Anda di halaman 1dari 11

BUDAYA, TRADISI, ADAT ISTIADAT SUKU DAYAK DAN SUKU MELAYU

I. Suku Dayak
A. Budaya Suku Dayak

Keragaman Indonesia bisa terlihat dari banyaknya suku dan budaya yang dimiliki
masyarakatnya. Sebagai masyarakat adat, Suku Dayak sangat menjunjung tinggi adat
istiadatnya. Berkembangnya suku ini juga membuatnya memiliki beragam kesenian menarik
dan kepercayaan yang beragam. Suku Dayak yang merupakan penduduk asli Pulau
Kalimantan ternyata masih memiliki banyak subsuku serta budaya yang beragam.
1. Rumah Adat Suku Dayak

Salah satu bentuk kebudayaan dalam bentuk benda yang dimiliki Suku Dayak adalah
rumah adat. Rumah adat Suku Dayak disebut dengan rumah Betang atau rumah Panjang
yang cukup khas di Kalimantan. Rumah-rumah adat ini akan lebih mudah lagi ditemukan
di sekitar hulu sungai, yang biasa menjadi tempat pemukiman Suku Dayak.

Rumah Betang dibangun berbentuk panggung dengan ketinggian tiga hingga lima
meter dari atas tanah yang berguna untuk pelindung saat air meluap dan menyebabkan
banjir. Rumah Betang yang dimiliki Suku Dayak ini tidak dihuni oleh satu keluarga saja,
tapi menjadi rumah beberapa keluarga. Bahkan ada rumah Betang yang memiliki panjang
150 meter dengan lebar 30 meter. Bagian dalam rumah itu akan disekat bilik-bilik untuk
membagi tempat setiap keluarga. Dengan bentuk rumah tersebut, Suku Dayak selalu
mengutamakan kebersamaan dalam hidup. Semua kehidupan setiap orang yang tinggal di
rumah Betang akan diatur dalam sebuah hukum adat, baik aturan berbagi makanan,
menjaga keamanan, ataupun berladang.

2. Tarian Suku Dayak

Suku Dayak juga memiliki tradisi menari yang digunakan dalam berbagai ritual adat.
Berikut tiga tarian yang terkenal.

a. Tari Hudoq

Tari Hudoq merupakan bagian dari ritual adat yang dilakukan oleh Suku Dayak
Baharu dan Dayak Modang. Tradisi ini akan dilakukan setiap selesai manunggal atau
menanam padi yang juga dilakukan untuk mengenak jasa para leluhur yang sudah
tiada. Mereka percaya saat musim tanam, roh nenek moyang akan ada di sekeliling
mereka.

b. Tari Kancet Papatai

Tarian ini merupakan tarian perang yang bercerita tentang pahlawan Dayak Kenyah
saat berperang melawan musuh. Karena merupakan tarian perang, gerakan pada tarian
ini sangat lincah, gesit, dan penuh dengan semangat. Para penari pun akan dilengkapi
dengan perisai dan baju perang.
c. Tari Gantar

Ada juga tari Gantar yang merupakan tarian yang banyak dilakukan para pemuda
Suku Dayak Benuaq dan Dayak Tanjung di Kabupaten Kutai Barat. Tarian ini
mengekspresikan kegembiraan serta keramahan dalam menyambut pahlawan dari
medan perang. Kini tarian ini dimainkan untuk menyambut wisatawan atau tamu
kehormatan.

d. Tari Balean Dadas

Tari Balean Dadas merupakan tari tradisional Suku Dayak digunakan untuk
meminta kesembuhan pada Ranying Hantala Langit. Dalam tarian tersebut, biasanya
akan diikuti seorang dukun perempuan yang disebut dengan Balean Dadas.

e. Tari Giring-Giring

Tarian Giring-Giring merupakan tari tradisional Suku Dayak Maanyan yang


digunakan sebagai bentuk ekspresi kegembiraan.

f. Tari Kayau

Tari Kayau merupakan tarian tradisional dari Suku Dayak Iban yang digunakan
untuk melindungi suku dari ancaman terutama musuh.

g. Tari Kinyah Mandau

Tari Kinyah Mandu merupakan tari tradisional yang digunakan untuk bela diri.

h. Tari Tambun dan Bunga

Tari Tambun dan Bunga merupakan tari tradisional dari Palangkaraya (Kalimantan
Tengah). Tari tersebut, menceritakan tentang kisah keberanian Tambun dan Bungai
dalam mengusir para pencuri panen padi.

