Anda di halaman 1dari 2

KONFLIK SAMPIT

Alasan kami kelompok 52 memilih kasus ini adalah karena peristiwa perang sampit ini menarik dan juga
memiliki banyak sumber dan sudut pandang. Dari peristiwa ini kita juga bisa mengambil pelajaran untuk
memiliki sikap bertoleransi dalam masyarakat dan dapat menahan amarah/emosi dan juga selain itu kita
harus memiliki pemikiran yang jernih supaya tidak memakan korban dan merusak fasilitas yang ada demi
terwujudnya kehidupan masyarakat yang harmoni dan sejahtera.

Konflik Sampit (Perang Sampit) adalah pecahnya kerusuhan antar-etnis di Kalimantan yang bermula
sejak bulan Februari 2001 dan berlangsung sepanjang tahun tersebut.Konflik dimulai di kota Sampit,
Kalimantan Tengah yang kemudian meluas ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya.
Konflik ini melibatkan kedua belah entitas etnis yaitu antara suku Dayak asli dan warga migran Madura
dari pulau Madura. Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001,tepatnya pada hari minggu dini hari
tanggal 18 Februari 2001 tepat pukul 01.00 WIB.

Perang Sampit ini terjadi karena ada kaitannya dengan ekonomi lokal. Penyebab utamanya adalah pada
saat ada perkelahian di tambang emas antara suku Dayak dan Madura. Hutan di Kalimantan Tengah pada
saat itu memang terkenal sebagai wilayah perbatasan yang tidak mengenal hukum dan terjadi banyak
bentrokan antar suku. Sebelumnya juga sudah terjadi beberapa kericuhan di daerah tambang itu, yaitu
antara pekerja Melayu dengan penjual kayu dari Madura dan yang terakhir adalah antara orang Dayak dan
Madura. Konflik-konflik itu juga makin besar karena adanya berita bohong yang tersebar di mana-mana.
1. Transmigrasi Suku Madura ke Kalimantan
2. Pembakaran Rumah Salah Seorang Suku Dayak
3. Upaya Saling Membela Diri

Adapun sebab-sebab yang lainnya adalah sebagai berikut:

1. Tingkat pendidikan yang rendah. Pendidikan yang masih rendah membuat kedua suku kurang jernih
dalam memutuskan suatu perkara, sehingga cenderung mudah tersulut oleh keadaan.

2. Suku pribumi merasa suku pendatang telah merebut tanahnya, yang mana tanah itu seharusnya milik
mereka.

3. Suku pribumi merasa terpinggirkan atau termarginalkan sebab kurangnya perhatian dari pemerintah
setempat dalam pengembangan SDM suku pribumi, sehingga sangat mudah bagi suku pendatang yang
notebene berpendidikan menguasai pasar dan lapangan pekerjaan.

4. Tidak tepatnya penempatan para transmigran oleh pemerintah setempat. Para transmigran ditempatkan
di pedalaman hutan Kalimantan, yang mana bagi suku pribumi hutan adalah rumah mereka. Kemudian
keadaan ini diperparah dengan tindakan transmigran yang banyak menebang dan membuka hutan guna
kepentingan tempat tinggal mereka.

5. Tidak berjalannya hukum dengan baik. Hukum yang seolah digantung ini membuat sebagian
masyarakat mulai mencari solusi sendiri tanpa melibatkan aparat pemerintahan.

Pertengahan Desember 2000, bentrokan antara etnis Dayak dan Madura terjadi di Desa Kereng Pangi,
membuat hubungan keduanya menjadi bersitegang.Ketegangan semakin memuncak setelah terjadi
perkelahian di sebuah tempat hiburan di desa pertambangan emas Ampalit. Seorang etnis Dayak bernama
Sandong, tewas akibat luka bacok yang ia dapat. Kejadian ini kemudian membuat keluarga dan tetangga
Sandong merasa sangat marah.

Dua hari setelah peristiwa tersebut, 300 warga Dayak mendatangi lokasi tewasnya Sandong untuk
mencari sang pelaku. Tak berhasil menemukan pelakunya, kelompok warga Dayak melampiaskan
kemarahannya dengan merusak sembilan rumah, dua mobil, lima motor, dan dua tempat karaoke, milik
warga Madura. Penyerangan ini lantas membuat 1.335 orang Madura mengungsi.

Pada 18 Februari 2001 suku Dayak berhasil menguasai Sampit. Polisi menahan seorang pejabat lokal
yang diduga sebagai salah satu dalang di balik serangan ini. Orang yang ditahan tersebut diduga
membayar enam orang untuk memprovokasi kerusuhan di Sampit. Kemudian, ribuan warga Dayak
mengepung kantor polisi di Palangkaraya sembari meminta pembebasan para tahanan. Permintaan
mereka dikabulkan oleh polisi pada 28 Februari 2001, militer berhasil membubarkan massa Dayak dari
jalanan. Dari Konflik Sampit ini sedikitnya 100 warga Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.

Konflik Sampit sendiri mulai mereda setelah pemerintah meningkatkan keamanan, mengevakuasi warga,
dan menangkap provokator. Untuk memperingati akhir konflik ini, dibuatlah perjanjian damai antara
suku Dayak dan Madura. Peristiwa ini baru berakhir sekitar pertengahan Maret 2001 dengan disertai
perjanjian damai antar suku Dayak dan Madura. Perjanjian ini tertulis dalam sebuah buku yang berisi
beberapa persyaratan dan perjanjian damai. Guna memperingati perjanjian damai tersebut, maka dibentuk
sebuah tugu perdamaian di Sampit.

Link sumber :
Angela:
-https://www.kompas.com/stori/read/2021/07/30/090000179/konflik-sampit--latar-belakang-konflik-dan-p
enyelesaian?page=all#:~:text=KOMPAS.com%20%2D%20Konflik%20Sampit%20adalah,asli%20dan%2
0warga%20migran%20Madura
-http://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3065-2962/Konflik-Sampit_41871_p2k-unkris.html
-https://www.merdeka.com/jatim/peristiwa-18-februari-terjadinya-kerusuhan-sampit-pertikaian-suku-daya
k-dan-madura-kln.html
Brigitta :
-https://sejarahlengkap.com/indonesia/peristiwa-sampit
Fernandes :
-https://www.matamatapolitik.com/sejarah/perang-sampit
Gita :
-https://tirto.id/provokasi-elit-berujung-pembantaian-sampit-cEWZ
Weilianti :
-https://news.okezone.com/read/2016/02/25/340/1320731/lima-konflik-sara-paling-Mengerikan-ini-perna
h-terjadi-di-indonesia
-https://www.merdeka.com/jatim/peristiwa-18-februari-terjadinya-kerusuhan-sampit-pertikaian-suku-daya
k-dan-madura-kln.html
-https://id.m.wikipedia.org/wiki/Konflik_Sampit

Anda mungkin juga menyukai