanksi
adat, penyebaran rasa malu terhadap para anggota yang melanggar atau menyimpang dari
kaidah-kaidah yang berlaku.

Adat istiadat : berupa kebiasaan seremonial / upacara, prilaku ritualitas, estetika /


keindahan, apresiasi seni tari, seni suara, seni lukis, relief/ motif bangunan pisik, pakaian dan
makanan ( bernilai ritual dan komersial ). Sedangkan nilai normatif/ prilaku tatanan ( hukum adat
), yaitu materi norma / aturan dan bentuk sanksi-sanksi terhadap pelanggar-pelanggaran yang
berlaku untuk ketertiban masyarakat

“ Geu pageu lampoeh ngon kawat, geu pageu nanggroe ngon adat “, “ Ureung majeulih hantom
kanjai, ureung tawakal hantom binasa “ Taduk ta muproe ta mupakat, pat-pat nyang silap tawoe
bak punca “Tanoh leumik keubeu meukubang, leumoh goe parang goeb panglima”” Salah bak
hukom raya akibat, salah bak adat malee

Contoh upacara “pangiwahan” di Jawa dapat menunjukan hal itu. Upaca itu dimaksudkan agar
manusia menjadi ‘wiwoho’, menjadi mulia. Jadi misalnya kita harus memulikakan kelahiran,
perkawinan, kematian, dan sebagainya. Semua ritual itu dimaksudkan untuk menunjukkan
bahwa kehidupan manusia itu bersifat mulia. Konsep mengenai kemulian hidup manusia jelas-
jelas diwarnai kultur islam yang memandang manusia sebagai makhluk mulia.

Disamping pengembangan budaya immaterial tersebut agama-agama juga telah berhasil


mengembangkan budaya material seperti candi-candi dan bihara-bihara di Jawa tengah, sebagai
peninggalan budaya Hindu dan Buddha, sedang budaya Islam antara lain telah mewariskan
Masjid Agung Demak (1428) di Gelagah Wangi Jawa Tengah. Masjid ini beratap tiga susun yang
khas Indonesia, berbeda dengan masjid Arab umumnya yang beratap landai. Atap tiga susun itu
menyimbolkan Iman, Islam dan Ihsan. Masjid ini tanpa kubah, benar-benar has Indonesia yang
mengutamakan keselarasan dengan alam.Masjid Al-Aqsa Menara Kudus di Banten bermenaar
dalam bentuk perpaduan antara Islam dan Hindu. Masjid Rao-rao di Batu Sangkar merupakan
perpaduan berbagai corak kesenian dengan hiasan-hiasan mendekati gayaIndia sedang atapnya
dibuat dengan motif rumah Minangkabau (Philipus Tule 1994:159
Secara sederhana, kebudayaan merupakan hasil cipta (serta akal budi) manusia untuk
memperbaiki, mempermudah, serta meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya. Atau,
kebudayaan adalah keseluruhan kemampuan (pikiran, kata, dan tindakan) manusia yang
digunakan untuk memahami serta berinteraksi dengan lingkungan dan sesuai sikonnya.
Kebudayaan berkembang sesuai atau karena adanya adaptasi dengan lingkungan hidup dan
kehidupan serta sikon manusia berada.
Kebudayaan dikenal karena adanya hasil-hasil atau unsur-unsurnya. Unsur-unsur
kebudayaan terus menerus bertambah seiring dengan perkembangan hidup dan kehidupan.
Manusia mengembangkan kebudayaan; kebudayaan berkembang karena manusia. Manusia
disebut makhluk yang berbudaya, jika ia mampu hidup dalam atau sesuai budayanya.
Sebagian makhluk berbudaya, bukan saja bermakna mempertahankan nilai-nilai budaya masa
lalu atau warisan nenek moyangnya; melainkan termasuk mengembangkan (hasil-hasil)
kebudayaan.
Di samping kerangka besar kebudayaan, manusia pada komunitasnya, dalam
interaksinya mempunyai norma, nilai, serta kebiasaan turun temurun yang disebut tradisi.
Tradisi biasanya dipertahankan apa adanya; namun kadangkala mengalami sedikit modifikasi
akibat pengaruh luar ke dalam komunitas yang menjalankan tradisi tersebut. Misalnya
pengaruh agama-agama ke dalam komunitas budaya (dan tradisi) tertentu; banyak unsur-
unsur kebudayaan (misalnya puisi-puisi, bahasa, nyanyian, tarian, seni lukis dan ukir) di isi
formula keagamaan sehingga menghasilkan paduan atau sinkretis antara agama dan
kebudayaan.
Kebudayaan dan berbudaya, sesuai dengan pengertiannya, tidak pernah berubah; yang
mengalami perubahan dan perkembangan adalah hasil-hasil atau unsur-unsur kebudayaan.
Namun, ada kecenderungan dalam masyarakat yang memahami bahwa hasil-hasil dan unsur-
unsur budaya dapat berdampak pada perubahan kebudayaan.

Kecenderungan tersebut menghasilkan dikotomi hubungan antara iman-agama dan


kebudayaan. Dikotomi tersebut memunculkan konfrontasi (bukan hubungan saling mengisi
dan membangun) antara agama dan praktek budaya, karena dianggap sarat dengan spiritisme,
dinamisme, animisme, dan totemnisme. Akibatnya, ada beberapa sikap hubungan antara
Agama dan Kebudayaan, yaitu:
1. Sikap Radikal: Agama menentang Kebudayaan. Ini merupakan sikap radikal
dan ekslusif, menekankan pertantangan antara Agama dan Kebudayaan. Menurut
pandangan ini, semua sikon masyarakat berlawanan dengan keinginan dan kehendak
Agama. Oleh sebab itu, manusia harus memilih Agama atau/dan Kebudayaan, karena
seseorang tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Dengan demikian, semua praktek
dalam unsur-unsur kebudayaan harus ditolak ketika menjadi umat beragama.
2. Sikap Akomodasi: Agama Milik Kebudayaan. Sikap ini menunjukkan
keselarasan antara Agama dan kebudayaan.
3. Sikap Perpaduan: Agama di atas Kebudayaan. Sikap ini menunjukkan adanya
suatu keterikatan antara Agama dan kebudayaan. Hidup dan kehidupan manusia harus
terarah pada tujuan ilahi dan insani; manusia harus mempunyai dua tujuan sekaligus.
4. Sikap Pambaharuan: Agama Memperbaharui Kebudayaan. Sikap ini
menunjukkan bahwa Agama harus memperbaharui masyarakat dan segala sesuatu
yang bertalian di dalamnya. Hal itu bukan bermakna memperbaiki dan membuat
pengertian kebudayaan yang baru; melainkan memperbaharui hasil kebudayaan. Oleh
sebab itu, jika umat beragama mau mempraktekkan unsur-unsur budaya, maka
perlu memperbaikinya agar tidak bertantangan ajaran-ajaran Agama. Karena
perkembangan dan kemajuan masyarakat, maka setiap saat muncul hasil-hasil
kebudayaan yang baru. Oleh sebab itu, upaya pembaharuan kebudayaan harus terus
menerus. Dalam arti, jika masyarakat lokal mendapat pengaruh hasil kebudayaan dari
luar komunitas sosio-kulturalnya, maka mereka wajib melakukan pembaharuan agar
dapat diterima, cocok, dan tepat ketika mengfungsikan atau menggunakannya.
Karena adanya aneka ragam bentuk hubungan Agama dan Kebudayaan tersebut, maka
solusi terbaik adalah perlu pertimbangan – pengambilan keputusan etis-teologis (sesuai ajaran
agama). Dan untuk mencapai hal tersebut tidak mudah.

FUNGSI AGAMA TERHADAP PERKEMBANGAN DAN PERUBAHAN


BUDAYA

Dalam konteks sosial, hubungan fungsional antara agama dan masyarakat sejauh
menekankan aspek-aspek yang rasional dan humanis, atau sosial karitatif dalam masyarakat,
dapat disebut sebagai suatu historical force yang turut menentukan perubahan dan
perkembangan masyarakat.
Dalam hubungan ini, dapat dikatakan bahwa agama mampu menjadi katalisator
pencegah terjadinya disintegrasi dalam masyarakat. Dan lebih dari itu, dengan kekuatan yang
dimilikinya, agama dapat diharapkan membangun spiritualitas yang memberi kekuatan dan
pengarahan dalam memecahkan segala problem sosial, mengatasi rasa frustrasi sosial,
penindasan dan kemiskinan. Sosiolog Peter L Berger (1991) mengemukakan hal yang sama,
bahwa agama merupakan sistem simbolik yang memberikan makna dalam kehidupan
manusia yang bisa memberikan penjelasan secara meyakinkan, serta paling komprehensif
tentang realitas, tragedi sosial dan penderitaan atau rasa ketidakadilan.
Memahami agama sebagai gejala kebudayaan tentu bersifat kontekstual, yakni
memahami fenomena keagamaan sebagai bagian dari kehidupan sosial kultural. Dalam hal ini
agama dikembalikan kepada konteks manusia yang menghayati dan meyakininya, baik
manusia sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Dalam setiap agama, tentu diajarkan nilai-nilai yang melahirkan norma atau aturan tingkah
laku para pemeluknya, walaupun pada dasarnya sumber agama itu adalah nilai-nilai
transenden.
Keyakinan religius demikian, yang oleh Berger dikatakan dapat membentuk
masyarakat kognitif, memberi kemungkinan bagi agama untuk berfungsi menjadi
pedoman dan petunjuk bagi pola tingkah laku dan corak sosial. Di sinilah agama
dapat dijadikan sebagai instrumen integratif bagi masyarakat. Karena agama tidak berupa
sistem kepercayaan belaka, melainkan juga mewujud sebagai perilaku individu dalam sistem
social.
Intelektual seperti Soedjatmoko (1984) juga mengakui agama menjadi penggerak dan
pemersatu masyarakat secara efektif. Karena, agama lebih dari ideologi sekuler mana pun,
merupakan sistem integrasi yang menyeluruh. Agama mengandung otoritas dan kemampuan
pengaruh untuk mengatur kembali nilai-nilai dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai
masyarakat. Dengan demikian, fungsi sosial agama adalah memberi kontribusi untuk
mewujudkan dan mengekalkan suatu orde sosial (tatanan kemasyarakatan). Secara sosiologis
memang tampak ada korelasi positif antara agama dan integrasi masyarakat; agama
merupakan elemen perekat dalam realitas masyarakat yang pluralistik.
Potensi konflik
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki keberagaman
suku,agama,ras,budaya dan bahasa daerah. Indonesia meliliki lebih dari 300 suku bangsa. Dimana
setiap suku bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain.asuku
bangsa merupakan bagian dari suatu negara. Dalam setiap suku bangsa terdapat kebudayaan yang
berbeda-beda.selain itu masing-masing suku bangsa juga memiliki norma sosial yang mengikat
masyarakat di dalamnya agar ta’at dan melakukan segala yang tertera didalamnya. Setiap suku
bangsa di indonesia memiliki norma-norma sosial yang berbeda-beda. Dalam hal cara pandang
terhadap suatu masalah atau tingkah laku memiliki perbedaan. Ketika terjadi pertentangan antar
individu atau masyarakat yang berlatar belakang suku bangsa yang berbeda,mereka akan
mengelompok menurut asal-usul daerah dan suku bangsanya (primodialisme). Itu menyebabkan
pertentangan\ketidakseimbangan dalam suatu negara(disintegrasi).Secara umum, kompleksitas
masyarakat majemuk tidak hanya ditandai oleh perbedaan-perbedaan horisontal, seperti yang
lazim kita jumpai pada perbedaan suku, ras, bahasa, adat-istiadat, dan agama. Namun, juga
terdapat perbedaan vertikal, berupa capaian yang diperoleh melalui prestasi (achievement).
Indikasi perbedaan-perbedaan tersebut tampak dalam strata sosial ekonomi, posisi politik, tingkat
pendidikan, kualitas pekerjaan dan kondisi permukiman.

Sedangkan perbedaan horisontal diterima sebagai warisan, yang diketahui kemudian bukan faktor
utama dalam insiden kerusuhan sosial yang melibatkan antarsuku. Suku tertentu bukan dilahirkan
untuk memusuhi suku lainnya. Bahkan tidak pernah terungkap dalam doktrin ajaran mana pun di
Indonesia yang secara absolut menanamkan permusuhan etnik.

1.2 tujuan

Untuk mengetahui dan memperjelas bagaimana keragaman bangsa indonesia yang sekarang yang
mulai dari banyaknya perbedaan yang begitu banyak sehingga dapat memicu terjadinya suatu
konflik.