3. Pakaian Suku Dayak

Pulau Kalimantan merupakan salah satu pulau besar yang ada di Indonesia. di Pulau
ini terbagi menjadi beberapa provinsi. Kalimantan Barat menjadi provinsi terluas ke
empat setelah Irian, Jaya, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah. Suku Dayak dan
Suku Melayu menjadi suku yang dominan tinggal di Kalimantan Barat. Kedua suku
tersebut juga memberikan banyak pengaruh termasuk dalam urusan pakaian adat.

a. Pakaian Adat Laki-laki

Busana adat untuk kaum pria bernama King Baba. Dalam bahasa Suku Dayak,
King artinya pakaian dan Baba berarti laki-laki. Pakaian ini dibuat dari kulit kayu
ampuro atau kayu kapuo yang merupakan tanaman endemik Kalimantan. Kulit kayu
dibentuk mirip ropi tanpa lengan dan celana panjang. Pewarnaan dilakukan
menggunakan warna alami. Sebagai hiasan, dikenakan juga ikat kepala dan ada juga
sehelai bulu burung enggang khas Kalimantan. Atribut pelengkap lainnya yaitu senjata
tradisional dari mandau dan perisai. Senjata ini biasanya dikenakan saat hendak
perang. Maka dari itu, pakaian adat Suku Dayak dikenal juga sebagai pakaian perang.

b. Pakaian Adat Perempuan

Untuk pakaian adat perempuan terbuat dari bahan yang sama. Namun desainnya
lebih sopan dan dilengkapi penutup dada, stagen, kain bawah, serta perlengkapan
seperti kaluk, manik-maink dan hiasanya bulu burung enggang di kelapa. Ada juga
perhiasan seperti jarat tangan atau gelang tangan dari akar tanaman tengang serta
kalung dari akar kayu atau kulit hewan.

Beberapa jenis pakaian yang dimiliki masyarakat Dayak antara lain:

Bulang Buri atau King Buri: pakaian adat dari buri atau kulir kering laut.

King Kabo’: pakaian adat dari kulit kayu dengan hiasan manik atau pita rumbai.

King Tompang: pakaian dari bahan kain berwarna polos. Hasil akulturasi dengan
orang Melayu.

Indulu Manik: pakaian dari kain dengan hiasan dari manik-main. Buang Kuureng: baju
kurung lengan panjang banjang dari bahan berludru.

4. Alat Musik Suku Dayak

Musik Suku Dayak Salah satu alat musik yang berasal dari Suku Dayak adalah Sape.
Alat musik tersebut, biasanya dimainkan dalam acara festival rakyat atau ritual-ritual
seperti syukuran panen.

