Anda di halaman 1dari 47

Suku

Sasak Materi dari


Syafa Kelompok 7
Annisa Kamila 19052010012
Desy Fitria Agustiyani
19052010041 Vina Dwi Sartika
19052010013
Anindya Desty Putri Ramadina
19052010062
Suku
Sasak
Suku Sasak adalah suku bangsa
yang mendiami pulau Lombok dan
menggunakan bahasa Sasak.
Kata Sasak berasal dari kata sak sak,
artinya satu satu. Kata sak juga dipakai
oleh sebagian suku Dayak di
pulau Kalimantan untuk mengatakan satu.
Dari sejarahnya yang panjang, Suku Sasak bisa
diidentifikasikan sebagai budaya
yang banyak mendapat pengaruh dari
Jawa dan Bali. Namun, kenyataannya
kebudayaan Suku Sasak memiliki
corak dan ciri budaya yang khas, asli dan
sangat mapan hingga berbeda dengan
budaya suku-suku lainnya di Nusantara.
1.
Bau Nyale
Bau Nyale adalah sebuah peristiwa dan tradisi suku Sasak di
pantai Lombok. Nyale sendiri adalah sebutan bagi jenis cacing
laut oleh orang Lombok yang dipercaya sebagai jelmaan Putri
Mandalika. Seorang putri cantik kerajaan yang memilih
menceburkan dirinya ke laut lepas.
Aspek – Aspek Kebudayaan

Bau
Mentif
ak
Bau Nyale adalah sebuah peristiwa dan tradisi
yang sangat melegenda dan mempunyai nilai
sakral tinggi bagi suku Sasak. Dengan menangkap
Nyale, warga mengartikan telah bertemu dengan
putri Mandalika yang menjelma sebagai
cacing.Bagi masyarakat Sasak, Nyale dipergunakan
untuk bermacam-macam keperluan seperti
santapan (Emping Nyale), ditaburkan ke sawah
untuk kesuburan padi, lauk pauk, obat kuat dan
lainnya yang bersifat magis sesuai dengan
keyakinan masing- masing.
Sosiof
ak
Dalam kegiatan ini biasanya para tetua atau
pemangku adat akan melakukan ritual tradisi Bau
Nyale.Sementara kegiatan lain sebagai pendukung
acara tradisi Bau Nyale ialah kegiatan berbalas
pantun serta pemilihan Putri Mandalika. Tak
hanya itu saja, memeriahkan budaya tradisi lokal
ini, masyarakat setempat juga mengadakan
pementasan drama bertajuk Putri Mandalika.
Pada saat pelaksanaan tradisi Bau Nyale, suasana
pantai Seger Kuta akan dibanjiri oleh ribuan orang
yang ingin menangkap cacing.
Setelah para peserta mendapatkan cacing,
cacing Nyale kemudian digunakan untuk
menyuburkan sawah-sawah yang mereka
miliki.
Artef
ak
Proses menangkap Nyale dilakukan dengan
menggunakan jaring khusus dan dimulai sejak dini
hari menjelang pagi. Dibantu dengan alat
penerang seperti senter, warga siap menangkap
cacing yang memiliki beragam warna ini di tepi
laut. Dibutuhkan kesabaran agar tangkapan
banyak, mengingat cacing ini cukup lincah dan
licin.
2.
Kawin Culik
(Merariq)
Kawin Culik disebut dalam bahasa Sasak (merariq) yang ada di
pulau Lombok suku Sasak ini merupakan wujud kearifan lokal
yang di dalammya terlibat suatu keyakinan masyarakat suku
Sasak untuk menjalaninya sebagai simbol wujud keberanian
seorang laki-laki kepada calon istrinya.
Aspek – Aspek
Kebudayaan

Kawin Culik
(Merariq)
Mentif
ak
Suatu prosesi upacara pernikahan yang
mengandung nilai adat budaya tentunya
mengandung nilai luhur adat istiadat dan ciri
khas unik budaya. Selain mencitrakan kesukuan
dan identitas, upacara pernikahan juga
menciptakan suasana sakral dan mengukukan
kelestarian budaya yang sudah ada dan sudah
turun temurun.
Sosiof
ak
Pedait. Atau dalam istilah populernya di
sebut "Perjodohan". Para
Teruna (Pemuda) yang ingin menikah harus
mencuri atau menculik pasangannya secara
diam-diam tanpa sepengetahuan dari pihak
keluarga perempuan.
Kalau saja orang tua dari si gadis ini mengetahui
dan tidak setuju dengan si penculik. Maka di sini
orang tua si gadis berhak penuh memutuskan
untuk menjodohkan anak gadisnya dengan
pilihan mereka. Keadaan ini yang disebut
Pedait.
Atau dalam istilah populernya di sebut
"Perjodohan".
Sosiof
ak
Adapun sanksi yang dikenakan kepada
penculik apabila melanggar aturan-aturan
yang telah di tetapkan oleh adat yaitu
membayar Denda :