BAB II

PENJELASAAN

Sudah sejak lama masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang memiliki keberagaman
budaya yang tinggi. Hal tersebut tercermin dari semboyan negara Republik Indonesia, yaitu
Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan tersebut mengandung pesan bahwa masyarakat Indonesia memiliki
beraneka ragam perbedaan suku bangsa, ras, etnik, dan budaya.

Salah satu peristiwa yang terjadi pascapemerintahan orde baru adalah terjadinya berbagai
permasalahan sosial yang berujung pada tindak kekerasan berbentuk konflik sara (suku, agama, ras,
dan antargolongan) dan gerakan separatis di beberapa daerah.
Terjadinya konflik sosial di berbagai daerah di Indonesia tersebut menyadarkan masyarakat tentang
perlunya melakukan perubahan menuju arah yang lebih baik. Caranya, kita perlu memupuk sikap
dan perilaku yang mampu menghargai, memahami, dan peka terhadap potensi kemajemukan,
pluralitas bangsa, dalam bidang etnik, agama, dan budaya yang ada di Indonesia.

Menghargai Keberagaman Budaya

Tumbuhnya kesadaran tersebut merupakan salah satu contoh nyata perilaku mendukung tata nilai
kehidupan berbangsa dan bernegara yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, kerukunan, dan
perdamaian meskipun terdapat perbedaan sistem sosial budaya di dalam masyarakat. Berbagai
konflik sosial tersebut menunjukkan perlunya ditetapkan sebuah kebijakan politik budaya oleh
pemerintah Indonesia.

Keberagaman Budaya di Indonesia

Kebijakan itu diharapkan mampu meredam konflik dalam segala bidang kehidupan, baik di bidang
politik, ekonomi, sosial, budaya maupun agama dengan menonjolkan kekayaan, potensi-potensi
pengembangan, dan kemajuan keanekaragaman kebudayaan yang sejalan dan mendukung
berlakunya prinsip demokrasi dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, sangat penting
mengembangkan sikap simpati dan empati yang berorientasi pada pengembangan keberagaman
budaya dengan penegakan prinsip-prinsip persamaan.

Dampak Keberagaman Budaya di Indonesia

Sebelumnya telah dipaparkan mengenai potensi keberagaman budaya di Indonesia. Yang menjadi
sebuah pertanyaan besar adalah dampak dari keberagaman budaya bagi integrasi bangsa. Di dalam
potensi keberagaman budaya tersebut sebenarnya terkandung potensi disintegrasi, konflik, dan
separatisme sebagai dampak dari negara kesatuan yang bersifat multietnik dan struktur masyarakat
Indonesia yang majemuk dan plural. Menurut David Lockwood konsensus dan konflik merupakan
dua sisi mata uang karena konsensus dan konflik adalah dua gejala yang melekat secara bersama-
sama di dalam masyarakat.

Sejak merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia selalu diwarnai oleh gerakan separatisme,
seperti gerakan separatis DI/TII dan RMS di Maluku. Gerakan tersebut saat ini juga berlangsung di
Provinsi Papua yang dilakukan oleh OPM (Organisasi Papua Merdeka) di provinsi paling timur di
Indonesia tersebut.

Keberagaman Budaya Berpotensi Memicu Disintegrasi Nasional

Karena struktur sosial budayanya yang sangat kompleks, Indonesia selalu berpotensi menghadapi
permasalahan konflik antaretnik, kesenjangan sosial, dan sulitnya terjadi integrasi nasional secara
permanen. Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan budaya yang mengakibatkan perbedaan
dalam cara pandang terhadap kehidupan politik, sosial, dan ekonomi masyarakat.
Menurut Samuel Huntington, Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi disintegrasi paling
besar setelah Yugoslavia dan Uni Soviet pada akhir abad ke-20. Menurut Clifford Geertz apabila
bangsa Indonesia tidak mampu mengelola keanekaragaman etnik, budaya, dan solidaritas etniknya
maka Indonesia akan berpotensi pecah menjadi negara-negara kecil. Misalnya, potensi disintegrasi
akibat gerakan Organisasi Papua Merdeka yang menginginkan kemerdekaan Provinsi Papua dari
Indonesia.

Pola kemajemukan masyarakat Indonesia dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, diferensiasi yang
disebabkan oleh perbedaan adat istiadat (custom differentiation) karena adanya perbedaan etnik,
budaya, agama, dan bahasa. Kedua, diferensiasi yang disebabkan oleh perbedaan struktural
(structural differentiation) yang disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan untuk mengakses
potensi ekonomi dan politik antaretnik yang menyebabkan kesenjangan sosial antaretnik.

Sebagai masyarakat majemuk, Indonesia memiliki dua kecenderungan atau dampak akibat
keberagaman budaya tersebut, antara lain sebagai berikut.

1. Berkembangnya perilaku konflik di antara berbagai kelompok etnik.


2. Pemaksaan oleh kelompok kuat sebagai kekuatan utama yang mengintegrasikan masyarakat.

Namun, kemajemukan masyarakat tidak selalu menunjukkan sisi negatif saja. Pada satu sisi
kemajemukan budaya masyarakat menyimpan kekayaan budaya dan khazanah tentang kehidupan
bersama yang harmonis apabila integrasi masyarakat berjalan dengan baik. Pada sisi lain,
kemajemukan selalu menyimpan dan menyebabkan terjadinya potensi konflik antaretnik yang
bersifat laten (tidak disadari) maupun manifes (nyata) yang disebabkan oleh adanya sikap
etnosentrisme, primordialisme, dan kesenjangan sosial.

Salah satu gejala yang selalu muncul dalam masyarakat majemuk adalah terjadinya ethnopolitic
conflict berbentuk gerakan separatisme yang dilakukan oleh kelompok etnik tertentu. Etnopolitic
conflict dapat dilihat dari terjadinya kasus Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Gerakan perlawanan ini
bukan hanya timbul karena didasari oleh adanya ketidakpuasan secara politik masyarakat Aceh yang
merasa hak-hak dasarnya selama ini direbut oleh pemerintah pusat. Selama ini rakyat Aceh merasa
terpinggirkan untuk mendapatkan akses seluruh kekayaan alam Aceh yang melimpah ditambah
adanya sikap primordialisme dan etnosentrisme masyarakat Aceh yang sangat kuat.
Perbedaan Budaya Bisa Memicu Separatisme

Pola etnopolitic conflict dapat terjadi dalam dua dimensi, yaitu pertama, konflik di dalam tingkatan
ideologi. Konflik ini terwujud dalam bentuk konflik antara sistem nilai yang dianut oleh pendukung
suatu etnik serta menjadi ideologi dari kesatuan sosial. Kedua, konflik yang terjadi dalam tingkatan
politik. Konflik ini terjadi dalam bentuk pertentangan dalam pembagian akses politik dan ekonomi
yang terbatas dalam masyarakat.

Perbedaan kesejarahan, geografis, pengetahuan, ekonomi, peranan politik, dan kemampuan untuk
mengembangkan potensi kebudayaannya sesuai dengan kaidah yang dimiliki secara optimal sering
menimbulkan dominasi etnik dalam struktur sosial maupun struktur politik, baik dalam tingkat lokal
maupun nasional. Dominasi etnik tersebut pada akhirnya melahirkan kebudayaan dominan
(dominant culture) dan kebudayaan tidak dominan (inferior culture) yang akan melahirkan konflik
antaretnik yang berkepanjangan. Dominasi etnik dan kebudayaan dalam suatu masyarakat apabila
dimanfaatkan untuk kepentingan golongan selalu melahirkan konflik yang bersifat horizontal dan
vertikal.

Ciri khas masyarakat majemuk seperti keanekaragaman suku bangsa telah menghasilkan adanya
potensi konflik antarsuku bangsa dan antara pemerintah dengan suatu masyarakat suku bangsa.
Potensi-potensi konflik tersebut merupakan permasalahan yang ada seiring dengan sifat suku
bangsa yang majemuk. Selain itu, pembangunan yang berjalan selama ini menimbulkan dampak
berupa terjadinya ketimpangan regional (antara Pulau Jawa dengan luar Jawa), sektoral (antara
sektor industri dengan sektor pertanian), antarras (antara pribumi dan nonpribumi), dan
antarlapisan (antara golongan kaya dengan golongan miskin).

Wawasan Kebhinekaan

Kemajemukan masyarakat Indonesia merupakan potensi yang memperkaya budaya nasional.


Namun, di sisi lain di dalam kemajemukan juga tersimpan potensi disintegrasi nasional. Kecende
rungan masing-masing kelompok kultural untuk terorganisasi secara politik akan menciptakan
sentimen primordial dan mengembangkan politik aliran yang dapat mengancam integrasi nasional.

Antropologia

Salah satu langkah untuk mewujudkan kehidupan sosial budaya yang menjunjung tinggi toleransi
dan kerukunan adalah dengan pembentukan lembaga atau asosiasi yang melibatkan segala elemen
masyarakat seperti pembentukan paguyuban atau kerja sama antarkelompok budaya.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :

Kesimpulan darikeragaman bangasa ini adalah kita harus bisa menjaga kelestarian
lingkungan kita bagaimana pun caranya kita harus menjaganya.

Saran :

Harus menjadi bangsa yang lebih membudayakan bangasa kita.


LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki keberagaman
suku,agama,ras,budaya dan bahasa daerah. Indonesia meliliki lebih dari 300 suku bangsa.
Dimana setiap suku bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang
lain.asuku bangsa merupakan bagian dari suatu negara. Dalam setiap suku bangsa terdapat
kebudayaan yang berbeda-beda.selain itu masing-masing suku bangsa juga memiliki norma
sosial yang mengikat masyarakat di dalamnya agar ta’at dan melakukan segala yang tertera
didalamnya. Setiap suku bangsa di indonesia memiliki norma-norma sosial yang berbeda-
beda. Dalam hal cara pandang terhadap suatu masalah atau tingkah laku memiliki perbedaan.
Ketika terjadi pertentangan antar individu atau masyarakat yang berlatar belakang suku
bangsa yang berbeda,mereka akan mengelompok menurut asal-usul daerah dan suku
bangsanya (primodialisme). Itu menyebabkan pertentangan\ketidakseimbangan dalam suatu
negara(disintegrasi).Secara umum, kompleksitas masyarakat majemuk tidak hanya ditandai
oleh perbedaan-perbedaan horisontal, seperti yang lazim kita jumpai pada perbedaan suku,
ras, bahasa, adat-istiadat, dan agama. Namun, juga terdapat perbedaan vertikal, berupa
capaian yang diperoleh melalui prestasi (achievement). Indikasi perbedaan-perbedaan
tersebut tampak dalam strata sosial ekonomi, posisi politik, tingkat pendidikan, kualitas
pekerjaan dan kondisi permukiman.
Sedangkan perbedaan horisontal diterima sebagai warisan, yang diketahui kemudian bukan
faktor utama dalam insiden kerusuhan sosial yang melibatkan antarsuku. Suku tertentu bukan
dilahirkan untuk memusuhi suku lainnya. Bahkan tidak pernah terungkap dalam doktrin
ajaran mana pun di Indonesia yang secara absolut menanamkan permusuhan etnik.
Sementara itu, dari perbedaan-perbedaan vertikal, terdapat beberapa hal yang berpotensi
sebagai sumber konflik, antara lain perebutan sumberdaya, alat-alat produksi dan akses
ekonomi lainnya. Selain itu juga benturan-benturan kepentingan kekuasaan, politik dan
ideologi, serta perluasan batas-batas identitas sosial budaya dari sekelompok etnik. Untuk
menghindari diperlukan adanya konsolidasi antar masyarakat yang mengalami perbedaan.
Tetapi tidak semua bisa teratasi hanya dengan hal tersebut. Untuk menuju integritas nasional
yaitu keseimbangan antar suku bangsa diperlukan toleransi antar masyarakat yang berbeda
asal-usul kedaerahan. Selain itu faktor sejarah lah yang mempersatukan ratusan suku bangsa
ini. Mereka merasa mempunyai nasib dan kenyataan yang sama di masa lalu. Kita
mempunyai semboyan Bhineka Tunggal Ika. Yaitu walaupun memiliki banyak
perbedaan,tetapi memiliki tujuan hidup yang sama. Selain itu,pancasila sebagai idiologi yang
menjadi poros dan tujuan bersama untuk menuju integrasi,kedaulatan dan kemakmuran
bersama.
Atas uraian-uraian tersebut kami mempunyai ide untuk membuat makalah yang berjudul
“PENGARUH KERAGAMAN SUKU BANGSA TERHADAP INTEGRITAS BANGSA
INDONESIA”. Dalam hal ini kami ingin menguak sisi positif dalam memulai usaha di
bidang perbukuan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 BENTUK KERAGAMAN BUDAYA BANGSA INDONESIA
Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “buddhayah” yang merupakan bentuk
jamak dari ‘buddhi” (budi atau akal). Kebudayaan diartikan sebagai hal –hal yang berkaitan
dengan budi dan akal. Sedang dalam bahasa Inggris, kebudayaan dikenal dengan istilah
culture yang berasal dari bahasa Latin “colere”, yaitu mengolah , mengerjakan tanah ,
membalik tanah atau diartikan bertani.
3.1.1 Karakteristik budaya
Budaya memiliki sifat universal, artinya terdapat sifat-sifat umum yang melekat pada setiap
budaya, kapan pun dan dimanapun budaya itu berada. Adapun sifat itu adalah
a. kebudayaan adalah milik bersama.
b. kebudayaan merupakan hasil belajar.
c. kebudayaan didasarkan pada lambang.
d. kebudayaan terintegrasi.
e. kebudayaan dapat disesuaikan.
f. kebudayaan selalu berubah.
g. kebudayaan bersifat nisbi (relatif).
Dalam kebudayaan juga terdapat pola-pola perilaku (pattern of behavior) yang merupakan
cara-cara masyarakat bertindak atau berkelakuan yang harus diikuti oleh semua anggota
masyarakat tersebut.Adapun subtansi atau isi utama budaya adalah:.
a. sistem pengetahuan, berisi pengetahuan tentang alam sekitar, flora dan fauna sekitar tempat
tinggal, zat-zat bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungannya, tubuh manusia, sifat-
sifat dan tingkah laku sesama manusia serta ruang dan waktu. .
b. sistem nilai budaya, adalah sesuatu yang dianggap bernilai dalam hidup.
c. kepercayaan, inti kepercayaan itu adalah usaha untuk tetap memelihara hubungan dengan
mereka yang sudah meninggal.
d. persepsi, yaitu cara pandang dari individu atau kelompok masyarakat tentang suatu
permasalahan.
e. pandangan hidup, yaitu nilai-nilai yang dipilih secara selektif oleh masyarakat. Pandangan
hidup dapat berasal dari norma agama (dogma), ideologi negara atau renungan atau falsafah
hidup individu.
f. etos budaya, yaitu watak khas dari suatu budaya yang tampak dari luar
3.1.2 Budaya lokal
Budaya lokal merupakan adat istiadat, kebudayaan yang sudah berkembang (maju) atau
sesuatu yang menjadi kebiasaan yang sukar diubah yang terdapat disuatu daerah tertentu.
Budaya lokal umumnya bersifat tradisional yang masih dipertahankan. Menurut Fischer,
kebudayaan – kebudayaan yang ada di suatu wilayah berkembang disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain lingkungan geografis, induk bangsa dan kontak antarbangsa. Dari pendapat
tersebut dapatlah kita kaitkan dengan kebudayaan daerah yang ada di Indonesia yang
memiliki ciri-ciri khusus antarwilayah sehingga beraneka ragam. Van Volenholen membagi
masyarakat Indonesia ke dalam 19 lingkungan hukum adat yang oleh Koentjoroningrat
disebut culture area. Setiap suku memilih mempertahankan pola-pola hidup yang sudah lama
disesuaikan dengan penduduk sekitar mereka. Lingkungan geografis yang berbeda ada yang
di gunung maupun dataran rendah dan tepi pantai, faktor ilkim dan adanya hubungan dengan
suku luar menyebabkan perkembangan kebudayaan yang beraneka macam.Contoh budaya
lokal yang bersifat abstrak misalnya Kepercayaan Kaharingan (Dayak), Surogalogi
(Makasar), Adat Pikukuh (Badui). Budaya lokal yang bersifat perilaku misalnya tari Tor-tor,
tarian Pakarena, upacara Kasadha (Masyarakat Tengger), upacara ruwatan dengan menggelar
wayang kulit berlakon “Murwokolo” (Masyarakat Jawa), orang Badui dalam berpakaian
putih dan Badui luar berpakaian biru, Bahasa Batak dan lain-lain . Budaya lokal yang bersifat
artefak misalnya rumah Gadang (Sumatera Barat), tiang mbis ( Suku Asmat), alat musik
gamelan (Jawa).
3.1.3 Potensi keberagaman budaya
Walaupun Indonesia menurut Van Volenholen terdiri dari 19 hukum adat, tetapi pada
dasarnya Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang bermukim di wilayah yang tersebar
dalam ratusan pulau yang ada di Inonesia. Tiap suku bangsa ini memiliki ciri fisik, bahasa,
kesenian, adat istiadat yang berbeda. Dengan demikian dapat dikatakan bangsa Indonesia
sebagai negara yang kaya akan budaya. Beberapa aspek keberagaman budaya Indonesia
antara lain suku, bahasa, agama dan kepercayaan, serta kesenian. Kekayaan budaya ini
merupakan daya tarik tersendiri dan potensi yang besar untuk pariwisata serta bahan kajian
bagi banyak ilmuwan untuk memperluas pengetahuan dan wawasan. Hal yang utama dari
kekayaan budaya yang kita miliki adalah adanya kesadaran akan adanya bangga akan
kebudayaan yang kita miliki serta bagaimana dapat memperkuat budaya nasional sehingga
“kesatuan kesadaran “ atau nation bahwa kebudayaan yang berkembang adalah budaya yang
berkembang dalam sebuah NKRI sehingga memperkuat integrasi. .
Disatu sisi bangsa Indonesia juga mempunyai permasalahan berkaitan dengan keberagaman
budaya yaitu adanya konflik yang berlatar belakang perbedaan suku dan agama. Banyak
pakar menilai akar masalah konflik ialah kemajemukan masyarakat, atau adanya dominasi
budaya masyarakat yang memilki potensi tinggi dalam kehidupan serta adanya ikatan
primordialisme baik secara vertikal dan horisontal. Disamping itu kesenjangan antara dua
kelompok masyarakat dalam bidang ekonomi, kesempatan memperoleh pendidikan atau mata
pencaharian yang mengakibatkan kecemburuan sosial, terlebih adanya perbedaan dalam
mengakses fasilitas pemerintah juga berbeda (pelayanan kesehatan, pembuatan KTP, SIM
atau sertifikat serta hukum). Semua perbedaan tersebut menimbulkan prasangka atau
kontravensi hingga dapat berakhir dengan konflik.
3.1.4 Karakteristik budaya nasional
Ki Hajar Dewantara mengemukakan kebudayaan nasional Indonesia adalah puncak-puncak
kebudayaan daerah, menurut Koentjoroningrat kebudayaan nasional Indonesia adalah
kebudayaan yang didukung sebagian besar rakyat Indonesia, bersifat khas dan dapat
dibanggakan oleh warga Indonesia. Wujud budaya nasional.
a. Bahasa, yaitu bahasa Indonesia. Sebagai bahasa nasional berfungsi sebagai lambang
kebangga nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai suku bangsa dan alat
penghubung antardaerah dan antar budaya.
b. Seni berpakaian, contohnya adalah pakaian batik yang menjadi simbol orang Indonesia dan
non – Indonesia, serta pakaian kebaya.
c. Perilaku, misalnya gotong royong (walaupun tiap daerah mempunyai nama yang berbeda,
sambatan, gugur gunung,). Selain gotong royong juga ada musyawarah, misalnya , sistem
aipem pada masyarakat Asmat, atau adanya balai desa tempat musyawarah tiap desa,atau
honai, rumah laki-laki suku Dani serta subak pada masyarakat Bali. Contoh yang lain adalah
ramah tamah dan toleransi.Menurut Dr Bedjo dalam tulisannya memaknai kembali Bhineka
Tunggal Ika dituliskan konsep Bhineka Tunggal Ika berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
66 tahun 1951, juga merujuk pada sumber asalnya yaitu Kitab Sutasoma yang ditulis oleh
Empu Tantular pada abad XIV. Semboyan tersebut merupakan seloka yang menekankan
pentingnya kerukunan antar umat yang berbeda pada waktu itu yaitu Syiwa dan Budha. Yang
terpenting disini adanya wacana baru yang dikemukakan penulis tentang semboyan bangsa.
Bhineka Tunggal Ika juga ditafsirkan sebagai “Ben Ika Tunggale Ika “ (baca: ben iko
tunggale iko, Bahasa Jawa – red). Kata ‘ben” artinya biarpun, kata ‘ika’ dibaca iko yang
artinya ‘itu atau ini’ dengan menunjuk seseorang atau sekelompok orang didekatnya atau di
luar kelompoknya. Kata ‘tunggale’ artinya ‘sadulur’ atau ‘saudara’. Jadi kalimat diatas dapat
dimaknai menjadi: Biarpun yang ini/itu saudaranya yang ini/itu dan lebih jauh lagi, makna
dari Bhineka Tunggal Ika adalah paseduluran atau persaudaraan. Dengan persaudaraan
sebagai sebuah keluarga besar yang dilahirkan oleh Ibu Pertiwi yang bermakna Indonesia.
Jadi memang kerukunan dan toleransi merupakan akar budaya nasional.
d. Peralatan, banyak sekali peralatan, materi atau artefak yang menjadi kebanggaan nasional
misalnya Candi Borobudur dan Prambanan, Monas
3.1.5 Hubungan budaya lokal dan budaya nasional.
Budaya lokal yang bernilai positif, bersifat luhur dapat mendukung budaya nasional. Dalam
pembangunan kebudayaan bangsa, nilai-nilai budaya positif baik budaya daerah perlu
dipertahankan dan dikembangkan karena justru menjadi akar atau sumber budaya nasional.
Mengingat budaya bangsa merupakan “hasil budidaya rakyat Indonesia seluruhnya” maka
cepat lambat pertumbuhannya tergantung kearifan peran serta seluruh masyarakatnya.
Bagaimana peran keluarga, sekolah dan pemerintah menanamkan budaya daerah pada
generasi berikutnya dan kearifan generasi muda dalam melestarikan budaya daerah.
3.2 PROSES INTEGRASI BANGSA INDONESIA
Menurut Hendropuspito OC dalam bukunya “Sosiologi Sistematik” istilah integrasi berasal
dari kata latin integrare yang berarti memberikan tempat dalam suatu keseluruhan. Dari kata
tersebut menurunkan kata integritas yang berarti keutuhan atau kebulatan dan integrasi berarti
membuat unsur-unsur tertentu menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. Secara umum
integrasi diartikan sebagai pernyataan secara terencana dari bagian-bagian yang berbeda
menjadi satu kesatuan yang serasi. Kata integrasi berkaitan erat dengan terbentuknya suatu
bangsa, karena suatu bangsa terdiri dari berbagai unsur seperti suku/etnis, ras, tradisi,
kepercayaan dan sebagainya,yang beranekaragam. Untuk itu integrasi suatu bangsa terjadi
karena adanya perpaduan dari berbagai unsur tersebut, sehingga terwujud kesatuan wilayah,
kesatuan politik, ekonomi, sosial maupun budaya yang membentuk jatidiri bangsa tersebut.
Integrasi bangsa tidak terjadi begitu saja, tetapi memerlukan suatu proses perjalanan waktu
yang panjang yang harus diawali adanya kebersamaan dalam kehidupan. Kebersamaan
tersebut memiliki arti yang luas yaitu kebersamaan hidup, kebersamaan pola pikir,
kebersamaan tujuan dan kebersamaan kepentingan.
Dengan demikian integrasi suatu bangsa dilandasi oleh cita-cita dan tujuan yang sama,
adanya saling pendekatan dan kesadaran untuk bertoleransi dan saling menghormati.
Demikian pula untuk integrasi bangsa Indonesia. Mengingat Indonesia sebagai bangsa yang
majemuk dan memiliki keanekaragaman budaya. Maka sangat memerlukan proses integrasi,
karena dampak dari kemajemukan ini sangat potensial terjadinya konflik/ pertentangan.
Kecenderungan terjadinya konflik di Indonesia sangatlah besar, untuk itu hendaknya setiap
warga masyarakat di Indonesia harus menyadari dan mempunyai cita-cita bersama sebagai
bangsa Indonesia. Cita-cita bersama sebagai bangsa Indonesia adalah sederhana tetapi agung
yaitu suatu masyarakat dimana semua golongan dapat hidup rukun. Mengembangkan diri
tanpa merugikan golongan lain dan bahkan membantu mendukung golongan-golongan lain,
sehingga terwujud suatu masyarakat yang adil dan makmur.
Perlu juga disadari bahwa mengejar cita-cita yang demikian tidaklah mudah, bukan
merupakan proses yang sekali jadi, tetapi membutuhkan waktu yang lama. Dan untuk
mencapainya bukan hanya merupakan tugas orang-orang tertentu atau golongan-golongan
tertentu tetapi merupakan tugas seluruh nation/bangsa yang memiliki solidaritas terhadap