B. Tradisi Suku Dayak


1. Tradisi Kuping Panjang
Suku Dayak memiliki sebuah tradisi yang dapat dikatakan cukup unik, yaitu
memanjangkan telinga mereka. Bagi para perempuan dayak di Kalimantan Timur,
semakin panjang kupingnya, maka dirinya akan semakin cantik. Selain itu, ada juga yang
menyebutkan tradisi ini digunakan untuk menunjukkan status bangsawan atau melatih
kesabaran. Biasanya Suku Dayak menggunakan logam sebagai pemberat yang dipasang
di bawah telinga. Bagi kaum laki-laki, mereka tidak boleh memanjangkan telinga di
bawah bahu. Sedangkan bagi para perempuan, mereka boleh memanjangkan telinganya
hingga sebatas dada.
2. Tato Dayak
Bagi masyarakat Suku Dayak, tato merupakan simbol dari berbagai hal seperti
kekuatan, hubungan dengan tuhan, perjalanan kehidupan, dan masih banyak lagi. Tak
heran jika masyarakat Suku Dayak memiliki tradisi untuk melukiskan tato di tubuh
mereka. Tradisi ini tak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki saja, melainkan juga oleh
kaum perempuan. Setiap tato pastinya memiliki makna tersendiri. Untuk laki-laki, jika
orang tersebut memiliki tato bunga terong, maka orang tersebut sudah memasuki tahap
dewasa. Sedangkan untuk perempuan, tato yang menandakan kedewasaan seseorang ialah
tato Tedak Kassa yang diletakkan di kaki.
3. Tradisi Ngayao
Tradisi ini dapat dikatakan cukup ekstrem. Hal ini dikarenakan tradisi ini merupakan
tradisi berburu kepala musuh. Tak semua suku Dayak melaksanakan tradisi ini karena
Ngayau dilakukan oleh Suku Dayak Ngaju, Iban, dan Kenyah. Pada tahun 1874, kepala
suku Dayak Kahayan mengumpulkan para kepala suku rumpun lain dan menyepakati
hasil musyawarah Tumbang Anoi yang isinya larangan untuk melakukan Ngayau karena
dapat menimbulkan perselisihan antar suku dayak. Meskipun begitu, tradisi ini sempat
menggegerkan masyarakat Indonesia pada saat Konflik Sampit pada tahun 2001 antara
Suku Dayak dan Suku Madura di Kota Sampit.

4. Tiwah
Tradisi Tiwah merupakan upacara pemakaman yang dilakukan oleh masyarakat Suku
Dayak Ngaju yang mana para kerabat yang meninggal akan dibakar tulang-belulangnya.
Menurut kepercayaan Kaharingan yang merupakan kepercayaan masyarakat pada zaman
dahulu, tradisi ini dapat mengantarkan arwah orang yang meninggal tersebut menuju
dunia akhirat yang biasa disebut Lewu Tatau. Tradisi Tiwah biasanya diikuti dengan para
keluarga yang bernyanyi sambil menari mengelilingi sang jenazah. Perlu diingat, tidak
semua tulang jenazah dibakar karena tradisi ini hanya bersifat simbolis.

5.  Manajah Antang
Manajah Antang merupakan sebuah ritual untuk mencari keberadaan musuh pada saat
berperang. Menurut cerita masyarakat, ritual ini akan memanggil roh para leluhur melalui
burung Antang yang mana dapat memberitahukan lokasi atau tempat para musuh berada.
Selain untuk berperang, tradisi ini juga dapat membantu untuk mencari petunjuk lain.

6. Mantat Tu' Mate


Upacara Mantat Tu' Mate merupakan sebuah tradisi mengantarkan orang yang baru
saja meninggal. Uniknya, upacara ini berlangsung selama 7 hari dengan konten acara
iring-irigna musik dan tarian tradisional. Setelah upacara selesai, barulah jenazah tersebut
akan dimakamkan. 

7. Kwangkey
Kwangkey atau Kuangkay merupakan upacara kematian adat Suku Dayak Benuaq
di daerah pedalaman Kalimantan Timur. Kwangkey berasal dari
kata ke dan angkey. Ke berarti melakukan atau melaksanakan dan angkey berarti
bangkai. Maka, Kwangkey dapat diartikan sebagai buang bangkai. Lebih jelasnya
yakni melepaskan diri dari segala kedukaan dan mengakhiri masa berkabung. Upacara
adat ini dilaksanakan dengan maksud menghormati dan memuliakan roh para leluhur
yang sudah meninggal. Setelah dilaksanakannya upacara adat ini, diharapkan roh-roh
tersebut memperoleh kebahagiaan dan tempat yang lebih baik.

