Anda di halaman 1dari 8

7 KEBUDAYAAN BANGKA BELITUNG SUKU BANGKA

Rumah adat Bangka Belitung

Rumah Panggung

Rumah panggung, rumah limas dan rumah rakit merupakan rumah tradisional Bangka Belitung.
Hampir sama dengan propinsi lain yang ada di Pulau Sumatera model arsitektur rumah adat
Bangka Belitung berciri arsitektur Melayu. Terdapat tiga macam ciri arsitektur rumah adat yaitu
arsitektur Melayu awal, Melayu Bubung Panjang dan Melayu Bubung Limas. Arsitektur rumah
Melayu Awal berujud rumah panggung kayu dimana hampir semua bahan material yang di pakai
untuk rumah ini berupa kayu, bambu, rotan, akar pohon, daun-daun atau alang-alang yang
banyak tumbuh dan sangat mudah diperoleh di sekitar pemukiman.

Arsitektur rumah Melayu Awal ini biasanya beratap tinggi dan sebagian atapnya miring. Saat
pembangunan rumah yang berkaitan dengan tiang, masyarakat Kepulauan Bangka Belitung
mengenal falsafah 9 tiang, dimana bangunan rumah yang didirikan memiliki 9 buah tiang. Tiang
utama tempatnya di tengah dan didirikan pertama kali. Kemuduan atap rumah ditutup dengan
daun rumbia. Sementara bagian dindingnya biasanya dibuat dari bahan pelepah/kulit kayu atau
menggunakan buluh (bambu).
Pakaian Adat Tradisional Bangka Belitung

Pakaian Adat Pengantin Perempuan terdiri dari baju kurung dengan bahan beludru merah
yangdilengkapi dengan teretai atau penutup dada serta menggunakan kain Cual yaitu kain tenun
asliBangka yang berasal dari Mentok. Selain itu para Pengantin Perempuan juga
menggunakanHiasan Kepala dan dilengkapi dengan asesoris-asesoris. Pakaian Pengantin Pria ini
berwarna merah dan biasanya dari bahan beludru dengan hiasanManik-Manik dan sama seperti
Pengantin Perempuan dilengkapi dengan hiasan Ronce Melatiuntuk keindahan dan keharuman
alami (bukan keharusan)

Lagu Daerah
Miak Serumpun, Bujang Lapok, Men Sahang Lah Mirah

4. Suku
Suku Melayu Belitung merupakan suku asli, Arab, dan Jawa

5. Bahasa
Bahasa yang dipakai adalah bahasa resmi yaitu Bahasa Indonesia dan ada juga yang
menggunakan bahasa Melayu.

6. Senjata Tradisonal
Jika Masyarakat Jawa memiliki senjata tradisional keris, kujang dan sebagainya. Bangka
Belitung juga memiliki senjata tradisional yaitu parang, kedik dan siwar panjang. Senjata
tradisional merupakan simbolisasi yang ada disetiap daerah Indonesia (Hanya ada di indonesia
yang memiliki keanekaragaman segalanya) yang memiliki makna khusus atau pesan khusus atau
simbol khusus dan sebagainya. Sebagai negara Indonesia kita patut bangga dengan keberagaman
ini.

Parang
Parang hampir menyerupai golok dari betawi namun bukan golok. Parang berbentuk seperti layar
kapal, yang digunakan untuk perkelahian jarak dekat. Ujung parang dibuat berat dan lebar yang
mana fungsi nya untuk meningkatkan beban saat memotong sesuatu, agar sasaran dapat
terpotong dengan cepat.