Denda Pati : Denda Pati adalah denda adat yang


harus ditanggung oleh sang penculik atau
keluarga sang penculik apabila penculikan
tersebut berhasil tapi menimbulkan keributan
dalam prosesnya.
Ngurayang : Ngurayang adalah denda adat yang
dikenakan pada penculik gadis yang menimbulkan
keributan karena penculikan tidak dengan
persetujuan sang gadis. Karena sang gadis tidak
setuju dan sang penculik memaksa maka biasanya
penculikan ini gagal.
Sosiof
ak
Ngeberayang : Ngeberayang adalah denda adat
yang harus dibayar oleh sang penculik atau
keluarganya dikarenakan proses penculikan
terjadi kegagalan dan terjadi keributan karena
beberapa hal seperti penculikan digagalkan oleh
rival sang penculik, dan sebagainya.
Ngabesaken : Ngabesaken adalah denda adat
yang dikenakan kepada penculik karena
penculikan dilakukan pada siang hari yang pada
akhirnya terjadi keributan.
Sosiof
ak
Nyelabar (Ngabarin) adalah istilah untuk proses
pemberitahuan kepada keluarga si gadis ini. Pada saat
proses nyelabar tidak boleh di ikutsertakan keluarga dari
si Teruna.

Proses Nyelabar
Proses ini terdiri dari lima orang tidak boleh lebih
ataupun kurang, pada saat proses nyelabar di haruskan
untuk menggunakan pakaian adat sasak asli. Rombongan
nyelabar tidak boleh langsung datang ke rumah si gadis
melainkan terlebih dahulu datang ke rumah keliang atau
tetua adat setempat untuk meminta izin, setelah
mendapatkan izin barulah kerabat dari pihak teruna di
perbolehkan secara langsung mengunjungi rumah si
gadis, para penyelabar tidak di perkenankan untuk
memasuki rumah melainkan harus duduk bersila di
halaman depan rumah . satu dari lima orang inilah yang
akan menjadi juru bicara untuk menyampaikan tujuan
dan maksud kedatangan mereka.
Sosiof
ak
Proses Nyongkolan
Setelah beberapa hari kemudian masyarakat Lombok
biasanya mengadakan sebuah perayaan yang dinamakan
Nyongkolan, dalam perayaan ini pengantin wanita akan
di bawa pulang ke rumah orangtuanya untuk pertamakali
setelah kejadian prosesi penculikan sebelumnya dengan
berpasangan dan di dampingi oleh pengiring dan musik
tradisional Gendang Beleq. Tak jarang pada saat musik
di tabuh (dimainkan) sebagian pengiring berjoged
dengan gembira di sela-sela perjalanan. Pengantin pria
dan wanita di arak dengan cara berjalan menuju rumah
pengantin wanita. Proses Nyongkolan ini bertujuan untuk
meberitakan kepada masyarakat bahwa pasangan
pengantin telah melakukan sebuah prosesi pernikahan
yang sah dari segi agama dan juga adat masyarakat suku
Sasak.
Artef
ak
Dalam tradisi ini dipaparkan melalui musik
tradisional Gendang Beleq serta pakaian adat
suku Sasak dan lainnya.
3.
Upacara Rebo
Bontong
Rebo Bontong mengandung arti “pemutus” . Merupakan
rangkaian acara untuk menolak bala terutama dilakukan pada
hari rabu minggu terakhir di bulan Syafar. Menurut keyakainan
masyarakat hari Rebo bontong merupakan puncak terjadinya
bala sehingga perlu dilakukan upacara pemutusan bala‟ pada
hari dimaksud.
Aspek – Aspek
Kebudayaan

