Anda di halaman 1dari 2

BUDAYA YANG ADA DI LOMBOK

1. Upacara Rebo Bontong


Setiap tahun sekali, tepatnyahari Rabu pada minggu terakhir bulan Safar, masyarakat suku
Sasak melakukan upacara Rebo Bontong. Mereka percaya bahwa hari itu merupakan
puncak terjadinya bencana dan penyakit, sehingga upacara dilakukan untuk menolak bala.
Masyarakat meyakini, pekerjaan tidak bisa dilakukan pada hari Rebo Bontong. Rebo
Bontong sendiri memiliki arti, yaitu Rebo yang bermakna dan Bontong yang berarti putus.

Sampai saat ini, upacara tersebut masih diadakan oleh masyarakat di Kecamatan
Pringgabaya. Rebo Bontong telah diwariskan secara turun-temurun sejak ratusan tahun
silam. Masyarakat akan berduyun-duyun datang ke pinggir sungai, lalu menceburkan diri
untuk mandi. Mereka percaya, jika mandi di hari itu, penyakit akan menghilang selama
setahun dan silaturahmi semakin terjalin erat.

2. Upacara Bau Nyale


Selanjutnya, ada festival kebudayaan tradisional yang diadakan oleh masyarakat Lombok
Tengah, yaitu Bau Nyale. Nama tradisi ini berasal dari bahasa Sasak, terdiri dari kata Bau
yang berarti menangkap dan Nyale yang artinya cacing laut. Cacing laut yang dimaksud
adalah hewan yang hidup di lubang-lubang batu karang di dalam laut.

Bau Nyale memang sebuah acara perburuan cacing laut yang diselenggarakan sekitar
Februari dan Maret. Festival tersebut berlokasi di Pantai Seger, Kuta. Konon, cacing laut ini
dipercaya masyarakat sebagai jelmaan Putri Mandalika. Nyale pun muncul hanya setahun
sekali di sekitar Pantai Kuta dan Pantai Seger. Cacing-cacing yang telah diburu akan
ditaburkan di sawah atau diolah menjadi

3. Peresean
Peresean dipercaya masyarakat suku Sasak sebagai ritual meminta hujan pada musim
kemarau. Tradisi ini sebenarnya merupakan kesenian bela diri dan tari dari Lombok yang
diiringi dengan upacara atau ritual. Dua orang akan bertarung dengan pemukul yang disebut
penjalin dan perisai yang disebut ende. Pemukul tersebut merupakan rotan yang ujungnya
dilapisi aspal dan pecahan beling yang ditumbuk halus. Selain itu, mereka juga
menggunakan perisai yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau.

4. Roah Segara
Adat yang satu ini merupakan ritual tahunan yang diadakan oleh nelayan dan penduduk
lokal di Lombok Barat dalam rangka memperingati bulan Muharam dari kalender Hijriah.
Roah Segara memiliki arti “merawat laut”. Tradisi ini bertujuan menjaga keseimbangan alam
dan keharmonisan hubungan antara alam dan manusia.

Ritual Roah Segara biasanya diadakan di Pantai Kuranji yang terletak di Desa Kuranji,
Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penduduk setempat akan
mengumpulkan makanan dan hasil panen di atas penulang dulang, yaitu nampan yang
terbuat dari bambu. Mereka akan memberkati persembahan dengan salat Barzanji,
Selakaran, dan zikir. Selanjutnya, nampan-nampan tersebut akan dibiarkan hanyut ke laut.

5. Bersinan
Di Lombok Tengah, warga Dusun Karang Renyah menggelar ritual untuk menyambut bulan
suci Ramadan, yaitu Bersinan. Para laki-laki akan menyelenggarakan acaranya, sedangkan
para perempuan hanya mengantarkan dulang ke masjid. Setelah itu, mereka akan
melakukan doa bersama yang dipimpin oleh Tuan Guru atau Kiai. Usai berdoa, kaum pria
akan melanjutkan dengan acara makan bersama.

6. Makam Ketaq
Makam Wali Ketaq adalah makam tempat salah satu waliyullah dikuburkan. Seorang ulama
yang sangat wara’, yang sangat gigih menyebarkan agama Islam di Pulau Lombok. Karena
pada saat itu juga masyarakat masih menganut paham Islam Wetu Telu.

Anda mungkin juga menyukai