kebangsaan Indonesia. Dalam mengupayakan, memperjuangkan cita-cita yang luhur tersebut
diperlukan pemahaman kondisi, dalam kenyataan pemahaman dari segi-segi budaya dan
akhirnya kebijaksanaan yang didasarkan atas kearifan dan perhitungan sebagai integrasi dapat
terwujud.
Proses integrasi bangsa Indonesia menurut A. Sartono Kartodirjo dapat dibagi dalam 2 jenis
yaitu ; pertama, integrasi geopolitik yang dimulai sejak jaman prasejarah sampai awal abad
20, dan kedua, proses integrasi politik kaum elite sejak awal abad 20 sampai jaman Hindia
Belanda berakhir.
Dalam proses integrasi geo politik di Indonesia mulai menonjol pada awal abad 16 dan dalam
proses integrasi bangsa Indonesia tersebut banyak faktor yang berperan antara lain pelayaran
dan perdagangan antar pulau serta adanya bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan. Para
pedagang-pedagang Islam mejadi motor penggerak terjadinya proses integrasi, hal ini karena
dalam ajaran Islam tidak membedakan manusia baik berdasarkan kasta, agama, suku/etnis
atau golongan. Bagi pedagang-pedangan Islam yang terpenting adalah perdagangan yang
saling menguntungkan. Dengan adanya hal tersebut maka mempermudah hubungan dan
komunikasi suku bangsa yang berada di Nusantara.
Sedangkan integrasi kaum elite yang berkembang pada awal abad 20 yang berperan adalah
pendidikan karena dengan pendidikan lahirlah golongan intelektual Indonesia yang
menyadari nasib bangsanya sehingga berusaha mengembangkan wawasan integral
kebangsaan. Untuk itu integrasi politik kaum elite merupakan tulang punggung gerakan
Nasionalisme Indonesia. Melalui gerakan nasionalisme maka lahirlah integrasi nasional
bangsa Indonesia sampai sekarang.
3.3 Pentingnya Persatuan dalam Keragaman
Di sekitar tempat tinggalmu, mungkin ada yang menjumpai sejumlah suku bangsa, tidak
hanya satu suku bangsa. Mengapa demikian? Indonesia
negara kesatuan. Hubungan antarpulau sudah terjadi sejak zaman dahulu. Ketersediaan
angkutan laut sangat memudahkan hubungan antarpulau.
Banyak suku bangsa dari satu pulau pindah ke pulau yang lain. Mereka menetap di tempat
yang baru. Jadilah penduduk setempat. Kemudian menjadi penduduk desa atau kelurahan,
kecamatan dan kabupaten atau kotamu. Ada juga program transmigrasi yang menyebabkan
bercampurnya
suatu suku bangsa asli dengan suku pendatang. Masing-masing dari mereka memiliki budaya
yang berbeda. Tidak hanya budaya, agama mereka pun juga mungkin berbeda. Suatu tempat
yang terdapat suku dan budaya yang beragam tentunya sangat rawan dan dapat menyulut
adanya perpecahan antarsuku. Namun ternyata hal ini tidak terjadi karena bangsa Indonesia
memegang teguh semboyan Bhineka Tunggal Ika. Bhinneka Tunggal Ika berarti berbedabeda
tetapi tetap satu juga. Kata Bhineka Tunggal Ika diambil dari kitab Sutasoma karangan Empu
Tantular, seorang pujangga dari Majapahit. Bunyi selengkapnya adalah Bhineka Tunggal Ika
Tan Hana Dharma Mangrwa. Semboyan bangsa Indonesia ini tertulis pada kaki lambang
negara Garuda Pancasila. Bhinneka Tunggal Ika merupakan alat pemersatu bangsa. Untuk itu
kita harus benar-benar memahami maknanya. Negara kita juga memiliki alat-alat pemersatu
bangsa yang lain, yakni:
1. Dasar Negara Pancasila
2. Bendera Merah Putih sebagai bendera kebangsaan
3. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan
4. Lambang Negara Burung Garuda
5. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
6. Lagu-lagu perjuangan
Masih banyak alat-alat pemersatu bangsa yang sengaja diciptakan agar persatuan dan
kesatuan bangsa tetap terjaga. Bisakah kamu menyebutkan yang lainnya? Persatuan dalam
keragaman memiliki arti yang sangat penting. Persatuan dalam keragaman harus dipahami
oleh setiap warga masyarakat agar dapat mewujudkan hal-hal sebagai berikut :
1. Kehidupan yang serasi, selaras dan seimbang
2. Pergaulan antarsesama yang lebih akrab
3. Perbedaan yang ada tidak menjadi sumber masalah
4. Pembangunan berjalan lancar
Adapun sikap yang perlu dikembangkan untuk mewujudkan persatuan dalam keragaman
antara lain:
1. Tidak memandang rendah suku atau budaya yang lain
2. Tidak menganggap suku dan budayanya paling tinggi dan paling baik
3. Menerima keragaman suku bangsa dan budaya sebagai kekayaan bangsa yang tak ternilai
harganya
4. Lebih mengutamakan negara daripada kepentingan daerah atau suku masing-masing
Kita mesti bangga, memiliki suku dan budaya yang beragam. Keragaman suku dan budaya
merupakan kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya. Bangsa asing saja banyak yang
berebut belajar budaya daerah kita. Bahkan kita pun sempat kecolongan, budaya asli daerah
kita diklaim atau diakui sebagai budaya asli bangsa lain. Karya-karya putra daerah pun juga
banyak yang diklaim oleh bangsa lain.
3.4 HUBUNGAN KERAGAMAN BUDAYA TERHADAP INTEGRASI BANGSA
INDONESIA
Sifat majemuk dari bangsa Indonesia, disamping merupakan kebanggaan hendaknya pula
dilihat bahwa suatu negara dengan keanekaragaman suku-bangsa dan kebudayaan
mengandung potensi konflik. Oleh karenanya guna menuju suatu integrasi nasional Indonesia
yang kokoh, terdapat berbagai kendala yang harus diperhatikan.
Dalam rangka mempersatukan penduduk Indonesia yang beranekawarna, Koentjaraningrat
(1982:345-346) melihat ada empat masaah pokok yang dihadapi, ialah
(a) mempersatukan aneka-warna suku-bangsa,
(b) hubungan antar umat beragama,
(c) hubungan mayoritas-minoritas dan
(d) integrasi kebudayaan di Irian Jaya dengan kebudayaan Indonesia.
Diantara sekitar 210 juta orang penduduk Indonesia dewasa ini, sulit diketahui secara pasti
distribusi jumlah dari masing-masing suku-bangsa.
Terakhir kalinya, Sensus Penduduk di Indonesia yang memuat items suku-bangsa adalah
yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda; yang hasilnya dimuat dalam
Volkstelling (1930). Sensus Penduduk Indonesia yang dilakukan pada 1970 dan dalam
dasawarsa berikutnya, tidak mencantumkan items suku-bangsa. Mengingat hal tersebut, ada
kesulitan untuk mengetahui secara pasti laju pertumbuhan penduduk berdasarkan suku-
bangsa dan distribusi mereka. Sekalipun demikian, ada pula berbagai usaha untuk
mengetahui hal di atas, antara lain pernah dicoba oleh Pagkakaisa Research (1974), antara
lain disebutkan bahwa suku-bangsa bahwa Jawa mencapai 45,8 % dari total penduduk
Indonesia pada 1974 (sekitar 120.000.000 orang). Berbagai distribusi penduduk Indonesia
berdasarkan suku-bangsa ialah Sunda (14,1 %), Madura (7,1 %), Minangkabau (3,3 %),
Bugis (2,5 %), Batak (2,0 %), Bali (1,8 %), 24 suku-bangsa lainnya (20,3 %) dan orang Cina
(2,7 %). Sementara itu, di kalangan para pakar masih terdapat perbedaan dalam
mengklasifikasikan penduduk di Indonesia ke dalam suatu konsep suku-bangsa.
Koentjaraningrat (1982:346-347) menilai bahwa berapakah sebenarnya jumlah suku-bangsa
di Indonesia, sampai saat kini masih sukar ditentukan secara pasti. Hal ini disebabkan ruang
lingkup istilah konsep suku-bangsa dapat mengembang atau menyempit, tergantung
subyektivitas. Sebagai contoh, paling sedikit di Pulau Flores terdapat empat suku-bangsa
yang berbeda bahasa dan adat-istiadatnya, ialah orang Manggarai, Ngada, Ende-Lio dan
Sikka. Namun kalau mereka ada di luar Flores, mereka biasanya dipandang oleh suku-bangsa
lainnya atau mereka mengidentifikasikan dirinya sebagai satu suku-bangsa, ialah Flores.
Hal ini juga terjadi dikalangan suku-bangsa Dayak di Pulau Kalimantan. Menurut H.J.
Malinckrodt, orang Dayak diklasifikasikan ke dalam enam rumpun atau stammen ras, ialah
Kenya-Kayan-Bahau, Ot Danum, Iban, Moeroet, Klemantan dan Poenan. Selanjutnnya jika
diamati lebih lanjut, di kalangan orang Dayak Kalimantan ada 405 suku-bangsa yang saling
berbeda satu dengan lainnya. Jika mereka berada di luar Pulau Kalimantan, orang lain
menyebut mereka dan mereka sendiri mengidentifikasikan dirinya sebagai suku-bangsa
Dayak, akan tetapi di Kalimantan sendiri antara satu dengan yang lain merasa memiliki
perbedaan. Demikian pula hanya di Irian Jaya, berdasarkan penelitian dari Summer Language
Institute, paling tidak terdapat 252 suku-bangsa yang masing-masing memakai bahasa yang
berbeda. Mengingat hal tersebut maka, Koentjaraningrat memandang perlu upaya
pendifinisian konsep suku-bangsa di Indonesia secara ilmiah, antara lain dengan mengambil
beberapa unsur kebudayaan sebagai indikator yang dapat berlaku bagi semua “suku-suku-
bangsa” yang ada di Indonesia..
Upaya untuk memahami keanekaragaman suku-bangsa dan kebudayaan di Indonesia adalah
sekaligus berpretensi pula mengungkapkan berbagai bentuk interaksi sosial yang terjadi di
kalangan suku-bangsa yang saling berbeda kebudayaannya. Dengan mempelajari proses
interaksi sosial yang terjadi, sekaligus diharapkan akan memberikan pengetahuan tentang
proses-proses sosial di kalangan mereka sehingga akan diketahui segi dinamis dari
masyarakat dan kebudayaan. Berbagai perubahan dan perkembangan masyarakat yang
merupakan segi dinamis adalah akibat interaksi sosial yang terjadi diantara para warganya,
baik orang perorangan, orang dengan kelompok maupun antar kelompok manusia. Kerjasama
(cooperation), persaingan (competition), pertikaian (conflict), akomodasi (acomodation),
asimilasi (assimilation), akulturasi (acculturation) dan integrasi (integration) merupakan
proses-proses sosial yang perlu diperhatikan dalam rangka studi hubugan antar suku-bangsa,
terutama untuk mempercepat terwujudnya integrasi nasional Indonesia yang kokoh.
Faktor integrasi bangsa Indonesia rasa senasib dan sepenanggungan serta rasa seperjuanagan
di masa lalu ketika mengalami penjajahan. Penjajahan menimbulkan tekanan baik mental
ataupun fisik. Tekanan yang berlarut-larut akan melahirkan reaksi dari yang ditekan ( di jajah
). Sehingga muncul kesadaran ingin memperjuangkan kemerdekaan. Dengan kesadaran ini,
maka keberagaman suku atau golongan yang ada di Indonesia tidak dipermasalahkan
semuanya bersatu, berjuang untuk merdeka. Sehingga terbentuklah negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan semboyannya Bhineka Tunggal Ika. Selain itu, sumpah pemuda
merupakan salah satu faktor integrasi bangsa karena isinya adalah persatuan yaitu berbangsa
satu, bertanah air satu dan berbahasa satu Indonesia.
Faktor disintegrasi bangsa di antaranya ialah negara yang berbentuk kepulauan yang
dipisahkan oleh lautan, sehingga akan memunculkan sikap ingin menguasai daerah sendiri
dan tidak mau diatur.Kemudian keberagaman suku, ras, agama bisa memicu disintegrasi
bangsa, karena setiap golongan pasti mempunyai budaya, watak, dan adat yang berbeda dan
yang pasti mereka masing-masing mempunyai ego kesukuan ( Chauvinisme ) sehingga kan
mudah konflik dengan suku-suku yang lain. Faktor disintegrasi yang lain ialah rasa
ketidakadilan yang memicu pemberontakan kepada yang berbuat tidak adil. Jika pemerintah
Indonesia tidak berbuat adil pada setiap daerah yang ada di Indonesia maka akan
menimbulkan rasa ketidakpuasan dari masyarakat yang berdomisili di daerah tersebut,
sehingga pada akhirnya ada keinginan untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Kemajemukan bangsa Indonesia yang meliputi bahasa, budaya,suku, agama dan ras, bisa
menjadi daya integrasi maupun disintegrasi bangsa kita. Seperti yang kita ketahui, dengan
bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia kita dapat berkomunikasi antar suku dan ras
sehingga hubungan akan terjalin dengan baik dan dapat mempererat persaudaraan sebagai
satu bangsa besar yaitu bangsa Indonesia. Selain itu, keragaman antar budaya termasuk
bahasa akan saling melengkapi satu sama lainnya menjadi kebudayaan nasional yang akan
menjadi kebanggaan semua suku dan ras yang ada di Indonesia..
Dan yang ke dua, kemajemukan bangsa kita juga dapat menjadi daya disintegrasi bangsa
karena dengan keragaman itu, rentan sekali terhadap konflik antar suku dan daerah, terutama
masalah agama seperti yang terjadi akhir-akhir ini di kawasan timur Indonesia. Selain faktor
kemajemukan budaya, penyebab disintegrasi bangsa Indonesia juga terpicu oleh sentralisasi
pembangunan yang selama ini lebih terfokus di pulau Jawa, sehingga menyebabkan
kesenjangan dan kecemburuan dari daerah lain, sehingga timbul keinginan untuk
memisahkan diri dari NKRI.
Yang bisa menjadi faktor integrasi bangsa adalah semboyan kita yang terkenal yaitu bhineka
tunggal ika, dimana kita terpisah-pisah oleh laut tetapi kita mempunyai ideologi yang sama
yaitu pancasila.sedangkan yang menjadi faktor desintegrasi bangsa adalah kurang adanya
rasa nasionalisme yang tinggi, kurangnya rasa toleransi sesama bangsa, campur tangan pihak
asing dalam masalah bangsa.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Di tengah arus reformasi dewasa ini, agar selamat mencapai Indonesia Baru, maka ideologi
yang harus lebih diingat-ingat dan dijadikan landasan kebijakan mestinya harus berbasis pada
konsep Bhinneka Tunggal Ika. Artinya, sekali pun berada dalam satu kesatuan, tidak boleh
dilupakan, bahwa sesungguhnya bangsa ini berbeda-beda dalam suatu kemajemukan.
Maka, Indonesia Baru yang kita citakan itu, hendaknya ditegakkan dengan menggeser
masyarakat majemuk menjadi masyarakat multikultural, dengan mengedepankan
keBhinnekaan sebagai strategi integrasi nasional. Namun, jangan sampai kita salah langkah,
yang bisa berakibat yang sebaliknya: sebuah konflik yang berkepanjangan. Harus disadari,
bahwa merubah masyarakat majemuk ke multukultural itu merupakan perjuangan panjang
yang berkelanjutan.
SARAN
Untuk menjaga keharmonisan integrasi bangsa Indonesia,perlu lebih di tingkatkan toleransi
antar masyarakat yang mempunyai tingkat keanekaragaman yang sangat tinggi. Selain itu
perlu adanya control nasional untuk menjaga keseimbangan nasional.
Hilangnya budaya indonesia
Para remaja Indonesia pada abad ini sangat memprihatinkan, semakin berkembangnya zaman
maka semakin edan zaman ini. Perkembangan zaman mengubah segalanya, baik budaya,
sosial, ekonomi, politik bahkan agamapun semakin tak teranggap. Perubahan-perubahan
tersebut sangat berpengaruh bagi masyarakat Indonesia, terutama untuk para-para remaja
indonesia, lebih-lebihnya lagi para remaja ini adalah seorang pelajar.

