Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat akan kebudayaan,
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebudayaan suku Asmat di Irian Jaya?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui kebudayaan suku Asmat di Irian Jaya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lokasi, Lingkungan dan Demografi Suku Asmat

Suku Asmat berada di antara Suku Mappi, Yohukimo dan Jayawijaya di antara berbagai
macam suku lainnya yang ada di Pulau Papua. Sebagaimana suku lainnya yang berada di
wilayah ini, Suku Asmat ada yang tinggal di daerah pesisir pantai dengan jarak tempuh dari
100 km hingga 300 km, bahkan Suku Asmat yang berada di daerah pedalaman, dikelilingi oleh
hutan heterogen yang berisi tanaman rotan, kayu (gaharu) dan umbi-umbian dengan waktu
tempuh selama 1 hari 2 malam untuk mencapai daerah pemukiman satu dengan yang lainnya.
Sedangkan jarak antara perkampungan dengan kecamatan sekitar 70 km. Dengan kondisi
geografis demikian, maka berjalan kaki merupakan satu-satunya cara untuk mencapai daerah
perkampungan satu dengan lainnya.

Wilayah yang mereka tinggali sangat unik.Dataran coklat lembek yang tertutup oleh
jaring laba-laba sungai.Wilayah yang ditinggali Suku Asmat ini telah menjadi Kabupaten
sendiri dengan nama Kabupaten Asmat dengan 7 Kecamatan atau Distrik.Hampir setiap hari
hujan turun dengan curah 3000-4000 milimeter/tahun.Setiap hari juga pasang surut laut masuk
kewilayah ini,sehingga tidak mengherankan kalau permukaan tanah sangat lembek dan
berlumpur.Jalan hanya dibuat dari papan kayu yang ditumpuk diatas tanah yang lembek.Praktis
tidak semua kendaraan bermotor bisa lewat jalan ini.Orang yang berjalan harus berhati-hati
agar tidak terpeleset,terutama saat hujan.

Secara umum, kondisi fisik anggota masyarakat Suku Asmat, berperawakan tegap,
hidung mancung dengan warna kulit dan rambut hitam serta kelopak matanya bulat. Disamping
itu, Suku Asmat termasuk ke dalam suku Polonesia, yang juga terdapat di New Zealand, Papua
Nugini.Populasi suku asmat di bagi menjadi dua yaitu mereka yang sebagain tinggal di pesisir
dan sebagain lagi tinggal di daerah pedalaman. Namun pada kedua populasi ini mereka
memiliki struktur social yang berbeda satu sama lain, seperti halnya dialek, cara pandang hidup
dan ritual, selanjutnya di pesisir pantai Populasinya pun terbagi menjadi dua bagian yaitu Suku
Bisman yang berada di antara sungai Sinesty dan sungai Nin serta Suku Simai.
Salah satu hal yang membuat suku asmat cukup dikenal adalah hasil ukiran kayu
tradisional yang sangat khas. Beberapa ornamen / motif yang seringkali digunakan dan menjadi
tema utama dalam proses pemahatan patung yang dilakukan oleh penduduk suku asmat adalah
mengambil tema nenek moyang dari suku mereka, yang biasa disebut mbis. Namun tak
berhenti sampai disitu, seringkali juga ditemui ornamen / motif lain yang menyerupai perahu
atau wuramon, yang mereka percayai sebagai simbol perahu arwah yang membawa nenek
moyang mereka di alam kematian. Bagi penduduk asli suku asmat, seni ukir kayu lebih
merupakan sebuah perwujudan dari cara mereka dalam melakukan ritual untuk mengenang
arwah para leluhurnya.

B. Sejarah Suku Asmat


Nama Asmat berasal dari kata-kata Asmat "As Akat", yang menurut orang Asmat berarti
"orang yang tepat". Selain itu, ada juga yang mengatakan bahwa Asmat berasal dari kata
Osamat yang berarti "manusia dari pohon". Tetapi kalo menurut tetangga suku Asmat, yaitu
suku Mimika, nama Asmat ini berasal dari kata-kata mereka untuk suku-"manue", yang berarti
"pemakan manusia".

