Anda di halaman 1dari 9

Pengertian Tarian Asmat

Tarian Asmat (Tobe) merupakan tarian khas Suku Asmat yang disebut juga tarian
perang. Jenis tarian Tobe dulunya memang tarian yang dilakukan ketika ada perintah dari
kepala adat untuk berperang. Tari ini memang dimaksudkan untuk mengobarkan semangat
para prajurit. Seiring perkembangannya, tarian ini digunakan untuk menyambut tamu sebagai
bentuk respect mereka terhadap tamu yang datang. Tarian ini dilakukan oleh 16 penari laki-
laki dan 2 penari perempuan. Tarian Tobe ini dipadukan dengan nyanyian-nyanyian yang
sifatnya membakar semangat diiringi alat musik tifa.
Penari mengenakan manik-manik dada, rok dari akar bahar, dan daun-daun yang
diselipkan dalam tubuh mereka. Hal ini melambangkan bahwa masyarakat Suku Asmat
sangat dekat dengan alam.
Adat Istiadat Suku Asmat
Di dalam kehidupan kesehariannya, Suku Asmat memiliki adat yang menjadi pegangannya
secara turun temurun. Adat istiadat ini sampai sekarang masih dijaga oleh penduduk Suku
Asmat. Berikut beberapa adat istiadat yang berasal dari Suku ini:

 Kehamilan. Masyarakat suku sangat menjaga kehamilan seorang wanita ditengah-


tengah keluarga mereka. Mereka memperlakukan wanita hamil dengan baik
hingga tercapainya proses persalinan dengan selamat.
 Kelahiran. Setelah mencapai proses persalinan, keluarga tersebut akan
mengadakan upacara selamatan dengan pemotongan tali pusar menggunakan
sembilu. Sembilu yang digunakan untuk memotong dibuat dari bambu yang
dilanjarkan. Untuk perkembangannya, si bayi akan disusui oleh ibunya selama usia
2-3 tahun.
 Pernikahan. Pernikahan dilaksanakan ketika mencapai usia 17 tahun atau lebih.
Tentunya hal ini telah mendapatkan kesepakatan dari kedua belah pihak. Selain
itu, ada uji keberanian dari pria untuk membeli wanita menggunakan piring antik
yang nilainya disesuaikan penafsiran harga perahu Johnson.
 Kematian. Pengecualian dalam mengurus orang meninggal berlaku bagi kepala
adat. Kepala suku atau kepala adat yang meninggal mayatnya akan dimumikan dan
dipajang di depan joglo Suku Asmat.
Demikian kebudayaan Suku Asmat yang bernilai estetis klasik yang ada dalam kehidupan
masyarakat Suku ini. Ada pelajaran berharga yang dapat kita ambil dari Suku ini, meskipun
masyarakatnya religius magis, mereka sangatlah menghargai alam karena segala aktivitas dan
yang terjadi adalah karena alam dan seisinya.
Rumah Suku Asmat
Ada 2 macam rumah adat suku asmat yang mempunyai fungsi dan peran masing-masing
dalam kaitannya memelihara kebudayaan suku asmat tersebut, yaitu:
1. Jew
Suku asmat mempunyai rumah adat yang bernama jew atau sering disebut dengan rumah
bujang.Rumah adat jew ini berbentuk rumah panggung dengan luas umumnya 10-15 meter
namun ada juga yang panjangnya sampai 50 meter dengan lebar belasan meter. Rumah jew
ini mempunyai posisi yang istimewa dalam struktur masyarakat suku asmat,karena di bangun
demi kepentingan khusus saat melakukan kegiatan yang bersifat tradisional atau menurut
ketentuan adat.
Rumah jew ini sebagai tempat dibicarakannya atau didiskusikannya segala urusan
yang menyangkut kehidupan warga.Mulai dari rapat adat,tempat membuat kerajinan tangan
dan ukiran kayu,tempat perencaan perang,hingga keputusan menyangkut desa mereka
sekaligus tempat tinggalnya para laki-laki bujang suku asmat sehingga dikenal dengan rumah
bujang oleh masyarakat setempat.
Disamping itu rumah bujang ini berfungsi sebagai rumah keramat dan untuk upacara
keagamaan serta merupakan tempat yang dianggap sakral oleh masyarakat suku asmat.
Sehingga ada beberapa aturan adat yang harus dipelajari dan dipahami masyarakat asmat
termasuk dalam syarat pembangunannya.
Rumah adat ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat senjata suku asmat
seperti tombak,panah untuk berburu,noken yaitu tas yang terbuat dari anyaman serat
tumbuhan.Konon tidak sembarang orang diperbolehkan untuk menyentuh noken yang
disimpan dalam rumah jew ini.Karena noken dipercaya dapat menyembuhkan berbagai
penyakit dengan syarat dan aturan tertentu. Ada beberapa hal yang menyangkut tentang
rumah jew adat suku asmat ini,yaitu:

 Terbuat dari kayu yang selalu didirikan menghadap kearah sungai.