Rebo
Mentif
akdimaksudkan
Upacara Rebo bontong
untuk menolak bala (bencana/penyakit),
dilaksanakan setiap tahun sekali tepat pada
hari Rabu minggu terakhir bulan Safar.
perayaan "Rebo Bontong" merupakan tradisi
yang dilaksanakan secara turun-temurun dan
dilakukan sejak ratusan tahun silam. Ritual
ini diniatkan untuk menyucikan badan demi
menyambut perayaan Maulid Nabi Besar
Muhammad
SAW.
Sosiof
ak Desa
Memasuki bulan Syafar, masyarakat
Pringgabaya mulai bersiap-siap untuk
melaksanakan upacara Adat Rebo Bontong
atau ada pula yang mengatakan
Rabu Bontong.
Dua minggu sebelum hari puncak, di
Pantai Ketapang dan Pantai Tanjung
Menangis Pringgabaya dilaksanakan
b
erbagai kegiatan
Sosiof
ak Rebo
Pada hari puncak pelaksanaan
Bontong (sekitar pukul 08.30 satu paling
lambat pukul 09.00 wita) dilaksanakan ritual
Tetulak Tamparan, yaitu ritual selamatan
yang diselenggarakan di sekitar pesisir
pantai (tampatan:Â bahsa
Sasak/Pringgabaya).
Sosiof
ak sebagai
Tetulak Tamparan dilaksanakan
puncak prosesi upacara adat Rebo Bontong,
dimana pada pelaksanaan ritual ini tokoh
adat dan segenap petugas yang berwenang
dalam penyelenggaraan ritual itu memimpin
masyarakat untuk membawa sesajen dan
kepala kerbau yang akan dilarutkan di lautan.
Sesajen dan kepala kerbau ini diniatkan untuk
dipersembahkan kepada penguasa/penjaga
laut dengan tujuan supaya sang penguasa
laut tidak mengganggu manusia/warga yang
berlayar mencari ikan/sumber penghidupan
di sekitar laut itu.
Sosiof
akdan kepala
Sesampai di pantai, sesajen
kerbau itu ditaruh pada tempat yang telah
disiapkan kemudian ketua adat memimpin
masyarakat melakukan dzikir dan doa.
Setelah itu ketua adat dan para pengawalnya
menaikkan sesajen dan kepala kerbau ke
dalam sebuah perahu yang telah disipakan.
Mereka kemudian membawa sesajen dan
kepala kerbau itu ke dalam lautan dan di
tengah-tengah lautan, sesajen dan kepala
kerbau itu dihanyutkan.
Artef
ak kerbau
Sesajen dan Kepala
4.
Tarian Tandang
Mendet
Tari Tandang Mendet atau tarian Perang merupakan salah satu
tarian yang berasal dari Pulau Lombok. Tarian ini biasanya
dipentaskan oleh masyarakat Desa Sembalun Bumbang, Lombok
Timur dalam upacara adat Ngayu-ayu yang menggambarkan oleh
keprajuritan atau peperangan.
Aspek – Aspek
Kebudayaan
Tarian Tandang
Mendet
Mentif
ak
Tarian ini dianggap sakral, dengan sarat
makna, misteri dan menyimpan banyak
filosofi. Masyarakat adat Desa Sembalun
Bumbang percaya bahwa, jika tarian ini tidak
dipentaskan lagi dalam waktu yang lama,
maka dapat mendatangkan bencana yang
akan melanda desa mereka. Tarian tandang
mendet bertujuan untuk mengucapkan rasa
syukur atas keberhasilan masyarakat
memperjuangkan dan mempertahankan
bibit padi dari serangan hama, dan
peperangan melawan jin-jin jahat.
Sosiof
ak
Pertunjukan tarian Tandang Mendet ini
biasanya diperagakan oleh tujuh orang laki-
laki, masing-masing dari para penari akan
membawa tombak. Tujuh orang penari laki-
laki tersebut melambangkan tujuh pasang
suami istri yang pertama kali tinggal di Desa
Sembalun Bumbang dulunya. Sisi uniknya,
penari tandang mendet ini harus berasal
dari keturunan dari tujuh pasangan suami
istri yang pertama kali tinggal di Desa
Sembalun Bumbang.
Sosiof
Gerakan yang terdapatak
pada tarian ini
memiliki makna kegagahan, kewibawaan, dan
kerapian dengan ditambah keterampilan para
penari, membuat upacara ini terlihat menarik
dan berkesan. Musik dalam tarian ini
memiliki nilai estetis, iringan vocal yang
disebut Tembang pangkur yang dinyanyikan
seorang laki-laki memberikan pengaruh
sangat penting dalam mengiringi para penari
karena dapat mempengaruhi penari menjadi
lebih dalam untuk mengekspresikan gerakan-
gerakannya.
Artef
akPerang
Tari tandang Mendet /tarian
merupakan salah satu tarian yang ada
sejak jaman kejayaan kerajaan Selaparang
Tarian ini dimainkan oleh orang yang
berpakaian lengkap dengan membawa
tombak, tameng, kelewang (pedang) dan
diiringi dengan gendang beleq serta sair-
sair yang menceritakan tentang
keperkasaan dan perjuangan.
5.
Gendang Beleq
Disebut Gendang Beleq karena salah satu alatnya adalah
gendang beleq (gendang besar). Orkestra ini terdiri atas dua
buah gendang beleq yang disebut gendang mama (laki-laki)
dan gendang nina (perempuan), berfungsi sebagai pembawa
dinamika.
Gendang
6.
Kesenian
Slober
Kesenian slober adalah salah satu jenis musik tradisional Lombok
yang tergolong cukup tua, alat-alat musik nya sangat unik dan
sederhana yang terbuat dari pelepah yang panjang nya 1 jengkal
dan lebar 3 cm.
Kesenian slober didukung juga dengan peralatan lainnya
yaitu gendang, petuk, rincik, gambus, seruling.
Kesenian
7.
Pakaian Adat Suku
Sasak
Pakaian Adat
Lambung
Untuk
Pakaian adat Wanita
lambung yaitu pakaian adat
NTB yang dikenakan khusus bagi wanita pada
waktu menyambut kedatangan tamu dan
pada saat upacara adat yang dikenal dengan
nama Mendakin atau Nyongkol. Pakaian
tersebut berbentuk baju dengan warna
hitam dengan bentuk kerah huruf “V”, tanpa
lengan, dan dihiasi manik-manik pada tepian
jahitan.
Pakaian Adat
Pegon
Untuk
Baju ini berbentuk jas hitam sebagaimana
jas biasa. Sedangkan untuk bawahannya,