Begitu banyak kasus yang telah kita ketahui diberbagai daerah bahkan di pelosok-pelosok
desa kasus-kasus yang buruk dapat merusak generasi muda dan masa depan bangsapun telah
merasuki hampir seluruh daerah. Ini dapat disebabkan oleh mulai pudarnya budaya indonesia.
Pudarnya budaya indonesia dapat tejadi oleh bebebrapa faktor:

a.Mengikuti Gaya Barat

Dalam mengikuti gaya barat merupakan salah satu faktor penyebab hilangnya jati diri atau
kepribadian seseorang sebagai orang Indonesia. Band korea yang saat ini semakin diminati
oleh para remaja putra ataupin putri indonesia telah mengubah sikap dan kepribadian
seseorang. Menurut survei yang tealah saya lihat dari berbagai kalangana remaja, dari
sepuluh putri dan terdapat delapan diantaranya menyimpan fhoto-fhoto artis korea, jelas
bahwa ini menandakan bahwa para remaja putri sangat menyukai artis-artis korea dari pada
artis yang di Indonesia. Oleh sebab itu para remaja putrapun menjadi sangat gemar mengikuti
gaya orang-orang korea, karena mereka beranggapan bahwa menjadi orang korea akan
disukai oleh banyak para wanita. Mengikuti gaya yang dimaksud adalah mengikuti tata cara
berprilaku, potongan rambut.

b.Musik

Begitu pula dengan musik, para remaja lebih banyak menyukai musik yang berbahasa inggris
dibandingkan dengan berbahasa Indonesia, hal ini pula bukan hanya sebagai keinginan belaka
dalam menyimpan musik barat, namun hal ini juga merupakan anjuran dari guru ataupun dari
dosen serta tempat-tempat belajar atau pendidikan lainnya guna untuk belajar atau lebih cepat
dalam menggunakan bahasa inggris. Jadi hampir seluruh para remaja memiliki lagu-lagu
barat, dan mulai menyukainya serta menyanyikannya. Jika kita sudah mendengar lagu-lagu
orang barat lalu siapa yang akan mendengar lagu-lagu Indonesia, inilah penyebab akan
hilangnya budaya Indonesia.
c.Bahasa

Bahasa paling berpengaruh pada saat era dewasa ini akan hilangnya budaya secara total,
bagaimana tidak. Jika kita cermati, apa yang tidak kita tiru dari budaya barat, bisa kita lihat
dari perilaku, kesukaan, kesenangan, liburan dan lain-lain sebagian besar mengikuti dan
memilih budaya barat. Dan sekarang bahasa Indonesia akan mulai pudar, lalu beberapa tahun
kemudia siapa yang akan menggunakan bahasa Indonesia, sedangkan orang Indonesia sendiri
telah menggunakan bahasa.Inggris. saat era dewasa ini, usia dini telah ajarkan untuk dapat
menguasai bahasa inggris. Apalagi pada tahun 2015 yang katanya, masyarakat Indonesia
khususnya para pelajar harus mampu menggunakan bahasa.Inggris. bukan hanya para pelajar
namun orang-orang dewasa yang telah bekerja yang belum bisa berbahasa inggris telah mulai
belajar atau kursus berbahasa inggris. Bayangkan jika masyrakat Indonesia telah mampu
menguasai bahsa Inggris tentunya kita semua akan berbicara menggunakan bahasa Inggris.
Maka saat inilah budaya Indonesia hilang secara total.

d.Moral

Moral sangat penting bagi kehidupan manusia bahkan moral telah melampoi agama, sekarang
moral lebih penting dibanding agama. Namun, moral di Indonesia telah mulai menipis, jika
moral ini sudah mulai menipis begitu pula dengan agama, maka agama tak teranggap lagi.
Hilangnya moral masyarakat Indonesia dapat kita tinjau melalui beberapa daerah seperti di
Bali. Dibali merupakan pusat wisata bagi Indonesia sehingga banyak para wisatawan yang
berdatangan, baik wisatawan Indonesia itu sendiri maupun wisatawan dari luar negeri. Cara
berpakaian yang mereka kenakan sangatlah tidak menunjukan bahwa itu budaya Indonesia,
lebih parahnya lagi. Sudah tau itu bukan budaya Indonesia, melanggar Moral Indonesia,
Melanggar tata cara berpakaian dalam beragama tetapi kebanyakan banyak yang mengikuti.
Bukan hanya di Bali di NTB juga merupakan tempat wisata yang dapat dikatakan banyak
yang diminati. Para wisatawan pula berdatangan tidak berbeda dengan di Bali, perilaku dan
tata cara berpakaian sama.

e.Jari Tengah

saya rasa kita telah mengetahui apa maksud jari tengah atau mengacungkan jari tengah dalam
budaya barat, ini merupakan jenis komunikasi nonverbal atau simbol dalam budaya barat
yang artinya fuck (merendahkan atau menghina dalam budaya barat). Sekarang ini telah
merasuki para remaja Indonesia, dengan mengina sesama teman dengan mengacungkan jari
tengah, bukan hanya untuk menghina sesama teman namun jari tengah ini menjadi simbol
atau gaya saat mereka akan berfhoto atau saat selvie, sebagai simbol candaan. Bukan hanya
para remaja putra yang menggunakan simbol jari tengah namun remaja putri juga
menggunakan simbol jari tengah ini, karena simbol jari tengah ini sudah di anggap sebagai
kebiasaan atau dapat dikatakan budaya baru Indonesia meski sebanar bukan.

f.Produk

Produk yang dikenakan masyarakat Indonesia dapat saya katakan hampir 100%
menggunakan prodak luar negeri, baik dari alat-alat elektronik ataupun media-media lainnya.
Bukan hanya jenis media tetapi dalam kebutuhan berumaha tangga atau kebutuhan pribadi
banyak yang menggunakan dan memilih prodak luar negeri. Karena mereka beranggapan
bahwa prodak luar negeri lebih berkualitas dibandingkan dengan prodak dalam negeri.

g.Pendidikan

Dalam segi pendidikan, menurut dari survei yang saya lakukan dalam bertanya kepada
tiga mahasiswa atau pelajar lainnya. Terdapat dua anak yang lebih memilih untuk belajar di
luar negeri dibandingkan belajar di dalam negeri. Sebagian alasan kenapa lebih memilih
belajar diluar negeri, mereka menjawab. Jika belajar diluar negeri dan jika kita lulusan dari
luar negeri maka saat kita balik ke negara kita (indonesia) kita akan sangat dibutuhkan
bahkan banyak yang akan menawarkan kita pekerjaan. Dengan ini sudah jelas
bahwa pendidikan luar negeri lebih baik bila dibandingkan dengan pendidiakn dalam negeri.

Begitulah yang terjadi di Negara kita saat ini, begitu memprihatinkan. Seharusnya pemimpin-
pemimpin Indonesia secara tegas dalam membuat jati diri bangsa, membentuk kepribadian
bangsa, secara tegas dalam menjalankan idealisme Indonesia agar tidak terlalu mudah
terpengaruh dan terbawa oleh budaya-budaya lain. Seperti halnya jepang, memiliki pendirian
yang tinggi dalam berbahasa. Mereka berpendapat siapa yang datang kenegara mereka maka
merekalah harus menguasai bahasa jepang. Bukan sebaliknya orang jepang yang harus
menguasai bahasa negara yang akan berkunjung ke negara jepang. Contoh lainnya seperti
china, yang mengutamakan produk mereka sendiri, mereka melakukan jual-beli dengan
menggunakan produk mereka sendiri, produk sekecil apapun yang mereka buat tentunya
Anda akan menemui bahwa itu adalah buatan China. Dapat dilihat pula India, mereka
mengutamakan musik mereka sendiri, dimanapun mereka berada baik dalam bermain film
atau akan menyumbangkan sebuah lagu dalam sebuah kesenian mereka tidak akan lupa untuk
mencantumkan lagu-lagu India. Ini pula yang saya harapkan bisa terjadi di Indonesia,
memiliki kepribadian yang tinggi, jati diri yang kokoh, serta beridealisme yang benar-benar
berjalan sesuai dengan idealisme Indonesia.
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat & kemampuan lain serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan dikaji asal kata bahasa sansekerta berasal dari kata budhayah yang berarti budi atau akal. Dalam
bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata Colere, yang berarti mengolah tanah. Jadi kebudayaan secara umum
dapat diartikan sebagai “segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk
mengolah tanah atau tempat tinggalnya, atau dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat
melangsungkan dan mempertahankan hidupnya didalam lingkungannya”. Budaya dapat pula diartikan sebagai
himpunan pengalaman yang dipelajari, mengacu pada pola-pola perilaku yang ditularkan secara sosial tertentu.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengartikan kebudayaan sebagai peninggalan sejarah yang bersifat
tradisional. Seperti tarian daerah, alat musik daerah, senjata tradisional, bahasa daerah, dan lain sebagainya. Di
negara kita, hampir setiap propinsi memilki kebudayaan tradisionalnya sendiri. Oleh sebab itu negara kita dijuluki
negara yang kaya akan budaya.

2.2 Jenis-jenis Budaya Tradisional

Ada berbagai jenis budaya tradisional yang dimiliki oleh negara kita. Beberapa jenis budaya tradisional tersebut
yaitu :
2.2.1 Tarian Tradisional : tarian khas yang memiliki arti penting karena fungsinya yang sangat
mengutamakan suatu penghormatan.
2.2.2 Bahasa Tradisional : bahasa daerah yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh setiap
daerah .
2.2.3 Pakaian Tradisional : pakaian khas yang berbeda dari daerah satu dengan daerah lain.

