Tarian Asmat (Tobe) merupakan tarian khas Suku Asmat yang disebut juga tarian
perang. Jenis tarian Tobe dulunya memang tarian yang dilakukan ketika ada perintah dari
kepala adat untuk berperang. Tari ini memang dimaksudkan untuk mengobarkan semangat
para prajurit. Seiring perkembangannya, tarian ini digunakan untuk menyambut tamu sebagai
bentuk respect mereka terhadap tamu yang datang. Tarian ini dilakukan oleh 16 penari laki-
laki dan 2 penari perempuan. Tarian Tobe ini dipadukan dengan nyanyian-nyanyian yang
sifatnya membakar semangat diiringi alat musik tifa.
Penari mengenakan manik-manik dada, rok dari akar bahar, dan daun-daun yang
diselipkan dalam tubuh mereka. Hal ini melambangkan bahwa masyarakat Suku Asmat
sangat dekat dengan alam.
Adat Istiadat Suku Asmat
Di dalam kehidupan kesehariannya, Suku Asmat memiliki adat yang menjadi pegangannya
secara turun temurun. Adat istiadat ini sampai sekarang masih dijaga oleh penduduk Suku
Asmat. Berikut beberapa adat istiadat yang berasal dari Suku ini:
2. Tysem
Rumah tysem juga di sebut rumah keluarga,karena rumah ini berfungsi untuk tempat tinggal
mereka yang sudah berkeluarga.Biasanya terdapat 2 sampai 3 pasang keluarga yang
menghuni tysem yakni terdiri dari 1 keluarga inti senior dan 2 sampai 3 keluarga
yunior.Jumlah anggota keluarga inti masyarakat asmat biasanya terdiri dari 4 sampai 5 atau 8
sampai 10 orang.
Rumah adat tysem ini diletakan disekeliling rumah adat jew karena ukurannya yang
lebih kecil yaitu 3x4x4 meter.Rumah tysem mempunyai kesamaan dengan rumah jew
yakni berbentuk rumah panggung dan dalam proses pembuatannya dengan tidak memakai
materi bangunan berupa paku karena bahan-bahan yang dipakai yaitu bahan alami yang
terdapat dihutan.
Pakaian Suku Asmat
Secara umum, pakaian adat pria dan perempuan Papua hampir sama, hanya
memakai sebuah bawahan seperti androk yang terbuat dari rajutan daun sagu yang dibuat
rapih menyerupai anderok atau rok dan dipakai sebagai bawahan.
Pada bagian kepala, dikenakan penutup yang terbuat dari rajutan daun sagu dan pada
sisi bagian atasnya dipenuhi bulu burung kasuari.
Suku Asmat memkai pakaian adat Rumbai-Rumbai, hanya untuk menutupi bagian
tertentu. Rumbai-Rumbai dibuat dari daun sagu.
Pengertian Tarian Dani
Suku Dani Papua pertama kali diketahui di Lembah Baliem diperkirakan sekitar ratusan
tahun yang lalu. Banyak eksplorasi di dataran tinggi pedalaman Papua yang dilakukan, salah
satu diantaranya yang pertama ialah Ekspedisi Lorentz pada tahun 1909-1910 “Belanda”
tetapi mereka tidak beroperasi di Lembah Baliem.
Tarian dan Kesenian masyarakat suku bangsa Dani dapat dilihat dari cara membangun rumah
dan beberapa bangunan suku bangsa Dani antara lain sebagai berikut.
Honae ialah merupakan rumah adat suku bangsa Dani, Honae berbentuk bulat dan
atapnya berasal dari rumput kering.
Ebeai ialah rumah wanita, ebe artinya tubuh/pusat dan ai artinya rumah.
Wamai ialah kandang babi yang berbentuk persegi panjang dan disekat sebanyak
jumlah ebeai.
Kerajinan masyarakat suku bangsa Dani antara lain korok; alat sejenis parang, sage; alat
sejenis tugal untuk melubangi tanah, moliage: sejenis kapak batu dengan ujung dari besi dan
wim: busur panah. Peralatan-peralatan tersebut biasanya diberi hiasan atau diukir agar
nampak indah.
Rumah Suku Dani
Suku Dani merupakan salah satu dari banyaknya suku di tanah papua yang mendiami
wilayah Lembah Baliem, Pegunungan Tengah, dan keseluruhan Kabupaten Jayawijaya serta
sebagian kabupaten Puncak Jaya. Sejak ratusan tahun lalu suku Dani dikenal sebagai petani
yang terampil dan telah menggunakan alat/perkakas seperti kapak batu, pisau yang dibuat
dari tulang binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang
terkenal sangat kuat dan berat.
Rumah adat suku Dani disebut dengan Honai dan Ebe’ai. Ukurannya tergolong kecil
dengan bentuk bundar, berdinding kayu dan beratap jerami. Namun, ada pula rumah yang
bentuknya persegi panjang. Rumah jenis ini namanya Ebe'ai (Honai Perempuan). Perbedaan
antara Honai dan Ebe'ai terletak pada jenis kelamin penghuninya. Honai dihuni oleh laki-laki,
sedangkan Ebe'ai (Honai Perempuan) dihuni oleh perempuan.