8. Mangenta
Mangenta adalah suatu kegiatan yang berasal dari nenek moyang suku Dayak Kalteng
dahulu kala atau dengan kata lain sifatnya turun temurun. Mangenta adalah kegiatan
kaum petani bersyukur atas dimulainya panen padi pada saat musim tiba untuk menuai.
Kenta (makanan/kudapan) yang dianggap sebagai Panginan Bakas khususnya Das
Kahayan dimana makanan/kudapan tersebut hanya ditemukan pada saat-saat tertentu dan
acara adat seperti Pakanan Batu. Upacara Suku Dayak bernama Pakanan Batu ini sebagai
ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada peralatan yang dipakai saat bercocok
tanam sejak membersihkan lahan hingga menuai panen.
C. Adat Istiadat Suku Dayak

Suku Dayak memang memiliki banyak budaya yang unik dan sangat berbeda dengan
suku-suku lainnya di Indonesia. Budaya suku ini sangat identik sekali dengan dunia
supranatural. Bahkan, hingga saat ini mereka masih mempertahankan hubungannya dengan
dunia gaib tersebut dalam menjalankan adatnya.
1. Upacara Tariu
Upacara ini dilakukan oleh seorang Panglima Suku Dayak untuk mengetahui kapan
waktu yang tepat memulai peperangan, dengan memanggil roh para leluhur. Biasanya
upacara Tariu ini dilakukan sebelum sang panglima mengirimkan “mangkok merah”
sebagai tanda akan dimulainya sebuah perang. “Mangkok merah” tersebut akan
dikirimkan ke kampung-kampung jika sang panglima merasa sukunya sedang terancam
aatau dalam bahaya besar. Dalam ritual tersebut, roh para leluhur akan merasuki tubuh
sang panglima, dan akan memberinya kekuatan. Dengan kekuatan tersebut, mereka akan
berperang dengan hebat, sehingga semakin sakti. Sedangkan, jika orang yang jiwanya
labil juga ikut mendengarnya, maka akan langsung jatuh sakit atau menjadi gila. 

2. Ngehawa'k
Upacara adat ini menjadi tradisi yang sering dilaksanakan masyarakat Dayak dalam
acara pernikahan. Dalam acara ini, banyak diperlihatkan benda-benda adat. Banyak
sedikitnya benda yang ditampilkan tergantung dari keturunan kedua mempelai. Jika
mempelai wanita keturunan bangsawan, maka pihak mempelai pria wajib menyediakan
sesuai permintaan pihak mempelai wanita. Dalam Ngehawa'k terkandung pula hukuman
adat. Ini sebagai konsekuensi bila di kemudian hari terjadi perceraian. Konsekuensi
hukuman adat ini bisa berupa denda benda adat dan hukum adat sesuai dengan kesalahan
dari kedua belah pihak. Denda atau hukuman adat ini tidaklah ringan, sebab ini sama
halnya melanggar adat istiadat dari adat Dayak itu sendiri. Sehingga diharapkan
masyarakat Dayak tidak melanggar adat istiadatnya sendiri.

3. Dahau
Dahau merupakan upacara adat pemberian nama anak di Kalimantan Timur. Namun
upacara ini biasanya digelar oleh keluargaa keturunan bangsawan atau keluarga mampu
dan terpandang di wilayah tempat tinggal. Pelaksanaan upacara Dahau biasanya digelar
secara besar-besaran dan meriah. Keluarga penyelenggara mengundang warga suku
Dayak dari berbagai wilayah. Uniknya, upacara Dahau ini berlangsung selama satu bulan
penuh. Maka pantas bila hanya keturunan bangsawan dan keluarga mampu saja yang
menggelar upacara ini. Dalam upacara Dahau, banyak dilakukan kegiatan ritual adat yang
dibuat selama upacara ini berlangsung. Meski demikian, upacara ini tetap merupakan
upacara adat yang sering dilakukan masyarakat suku Dayak Kalimantan Timur.
4. Ngugu Tahun
Hingga saat ini, suku Dayak Bahau di Kalimantan Timur tetap melestarikan upacara
adat Ngugu Tahun. Upacara ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas
pemberian kehidupan dan penghidupan. Selain suku Dayak Bahau, upacara ini juga
dilakukan oleh suku Dayak Tunjung, Dayak Banuaq, dan Dayak Bentian. Dalam upacara
tradisi ini, banyak orang datang untuk melihat dan memeriahkan acara. Puncak upacara
adat ini adalah pemotongan kerbau. Tradisi sejenis dapat ditemui juga dalam suku bangsa
Melayu Kutai di daerah Kutai Kartanegara dengan nama Erau Pelas Tahun.

