Anda di halaman 1dari 1

KEARIFAN LOKAL PROVINSI BENGKULU

Kedurai Agung

TUJUAN
Upacara ini dilaksanakan ketika ada bencana alam atau
wabah penyakit yang menyerang masyarakat setempat.
Setelah melihat tanda-tanda dari alam, maka pemuka adat
bermusyawarah untuk melaksanakan Kedurai Agung.

TATA CARA UPACARA


Terdapat variasi-variasi dalam pelaksanaan ritual kedurai agung. Variasi ini
muncul sebagai adaptasi masing-masing masyarakat terhadap wilayah
kediamannya yang dulu terisolasi satu sama lain. Di daerah Bingin Kuning
masyarakat akan membentuk barisan dan arak-arakan. Setiap peserta
upacara membawa apem untuk dipersembahkan. Para pengantar
sesembahan terdiri dari anak-anak usia sebelum akil baligh yang disebut
sebagai anok diwo (anak dewa).

WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Masyarakat Rejang di daerah Topos melaksanakan kedurai agung pada
hari ke-16 bulan Apit. Bulan Apit adalah bulan yang dipercaya sebagai
masa datangnya hama dan bibit penyakit. Dalam Kalender Gregorius
bulan Apit bertepatan dengan bulan Desember. Ada pun lokasi
pelaksanaan berbeda-beda antardaerah. Warga Topos menggelar
kedurai agung di tepian Sungai Ketahun yang merupakan salah satu
dari beberapa sungai-sungai penting di Tanah Rejang.

MAKNA
Istilah kedurai agung berasal dari bahasa Rejang, kedurai yang artinya
kenduri, hajatan, atau perjamuan, dan agung yang artinya besar, mulia,
atau luhur. Secara bahasa kedurai agung bermakna kenduri atau
hajatan besar nan luhur. Dalam konteks masyarakat Rejang pra-Islam,
leluhur dipuja dan dimintai pertolongan agar melindungi masyarakat dari
berbagai macam bencana. Baik bencana alam, penyakit, serangan hama,
maupun penyakit hewan ternak. Khususnya di daerah Bingin Kuning,
kedurai agung dikenal pula dengan istilah muang apêm.

Referensi
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/kearifan-lokal-masyarakat-adat-orang-laut-di-kepri/

Anda mungkin juga menyukai