Pakaian Suku Dani
Suku Dani merupakan salah satu dari banyaknya suku di tanah papua yang mendiami
wilayah Lembah Baliem, Pegunungan Tengah, dan keseluruhan Kabupaten Jayawijaya serta
sebagian kabupaten Puncak Jaya. Sejak ratusan tahun lalu suku Dani dikenal sebagai petani
yang terampil dan telah menggunakan alat/perkakas seperti kapak batu, pisau yang dibuat
dari tulang binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang
terkenal sangat kuat dan berat.
Menurut mitologi suku Dani berasal dari keuturunan sepasang suami istri yang
menghuni suatu danau di sekitar kampung Maina di Lembah Baliem Selatan. Mereka
mempunyai anak bernama Woita dan Waro. Orang Dani dilarang menikah dengan kerabat
suku Moety sehingga perkawinannya berprinsip eksogami Moety (perkawinan Moety /
dengan orang di luar Moety).
Suku ini pertama kali diketahui di Lembah Baliem diperkirakan sekitar ratusan tahun
yang lalu. Dan orang yang pertama berinteraksi dengan suku ini adalah tim penyidik asal
Amerika Serikat yang dipimpin oleh Richard tahun 1935.
Pakaian Adat
Pakaian adat Suku Dani untuk pria menggunakan ''koteka'' (yaitu penutup kemaluan pria).
Koteka terbuat dari kunden (labu kuning). Sedangkan pakaian adat para wanita menggunakan
pakaian wah berasal dari rumput/serat.
Tarian Adat Dayak :
Terdapat berbagai macan tarian adat dari suku Dayak. Diantaranya yaitu Tari Leleng, Tari
Hudoq dan Tari Kancet Papatai. Setiap tarian memiliki ciri khas yang berbeda-beda.
Tari Leleng.
Tari leleng adalah tarian gadis Dayak Kenyah. Tarian ini menceritakan tentang
seorang gadis yang bernama Utan Along. Gadis tersebut dipaksa kawin dengan
seorang pemuda yang memang tidak dicintainya. Pada akhirnya gadis tersebut
melarikan diri kehutan.
Tari Hudoq.
Tari Hudoq adalah tarian yang menjadi bagian dari ritual suku Dayak. Tarian ini
dilakukan setelah menanam padi yang dilakukan oleh Dayak Modang dan Dayak
Bahau. Tarian ini memiliki inti yang berupa tarian untuk mengenang jasa atau
pengorbanan para leluhur.
Tari Gantar.
Tarian yang dapat dikenal sebagai tarian pergaulan antar muda-mudi Dayak. Tarian
ini berasal dari Dayak Tunjung dan Dayak Benauq. Tarian ini melambangkan
keramahtamahan dan juga kegembiraan Suku Dayak ketika menerima tamu. Baik
untuk tamu investor, tamu kehormatan ataupun tamu wisatawan.
Pakaian Adat Suku Dayak :
Terdapat 2 bagian pakaian adat suku Dayak yaitu pakaian adat untuk kaum wanita
dan pakaian adat untuk kaum lelaki. Sepei sadaq adalah sebutan baju adat untuk kaum laki-
laki. Ciri-cirinya yaitu memakai ikat kepala terbuat dari pandan yang biasanya dikenakan
oleh orang tua. Baju atasannya menggunakan rompi dan bawahannya berupa cawan bisa
disebut juga abed ko aq. Selain pakaiannya juga disertai dengan mandau yang diikat pada
pinggangnya.
Ta’a adalah sebutan untuk baju adat wanita suku Dayak. Pakaiannya bermotif yang
tidak jauh dari pakaian adat laki-laki. Hanya saja yang membedakannya yaitu baju atasannya.
Untuk kaum wanita disebut sepei inoq. Sedangkan bawahannya berupa rok. Pakaian adat
Rumah betang atau rumah panjang adalah nama dari rumah adat suku Dayak. Rumah
adat ini khas dari Kalimantan ini dapat ditemukan di wilayah penjuru Kalimantan. Untuk
lebih tepatnya berada di daerah hulu sungai yang menjadi pusat tempat tinggal masyarakat
Dayak.
Rumah panjang atau Betang memiliki ukuran dan bentuk yang bermacam-macam.
Rumah betang ada yang memiliki panjang hingga 15 meter dan lebar 30 meter. Umumnya,
rumah beteng ini dibuat seperti bentuk panggung dan memiliki ketinggian 5 meter.
Rumah ini dibuat tinggi yang nantinya dapat berfungsi untuk bertahan dari banjir
yang dapat mengancam daerah hulu. Cerminan dari kebersamaan suku Dayak ini dapat
dilihat dari rumah adatnya. Mereka menaati aturan yang sudah berlaku serta adat istiadat