5. Beliatn
Beliatn yaitu upacara adat berupa ritual penyembuhan yang biasa dilakukan oleh
suku Dayak Benuaq di Kalimantan Timur. Upacara Beliatn yang paling populer dan
sering diselenggarakan adalah Beliatn Bawo dan Beliatn Sentiyu. Beliatn Bawo
merupakan upacara penyembuhan yang dipimpin seorang tabib perempuan. Upacara ini
biasanya dilaksanakan untuk pengobatan ringan seperti demam pada anak-anak.
Sementara itu, Beliatn Sentiyu merupakan upacara Beliatn terbesar yang dipimpin oleh
seorang tabib atau lebih. Upacara ini biasanya berlangsung hingga 4 hari 4 malam.
sebelum dilakukan upacara Beliatn didahului dengan penyembelihan beberapa ekor babi
untuk diambil darahnya. Kemudian disiapkan patung-patung kecil yang melambangkan
hantu pengganggu, ornamen janur, dan ramuan dari dadaunan.

6. Nebe'eRau
Upacara adat Nebe'e Rau merupakan upacara tahunan tanam padi di Kalimantan
Timur. Upacara ini sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat Dayak atas ladang mereka
yang bisa ditanami padi, dan berharap hasilnya berlimpah. Upacara adat ini berlangsung
selama satu bulan dengan menampilkan berbagai acara. Diawali dari memberi makanan
kepada To'q atau sang raja kampung, untuk menjaga kampung tetap aman dan jauh dari
kejahatan. Dalam upacara adat Nebe'e terdapat beberapa tarian, seperti Lali Uga'l, yaitu
sebuah tarian sakral. Kemudian ada tarian Hudo'q Apa'h dan tarian Henda'q Uling.

7. Erau
Upacara adat Erau biasanya dilakukan sekali setahun. Upacara adat ini sebagai
ungkapan syukur kepada Sang Pencipta atas melimpahnya hasil panen. Termasuk
kedalam upacara adat tradisional Kalimantan Timur, tradisi Erau ini juga biasanya
dilakukan sekali dalam setahun. Tujuan dari dilaksanakannya upacara ini sebagai bentuk
dari rasa syukur mereka dengan hasil panenan yang berlimpah.
II. Suku Melayu
A. Budaya Suku Melayu
Salah satu suku yang memiliki kebudayaan khas dan selalu menjadi daya tarik bagi orang
diluarnya adalah suku melayu. Suku melayu merupakan kelompok suku bangsa dengan
jumlah populasi nomer 8 terbanyak di Indonesia. Suku melayu adalah sebuah kelompok etnis
dari orang-orang Austronesia terutama yang menghuni Semenanjung Malaya, Sumatra bagian
timur, bagian selatan Thailand, pantai selatan Burma, pulau Singapura, Borneo pesisir
termasuk brunei. Untuk lebih memahami kebudayaan yang ada pada  suku melayu berikut
beberapa kebudayaan suku melayu berdasarkan daerah asalnya.

1. Pakaian Adat Suku Melayu

Baju kurung merupakan salah satu pakaian khas Suku Melayu di Indonesia, Malaysia,
Brunei Darussalam, Thailand Selatan, dan Singapura. Baju kurung dikenakan oleh kaum
perempuan, dengan ciri khas rancangan longgar di bagian dada, perut, dan lubang lengan.
Pada awalnya, baju kurung hanya dipakai pada upacara adat etnis Melayu. Terutama oleh
kaum perempuan di lingkungan kerajaan. Baju kurung dipakai bersama dengan kain
songket sebagai sarung, dilengkapi berbagai aksesoris dan perhiasan emas. Sebagian besar
penduduk Melayu memeluk agama Islam, sehingga penggunaan baju kurung biasanya
disesuaikan dengan jilbab.

a. Busana Adat Perempuan Melayu

Terdiri atas sarung yang diikat dengan ombak mengalun, kain dagang yang
digunakan sebagai penutup kepala, dan selendang yang umumnya disampirkan di
bahu.

b. Busana Adat Laki-laki Melayu

Kelengkapan pakaian adat laki-laki dikelompokkan atas, baju kurung dengan


pasangan celana seluar yang terdiri dari, seluar panjang, seluar Aceh, seluar katuk, dan
seluar sampit. Kemudian dilengkapi kain samping yang bisa dipakai dengan cara
ikatan pancung, dsb.

2. Rumah Adat Melayu


Salah satu ciri khas Suku Melayu dapat dilihat dari rumah adat atau tradisional etnis
tersebut. Sebagian besar rumah adat etnis Melayu umumnya dibangun dengan bentuk, dan
fungsi berbeda.

a. Limas Potong

Seperti namanya, rumah tradisional ini mengaplikasikan atap dengan bentuk limas
terpotong. Limas Potong adalah rumah panggung berbahan papan atau kayu setinggi
1,5 meter. Rumah adat ini umumnya terdiri atas beberapa ruangan dengan dilengkapi
teras.

b. Selaso Jatuh Kembar

Rumah adat Selaso Jatuh Kembar menjadi identitas budaya Melayu paling kental
di Riau. Bangunan rumah panggung ini memiliki ukuran besar dengan tingkatan.
Biasanya, Selaso Jatuh Kembar digunakan sebagai tempat untuk kegiatan
perkumpulan.

c.  Balai Salaso Jatuh Kembar

Meskipun memiliki nama yang sama persis dengan Salaso Jatuh Kembar, namun
model bangunannya hanya berbeda sedikit, tentu ukurannya yang lebih luas. Balai
Salaso Jatuh Kembar kerap digunakan sebagai tempat aktivitas adat, seperti
musyawarah, Balairung Sari, Balai Kerapatan, dan Balai Penobatan.

d.  Rumah Melayu Atap Lontik

Bangunan rumah adat yang dikenal dengan nama Pelancang ini biasanya
digunakan sebagai hunian etnis Melayu. Khususnya yang bermukim di Lima Koto,
Riau. Pelancang mempunyai ciri khas berupa kaki berbentuk perahu atau pelancang.

e. Lipat Kajang

Rumah adat Lipat Kajang memiliki atap berbentuk melengkung seperti bubungan
curam. Atap Lipat Kajang sengaja diaplikasikan untuk memudahkan air hujan saat turun
melintasi atap. Namun sayangnya, di zaman ini rumah adat model ini sudah semakin
sulit ditemukan.