nangkaLaki-Laki
dipakai Wiron atau Cute yaitu batik bermotif
berbahan kain pelung hitam.
Aksesoris lain yang dipakai untuk melengkapi
keindahan pakaian adat NTB untuk kaum
pria Sasak ini selain Pegon dan Wiron.
Aksesoris ini berupa : ikat kepala bernama
capuq berbentuk mirip udeng khas Bali, ikat
pinggang bernama leang berbentuk kain
songket bersulam benang emas, dan keris
terselip di samping atau belakang ikat
pinggang.
8.
Rumah Adat
Sasak
Bangunan rumah dalam komplek perumahan Sasak terdiri dari
beberapa macam, diantaranya adalah Bale Tani, Bale Jajar,
Berugag/Sekepat, Sekenam, Bale Bonter, Bale Beleq Bencingah,
dan Bele Tajuk. Dan nama bangunan tersebut disesuaikan
dengan fungsi dari masing-masing tempat.
Bale
Tani
Bale Tani Adalah bangunan rumah untuk
tempat tinggal masyarakat Sasak yang
berprofesi sebagai petani
Bale
Jajar
Bale Jajar Merupakan bangunan rumah
tinggal orang Sasak golongan ekonomi
menengan ke atas. Bentuk Bale Jajar hampir
sama dengan Bale Tani, yang membedakan
adalah jumlah dalem balenya.
Berugaq /
Sekepat
Sekepat Berfungsi sebagai tempat menerima
tamu, karena menurut kebiasaan orang
Sasak, tidak semua orang boleh masuk
rumah. Berugaq / sekupat juga digunakan
pemilik rumah yang memiliki gadis untuk
menerima pemuda yang datang midang
(melamar).
Sekena
m
Sekenam Digunakan sebagai tempat kegiatan
belajar mengajar tata krama, penanaman
nilai-nilai budaya dan sebagai tempat
pertemuan internal keluarga.
Bale
Bonter
Bale Bonter Dipergunakan sebagai tempat
pesangkepan / persidangan adat, seperti
tempat penyelesaian masalah pelanggaran
hukum adat, dan sebagainya. Umumnya
bangunan ini dimiliki oleh para perkanggo
/Pejabat Desa, Dusun/kampung.
Bale Beleq
Becingah
Bale Beleq Becingah Adalah salah satu sarana
penting bagi sebuah Kerajaan. Bale
Beleqdiperuntukkan sebagai tempat kegiatan
besar Kerajaan sehingga sering juga disebut
“Becingah”.
Bale
Tajuk
Bale Tajuk Merupakan salah satu sarana
pendukung bagi bangunan rumah tinggal
yang memiliki keluarga besar. Tempat ini
dipergunakan sebagai tempat pertemuan
keluarga besar dan pelatihan macapat
takepan, untuk menambah wawasan dan tata
krama.
Bale Gunung
Rate
Bale Gunung Rate adalah Bale gunung
rate biasanya dibangun oleh masyarakat yang
tinggal di lereng pegunungan, sedangkan bale
balaq dibangun dengan tujuan untuk
menghindari banjir, oleh karena itu biasanya
berbentuk rumah panggung.
Than
ks!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai