Anda di halaman 1dari 3

Tragedi Sampit, Suku Dayak vs Madura

Tragedi Sampit adalah konflik berdarah antar suku yang paling


membekas dan bikin geger bangsa Indonesia pada tahun 2001 silam.
Konflik yang melibatkan suku Dayak dengan orang Madura ini dipicu
banyak faktor, di antaranya kasus orang Dayak yang diduga tewas
dibunuh warga Madura hingga kasus pemerkosaan gadis Dayak.

Warga Madura sebagai pendatang di sana dianggap gagal beradaptasi


dengan orang Dayak selaku tuan rumah. Akibat bentrok dua suku ini
ratusan orang dikabarkan meninggal dunia. Bahkan banyak di
antaranya mengalami pemenggalan kepala oleh suku Dayak yang
kalap dengan ulah warga Madura saat itu. Pemenggalan kepala itu
terpaksa dilakukan oleh suku Dayak demi memertahankan wilayah
mereka yang waktu itu mulai dikuasai warga Madura.
Permasalah konflik tidak terlepas dari adanya interaksi antara suku bangsa didalam
penguasaan sumber daya yang ada di dalam lingkup teritorialnya. Pada awalnya masyarakat
yang berada di Sampit sangat konformitas terhadap persinggungan budaya hal ini dikarenakan
tragedi sampit yang menjatuhkan korban jiwa yang cukup banyak dari suku Madura merupakan
kompleksitas dari tragedi-tragedi kecil yang sebelumnya pernah terjadi. Sehingga masyarakat
suku Dayak memberikan label terhadap suku Madura sebagai suku antagonis sehingga atas
ketidak berdayaannya melawan pengaruh-pengaruh penguasaan suku pendatang secara dominan
terhadap suku yang seharusnya menjadi milik teritorial sumberdaya dominan yang dilakukan
oleh Suku Madura yang menyebabkan kecemburuan secara social dan ekonomi.

Banyak sebab yang membuat suku Dayak seakan melupakan asasi manusia baik
langsung maupun tidak langsung. Masyarakat suku Dayak di Sampit selalu terdesak dan selalu
mengalah. Dari kasus dilarangnya menambang intan di atas tanah adat mereka sendiri karena
dituduh tidak memiliki izin penambangan. Hingga kampung mereka yang harus berkali-kali
pindah tempat karena harus mengalah dari pada penebang kayu yang mendesak mereka makin ke
dalam hutan. Sayangnya, kondisi ini diperburuk oleh ketidakadilan hukum yang seakan tidak
mampu menjerat pelanggar hukum yang menempatkan masyarakat Dayak menjadi korban kasus-
kasus tersebut.

Tidak sedikit kasus-kasus pembunuhan orang Dayak (yang sebagian besar disebabkan
oleh aksi premanisme etnis Madura) yang merugikan masyarakat Dayak karena para tersangka
tidak bisa ditangkap dan diadili oleh aparat penegak hukum.

Etnis Madura juga punya latar belakang budaya kekerasan ternyata menurut masyarakat
Dayak dianggap tidak mampu untuk beradaptasi (mengingat suku Madura sebagai pendatang).

Sering terjadinya kasus pelanggarang tanah larangan orang Dayak oleh penebang kayu
dari suku Madura. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu perang antar etnis Dayak-Madura.

Dari cara mereka melakukan usaha dalam bidang perekonomian saja, mereka terkadang
dianggap terlalu kasar oleh sebagian besar masyarakat Dayak, bahkan masyarakat banjar sekali
pun. Banyak cara-cara pemaksaan untuk mendapatkan hasil usaha kepada konsumen mereka.
Banyak pula tipu-daya yang mereka lakukan. Tidak semua suku Madura bersifat seperti ini.
Namun, hanya segelintir saja.

Ada yang mengungkapkan bahwa pertikaian yang sering terjadi antara Madura dan
Dayak dipicu rasa etnosentrisme yang kuat di kedua belah pihak. Semangat persukuan inilah
yang mendasari solidaritas antar-anggota suku di Kalimantan. Situasi seperti itu diperparah
kebiasaan dan nilai-nilai yang berbeda, bahkan mungkin berbenturan. Misal, adat orang Madura
yang membawa parang atau celurit kemanapun pergi membuat orang Dayak melihat sang
tamu-nya selalu siap berkelahi. Sebab, bagi orang Dayak membawa senjata tajam hanya
dilakukan ketika mereka hendak berperang atau berburu. Tatkala di antara mereka terlibat
keributan dari soal salah menyambit rumput sampai kasus tanah amat mungkin persoalan yang
semula kecil meledak tak karuan, melahirkan manusia-manusia tak bernyawa tanpa kepala saat
terjadi pembantaian Sampit entah bagaimana cara mereka (suku Dayak) yang tengah dirasuki
kemarahan membedakan suku Madura dengan suku lainnya yang jelas suku-suku lainnya luput
dari serangan orang-orang Dayak.

Komentar:

Permasalahan konflik antara suku Dayak dan Madura adalah rangkaian panjang
dari perjalanan interaksi antara kekuatan-kekuatan social dalam struktur social
dalam memperebutkan sumber daya yang ada di Sampit yang menimbulkan
persaingan dan akibat dari tidak meratanya pendistribusian sumber daya yang ada
akan menyebabkan konflik. Perbedaan budaya bukan merupakan penyebab konflik,
tetapi bisa menjadi pemicu terjadinya konflik. Maka dari itu pihak kepolisian dan
pemerintah daerah sangat berperan untuk memberikan solusi-solusi terhadap
permasalahan yang ada di masyarakat Sampit.

Anda mungkin juga menyukai