Kendik
Kedik digunakan sebagai alat pertanian yang biasa digunakan untuk membersihkan rumput yang
tumbuh dibawah tanaman. Fungsinya hampir sama dengan cangkul, namun kedik berukuran
lebih kecil dan bentuk nya bengkok ke kiri.Siwar Panjang adalah Senjata tradisional Bangka
Belitung

Seni Tari
1. Campak darat dan Campak laut
Tari Campak merupakan tarian dari daerah Bangka-Belitung yang menggambarkan keceriaan
bujang dan dayang di Kepulauan Bangka Belitung. Tarian ini biasanya dibawakan setelah
panen padi atau sepulang dari ume (kebun). Tari ini digunakan juga sebagai hiburan dalam
berbagai kegiatan seperti penyambutan tamu atau pada pesta pernikahan di Bangka Belitung.
Tarian ini berkembang pada masa pendudukan bangsa Portugis di Bangka Belitung. Hal ini
bisa dilihat dari beberapa ragam pada tari Campak antara lain akordion dan pakaian pada
penari perempuan yang sangat kental dengan gaya Eropa.
a. Campak Darat

Tari campak merupakan tari khas dari masyarakat pulau Belitung yang merupakan tari hiburan
bagi semua lapisan masyarakatnya. Tari ini dibawakan oleh dua atau empat orang penari wanita
diiringi oleh penari pria secara bergantian. Peria yang ingin turun menari harus meberi imbalan
berupa uang yang dicampakan disuatu tempat/kaleng yang disediakan didepan penari wanita,
dari sinilah lahir nama campak. Biasanya dalam tarian ini diselingi dengan pantun berbalas
diantara penari pria dan wanita sehingga tarian ini akan sangat meriah dan ceria. Sebagai alat
pengiring tari campak berupa tawak-tawak, gendang dan biola.

b. Campak Laut

Tari campak laut oleh masyarakat suku sawang merupakan tarian suka cita yang biasanaya
dilaksanakan dalam mengiringi kegiatan upacara ritual muangjong pada setiap tahun. Tarian ini
dilaksanakan secara berpasang-pasangan baik tua maupun muda. Tari gembira ini diikuti dengan
nyanyian dan diiringi alat music seperti gong dan gendang. Biasanya dilakukan hingga larut
malam.

2. Tari Sepen (Seni Pencak)

Sepen termasuk salah satu tarian tradisional masyarakat Belitung yang mengandung unsur-unsur
gerakan pencak silat. Sepen sudah menjadi tarian pergaulan, sering ditarikan untuk menyambut
tamu pemerintahan atau wisatawan yang datang ke Pulau Belitung. Tarian ini bisa dilakukan
berpasang-pasangan antara pria dan wanita. Penekanan tarian ini pada kelincahan gerakan kaki
dan tepuk tangan sipenari.
3. kesenian Lesung Panjang

Lesung panjang adalah nama dari alat dan permainan itu sendiri. Biasanya dimainkan pada saat
musim panen padi tiba. Alat utamanya adalah sebuah lesung yang terbuat dari kayu pilihan yang
bersuara keras dan jernih. Panjang lesung bervariasi antara 1 – 1,5 meter dengan dia meter 25 cm
sampai 30 cm.Alat untuk memukul lesong dinamakan alu dengan panjang bervariasi dari 75 cm
hingga 120 cm dengan dia meter hingga 6 cm lesong dibuat dengan bebagai model dan ukuran
sesuai dengan selera pemain.
3. Upacara Adat Ritual Buang Jong

Buang Jong berasal dari dua suku kata. Buang artinya membuang; dan Jong artinya adalah Jong
(sejenis perahu). Dengan kata lain Buang Jong berarti membuang atau melayarkan perahu Jong
ke laut, dalam ritual tradisi ini adalah miniatur perahu.
Buang Jong – ritual tradisi melepas miniatur perahu yang disebut Jong dan Ancak yang terbuat
dari kerangka bambu yang dibentuk seperti rumah yang berisi berbagai macam sesaji –
merupakan budaya tradisional, turun-temurun dilakukan setiap tahun oleh Suku Sawang di
Belitung pada setiap dimulainya angin barat musim, biasanya pada bulan Agustus atau
November, di mana angin dan gelombang sangat besar. Di Belitung, ini disebut Musim Barat.
Melalui upacara ritual Buang Jong dengan tujuan meminta perlindungan dan keselamatan,
sehingga mereka akan terhindar dari bencana saat mereka berlayar ke laut lepas untuk
menangkap ikan sebagai mata pencaharian mereka.