Suku asmat tersebar dan mendiami wilayah disekitar pantai laut arafuru dan pegunungan
jayawijaya, dengan medan yang lumayan berat mengingat daerah yang ditempati adalah hutan
belantara, dalam kehidupan suku Asmat, batu yang biasa kita lihat dijalanan ternyata sangat
berharga bagi mereka. Bahkan, batu-batu itu bisa dijadikan sebagai mas kawin. Semua itu
disebabkan karena tempat tinggal suku Asmat yang membetuk rawa-rawa sehingga sangat sulit
menemukan batu-batu jalanan yang sangat berguna bagi mereka untuk membuat kapak, palu,
dan sebagainya.

Sekarang biasanya, kira-kira 100 sampai 1000 orang hidup di satu kampung. Setiap kampung
punya satu rumah Bujang dan banyak rumah keluarga. Rumah Bujang dipakai untuk upacara
adat dan upacara keagamaan. Rumah keluarga dihuni oleh dua sampai tiga keluarga, yang
mempunyai kamar mandi dan dapur sendiri. Hari ini, ada kira-kira 70.000 orang Asmat hidup
di Indonesia. Mayoritas anak-anak Asmat sedang bersekolah.

Penduduk Asmat pada umumnya memiliki ciri fisik yang khas,berkulit hitam dan
berambut keriting. Tubuhnya cukup tinggi. Rata-rata tinggi badan orang Asmat wanita sekitar
162cm dan tinggi badan laki-laki mencapai 172cm.

C. Bahasa Suku Asmat

D. Sistem Teknologi Suku Asmat

Teknologi yang telah dimiliki oleh suku Asmat adalah sebagai berikut :

a. Alat-alat produktif
Mereka telah memiliki kemanpuan untuk membuat jaring sendiri yang terbuat dari
anyaman daun sagu. Jaring tersebut digunakan untuk menjaring ikan di muara sungai.
Selain itu ada alat-alat yang digunakan untuk membuat ukiran-ukiran seperti kapak
batu, gigi binatang dan kulut siput yang bisa digunakan oleh wow-ipits untuk mengukir.
Dengan berkembangnya jaman mereka sekarang menggunakan kapak besi dan pahat
besi sedangkan kulit siput diganti dengan pisau
b. Senjata
Perisai digunakan oleh orang Asmat untuk melindungi diri dari tombak dan panah
musuh dalam peperangan. Selain perisai ada juga tombak yang terbuat dari kayu keras
seperti kayu besi atau kulit pohon sagu. Ujung nya yang tajam dilengkapi dengan
penutup yang terbuat dari paruh burung atau kuku burung kasuari.
c. Alat Transportasi
Masyarakat Asmat mengenal perahu lesung sebagai alat transportasinya, pembuatan
perahu dahulunya digunakan untuk persiapan suatu penyeranngan dan pengayauan
kepala. Kayu yang digunakan untuk membuat perahu adalah kayu kuning (ti), ketapang,
bitanggur atau sejenis kayu susu yang disebut ierak
d. Pakaian
Suku asmat memiliki cara yang sangat sederhana untuk merias diri mereka. mereka
hanya membutuhkan tanah merah untuk menghasilkan warna merah. untuk
menghasilkan warna putih mereka membuatnya dari kulit kerang yang sudah
dihaluskan. sedangkan warnah hitam mereka hasilkan dari arang kayu yang dihaluskan.
cara menggunakan pun cukup simpel, hanya dengan mencampur bahan tersebut dengan
sedikit air, pewarna itu sudah bisa digunkan untuk mewarnai tubuh.
e. Makanan Pokok
Makanan Pokok orang Asmat adalah sagu,hampir setiap hari mereka makan sagu yang
dibuat jadi bulatan-bulatan yang dibakar dalam bara api.Kegemaran lain adalah makan
ulat sagu yang hidup dibatang pohon sagu,biasanya ulat sagu dibungkus dengan daun
nipah,ditaburi sagu,dan dibakar dalam bara api.Selain itu sayuran dan ikan bakar
dijadikan pelengkap. Namun demikian yang memprihatinkan adalah masalah sumber
air bersih.Air tanah sulit didapat karena wilayah mereka merupakan tanah
berawa.Terpaksa menggunakan air hujan dan air rawa sebagai air bersih untuk
kebutuhan sehari-hari.
f. Rumah Adat
Rumah adat Suku Asmat yang dikenal dengan nama Jew, adalah rumah yang khusus
diperuntukkan bagi pelaksanaan segala kegiatan yang sifatnya tradisi. Misalnya untuk
rapat adat, melakukan pekerjaan membuat noken (tas tradisional Suku Asmat),
mengukir kayu, dan juga tempat tinggal para bujang. Oleh karena itu, rumah Jew juga
disebut sebagai Rumah Bujang.Rumah ini unik karena dibangun sangat panjang,
bahkan hingga mencapai 50 meter. Karena masyarakat Asmat kuno belum mengenal
paku, maka pembuatan rumah Jew sampai saat ini tidak menggunakan paku.
Ada satu lagi rumah adat Suku Asmat yaitu, Tysem. Rumah ini bisa juga disebut
sebagai rumah keluarga, karena yang menghuni adalah mereka yang telah berkeluarga.
Biasanya, ada 2 sampai 3 pasang keluarga yang mendiami Tysem.Ukurannya lebih
kecil dari pada rumah Jew. Letak rumah Tysem biasanya di sekeliling rumah Jew.
Sebuah rumah Jew dapat dikelilingi oleh sekitar 15 sampai 20 rumah Tysem.