f. Rumah Singgah Sultan Siak

Bangunan bersejarah yang pernah menjadi tempat persinggahan Sultan Siak, yaitu
Sultan Syarif Kasim II ini mempunyai karakteristik dominasi warna kuning keemasan,
krem, dan biru. Sebagaimana rumah Melayu lain, rumah ini menggunakan  model
panggung berbahan kayu.
3. Tarian Tradisional Suku Melayu
a. Tari Zapin Matahari
Tari Zapin Matahari merupakan tarian tradisional dari masyarakat Melayu, dan
merupakan tarian yang berasal dari arab, tepatnya dari Yaman. Di daerah lain tarian
seperti ini memiliki nama yang berbeda-beda. Tarian ini pada awalnya digunakan
sebagai tarian hiburan di kalangan istana. Tari Zapin Matahari mengisahkan hubungan
asmara antara seorang pria dan wanita. Setelah penantian panjang akhirnya mereka
berdua bisa menikah. Tarian jenis ini disukai remaja, karena mengkisahkan tentang
percintaan antara dua orang muda mudi pada zamannya.
b. Tarian Tandak Sedati
Tarian Tandak Sedati merupakan tarian yang ditarikan oleh pria dan juga wanita.
Tarian ini dilakukan untuk mempererat silaturahmi antara remaja pria dan wanita
dalam satu kampung. Tandak Sedati merupakan tarian yang dilakukan pada malam
hari dengan iringan musik tradisional. Saat ini tarian ini masih sering dibawakan untuk
tetap dilestarikan dengan membawanya pada acara pagelaran seni atau hiburan. Tetapi
tarian ini masih dilakukan juga pada upacara adat seperti perkawinan. Dahulunya
Tandak Sedati merupakan tarian yang dijadikan tempat untuk mencari jodoh.
c.  Tarian Persembahan atau Tarian Makan Sirih
Tarian Persembahan atau Tari Makan Sirih merupakan tarian yang dilakukan
dalam rangka  penyambutan tamu kehormatan. Tarian ini diakui oleh pemerintah
melalui sebuah musyawarah pada tahun 1957 di Pekanbaru. Tari persembahan
bermakna rasa terima kasih kepada tamu yang bersedia datang atau hadir. Gerakan
pada tarian Makan Sirih ini cukup sederhana, lebih berfokus kepada kepada tangan
dan kaki. Jumlah dari penarinya biasanya berjumlah ganjil yang semuanya adalah
perempuan. Satu orang di antara mereka ada yang menari sambil membawa tempat
sirih yang akan dipersembahkan kepada tamu. Tempat sirih itu akan diberikan kepada
tamu yang paling dihormati baru akan diberikan kepada tamu yang lainnya. Tariannya
diiringi musik yang berasal dari akordion, gendang, gambus, dan juga biola. Baju yang
dikenakan pada tarian ini adalah pakaian adat yang berupa baju kurung telu baga dan
juga songket.
d.  Tari Melemang
Tarian Melemang merupakan tarian yang istimewa. Tarian Melemang dahulu
digunakan sebagai tarian yang dimainkan di istana kerajaan. Tariannya
dipersembahkan kepada raja dan yang menjadi penarinya adalah dayang-dayang
istana. Tariannya dilakukan oleh 14 orang penari, wanita dan juga pria. Tarian ini
biasanya memperihatkan keahlian atau kecakapan dari seorang penari dalam
mengambil sebuah benda seperti saputangan atau juga uang receh. Cara mengambil
barang tersebut dilakukan dengan cara melemang atau membungkukan badan ke
belakang atau gerakan kayang dalam olahraga. Tari ini merupakan tarian yang lahir di
daerah Tanjungpisau. Tariannya menceritakan tantang kehidupan raja yang tinggal di
Kerjaan Bentan. Walau kini kerajaan itu telah runtuh, tetapi mereka tetap hidup dalam
tarian-tarian yang sampai saat ini masih dimainkan pada acara-acara festival budaya.
e. Tarian Rentak Bulian
Tarian Rental Bulian merupakan tarian khas Melayu dari daerah Indragiri Hulu.
Nama dari tarian ini adalah Rentak yang berarti melangkah, sedangkan Bulian
merupakan tempat tinggal dari mahluk halus. Tarian ini merupakan tarian yang sarat
akan unsur magis, sehingga ada syarat-syarat yang harus dipenuhi. Syarat-syaratnya
adalah dari jumlah penarinya harus berjumlah 8 atau 7 orang gadis suci, atau tidak
haid. Satu orang pria yang telah baligh dan gagah perkasa. Pada saat menari posisi
mereka tidak boleh berdekatan. Selain itu para penari tidak boleh memiliki pertalian