Prosesi ini akan berlangsung 3 hari dan malam, sesuai dengan kondisi kebiasaan upacara yang
harus dipenuhi. Semua proses upacara dipimpin oleh seorang dukun atau pemimpin adat
masyarakat Suku Sawang. Tradisi Buang Jong sendiri berakhir dengan sebuah miniatur kapal
dilayarkan dengan berbagai macam sesaji ke laut.
Jong dan Ancak untuk mempromosikan tradisi ini menjadi salah satu kegiatan pariwisata, saat
ini, dapat disaksikan pada setiap November, dengan nama Festival Buang Jong untuk di
Kabupaten Belitung. Sedangkan di Kabupaten Belitung Timur, Buang Jong sendiri sering
dilakukan pada bulan Februari di Pantai Mudong.

4.Nirok Nanggok

Merupakan acara penangkapan ikan secara masal yang masih dilaksanakan oleh masyarakat desa
Belantu, Kemiri dibagian Selatan Pulau Belitung. Acara ini hanya diadakan pada musim
kemarau panjang antara bulanAgustus s/d September.Pada musim kemarau banyak sungai-
sungai menjadi surut dan didalamnya terdapat banyak ikan. Alat yang digunakan berupa "Tirok
dan Tanggok". Tirok:semacam tongkat kayu yang dibagian pangkalnya dipasang mata tombak,
Tanggok: semacam raga yang terbuat dari rotan yang dijalin. Acara ini termasuk sakral, karena
itu dalam pelaksanaannya harus melalui tahap-tahap yang cukup panjang dan aturan-aturan
tertentu yang tidak boleh dilanggar.

Semua prosesi acara ini dipimpin oleh seorang dukun air dan dihadiri oleh pemuka kampong dan
seluruh penduduk setempat. Fungsi acara ini adalah mengompakkan/menyatukan dan
mempertebal kepatuhan penduduk akan adat yang mereka miliki. Disamping itu juga untuk
mengatur penangkapan ikan di sungai-sungai yang telah ditentukan guna melestarikan ikan yang
ada di sungai tersebut.
Nirok Nanggaok adalah budaya orang Belitung di daerah pedesaan yang dilaksanakan pada
musim kemarau panjang , pada saat sungai- sungai dan rawa menjadi kering . Nirok Nanggok
adalah kegiatan mencari ikan dengan menggunakan Tirok ( sejenis tombak bermata besi runcing)
dan Tanggok ( sejenis jala kecil dengan gagang dari kayu).
Kegiatan ini biasanya dilakukan beramai - ramai oleh satu kampung dipimpin oleh seorang
dukun kampong yang memimpin jalannya acara.“Nirok Nanggok is a traditional culture of
Belitung people especially in the rural district. This ceremony held in dry season when rivers and
swamps dried . Nirok Nanggok is a festifal tocatch fish in dried rivers and swamps using Tirok (
a sharp thin harpoon ) and Tanggok ( fish catcher tool ). Nirok Nanggok held by all people in a
village and ruled by a dukun kampong.” “Dua tradisi musim kering, mentandik dan nirok
nanggok digemari masyarakat Belitong” kata Sjahchroelsiman, Ketua Lembaga Adat Belitung
kepada Wakil Bupati Belitung, Sahani Saleh. Mandi besimbor meruupakan puncak acara dari
seluruh rangkaian perkawinan adat belitung, yaitu kedua mempelai akan dimandikan dengan air
kembang oelh kedua keluarga yang akan diikuti oleh para tamu undangan dengan saling
bersiraman air dan kemudian dilanjutkan dengan upacara injak telor serta berebut masuk kamar
temanten.

Anda mungkin juga menyukai