Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PROJEK P5

(KEARIFAN LOKAL)
Tema?

DISUSUN OLEH:
-RAFAEL -VANES
-VALENT -EVELYN
-PIERRE -KARIN
-OWEN -ANGEL

SMP YOS SUDARSO METRO


Tahun 2023
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH (langsung ke latar belakang tidak perlu ada
hari 1 sampai sterusnya)

HARI 1
Tradisi adalah budaya yang sudah turun-temurun dilakukan oleh sekelompok
masyarakat di daerah tertentu disertai dengan sistem kepercayaan yang dianutnya.
(masukkan ke dalam Tinjauan Pustaka)
ARTIKEL 1
1.2 TINJAUAN PUSTAKA (Masukkan ke BaB II) dilembar yang beda
Ini sebagai ungkapan rasa terima kasih para nelayan atas hasil tangkapan ikan yang
berlimpah.Ritual petik laut merupakann tradisi yang dilakukan secara rutin sejak
tahun 1901, Manfaat ritual petik laut adalah meningkatkan hasil tangkapan, seperti
ikan tongkol, ikan layang dan ikan lemuru.
Benda yang harus ada untuk proses ini adalah kepala kambing hitam dengan badan
yang berwarna putih. Kelak kepala kambing ini akan diberi pancing yang terbuat dari
emas dan ditancapkan di lidahnya.Adat Istiadat adalah kebiasaan turun-temurun yang
dilakukan berulang-ulang yang telah menjadi tradisi atau ciri khas dari suatu daerah
atau kumpulan nilai atau norma, kaidah dan keyakinan sosial yang tumbuh dan
berkembang bersamaan dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat desa
dan atau satuan masyarakat.mengajarkan budaya ke generasi penerus. Memasukkan
pengenalan kebudayaan sebagai mata pelajaran. Penerapan budaya dalam kehidupan
sehari-hari misalnya menggunakan bahasa lokal.Manfaat adat istiadat : a) Sebagai
acuan sistem norma/tata kelakuan masyarakat. B) Memperkuat tegritas pola perilaku
masyarakat. C) Sebagai media untuk saling hidup rukun dan menjunjung tinggi
kebersamaan.Untuk melestarikan Kebudayaan Indonesia pada era globalisasi agar
tetap terjaga : Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memajukan
budaya lokal. Berusaha menghidupkan kembali semangat toleransi, kekeluargaan dan
solidaritas yang tinggi.

Jika tidak ada kebudayaan maka interaksi dengan orang lain akan menjadi kacau.
Budaya memberikan visi baru kepada individu. Bentuk adat istiadat adalah aktivitas,
kepercayaan, atau upacara yang dilakukan secara turun temurun. Contoh adat istiadat
adalah upacara pernikahan adat Jawa

ARTIKEL 2:

Sejak zaman dahulu hampir semua kebudayaan di dunia memiliki ritual ‘memanggil’
hujan. Begitu juga dengan masyarakat di Indonesia. Inilah delapan ritual ‘memanggil’
hujan di beberapa daerah di Nusantara hingga saat ini masih lestarikan.
1. Tradisi Cambuk Badan Tiban, Tulungagung

Ritual ini merupakan tradisi warisan raja Kediri yang terus dilestarikan oleh warga
desa Trajak, Boyolali, Tulungagung, Jawa Timur, hingga saat ini. Ketika kemarau
panjang melanda dan warga mulai kesulitan untuk mendapatkan air, maka tradisi
cambuk badan tiban yang dilakukan oleh pria dewasa ini diselenggarakan.

Para pria dengan bertelanjang dada, satu lawan satu, saling cambuk tubuh mereka di
tengah lapang. Makna di balik darah yang keluar akibat cambukan dipercaya bakal
mendatangkan hujan. Selain di Tulungagung, tradisi yang sama juga bisa ditemui di
Trenggalek yang dinamai Cambuk Badan Ojung.

2. Tradisi Ujungan, Purbalingga

Jika tradisi tiban di Tulungagung menggunakan ranting pohon aren, tradisi unjungan
yang terdapat di Purbalingga dan Banjarnegara, Jawa Tengah, ini menggunakan
sebilah rotan. Ritual memanggil hujan ini dilakukan oleh para pria di tengah
lapangan. Namun ritual ini bisa dibilang cukup ekstrem, pasalnya unjungan dilakukan
dengan hitungan ganjil. Artinya jika dalam tiga kali pukulan pada lawan hujan belum
juga turun, maka akan dilanjutkan dengan tujuh kali pukulan dan seterusnya.

3. Tari Sintren, Cirebon

Tari Sintren atau Lais adalah tarian yang beraroma magis, bersumber dari cerita cinta
kasih Sulasih dengan Sulandono. Tarian ini hanya disajikan saat masyarakat
mengalami kemarau panjang. Biasanya ritual tari sintren ini diadakan selama 40
malam berturut-turut. Namun doa dan harapan tetap dipanjatkan pada Yang Maha
Kuasa agar hujan cepat turun yang dilakukan oleh seorang pawang sintren.

Penari sintren adalah seorang perempuan yang harus benar-benar masih gadis suci
(perawan). Sedangkan pemain lais yang perankan oleh pria, harus benar-benar bujang
(masih perjaka). Tarian ini dilakukan oleh sang penari dalam keadaan tidak sadar
atau kesurupan.

4. Tari Gundala-Gundala, Karo

Tari gundala-gundala dikenal juga dengan sebutan tari Gundala Karo merupakan tari
berasal dari Kabupaten Karo yang terletak di kawasan Bukit Barisan, Sumatera Utara.
Tarian gundala-gundala disajikan saat warga Karo mengalami kemarau panjang dan
ritual ini dilakukan warga untuk memanggil hujan atau dalam bahasa batak di sebut
Ndilo Wari Udan. Para penari Gundala menggunakan kostum dengan pakaian seperti
jubah dan topeng yang terbuat dari kayu.

5. Tradisi Gebug Ende, Karangasem

Ritual memanggil hujan di Bali ini dilakukan secara turun temurun sejak peperangan
kerajaan Karangasem dengan kerajaan Seleparang di Lombok. Dilakukan oleh dua
kelompok pria dewasa yang saling pukul dengan rotan yang dilengkapi tameng
sebagai pelindung. Sebagai penengah, pertarungan ini dipimpin oleh wasit yang
disebut Saye. Oleh warga Karangasem, darah yang ditimbulkan dari pertarungan
gebug ende ini diyakini dapat mendatangkan hujan.

6. Tradisi Ojung, Bondowoso

Di setiap akhir musim kemarau yang panjang, Desa Tapen, Kecamatan Bondowoso,
Jawa Timur, warga berkumpul untuk menyaksikan ritual Ojung. Ritual ini dilakukan
sebagai permohonan untuk memanggil hujan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam
ritual ojung, dua orang pria berhadapan dengan bertelanjang dada sambil
menggenggam erat sebatang rotan. Pertarungan ini akan dipimpin oleh seorang wasit.

7. Tradisi Cowongan, Banyumas

Ritual memanggil hujan ini lumayan unik, karena hanya boleh ditarikan oleh 10
perempuan di Desa Plana, Kec. Somagede Kab. Banyumas, Jawa Tengah. Para pelaku
cowongan memaknai cowongan sebagai simbol permohonan dan bukti pengabdian
mereka terhadap peninggalan budaya para leluhur. Mereka menjalani ritual cowongan
dengan ikhlas, niat yang tulus dan tanpa paksaan karena cowongan merupakan hal
yang keramat.

Cowongan memiliki arti blepotan pada wajah, dengan media boneka yang dirasuki
bidadari yang dipercaya dapat memanggil hujan. Boneka cowongan hanya boleh
dipegang oleh kaum lelaki. Cowongan hanya dilakukan pada musim kemarau yang
sangat panjang. Biasanya ritual ini dilaksanakan mulai pada akhir massa kapat
(hitungan dalam kalender jawa) atau sekitar bulan September.

8. Tarian Suling Dewa, Bayan

Suling dewa merupakan salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Bayan,
Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB). Sebelum tarian berlangsung, masyarakat
Bayan akan menentukan hari, waktu, dan tempat yang dinilai baik untuk
melaksanakan ritual tersebut. Selain itu, masyarakat Bayan juga menyiapkan sesaji
berupa kembang, makanan dan kapur sirih. Kapur sirih ini menjadi komponen yang
paling penting dan dipercaya dapat mendatangkan hujan.

Keunikan lain yaitu suling yang digunakan, ada filosofis yang begitu mendasar dan
mulia. Alat musik seruling ini menggambarkan wujud manusia, apabila seruling ini
tidak diberikan hembusan nafas, maka tidak akan menghasilkan nada-nada indah.
Begitu juga dengan manusia, bila raga tanpa atma atau roh, tentu tidak akan ada
kehidupan.

ARTIKEL 3:
1. Tayuhan

Perayaan adat yang satu ini diadakan oleh keluarga besar dalam rangka pernikahan,
khitan, pembangunan rumah, maupun perayaan kesuksesan panen. Peralatan yang
dibutuhkan saat tayuhan di antaranya seperti tandang bulung, kecambai, nyani buwak,
begulai, nyekhallai siwok, dan khambak bebukha.

Penggunaan alat-alat ini akan disesuaikan dengan gelar adat. Selain itu, pihak kerabat
juga memberikan bantuan seperti berbagai bahan makanan mentah atau makanan
yang sudah siap saji.

2. Balimau

Tradisi ini sebenarnya berasal dari Minangkabau, namun juga dilakukan oleh
masyarakat di Lampung. Jelang Ramadan, masyarakat akan melakukan ritual balimau
atau mandi dengan jeruk nipis.