darah. Sebelu memulai menari para penari akan diasapi terlebih dahulu dengan gaharu.
Alat musik yang digunakan juga harus dikeramati Mayang Pinang Muda, dan perapian
tidak boleh diberi mantera. Tari Rentak Bulian merupakan tarian yang dilakukan
dalam rangka pengobatan tradisional.
B. Tradisi dan Adat Istiadat Suku Melayu
1. Berpantun
Dalam adat dan budaya melayu, pantun sangat melekat. Pantun sebagai salah satu cara
berkomunikasi menyampaikan maksud dan tujuan dengan lebih sopan dan halus.
Masyarakat melayu akan sangat mudah merangkai kata untuk disusun menjadi sebuah
tantun yang indah dan sangat berkesan. Namun kini berpantun sudah sangat jarang bisa
dilakukan oleh masyarakat melayukhususnya kaum muda.
2. Berkapur Sirih
Tradisi berkapur sirih adalah sebuah tradisi yang sudah cukup lama hidup dikalangan
masyarakat melayu. Berkapur sirih merupakan tradisi mengunyah sirih lengkap dengan
kapur dan pinangnya. Tradisi ini biasa dilakukan dalam upacara pernikahan ataupun
upacara pengobatan.Sirih Junjung dihias cantik sebagai sebahagian barang hantaran
pengantin dan juga sirih penyeri kepada pengantin perempuan. Selain itu di dalam upacara
resmi kebesaran istana dan kerajaan juga, sirih junjung memainkan peranan penting, sirih
menjadi penyeri majelis dan mengepalai sesuatu perarakan yang diadakan.
3. Tradisi Perkawinan
Tradisi pernikahan pada adat melayu memang terkesan sangat rumit dan terlalu sakral.
Sebab dalam pandangan masyarakat melayu ketika sesorang akan menikah maka dia harus
mendapat restu dari kedua orang tua dari dua belah pihak. Selain itu ada juga aturan –
aturan adat yang harus dijalani sebelum akad nikah berlangsung diantaranya pengantin
perempuan dilarang bepergian dan keluar dari rumah satu minggu sebelum akad nikah
dilakukan.  Masyarakat melayu meyakini jika seorang calon pengantin keluar rumah
ataupun bepergian ketika mendekati hari pelaksanaan akad nikah berlangsung maka akan
terjadi hal yang tidak diharapkan yang akan membuat acara akad nikah terganggu bahkan
bisa batal.
4. Memiliki Nama Panggilan Khusus
Pada masyarakat suku melayu setiap anak memiliki panggilan khusus yang
panggilannya bersifat umum. Misalnya anak paling besar akan dipanggil dengan sebutan
ulong yang dalam bahasa indonesia berarti sulung. Panggilan ini juga merupakan
pembiasaan kepada semua anak dalam keluarga agar bersikap menghormati pada yang
lebih tua dan menyayangi pada yang lebih muda.
5. Tradisi Kematian
Seperti suku yang lain, pada adat istiadat suku Melayu juga ada tradisi terkait duka cita
atau kematian. Proses yang dilakukan oleh pihak keluarga akan menyampaikan peristiwa
kematian ini kepada tokoh masyarakat dan aparatur pemerintah, serta tetangga sekitar
secara beranting. Selain itu, alat komunikasi tradisional yang bernama Bedug di langgar
dan di masjid juga dibunyikan dengan nada yang khas di telinga. Warga suku Melayu yang
datang melayat biasanya membawa bawaan berupa beras dan makanan pokok lainnya.
Selain itu juga ada yang datang langsung membaca Al-Quran, khususnya surat Yasin, di
samping mayat. Kemudian ada juga yang datang hanya untuk menunjukkan ikut berbela
sungkawa, dan selanjutnya duduk-duduk bersama pelayat lainnya sambil menunggu waktu
pelaksanaan penguburan.
6. Balimau Kasai, Upacara Adat Suku Melayu
Upacara adat suku melayu tersebut, merupakan suatu ungkapan rasa syukur atas bulan
ramadhan sekaligus untuk mensucikan diri mereka. Kata “Balimau” dalam bahasa Melayu
berarti mandi dengan air dicampur jeruk atau limau , yang merupakan suatu kebiasaan dari
suku Melayu.
7. Upacara adat tepung tawar
Upacara adat Suku Melayu Tepuk Tepung Tawar, menjadi salah satu tradisi penting
dalam masyarakat Melayu. Tujuan dari ritual ini bertujuan, untuk mendoakan keberhasilan
seseorang. Pada umumnya, upacara ini menjadi satu rangkaian dengan beberapa tradisi
upacara adat lainnya.

Anda mungkin juga menyukai