E. Sistem Mata Pencaharian Suku Asmat

Kebiasaan bertahan hidup dan mencari makan antara suku yang satu dengan suku yang
lainnya di wilayah Distrik Citak-Mitak ternyata hampir sama. suku asmat darat, suku citak dan
suku mitak mempunyai kebiasaan sehari-hari dalam mencari nafkah adalah berburu binatang
hutan separti, ular, kasuari(burung) babi hutan dll. mereka juga selalu meramuh / menokok
sagu sebagai makan pokok dan nelayan yakni mencari ikan dan udang untuk dimakan.
kehidupan dari ketiga suku ini ternyata telah berubah. Sehari-hari orang Asmat bekerja
dilingkungan sekitarnya,terutama untuk mencari makan, dengan cara berburu maupun
berkebun, yang tentunya masih menggunakan metode yang cukup tradisional dan sederhana.
Masakan suku Asmat tidak seperti masakan kita. Masakan istimewa bagi mereka adalah ulat
sagu. Namun sehari-harinya mereka hanya memanggang ikan atau daging binatang hasil
buruan.

Masakan suku Asmat tidak seperti masakan kita. Masakan istimewa bagi mereka adalah
ulat sagu. Namun sehari-harinya mereka hanya memanggang ikan atau daging binatang hasil
buruan. Dalam kehidupan suku Asmat “batu” yang biasa kita lihat dijalanan ternyata sangat
berharga bagi mereka. Bahkan, batu-batu itu bisa dijadikan sebagai mas kawin. Semua itu
disebabkan karena tempat tinggal suku Asmat yang membetuk rawa-rawa sehingga sangat sulit
menemukan batu-batu jalanan yang sangat berguna bagi mereka untuk membuat kapak, palu,
dan sebagainya.

F. Organisasi Sosial suku Asmat

Suku Asmat memiliki 2 jabatan kepemimpinan, yaitu a. Kepemimpinan yang berasal


dari unsur pemerintah dan b. Kepala adat/kepala suku yang berasal dari masyarakat.
Sebagaimana lainnya, kapala adat/kepala suku dari Suku Asmat sangat berpengaruh dan
berperan aktif dalam menjalankan tata pemerintahan yang berlaku di lingkungan ini. Karena
segala kegiatan di sini selalu didiihului oleh acara adat yang sifatnya tradisional, sehingga
dalam melaksanakan kegiatan yang sifatnya resmi, diperlukan kerjasama antara kedua
pimpinan sangat diperlukan untuk memperlancar proses tersebut.

Bila kepala suku telah mendekati ajalnya, maka jabatan kepala suku tidak diwariskan
ke generasi berikutnya, tetapi dipilih dari orang yang berasal dari fain, atau marga tertua di
lingkungan tersebut atau dipilih dari seorang pahlawan yang berhasil dalam peperangan

G. Sistem Pengetahuan Suku Asmat

penduduk asli suku asmat merasa dirinya adalah bagian dari alam, oleh karena itulah
mereka sangat menghormati dan menjaga alam sekitarnya, bahkan, pohon disekitar tempat
hidup mereka dianggap menjadi gambaran dirinya. Batang pohon menggambarkan tangan,
buah menggambarkan kepala, dan akar menggambarkan kaki mereka.