Selain jeruk nipis, bahan-bahan lain seperti bunga kenanga, daun pandan, dan akar
gambelu juga ditambahkan. Bagi masyarakat lokal, ritual ini menjadi wujud
pembersihan jiwa dan raga sebelum memasuki bulan Ramadan.

3. Gawi

Tradisi Gawi dilaksanakan untuk ritual kehidupan, di antaranya kelahiran anak dan
menjelang pernikahan. Tujuannya sebagai rasa syukur atas segala nikmat dan rezeki
yang dilimpahkan sang pencipta. Tak semua orang bisa mengadakan perayaan ini.
Biasanya, hanya masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi berada yang bisa
melaksanakannya. Ini dikarenakan biaya pembuatan acara yang termasuk mahal.

4. Ngumbai Lawok

Upacara adat yang satu ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur para nelayan akan
melimpahnya hasil laut. Selain, mereka juga memohon keselamatan dan perlindungan
dari sang pencipta saat mereka berlayar.

Cara pelaksanaannya adalah dengan menghanyutkan kepala kerbau yang telah


disembelih ke laut sebagai simbol pengorbanan. Ritual unik ini mampu menarik
perhatian wisatawan yang berkunjung ke Lampung.

BAB 2 HARI 2
1.3 TUJUAN (masuk ke Bab Pendahuluan)
KESENIAN BUDAYA LAMPUNG

A.LAMPUNG DIBAGI MENJADI 2 YAITU PEPADUN DAN SAIBATIN


B.TARIAN YANG ADA DI LAMPUNG
Tari Cangget.
Tari Melinting
Tari Sigeh Pengunten.
Tari Topeng.
Tari Mulie Bekipas
C. UPACARA YANG ADA DI LAMPUNG
Upacara Gawi, Kukhuk Limau, dan Begawi
D.“Pepadun” adalah bangku atau singgasana kayu yang merupakan simbol status
sosial tertentu dalam keluarga.
E.” Saibatin” bermakna satu batin atau memiliki satu junjungan.
F. Perbedaan Saibatin Dan Pepadun
Dari segi kehidupan sosial, masyarakat Lampung Saibatin memiliki sistem
kepemimpinan yang bersifat aristokratis dengan gelar adat Raden atau Radin,
sedangkan masyarakat Lampung Pepadun memiliki sistem kepemimpinan yang
bersifat demokratis dengan gelar adat Pangeran atau Engku.
HARI 3
Narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang) adalah bahan/zat yang dapat
memengaruhi kondisi kejiwaan/psikologi (pikiran, perasaan dan perilaku) seseorang,
serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi.

Narkoba Memiliki 3 Golongan:


-Narkoba golongan 1 terdiri dari Narkotika golongan I: opium mentah, tanaman
koka, daun koka, kokain mentah, heroina, metamfetamina, dan tanaman ganja;
-Narkotika Golongan 2 yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh:
Morfin, Pethidin, Metadona,
-Narkotika golongan 3 memiliki risiko ketergantungan yang cukup ringan dan
banyak dimanfaatkan untuk pengobatan serta terapi. Contoh narkoba golongan 3
Etilmorfina, kodeina, polkodina, dan propiram.

BAB 3 HARI KE 4
Saya Dan teman – teman saya melaksanakan Gallery work dan menilai hasil poster
kelompok lain di kelas lain.
HARI KE 5
Saya dan teman teman saya melaksanakan P5 Hari terakhir Saya dan kelompok saya
yaitu membuat suatu video permainan khas lampung yaitu permainan kucing buta
yang dibuat berdasarkan pilihan dari kelompok saya

BAB 4 (Bab III Kesimpulan dilembar sendiri)


KESIMPULAN
Saya dan kelompok saya dapat lebih mengetahui tentang kearifan lokal dan dapat
lebih mengetahui budaya lampung dapat lebih mengetahui bahaya nya narkoba dan
lebih bisa menjalin kebersamaan.
DAFTAR PUSTAKA dilembar berbeda
https://www.askara.co/read/2022/08/19/30417/makna-adat-istiadat-dan-tradisi
https://www.kemenkopmk.go.id/tradisi-minta-hujan-kearifan-lokal-masyarakat-
nusantara-yang-bertahan
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4029387/6-adat-yang-unik-dan-terkenal-di-
lampung
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5)
“……………………………………………………………”

Disahkan di Metro
Tanggal Pengesahan : …………….2023

Disahkan Oleh
Guru Pembimbing 1 Guru Pembimbing 2

Saiful Anam. S. Pd. Nur Endah Budiari, S. Si.

Mengetahui,
Kepala SMP Yos Sudarso Metro

Fransiska Iin Rendrayani, S.E.

Anda mungkin juga menyukai