2.2.4 Senjata Tradisional : suatu senjata yang digunakan oleh penduduk suatu daerah. Orang jaman dulu
sering menyebutnya gaman.
2.2.5 Alat Musik Tradisional: alat musik yang digunakan untuk mengiringi suatu lagu daerah atau biayasanya
juga digunakan untuk mengiringi tarian tradisional.

2.2.6 Kesenian Tradisional : sutu kesenian yang berasal dari suatu daerah tertentu dan menunjukkan ciri
khas.

2.3 Budaya yang Sudah Mulai Hilang

Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup
menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma
social merupakan salah satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah
dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas
budaya setiap bangsa.

Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal
kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga
kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi
oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika
dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai
tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi.

Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari
kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja
bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan
perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses
industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke
arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan
fungsinya.

Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh,
sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak
tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka.
Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata
Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang
merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan
merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah
kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami
“mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat
globalisasi. Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga
dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti
semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi.

Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan fungsi. Ada pula
kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang telah
menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke
layar kaca oleh kelompok Srimulat. Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki
penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak panggung.
Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti mampu
beradaptasi dengan perubahan zaman.

Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi dengan teknologi
mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom
Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara langsung.
Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam
minggu cukup sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan
nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti
wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik
gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.
2.4 Penyebab Budaya Tradisional Hilang

Budaya nasional yang seharusnya menjadi kebanggaan dan harusnya di pertahankan sekarang mulai hilang
dikarenakan masuknya budaya asing (modern). Kita sebagai warga negara indonesia yang mempunyai hak
penuh atas kebudayaan tersebut seharusnya melestarikannya bukan malah mengesampingkannya dengan
berbagai alasan seperti takut dibilang ketinggalan jaman, takut dibilang kupper, katrok, dan lain sebagainya.

Jika ditinjau melalui aspek global, globalisasi menjadi tantangan untuk semua aspek kehidupan juga yang terkait
dengan kebudayaan. Budaya tradisional yang mencerminkan etos kerja yang kurang baik tidak akan mampu
bertahan dalam era global. Era global menuntut kesiapan kita untuk siap berubah menyesuaikan perubahan
zaman dan mampu mengambil setiap kesempatan. Budaya tradisional di Indonesia sebenarnya lebih kreatif dan
tidak bersifat meniru, yang menjadi masalah adalah mempertahankan jati diri bangsa. Sebagai contoh
sederhana, budaya gotong royong di Indonesia saat ini hampir terkikis habis, individual dan tidak mau tahu
dengan orang lain adalah cerminan yang tampak saat ini. Perlu dipikirkan agar kebudayaan kita tetap dapat
mencerminkan kepribadian \bangsa. Kebudayaan tradisional adalah sebuah warisan luhur.

Dalam era globalisasi, kebudayaan tradisional mulai mengalami erosi. Orang, anak muda utamanya lebih senang
menghabiskan waktunya untuk mengakses internet dari pada mempelajari tarian dari kebudayaan sendiri. Orang
akan merasa bangga ketika dapat menuru gaya berpakaian orang barat dan menganggap budayanya kuno dan
ketinggalan. Globalisasi akan selalu memberikan perubahan, kita lah yang harus meneliti apakah budaya-budaya
tersebut bersifat positif ataupun negatife.

2.5 Cara-cara Untuk Menjaga Kelestarian Budaya Tradisional

Budaya yang dahulu tak ternilai harganya, kini justru menjadi budaya yang tak bernilai di mata masyarakat. Sikap
yang tak menghargai itu memberikan dampak yang cukup buruk bagi perkembangan budaya tradisional di
negara kita. Mengapa? Karena salah satu cara untuk melestarikan budaya trsdisional adalah sikap dan perilaku
dari masyarakatnya sendiri. Jika dalam diri setiap masyarakat terdapat jiwa nasionalis yang dominan,
melestarikan budaya tradisional merupakan suatu kebanggaan, tapi generasi muda sekarang ini justru
beranggapan yang sebaliknya, sehingga mereka menggagap melestarikan budaya itu suatu paksaan. Jadi
kelestarian buadaya tradisional itu juga sangat bergantung pada jiwa nasionais generasi mudanya.
Sebagai para generasi muda penerus bangsa, jiwa dan sikap nasionalis sangatlah diperlukan. Bukan hanya
untuk kepentingan politik saja kita dituntut untuk berjiwa nasionalis, tetapi dalam mempertahankan dan
melestarikan budayapun juga demikian. Kita butuh untuk menyadari bahwa untuk mempertahankan budaya
peninggalan sejarah itu tidak mudah. Butuh pengorbanan yang besar pula. Oleh karenanya tak cukup apabila
hanya ada satu generasi muda yang mau untuk tapi yang lain masa bodoh. Dalam melakukannya dibutuhkan
kebersamaan untuk saling mendukung dan mengisi satu sama lain. Dalam kata lain dalam menjaga kelestarian
budaya juga diperlukan kekompakan untuk saling mengisi dan mendukung.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan beragam seni budaya yang terdapat disetiap
daerah sebelum seni budaya yang masih ada tersebut punah adalah dengan melaksanakan:
2.5.1 Pendataan
2.5.2 Inventarisasi
2.5.3 Pendokumentasian

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kemudian kebudayaan yang telah ada seperti kebudayaan tradisional akan tergeser bahkan akan hilang
terganti oleh kebudayaan baru/ modern. Orang-orang akan lebih mengandalkan kebudayaan baru dan
meninggalkan kebudayaan tradisional karena dianggap kebudayaan itu adalah kebudayaan yang kuno dan
pantas di tinggalkan.

Jadi keberadaan kebudayaan tradisional saat ini sangat mengkhawirkan. Kita sebagai penerus bangsa harus
dapat melestarikan budaya sendiri, budaya tradisional. Jangan sampai budaya itu punah tertelan waktu yang ke
era globalisasi.

3.2 Saran

Untuk dapat tetap melestarikan budaya peninggalan nenek moyang kita harus dapat memilah dan
memilih budaya yang baru yang positif. Kita harus tetap mengikuti perkembangan budaya modern tapi jangan
sampai kita meninggalkan budaya sendiri. Jangan sampai kejadian kemarin seperti pengklaiman budaya terjadi
kembali. Hal tersebut terjadi juga karena kita kurang menjaga dan melestarikan budaya sendiri.
Budaya luntur, Indonesia krisis identitas nasional, mengapa?
Kebudayaan-kebudayaan bangsa sekarang sudah mulai luntur dari masyarakat kita
karena masyarakat kita khususnya para pemuda lebih condong senang meniru budaya-budaya
luar dari pada budaya asli kita sendiri. Sebagai contoh para remaja putri atau pemudi kita
lebih senang meniru memakai celana pendek seperti remaja putri atau pemudi bule yang
ternyata merupakan kebudayaan barat yang mereka anggap dapat membuat mereka lebih
cantik dari pada memakai pakaian yang menutup anggota tubuh yang merupakan salah ciri
khas kita sebagai negara yang penuh sopan santun dan keramahannya. Remaja sekarang ini
berbeda jauh dengan remaja-remaja zaman dulu. Jika remaja dulu cenderung aktif, kreatif,
ulet dan mau berusaha sedangkan remaja sekarang ini sudah dimanjakan dengan peralatan
serba canggih dan makanan instan, dan kebanyakan tidak mau berusaha dengan keras, sebagi
generasi penerus hendaknya kita harus berusaha lebih keras . Zaman yang serba ada ternyata
mampu membuat seorang menjadi pemalas dan lamban dalam berfikir serta bertindak.
Nasib bangsa Indonesia dan nilai-nilai kebudayaan sangat tergantung kepada
kemampuan penalaran, skill, dan manajemen masyarakat khususnya kaum muda sebagai
generasi penerus. Sayang sekali sampai dengan saat ini, masyarakat Indonesia mengalami
krisis kebudayaan. hal ini disebabkan Kebudayaan asli bangsa Indonesia dibiarkan merana,
tidak terawat, dan tidak dikembangkan oleh pihak-pihak yang berkompeten . Bahkan
kebudayaan asli bangsa terkesan dibiarkan mati merana digerilya oleh kebudayaan asing
khususnya kebudayaan barat. Watak-watak negatif masyarakat Indonesia seperti munafik,
feodal, malas, tidak suka bertanggung jawab, suka gengsi dan prestis, dan tidak suka bisnis,
harus dihilangkan dan diganti dengan watak-watak yang baik. Semangat rakyat yang senang
bergotong royong dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, bermusyawarah memutuskan cara
penyelesaian masalah sudah sangat jarang terlihat. Nilai-nilai kebudayaanpun sudah mulai
hilang terlindas oleh kemajuan jaman . Dahulu, nilai gotong royong sangat terasa sekali, jika
ada tetangga yang melaksanakan hajatan. Ketika petani mau menanam padi atau kedelai di
ladang atau panenan, pasti tidak bayar, upahnya hanya makan pagi dan siang atau makan
kecil. Jadi, kalau ada diantara mereka menanam atau memanen, maka warga yang lainnya
ikut gotong royong dan begitu sebaliknya, terjadi semacam barter tenaga. Sekarang
keadaanya telah bergeser, kalau mau bercocok tanam atau panenan sudah harus
memperhitungkan upah. Bahkan sekarang jika ada kentongan dipukul untuk bergotong
royong di rumah tetangga, banyak orang yang berfikir praktis, cukup memberi uang dan tidak
udah ikut gotong royong.
Itulah mengapa indonesia krisis Identitas nasional, padahal Negara merupakan suatu
gambaran komunitas politik dimana masyarakat menyatakan dirinya sebagai bagian dari
sebuah negara tersebut (Benedict Anderson,1991). Sedangkan secara umum Identitas
Nasional diartikan sebagai keanggotaan seseorang dalam sebuah negara.
Identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga
menunjukkan suatu keunikan serta membedakannya dengan hal-hal lain. Nasional berasal
dari kata “nation” yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan komunitas sosio-
kultural tertentu yang memiliki semangat, cita-cita, tujuan serta ideologi bersama.Jadi,
Identitas Nasional adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang
membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Identitas Nasional Indonesia meliputi
segenap yang dimiliki bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa lain seperti
kondisi geografis, sumber kekayaan alam Indonesia, demografi atau kependudukan
Indonesia, ideologi dan agama, politik negara, ekonomi, dan pertahanan keamanan. Identitas
nasional merupakan konsep suatu bangsa mengenai dirinya sendiri. Indonesia merupakan
negara yang memiliki beraneka ragam kebudayaan yang terdiri dari berbagai macam suku
dari sabang sampai merauke dan pastinya memiliki keanekaragaman identitas nasional. Basis
dari identitas nasional diantaranya socially (yaitu identitas yang mengarah kepada peran
sosial dalam masyarakat berdasarkan proses sosialisasi dari individu yang berbeda),
culturally (yaitu identitas yang mengarah kepada atribut kebudayaan) ,politically (identitas
yang mengarah kepada sumber politik dari peran sosial dalam masyarakat, contohnya sebagai
pemilih dalam pemilu, atapun sebagai warga negara).
Menurut pendapat saya, identitas nasional dan jati diri suatu bangsa harus dijaga agar
bangsa tersebut tidak mudah dihancurkan oleh bangsa lain dan menjadi bangsa yang kuat.
Kita mungkin terkadang bingung mengenai apa itu identitas nasional bangsa indonesia, oleh
karena itu topik identitas nasional yang kita pelajari dalam pelajaran citizenship ini dapat
membantu kita memahami arti dari identitas nasional dan bagaimana kita bertindak sesuai
dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Topik identitas nasional dapat
menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi diantara warga negara indonesia jika setiap
warga negara menyadari dan mengimplementasikan nilai-nilai identitas nasional yang telah
ada. Namun dalam pengamatan saya, identitas nasional di negara ini mulai memudar.
Kurangnya rasa nasionalisme dan rasa “satu indonesia” membuat identitas nasional negara ini
menjadi kacau atau disebut krisis identitas nasional. Salah satu definisi nasionalisme yaitu
menurut Arif Budiman nasionalisme adalah persatuan secara kelompok dari suatu bangsa
yang mempunyai sejarah yang sama, bahasa yang sama dan pengalaman yang sama. Sejarah
mengenai nasionalisme di indonesia dimulai dari berdirinya organisasi Budi Utomo pada
tahun 1908 yang menjadi tonggak berdirinya organisasi-organisasi pemuda pada saat itu.
Saat ini dapat kita lihat bahwa indonesia telah mengalami krisis identitas nasional.
Banyak penduduk indonesia telah melupakan unsur unsur kebudayan yang merupakan basis
dari identitas nasional suatu bangsa. Contohnya yaitu budaya barat yang masuk ke indonesia
melalui globalisasi telah banyak mengubah pola hidup generasi muda saat ini, salah satunya
yaitu melupakan kultur budaya bangsa indonesia sendiri.