 Umumnya memiliki luas 10×15 meter.
 Tiang penyangganya memakai kayu besi yang kemudian diukir dengan seni ukir
asmat.
 Atap rumah terbuat dari daun sagu atau daun nipah yang telah dianyam.
 Tidak memakai paku dalam pembangunannya tapi memakai tali dari rotan atau akar
tumbuhan.

2. Tysem
Rumah tysem juga di sebut rumah keluarga,karena rumah ini berfungsi untuk tempat tinggal
mereka yang sudah berkeluarga.Biasanya terdapat 2 sampai 3 pasang keluarga yang
menghuni tysem yakni terdiri dari 1 keluarga inti senior dan 2 sampai 3 keluarga
yunior.Jumlah anggota keluarga inti masyarakat asmat biasanya terdiri dari 4 sampai 5 atau 8
sampai 10 orang.
Rumah adat tysem ini diletakan disekeliling rumah adat jew karena ukurannya yang
lebih kecil yaitu 3x4x4 meter.Rumah tysem mempunyai kesamaan dengan rumah jew
yakni berbentuk rumah panggung dan dalam proses pembuatannya dengan tidak memakai
materi bangunan berupa paku karena bahan-bahan yang dipakai yaitu bahan alami yang
terdapat dihutan.
Pakaian Suku Asmat

Secara umum, pakaian adat pria dan perempuan Papua hampir sama, hanya
memakai sebuah bawahan seperti androk yang terbuat dari rajutan daun sagu yang dibuat
rapih menyerupai anderok atau rok dan dipakai sebagai bawahan.

Pada bagian kepala, dikenakan penutup yang terbuat dari rajutan daun sagu dan pada
sisi bagian atasnya dipenuhi bulu burung kasuari.

Suku Asmat memkai pakaian adat Rumbai-Rumbai, hanya untuk menutupi bagian
tertentu. Rumbai-Rumbai dibuat dari daun sagu.
Pengertian Tarian Dani

Suku Dani Papua pertama kali diketahui di Lembah Baliem diperkirakan sekitar ratusan
tahun yang lalu. Banyak eksplorasi di dataran tinggi pedalaman Papua yang dilakukan, salah
satu diantaranya yang pertama ialah Ekspedisi Lorentz pada tahun 1909-1910 “Belanda”
tetapi mereka tidak beroperasi di Lembah Baliem.

Tarian dan Kesenian masyarakat suku bangsa Dani dapat dilihat dari cara membangun rumah
dan beberapa bangunan suku bangsa Dani antara lain sebagai berikut.

 Honae ialah merupakan rumah adat suku bangsa Dani, Honae berbentuk bulat dan
atapnya berasal dari rumput kering.
 Ebeai ialah rumah wanita, ebe artinya tubuh/pusat dan ai artinya rumah.
 Wamai ialah kandang babi yang berbentuk persegi panjang dan disekat sebanyak
jumlah ebeai.

Kerajinan masyarakat suku bangsa Dani antara lain korok; alat sejenis parang, sage; alat
sejenis tugal untuk melubangi tanah, moliage: sejenis kapak batu dengan ujung dari besi dan
wim: busur panah. Peralatan-peralatan tersebut biasanya diberi hiasan atau diukir agar
nampak indah.
Rumah Suku Dani

Suku Dani merupakan salah satu dari banyaknya suku di tanah papua yang mendiami
wilayah Lembah Baliem, Pegunungan Tengah, dan keseluruhan Kabupaten Jayawijaya serta
sebagian kabupaten Puncak Jaya. Sejak ratusan tahun lalu suku Dani dikenal sebagai petani
yang terampil dan telah menggunakan alat/perkakas seperti kapak batu, pisau yang dibuat
dari tulang binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang
terkenal sangat kuat dan berat.

Rumah adat suku Dani disebut dengan Honai dan Ebe’ai. Ukurannya tergolong kecil
dengan bentuk bundar, berdinding kayu dan beratap jerami. Namun, ada pula rumah yang
bentuknya persegi panjang. Rumah jenis ini namanya Ebe'ai (Honai Perempuan). Perbedaan
antara Honai dan Ebe'ai terletak pada jenis kelamin penghuninya. Honai dihuni oleh laki-laki,
sedangkan Ebe'ai (Honai Perempuan) dihuni oleh perempuan.
Pakaian Suku Dani
Suku Dani merupakan salah satu dari banyaknya suku di tanah papua yang mendiami
wilayah Lembah Baliem, Pegunungan Tengah, dan keseluruhan Kabupaten Jayawijaya serta
sebagian kabupaten Puncak Jaya. Sejak ratusan tahun lalu suku Dani dikenal sebagai petani
yang terampil dan telah menggunakan alat/perkakas seperti kapak batu, pisau yang dibuat
dari tulang binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang
terkenal sangat kuat dan berat.
Menurut mitologi suku Dani berasal dari keuturunan sepasang suami istri yang
menghuni suatu danau di sekitar kampung Maina di Lembah Baliem Selatan. Mereka
mempunyai anak bernama Woita dan Waro. Orang Dani dilarang menikah dengan kerabat
suku Moety sehingga perkawinannya berprinsip eksogami Moety (perkawinan Moety /
dengan orang di luar Moety).
Suku ini pertama kali diketahui di Lembah Baliem diperkirakan sekitar ratusan tahun
yang lalu. Dan orang yang pertama berinteraksi dengan suku ini adalah tim penyidik asal
Amerika Serikat yang dipimpin oleh Richard tahun 1935.