H. Kesenian Suku Asmat

Suku bangsa Asmat memiliki bidang seni ukiran terutama ukir patung, topeng, perisai
gaya seni patung Asmat, meliputi :

1. Gaya A, Seni Asmat Hilir dan Hulu Sungai


Patung-patung dengan gaya ini tersusun dari atas ke bawah menurut tata urut silsilah
nenek moyangnya. Contohnya, mbis yang dibuat jika masyarakat akan mengadakan
balas dendam atas kematian nenek moyang yang gugur dalam perang melawan musuh
2. Gaya B, Seni Asmat Barat Laut
Bentuk patung gaya ini lonjong agak melebar bagian bawahnya. Bagian kepala terpisah
dari bagian lainnya dan berbentuk kepala kura-kura atau ikan. Kadang ada gambar
nenek moyang di bagian kepala, sedangkan hiasan bagian badan berbentuk musang
terbang, kotak, kepala burung tadung, ular, cacing, dan sebagainya
3. Gaya C, Seni Asmat Timur
Gaya ini merupakan ciri khusus gaya ukir orang Asmat Timur. Perisai yang dibuat
umumnya berukuran sangat besar bahkan melebihi tinggi orang Asmat. Bagian atasnya
tidak terpisah jelas dari bagian lain dan sering dihiasi garis-garis hitam dan merah serta
titik-titik putih
4. Gaya D, Seni Asmat Daerah Sungai Brazza
Perisai gaya D ini hampir sama besar dan tingginya dengan perisai gaya C, hanya
bagian kepala terpisah dari badannya. Morif yang sering digunakan aladalh hiasannya
geometris seperti lingkaran, spiral, siku-siku dan sebagainya.
I. Sistem Religi dan Kepercayaan Suku Asmat

Suku Asmat adalah suku yang menganut Animisme, sampai dengan masuknya para
Misionaris pembawa ajaran baru, maka mereka mulai mengenal agama lain selain agam nenek-
moyang. Dan kini, masyarakat suku ini telah menganut berbagai macam agama, seperti
Protestan, Khatolik bahkan Islam. Seperti masyarakat pada umumnya, dalam menjalankan
proses kehidupannya, masyarakat Suku Asmat pun, melalui berbagai proses, yaitu :

1) Kehamilan, selama proses ini berlangsung, bakal generasi penerus dijaga dengan baik agar
dapat lahir dengan selamat dengan bantuan ibu kandung alau ibu mertua.
2) Kelahiran, tak lama setelah si jabang bayi lahir dilaksanakan upacara selamatan secara
sederhana dengan acara pemotongan tali pusar yang menggunakan Sembilu, alat yang
terbuat dari bambu yang dilanjarkan. Selanjutnya, diberi ASI sampai berusia 2 tahun atau
3 tahun.
3) Pernikahan, proses ini berlaku bagi seorang baik pria maupun wanita yang telah berusia 17
tahun dan dilakukan oleh pihak orang tua lelaki setelah kedua belah pihak mencapai
kesepakatan dan melalui uji keberanian untuk membeli wanita dengan mas kawinnya
piring antik yang berdasarkan pada nilai uang kesepakatan kapal perahu Johnson, bila
ternyata ada kekurangan dalam penafsiran harga perahu Johnson, maka pihak pria wajib
melunasinya dan selama masa pelunasan pihak pria dilarang melakukan tindakan aniaya
walaupun sudah diperbolehkan tinggal dalam satu atap.
4) Kematian, bila kepala suku atau kepala adat yang meninggal, maka jasadnya disimpan
dalam bentuk mumi dan dipajang di depan joglo suku ini, tetapi bila masyarakat umum,
jasadnya dikuburkan. Proses ini dijalankan dengan iringan nyanyian berbahasa Asmat dan
pemotongan ruas jari tangan dari anggota keluarga yang ditinggalkan.