2.2 Apa penyebab lunturnya budaya bangsa Indonesia?


Di tengah Maraknya arus Globalisasi yang masuk ke Indonesia, melalui cara cara
tertentu membuat Dampak Positif dan Dampak Negatif nya sendiri Bagi Bangsa Indonesia.
Terutama dalam Bidang Kebudayaan.Seiring dengan kemajuan jaman, tradisi dan
kebudayaan daerah yang pada awalnya dipegang teguh, di pelihara dan dijaga keberadaannya
oleh setiap suku, kini sudah hampir punah.
Banyak faktor yang menyebabkan budaya lokal dilupakan dimasa sekarang ini, yaitu:
• Kurangnya kesadaran masyarakat
Kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya lokal sekarang ini masih terbilang minim.
Masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih praktis dan sesuai dengan perkembangan
zaman.
Hal ini bukan berarti budaya lokal tidak sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi
banyak budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Budaya lokal juga dapat
di sesuaikan dengan perkembangan zaman, asalkan masih tidak meningalkan ciri khas dari
budaya tersebut.
• Minimnya komunikasi budaya
Kemampuan untuk berkomunikasi sangat penting agar tidak terjadi salah pahaman
tentang budaya yang dianut. Minimnya komunikasi budaya ini sering menimbulkan
perselisihan antarsuku yang akan berdampak turunnya ketahanan budaya bangsa.
• Kurangnya pembelajaran budaya
Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan sejak dini. Namun sekarang ini banyak
yang sudah tidak menganggap penting mempelajari budaya lokal. Padahal melalui
pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya budaya lokal dalam membangun
budaya bangsa serta bagaiman cara mengadaptasi budaya lokal di tengan perkembangan
zaman.

2.3 Apa akibat dari lunturnya budaya Indonesia?


Lunturnya budaya bangsa sebagai identitas negara sangat terasa, hingga banyak terjadi
kemelut persoalan akibat kebudayaan yang sering terjadi akhir-akhir ini. Kemelut yang
terjadi di Indonesia disebabkan hilangnya budaya asli bangsa yang terkontaminasi budaya
Barat, sehingga negara ini kehilangan arah dalam mengimbangi kemajuan zaman.
Masyarakat zaman dahulu memiliki sikap sosial yang tinggi antar sesama dan memiliki
kesadaran untuk menaati peraturan yang ditetapkan pemerintah. Akan tetapi, sekarang hal itu
sangat sulit ditemukan. Selain sikap sosial yang tinggi, rakyat zaman dulu juga memiliki
kepedulian yang tinggi dalam menjaga lingkungan di sekitarnya, sehingga kondisi alam pada
era tersebut sangat cantik dan menawan. Sebaliknya, pada zaman modern seperti sekarang,
sikap seperti itu tampaknya sudah luntur di hati rakyat Indonesia, sehingga alam menjadi
panas dan tidak bersahabat lagi dengan manusia karena telah tercemari. Dahulu kondisi itu
tidaklah separah seperti zaman sekarang ini, saat itu nilai- nilai religius masih sangat dijaga
dan sangat dipatuhi dengan baik. Namun sejak masuknya pengaruh budaya-budaya barat ke
negeri kita tercinta ini hal itu mulai luntur berlahan lahan. Nilai-nilai religius khususnya islam
sangatlah kental pada saat itu, namun sekarang generasi muda sebagai generasi penerus
dengan bangganya memperlihatkan auratnya seperti orang-orang bule. Ditambah lagi
pergaulan bebas, narkoba dan tawuran menjadi budaya dikalangan generasi muda saat ini
sehingga menambah kemelutnya bangsa kita. Kalau dibandingkan antara zaman sekarang dan
zaman dahulu, dapat di ibaratkan seperti bumi dan langit. Sangat memprihatin melihat bangsa
kita saat ini, moral masyarakat sudah sangat jauh dari etika ketimuran bangsa kita. Budaya
asli kita yang rapuh dan luntur ini menyebabkan kemelut atau persoalan bangsa kita semakin
kompleks. Sikap saling menghargai mulai sulit kita jumpai, sikap egois semakin merajalela
sopan santun yang muda terhadap yang tua semakin menjadi barang mewah, sungguh budaya
sangat luntur dari masyarakat kita sekarang. Karena lunturnya kebudayaan bangsa yang
ramah, santun, saling tolong menolong dan pekerja keras maka menambah begitu banyak
persoalan bangsa. Kemiskinan dimana-mana, pencurian merajalela, dan masih lebih banyak
lagi yang lainnya. Rapuhnya dan lunturnya kebudayaan Indonesia sangat terasa sekali,
membuat kemunduran negara Indonesia.
Indonesia sangat kaya akan budaya, fakta ini tidak bisa disangkal lagi oleh siapapun.
Namun dibalik kekayaan tersebut justru Pemerintah dan bangsa Indonesia sangat lemah
mematenkan apa yang seharusnya menjadi hak bangsa Indonesia.
Berikut ini adalah daftar artefak budaya Indonesia yang diduga dicuri, dipatenkan,
diklaim, dan atau dieksploitasi secara komersial oleh korporasi asing, oknum warga negara
asing, ataupun negara lain:
1. Batik dari Jawa oleh Adidas
2. Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
3. Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
4. Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia
5. Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
6. Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia
7. Sambal Bajak dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Belanda
8. Sambal Petai dari Riau oleh Oknum WN Belanda
9. Sambal Nanas dari Riau oleh Oknum WN Belanda
10. Tempe dari Jawa oleh Beberapa Perusahaan Asing
11. Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
12. Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
13. Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
14. Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia
15. Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia
16. Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
17. Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
18. Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
19. Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
20. Kursi Taman Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh Oknum
WN Perancis
21. Pigura Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Inggris
22. Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia
23. Desain Kerajinan Perak Desak Suwarti dari Bali oleh Oknum WN Amerika
24. Produk Berbahan Rempah-rempah dan Tanaman Obat Asli Indonesia oleh Shiseido Co Ltd
25. Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia
26. Kopi Gayo dari Aceh oleh perusahaan multinasional (MNC) Belanda
27. Kopi Toraja dari Sulawesi Selatan oleh perusahaan Jepang
28. Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat
oleh Malaysia
29. Kain Ulos oleh Malaysia
30. Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia
31. Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia
32. Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia

Bangsa serumpun atau dikenal dengan Malaysia setidaknya mengklaim 21 artefak


budaya Indonesia, dan yang terkini adalah tari Pendet dari Bali. Berikut beberapa daftar dari
harta dari kebudayaan Indonesia yang diklaim oleh Negara Malaysia.
1. Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
2. Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
3. Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia
4. Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
5. Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia
6. Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
7. Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
8. Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
9. Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia
10. Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia
11. Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
12. Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
13. Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
14. Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
15. Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia
16. Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia
17. Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia
18. Kain Ulos oleh Malaysia
19. Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia
20. Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia
21. Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia
Mungkin masih banyak lagi artefak budaya Indonesia yang diklaim negara lain, ayo
bersama-sama kita jaga Identitas Indonesia!
2.4 Apa upaya untuk menjaga budaya keutuhan budaya Indonesia?
Tugas utama yang harus dibenahi adalah bagaimana mempertahankan, melestarikan,
menjaga, serta mewarisi budaya lokal dengan sebaik-baiknya agar dapat memperkokoh
budaya bangsa yang akan megharumkan nama Indonesia. Dan juga supaya budaya asli
negara kita tidak diklaim oleg negara lain.Berikut beberapa hal yang dapat kita simak dalam
rangka melestarikan budaya. Namun setiap usaha dan pembenahan demi kelestarian dan
terjaganya budaya asli Indonesia pasti memiliki :
 Strengh (Kekuatan)
 Weakness (Kelemahan)
 Opportunity (Peluang)
 Threatment (Tantangan)

1. Strengh (Kekuatan)
a. Keanekaragaman budaya lokal yang ada di Indonesia
Indonesia memiliki keanekaragaman budaya lokal yang dapatdijadikan sebagai ke aset
yang tidak dapat disamakan dengan budaya lokal negara lain.
Budaya lokal yang dimiliki Indonesia berbeda-beda pada setiap daerah. Tiap daerah
memiliki ciri khas budayanya, seperti rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun
adat istiadat yang dianut. Semua itu dapat dijadikan kekuatan untuk dapat memperkokoh
ketahanan budaya bangsa dimata Internasional.
b .Kekhasan budaya Indonesia
Kekhasan budaya lokal yang dimiliki setiap daerah di Indonesia memliki kekuatan
tersediri. . Misalnya rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang
dianut. Kekhasan budaya lokal ini sering kali menarik pandangan negara lain.
Terbukti banyaknya warga asing yang mempelajari budaya Indonesia seperti belajar
tarian khas suat daerah atau mencari barang-barang kerajinan untuk dijadikan buah tangan.
Ini membuktikan bahwa budaya bangsa Indonesia memiliki ciri khas yang unik.
c. Kebudayaan Lokal menjadi sumber ketahanan budaya bangsa
Kesatuan budaya lokal yang dimiliki Indonesia merupakan budaya bangsa yang
mewakili identitas negara Indonesia. Untuk itu, budaya lokal harus tetap dijaga serta diwarisi
dengan baik agar budaya bangsa tetap kokoh.
2. Weakness (Kelemahan)
a. Kurangnya kesadaran masyarakat
Kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya lokal sekarang ini masih terbilang minim.
Masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih praktis dan sesuai dengan perkembangan
zaman. Hal ini bukan berarti budaya lokal tidak sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi
banyak budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Budaya lokal juga dapat
di sesuaikan dengan perkembangan zaman, asalkan masih tidak meningalkan ciri khas dari
budaya tersebut.
b .Kurangnya pembelajaran budaya
Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan sejak dini. Namun sekarang ini banyak
yang sudah tidak menganggap penting mempelajari budaya lokal. Padahal melalui
pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya budaya lokal dalam membangun
budaya bangsa serta bagaiman cara mengadaptasi budaya lokal di tengan perkembangan
zaman.
c.Minimnya komunikasi budaya
Kemampuan untuk berkomunikasi sangat penting agar tidak terjadi salah pahaman
tentang budaya yang dianut. Minimnya komunikasi budaya ini sering menimbulkan
perselisihan antarsuku yang akan berdampak turunnya ketahanan budaya bangsa.

3. Opportunity (Peluang)
a.Indonesia dipandang dunia Internasional
Karena kekuatan budayanya sehingga dapat menarik para turis asing untuk
mempelajari kebudayaan Indonesia sehingga budaya-budaya Indonesia mendapatkan
pengakuan dimata Internasional
Apabila budaya lokal dapat di jaga dengan baik, Indonesia akan di pandang sebagai
negara yang dapat mempertahankan identitasnya di mata Internasioanal.
b. Kuatnya budaya bangsa, memperkokoh rasa persatuan
Usaha masyarakat dalam mempertahankan budaya lokal agar dapat memperkokoh
budaya bangsa, juga dapat memperkokoh persatuan. Karena adanya saling menghormati
antara budaya lokal sehingga dapat bersatu menjadi budaya bangsa yang kokoh.
c.Kemajuan pariwisata
Budaya lokal Indonesia sering kali menarik perhatian para turis mancanegara. Ini dapat
dijadikan objek wisata yang akan menghasilkan devisa bagi negara. Akan tetapi hal ini juga
harus diwaspadai karena banyaknya aksi pembajakan budaya yang mungkin terjadi.
d.Multikuturalisme
Dalam artikelnya, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning, Riau, Dr
Junaidi SS MHum, mengatakan bahwa multikulturalisme meberikan peluang bagi
kebangkitan etnik dan kudaya lokal Indonesia. Dua pilar yang mendukung pemahaman ini
adalah pendidikan budaya dan komunikasi antar budaya.
4. Threatment (Tantangan)
a. Perubahan lingkungan alam dan fisik
Perubahan lingkungan alam dan fisik menjadi tantangan tersendiri bagi suatu
negara untuk mempertahankan budaya lokalnya. Karena seiring perubahan lingkungan alam
dan fisik, pola piker serta pola hidup masyakrkat juga ikt berubah.
b. Kemajuan Teknologi
Meskipun dipandang banyak memberikan banyak manfaat, kemajuan teknologi
ternyata menjadi salah satu factor yang menyebabkan ditinggalkannya budaya lokal.
Misalnya, sistem sasi (sistem asli masyarakat dalam mengelola sumber daya
kelautan/daratan) dikawasan Maluku dan Irian Jaya. Sistem sasi mengatur tata cara
sertamusim penangkapan iakn di wilayah adatnya, namun hal ini mulai tidak di lupakan oleh
masyarakatnya
c. Masuknya Budaya Asing
Masuknya budaya asing menjadi tantangan tersendiri agar budaya lokal tetap terjaga.
Dalam hal ini, peran budaya lokal diperlukan sebagai penyeimbang di tengah perkembangan
zaman.
Di tengah Maraknya arus Globalisasi yang masuk ke Indonesia, melalui cara cara
tertentu membuat Dampak Positif dan Dampak Negatif nya sendiri Bagi Bangsa Indonesia.
Terutama dalam Bidang Kebudayaan.Seiring dengan kemajuan jaman, tradisi dan
kebudayaan daerah yang pada awalnya dipegang teguh, di pelihara dan dijaga keberadaannya
oleh setiap suku, kini sudah hampir punah.Banyak faktor yang menyebabkan budaya lokal
dilupakan dimasa sekarang ini, yaitu:
• Kurangnya kesadaran masyarakat
Kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya lokal sekarang ini masih terbilang minim.
Masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih praktis dan sesuai dengan perkembangan
zaman.
Hal ini bukan berarti budaya lokal tidak sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi
banyak budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Budaya lokal juga dapat
di sesuaikan dengan perkembangan zaman, asalkan masih tidak meningalkan ciri khas dari
budaya tersebut.