Pakaian Adat

Pakaian adat Suku Dani untuk pria menggunakan ''koteka'' (yaitu penutup kemaluan pria).
Koteka terbuat dari kunden (labu kuning). Sedangkan pakaian adat para wanita menggunakan
pakaian wah berasal dari rumput/serat.
Tarian Adat Dayak :
Terdapat berbagai macan tarian adat dari suku Dayak. Diantaranya yaitu Tari Leleng, Tari
Hudoq dan Tari Kancet Papatai. Setiap tarian memiliki ciri khas yang berbeda-beda.

 Tari Leleng.
Tari leleng adalah tarian gadis Dayak Kenyah. Tarian ini menceritakan tentang
seorang gadis yang bernama Utan Along. Gadis tersebut dipaksa kawin dengan
seorang pemuda yang memang tidak dicintainya. Pada akhirnya gadis tersebut
melarikan diri kehutan.

 Tari Hudoq.
Tari Hudoq adalah tarian yang menjadi bagian dari ritual suku Dayak. Tarian ini
dilakukan setelah menanam padi yang dilakukan oleh Dayak Modang dan Dayak
Bahau. Tarian ini memiliki inti yang berupa tarian untuk mengenang jasa atau
pengorbanan para leluhur.

 Tari Kancet Papatai.


Tari Kancet Papatai adalah tarian perang dari Suku Dayak. Tarian ini menceritakan
tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah yang sedang berperang dengan musuhnya.
Karena menceritakan peperangan tarian ini memiliki gerakan yang lincah, gesit,
penuh semangat dan juga Indah.

 Tari Kancet Lalasan.


Tarian ini menggambarkan kehidupan burung Enggang. Salah satu hewan sakral Suku
Dayak. Berbeda dengan tarian Kancet Papatai, tari ini dilakukan oleh wanita.
Tariannya didominasi dengan gerakan tubuh yang rendah. Contoh gerakannya
merunduk, berjongkok sampai duduk.

 Tari Kancet Ledo.


Tarian ini dimainkan oleh seorang wanita yang diiringi dengan Gong. Gerakan tarian
ini mencerminkan adanya kelembutan seorang wanita. Tarian ini biasa digunakan
untuk menyambut tamu. Tarian ini juga bisa disebut tarian Gong karena diiringi oleh
alat musik yang berupa Gong.

 Tari Gantar.
Tarian yang dapat dikenal sebagai tarian pergaulan antar muda-mudi Dayak. Tarian
ini berasal dari Dayak Tunjung dan Dayak Benauq. Tarian ini melambangkan
keramahtamahan dan juga kegembiraan Suku Dayak ketika menerima tamu. Baik
untuk tamu investor, tamu kehormatan ataupun tamu wisatawan.
Pakaian Adat Suku Dayak :
Terdapat 2 bagian pakaian adat suku Dayak yaitu pakaian adat untuk kaum wanita

dan pakaian adat untuk kaum lelaki. Sepei sadaq adalah sebutan baju adat untuk kaum laki-

laki. Ciri-cirinya yaitu memakai ikat kepala terbuat dari pandan yang biasanya dikenakan

oleh orang tua. Baju atasannya menggunakan rompi dan bawahannya berupa cawan bisa

disebut juga abed ko aq. Selain pakaiannya juga disertai dengan mandau yang diikat pada

pinggangnya.

Ta’a adalah sebutan untuk baju adat wanita suku Dayak. Pakaiannya bermotif yang

tidak jauh dari pakaian adat laki-laki. Hanya saja yang membedakannya yaitu baju atasannya.

Untuk kaum wanita disebut sepei inoq. Sedangkan bawahannya berupa rok. Pakaian adat

wanita memiliki manik-manik cantik yang dibuat hiasan.


Rumah Adat Suku Dayak

Rumah betang atau rumah panjang adalah nama dari rumah adat suku Dayak. Rumah

adat ini khas dari Kalimantan ini dapat ditemukan di wilayah penjuru Kalimantan. Untuk

lebih tepatnya berada di daerah hulu sungai yang menjadi pusat tempat tinggal masyarakat

Dayak.

Rumah panjang atau Betang memiliki ukuran dan bentuk yang bermacam-macam.

Rumah betang ada yang memiliki panjang hingga 15 meter dan lebar 30 meter. Umumnya,

rumah beteng ini dibuat seperti bentuk panggung dan memiliki ketinggian 5 meter.

Rumah ini dibuat tinggi yang nantinya dapat berfungsi untuk bertahan dari banjir

yang dapat mengancam daerah hulu. Cerminan dari kebersamaan suku Dayak ini dapat

dilihat dari rumah adatnya. Mereka menaati aturan yang sudah berlaku serta adat istiadat

yang sudah disepakati.

Anda mungkin juga menyukai