“LARUNG SESAJI”
Disusun oleh :
Arjun Sakti P. (09)
Aulia Winny Z. (10)
Bramasta Barella A. (12)
Fila Rachmad R. (17)
Sylvia Margareth (35)
Kelas XI MIA 4
Latar Belakang
Tradisi sedekah laut yang sudah sejak lama ada memang masih menajadi panutan
atau atau sebagai kiblat bagi para nelayan untuk mensyukuri hasil melaut mereka
atas apa yang mereka dapat, tradisi sedekah laut yang sudah menajdi cirri khas bagi
para nelayan seluruh Indonesia terlebih lagi untuk daerah pesisir merupakan sebuah
tradisi yang sudah ada sejak zaman leluhur mereka.
Masyarakat Indonesia yang pada umum nya masih percaya hal-hal yang mistis,
meskipun sekarang zaman sudah modern, tetapi masih banyak masyarakat
Indonesia yang masih percaya akan keberadaan roh leluhhur mereka yang
dipercayai dari turun temurun, masyarakat Indonesia mempercayai hal tersebut
bukan tanpa alasan, meskipun tanpa sebab yang jelas masyarakat Indonesia takut
jika mereka melanggar aturan atau melanggar lisan yang diucapkan para leluhurnya
dulu meskipun hal itu belum dibuktikan secara ilmiah.
Salah satu yang paling menonjol budaya di Indonesia adalah budaya jawa atau
sering disebut kejawen, orang orang kejawen atau orang yang percaya akan budaya
budaya jawa sangat mempercayai apa yang diwarisi leluhur mereka, budaya
kejawen meiliki banyak mitos mitos yang diluar nalar manusia, tetapi mereka
( masyarakat jawa ) masih banyak yang mempercayai jika budaya jawa sebagai
bentuk rasa bakti pada leluhur atau roh roh pendahulu mereka.
Komunitas kejawen yang amat kompleks telah mlahirkan beebagai sekte dan tradisi
kehidupan di Jawa. Bahkan, didalamnya terdapat paguyuban paguyuban yang
selalu membahas alam hidupnya. Paguyuban tersebut lebih bersifat mastis dan
didasarkan konsep rukun, Modal asar dari komunitas ini hanyalah tekad dan
persamaan niat untuk nguri-uri (memelihara) tradisi leluhur. Masing masing
kehidupan memiliki jalan hidup yang khas kejawen.
Budaya tradisi sedekah laut di Kota Tegal, masyarakat Kota Tegal yang notabene
nya adalah Kota pesisir didaerah Kota Tegal banyak juga yang menjadi nelayan
untuk mencari mata pencaharian nya sehari-hari, para nelayan di Tegal kebanyakan
atau mungkin bisa dibilang semua nelayan , percaya akan ada nya roh atau
penunggu yang berada di laut mereka yang keseharian nya untuk mencari ikan.
Makna tradisi sedekah laut seakan memilki arti di Kota Tegal bagi para paguyuban
nelayan, mereka memanfaatkan tradisi tersebut sebagai acara event tahunan
budaya dan sebagai nilai ekonomi, pasal nya jika tradisi sedekah laut ini akan
dilaksanakan para wisatawan dari luar banyak yang datang hanya karena ingin
melihat upacara yang sacral itu, para wisatawan tidak hanya melihat upacara tradisi
sedekah lau ini dari tepi saja, melainkan ikut ke kapal untuk melihat langsung ritual
sedekah laut ini.
Untuk perlengkapan pada hari jum’at pon berbeda dengan hari sabtu sampai
minggu kliwon. Untuk hari jum’at pon itu sendiri perlengkapan yang dibutuhkan yaitu:
- Tumpeng asli
- Ayam panggang
- Pisang setangkap (pisang ini harus tergolong pisang raja dan ambon)
- Budak ripeh (budak ripeh ini adalah sejenis jadah putih, kuning)
Jadah ripeh ini bermula dari kusumaning Dewi Nawang Wulan dan Joko Tarub
- Jajan pasar
- Jenang moncowarno (jenang 5 warna)
Sedangkan pada hari sabtu sampai minggu kliwon perlengkapan yang dibutuhkan
yaitu:
- Tumpeng Gonobahu setinggi 2 meter.
Dalam tumpeng tersebut terdapat ayam tulak (ayam hitam yang bulu sayapnya
terdapat 1 warna putih).
- Uluwatu bumi (Buah-buahan, sayur mayur, palawija).
1.5 Prosesi Upacara “Larung Sesaji”
Prosesi Ritual Larung Sesaji Telaga Sarangan diawali dengan kirab Tumpeng Gono
Bahu dari Kelurahan desa. Pemberangkatan dimulai dari Balai Kelurahan Sarangan jam
10 pagi menuju telaga ataupun laut .Dalam perjalanan dari, peserta yang membawa
sesaji dilakukan dengan berjalan kaki kecuali, empat pasukan berkuda dengan naik
kuda. Semua sesaji dibawa dengan berjalan kaki, orang jawa menyebutnya dengan kata
“Dipikul”. Masing-masing sesaji dipikul oleh kurang lebih 4 orang, sebab ukuran dari
sesaji yang lumayan besar dan berat. Iring-iringan kirab diawali dengan pasukan
berkuda 4 sampai 8 orang (arak-arakan), cucuk lampah 1 orang, sesepuh adat,
kepala kelurahan beserta ibu, barisan domas dari seluruh SMA magetan 50 perserta
(pria wanita), prajurit (warga setempat), kejawen 40 orang (pria), bonang renteng
(musik gamelan). Upacara Labuh Sesaji dipusatkan di punden desa tepatnya
sebelah timur telaga, di tempat inilah para pejabat Kabupaten, Muspika, para
perangkat desa, sesepuh, dan tokoh masyarakat serta para warga masyarakat
berkumpul untuk mengadakan sesaji. Setelah semua sesaji diterima oleh sesepuh
desa, maka sesepuh desa membakar menyan serta membaca doa. Setelah
pembacaan doa selesai sesaji dibawa ke telaga untuk dilarungkan kecuali, sesaji
yang berisi nasi tumpeng yang berukuran kecil, panggang, cok bakal, dan setakir
bunga telon ditinggal di bawah pohon beringin yang ada di punden desa.
Kesimpulan
Daftar Pustaka:
https://candi.web.id/ritual-larung-sesaji-telaga-sarangan/
https://www.academia.edu/26090676/LARUNG_SESAJI_SEBUAH_SIMBOL_
KEBERAGAMAN_BUDAYA_MARITIM_INDONESIA
https://nurmailablog.wordpress.com/2015/11/21/pengertian-larung-sesaji/
http://artikelminarsih.blogspot.com/2015/10/kebudayaan-larung-sesaji-
telaga.html
http://eprints.umm.ac.id/43749/2/BAB%20I%20N.pdf