• Minimnya komunikasi budaya


Kemampuan untuk berkomunikasi sangat penting agar tidak terjadi salah pahaman
tentang budaya yang dianut. Minimnya komunikasi budaya ini sering menimbulkan
perselisihan antarsuku yang akan berdampak turunnya ketahanan budaya bangsa.
• Kurangnya pembelajaran budaya
Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan sejak dini. Namun sekarang ini banyak
yang sudah tidak menganggap penting mempelajari budaya lokal. Padahal melalui
pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya budaya lokal dalam membangun
budaya bangsa serta bagaiman cara mengadaptasi budaya lokal di tengan perkembangan
zaman.

BAB. III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Jadi, suatu kebudayaan sangatlah penting bagi suatu negara salah satunya yaitu bagi
Indonesia, karena suatu budaya itu dapat menggambarkan keanka ragaman unsur yang ada
dalam sebuah negara tersebut. Indoesia contohnya yang terdiri dari ratusan budaya yang
berbeda dan sangat beragam bentuk dan jenisnya.
Namun kebudayaan Indonesia sendiri dapat mudah dekali luntur bahka menghilang
karena ketidak pedulian dari masyarakatnya, sehingga budaya Indonesia sangat mudah untuk
diklaim oleh instansi asing bahkan negara lain ontohnya malaysia yang telah banyak
mengklim kebudayaan Indonesia sebagai budaya mereka. Hal ini dapat dengan mudah
terjadi.
Oleh sebab itu kita dituntut untuk tetp memegng teguh dan menjaga kebudayaan asli
Indonesia ynag merupakan identitas nasional bangsa Indonesia.

3.2 Saran
Kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
7 unsur kebudayaan
ebudayaan umat manusia mempunyai unsur unsur yang
bersifat universal. Unsur unsur kebudayaan tersebut
dianggap universal karena dapat ditemukan pada semua
kebudayaan bangsa bangsa di dunia. Menurut
Koentjaraningrat ada tujuh unsur kebudayaan universal
yaitu

1. Bahasa
2. Sistem Pengetahuan
3. Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial
4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
5. Sistem Mata Pencaharian Hidup
6. Sistem Religi
7. Kesenian
Mari kita bahas satu persatu
#1 Bahasa
Bahasa adalah suatu pengucapan yang indah dalam
elemen kebudayaan dan sekaligus menjadi alat perantara
yang utama bagi manusia untuk meneruskan atau
mengadaptasi kan kebudayaan. Bentuk bahasa ada dua
yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan.
#2 Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan itu berkisar pada pegetahuan
tentang kondisi alam sekelilingnya dan sifat sifat peralatan
yang dipakainya. Sistem pengetahuan meliputi ruang
pengatahuan tentang alam sekitar, flora dan fauna,
waktu, ruang dan bilangan, sifat sifat dan tingakh laku
sesama manusia, tubuh manusia.
#3 Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial
Organisasi Sosial adalah sekelompok masyarakat yang
anggotanya merasa satu dengan sesamanya. Sistem
kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi:
kekerabatan, asosiasi dan perkumpulan, sistem
kenegaraan, sistem kesatuan hidup, perkumpulan.
#4 Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Yang dimaksud dengan teknologi adalah jumlah
keseluruhan teknik yang dimiliki oleh para nggota suatu
masyarakat, meliputi keseluruhan cara bertindak dan
berbuat dalam hubungannya degnan pengumpulan bahan
bahan menta, pemrosesan bahan bahan itu untuk dibuat
menjadi alat kerja, penyimpanan, pakaian, perumahan,
alat trasportasi dan kebutuhan lain yang berupa benda
meterial.
Unsur teknologi yang paling menonjol adalah kebudayaan
fisik yang meliputi, alat alat produksi, senjata, wadah,
makanan dan minuman, pakaian dan perhiasan, tempat
berlindung dan perumahan serta alat alat transportasi.
#5 Sistem mata pencaharian hidup
Sistem mata pencaharian hidup merupakan segala usaha
manusia untuk mendapatkan barang dan jasa yang
dibutuhkan. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem
ekonomi yang meliputi, berburu dan mengumpulkan
makanan, bercocok tanam, peternakan, perikanan,
perdagangan.
#6 Sistem Religi
Sistem religi dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang
terpadu antara keyakinan dan praktek keagamaan yang
berhubungan dengan hal hal suci dan tidak terjangkau
oleh akal. Sistem religi yang meliputi, sistem kepercayaan,
sistem nilai dan pandangan hidup, komunikasi
keagamaan, upacara keagamaan.
#7 Kesenian
Secara sederhana eksenian dapat diartikan sebagai segala
hasrat manusia terhadap keindaha. bentuk kendahan
yang beraneka tagam itu timul dari permainan imajinasi
kreatif yang dapat memberikan kepuasan batin bagi
amnusia. Secara garis besar, kita dapat memetakan
bentuk kesenian dalam tiga garis besar, yaitu seni rupa,
seni suara dan seni tari.
5 Unsur Kebudayaan Menurut Ralph Clinton
Berdasarkan pendapat Ralph Linton, unsur unsur
kebudayaan didalam kehidupan masyarakat dapat
dikelompokkan menjadi 5, yaitu

1. Cultural Universal, adalah unsur unsur kebudayaan


tersebar dalam suatu kerangka kebudayaan yang dapat
dijumpai dimanapun di muka bumi
2. Cultural Activity, adalah kegiatan kebudayaan setempat
3. Traits Complexes, adalah suatu unsur kebudayaan yang
lebih kecil atau unik daripada kebudayaan setempat
4. Traits, adalah unsur unsur pelengkap yang lebih kecil
daripada trait complexes
5. Items, adalah unsur unsur terkcil yang tidak dapat
diuraikan dan dijelaskan
Unsur unsur kebudayaan yang telah dikemukakan oleh
beberapa ahli di atas tidak dapat berdiri sendiri tapi saling
berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
Kecenderungan semua unsur kebudayaan untuk saling
berhubugan disebut integrasi.

Bila dikatakan bahwa suatu kebudayaan merupakan suatu


untegrasi, maka yang dimaksud adalah unsur unsur terpadu
menjadi suatu kebudayaan bukanlah sekumpulan
kebiasaan kebiasaan yang terkumpul secara acak acakan
saja.
Dikutip dari LKS IPS Modul Mitra terbitan CV Media
Citra Pratama

Demikian artikel tentang Unsur kebudayaan menurut para


ahli, 7 unsur kebudayaan universal menurut
Koentjaraningrat dan Ralph Clinton.
7 unsur budaya
Berikut ini adalah penjelasan mengenai 7 unsur budaya :
1. Bahasa
Bahasa merupakan suatu pengucapan yang indah dalam elemen kebudayaan dan sekaligus
sebagai alat perantara yang paling utama bagi manusia untuk meneruskan atau
mengadaptasikan kebudayaan.
Bentuk bahasa ada dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan.
2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan berkisar pada pengetahuan tentang kondisi alam sekelilingnya dan sifat-
sifat peralatan yang digunakannya. Sistem pengetahuan meliputi flora dan fauna, ruang
pengetahuan tentang alam sekitar, waktu, ruang dan bilangan, sifat-sifat dan tingkah laku
sesama manusia serta tubuh manusia.
3. Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial
Organisasi sosial merupakan sekelompok masyarakat yang anggotanya merasa satu dengan
sesamanya. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial meliputi kekerabatan, asosiasi,
sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup, dan perkumpulan.
4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Yang dimaksud dengan teknologi adalah jumlah dari semua teknik yang dimiliki oleh para
anggota dalam suatu masyarakat yang meliputi cara bertindak dan berbuat dalam mengelola
dan mengumpulkan bahan-bahan mentah.
Kemudian bahan tersebut dijadikan sebagai alat kerja, penyimpanan, pakaian, perumahan,
alat transportasi, dan kebutuhan hidup lainnya yang berupa material.
Unsur teknologi yang sangat menonjol adalah kebudayaan fisik yang meliputi alat produksi,
senjata, wadah, makanan dan minuman, pakaian, perhiasan, tempat tinggal, perumahan, dan
alat-alat transportasi.
5. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Sistem mata pencaharian hidup adalah segala usaha atau upaya manusia untuk medapatkan
barang atau jasa yang dibutuhkan.
Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi meliputi berburu, mengumpulkan
makanan, bercocok tanam, perikanan, peternakan, dan perdagangan.
6. Sistem Religi
Sistem religi bisa diartikan sebagai sebuah sistem yang terpadu antara keyakinan dan praktek
keagamaan yang berhubungan dengan hal-hal yang suci dan tidak dapat dijangkau oleh akal
dan pikiran.
Sistem religi meliputi sistem kepercayaan, sistem nilai, pandangan hidup, komunikasi
keagamaan, dan upacara keagamaan.
7. Kesenian
Secara sederhana kesenian dapat diartikan sebagai segala hasrat manusia terhadap keindahan
atau estetika. Bentuk keindahan yang beraneka ragam itu muncul dari sebuah permainan
imajinatif dan kreatif.
Hal itu dapat memberikan kepuasan batin bagi manusia. Secara garis besar, kita dapat
memetakan bentuk kesenian dalam tiga garis besar, yaitu seni rupa, seni suara dan seni tari.
Unsur Unsur Budya Menurut Para Ahli

500px.com
Berikut ini adalah penjelasan unsur-unsur budaya menurut para ahli :
1. Melville J. Herkovits
Ia mengatakan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok yaitu :
 Keluarga
 Sistem Ekonomi
 Alat-alat teknologi
 Kekuasaan politik
2. Bronislaw Malinowski
Ia mengatakan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, akan tetapi sedikit berbeda dengan
pendapat Melville J. Herkovits, yaitu :
 Adanya sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat
untuk bisa menyesuaikan diri dengan alam yang ada di sekitarnya.
 Organisasi ekonomi.
 Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas untuk pendidikan (keluarga merupakan lembaga
pendidikan utama)
 Organisasi kekuatan (politik)
3. C. Kluckohn
Ia mengemukakan terdapat 7 unsur budaya atau kebudayaan yang sifatnya secara universal
yaitu :
 Sistem pengetahuan
 Bahasa
 Sistem Teknologi dan peralatan
 Sistem Kesenian
 Sistem Mata Pencaharian
 Sistem Religi
 Sistem kemasyarakatan

Ciri Ciri Budaya

500px.com
Berikut ini adalah penjelasan mengenai ciri ciri kebudayaan :
 Kebudayaan merupakan budaya sendiri yang berada di daerah tersebut dan dipelajari.
 Bisa disampaikan kepada setiap orang dan setiap kelompok serta bisa diwariskan dari setiap
generasi.
 Bersifat dinamis, artinya suatu sistem yang dapat berubah sepanjang waktu atau mengikuti
perkembangan zaman.
 Bersifat selektif, artinya mencerminkan pola perilaku pengalaman manusia secara terbatas.
 Memiliki unsur budaya dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
 Etnosentrik, yang artinya menganggap budaya sendiri sebagai budaya terbaik atau menganggap
budaya orang lain sebagai budaya standar.
Itulah penjelasan singkat tentang pengertian budaya, definisi budaya menurut para ahli, unsur
unsur budaya, unsur kebudayaan menurut para ahli, ciri ciri budaya, beserta contoh

kebudayaan Indonesia. Semoga dapat menambah wawasan kamu

Anda mungkin juga menyukai