Adat istiadat suku Asmat mengakui dirinya sebagai anak dewa yang berasal dari dunia
mistik atau gaib yang lokasinya berada di mana mentari tenggelam setiap sore hari. Mereka
yakin bila nenek moyangnya pada jaman dulu melakukan pendaratan di bumi di daerah
pegunungan. Selain itu orang suku Asmat juga percaya bila di wilayahnya terdapat tiga macam
roh yang masing-masing mempunyai sifat baik, jahat dan yang jahat namun mati. Berdasarkan
mitologi masyarakat Asmat berdiam di Teluk Flamingo, dewa itu bernama Fumuripitis. Orang
Asmat yakin bahwa di lingkungan tempat tinggal manusia juga diam berbagai macam roh yang
mereka bagi dalam 3 golongan.

a. Yi – ow atau roh nenek moyang yang bersifat baik terutama bagi keturunannya.
b. Osbopan atau roh jahat dianggap penghuni beberapa jenis tertentu.
c. Dambin – Ow atau roh jahat yang mati konyol.

Kehidupan orang Asmat banyak diisi oleh upacara-upacara. Upacara besar menyangkut
seluruh komuniti desa yang selalu berkaitan dengan penghormatan roh nenek moyang seperti
berikut ini :

 Mbismbu (pembuat tiang)


 Yentpokmbu (pembuatan dan pengukuhan rumah yew)
 Tsyimbu (pembuatan dan pengukuhan perahu lesung)
 Yamasy pokumbu (upacara perisai)
 Mbipokumbu (Upacara Topeng)

Suku ini percaya bahwa sebelum memasuki surga, arwah orang yang sudah meninggal akan
mengganggu manusia. Gangguan bisa berupa penyakit, bencana, bahkan peperangan. Maka,
demi menyelamatkan manusia serta menebus arwah, mereka yang masih hidup membuat
patung dan menggelar pesta seperti pesta patung bis (Bioskokombi), pesta topeng, pesta
perahu, dan pesta ulat-ulat sagu.

Dalam suku Asmat juga mereka mengenal Roh-roh dan Kekuatan Magis, dijelaskan
sebagai berikut :

 Roh setan

Kehidupan orang-orang Asmat sangat terkait erat dengan alam sekitarnya. Mereka memiliki
kepercayaan bahawa alam ini didiami oleh roh-roh, jin-jin, makhluk-makhluk halus, yang
semuanya disebut dengan setan. Setan ini digolongkan ke dalam 2 kategori :

1. Setan yang membahayakan hidup. Setan yang membahayakan hidup ini dipercaya oleh
orang Asmat sebagai setan yang dapat mengancam nyawa dan jiwa seseorang. Seperti setan
perempuan hamil yang telah meninggal atau setan yang hidup di pohon beringin, roh yang
membawa penyakit dan bencana (Osbopan).

2. Setan yang tidak membahayakan hidup. Setan dalam kategori ini dianggap oleh masyarakat
Asmat sebagai setan yang tidak membahayakan nyawa dan jiwa seseorang, hanya saja suka
menakut-nakuti dan mengganggu saja. Selain itu orang Asmat juga mengenal roh yang sifatnya
baik terutama bagi keturunannya., yaitu berasal dari roh nenek moyang yang disebut sebagai
yi-ow

 Kekuatan magis dan Ilmu sihir

Orang Asmat juga percaya akan adanya kekuatan-kekuatan magis yang kebanyakan adalah
dalam bentuk tabu. Banyak hal -hal yang pantang dilakukan dalam menjalankan kegiatan
sehari-hari, seperti dalam hal pengumpulan bahan makanan seperti sagu, penangkapan ikan,
dan pemburuan binatang.

Kekuatan magis ini juga dapat digunakan untuk menemukan barang yang hilang, barang curian
atau pun menunjukkan si pencuri barang tersebut. Ada juga yang mempergunakan kekuatan
magis ini untuk menguasai alam dan mendatangkan angin, halilintar, hujan, dan topan.

BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan
b. Saran
c. referensi

Buku :

Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi (cetakan ke 8). Rineka Cipta : Jakarta

Internet :

http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Asmat

http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/02/suku-asmat-kebudayaan-sistem-kepercayaan-
bangsa-kekerabatan.html

http://ragamtugas.blogspot.com/2011/11/makalah-tentang-suku-asmat.html

http://tugassekolahtentang.blogspot.com/2011/11/kata-pengantar-syukur-
alhamdulillah_01.html

http://watipuspitasari.blogspot.com/2011/04/kebudayaan-suku-asmat.html

http://forum.jalan2.com/topic/4296-suku-asmat-dan-dani/

http://greenbirepapua.blogspot.com/2012/04/budaya-suku-asmat.html

Anda mungkin juga menyukai