Anda di halaman 1dari 17

DESKRIPSI SUKU DANI DI KABUPATEN JAYA WIJAYA

PROVINSI PAPUA

Disusun Oleh:
Nama : Rizal Gunawan
NIM : 2016 54 051
Program Studi : Agribisnis
DESKRIPSI SUKU DANI DI KABUPATEN JAYA WIJAYA
PROVINSI PAPUA

Oleh :

Rizal Gunawan

NIM : 2016 54 051

Program Studi : Agribisnis

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa, negara ini
sangat kaya dengan budaya, bahasa, serta suku, khususnya di tanah papua yang
memiliki banyak suku.

Salah satunya adalah suku Dani yang berasal dari lembah Baliem Kabupaten
Jaya Wijaya Provinsi Papua, Dalam makalah ini kita akan mengetahui sejarah,
kebudayaan, sistem ekonomi dan hal-hal lainnya mengenai suku Dani.

Suku Dani adalah sebuah suku yang mendiami satu wilayah di Lembah
Baliem yang dikenal sejak ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan
telah menggunakan alat/perkakas yang pada awal mula ditemukan diketahui
telah mengenal teknologi penggunaan kapak batu, pisau yang dibuat dari tulang
binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang
terkenal sangat kuat dan berat. Suku Dani masih banyak
mengenakan ''koteka'' (penutup kemaluan pria) yang terbuat dari kunden/labu
kuning dan para wanita menggunakan pakaian wah berasal dari rumput/serat
dan tinggal di “honai-honai” (gubuk yang beratapkan jerami/ilalang). Upacara-
upacara besar dan keagamaan, perang suku masih dilaksanakan (walaupun tidak
sebesar sebelumnya).

Sebagai warga negara yang baik tentunya kita harus mengetahui bermacam
kebudayaan yang kita miliki, karena dengan begitu kita bisa mengetahui bahwa
semboyan “Bhineka Tunggal Ika” harus kita jaga, walaupun Negara kita terdiri
dari beribu ribu bahasa, beribu-ribu budaya tapi kita harus menjunjung NKRI,
karena pada dasarnya kita di satukan karena perbedaan.
1.2. Perumusan Masalah
- Bagaimana lokasi atau lingkungan alam suku dani?
- Bagaimana Sejarah atau asal usul suku dani?
- Bahasa apa yang di gunakan oleh suku dani?
- Bagaimana Sistem Teknologi, Sistem Ekonomi, Sistem Organisasi
Sosial, Sistem Pengetahuan, dan sistem religi suku dani?.
- Kesenian apa saja yang dimiliki oleh suku Dani?.

1.3. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui lebih
jauh tentang kehidupan suku Dani.
II. DESKRIPSI
2.1. Nama Suku (Etnik)

Nama suku yang akan kita bahas adalah “SUKU DANI”.

2.2. Lokasi/Lingkungan Alam

Secara geografis Kabupaten Jayawijaya terletak antara 30.20 sampai 50.20′


Lintang Selatan serta 1370.19′ sampai 141 bujur timur. Batas-batas Daerah
Kabupaten Jayawijaya adalah sebagai berikut : sebelah utara dengan Kabupaten
Jayapura dan Kabupaten Yapen Waropen, barat dengan Kabupaten Paniai,
selatan dengan Kabupaten Merauke dan Timur dengan perbatasan negara Papua
Nugini.

Topografi Kabupaten Jayawijaya terdiri dari gunung-gunung yang tinggi dan


lembah-lembah yang luas. Di antara puncak-puncak gunung yang ada beberapa
diantaranya selalu tertutup salju, misalnya Puncak Trikora (4750 m), Puncak
Yamin (4595 m), dan Puncak Mandala(4760 m). Tanah pada umumnya terdiri
dari batu kapur/gamping dan granit terdapat di daerah pegunungan sedangkan di
sekeliling lembah merupakan percampuran antara endapan lumpur, tanah liat
dan lempung.

Suku Dani menempati daerah yang beriklim tropis basah karena dipengaruhi
oleh letak ketinggian dari permukaan laut, temperatur udara bervariasi antara
80-200 derajat Celcius, suhu rata-rata 17,50 derajat Celcius dengan hari hujan
152,42 hari pertahun, tingkat kelembaban diatas 80 %, angin berhembus
sepanjang tahun dengan kecepatan rata-rata tertinggi 14 knot dan terendah 2,5
knot.

2.3. Demografi

Kekerabatan suku Dani bersifat patrilineal. Garis keturunan dihitung dari


satu kelompok nenek moyang mulai dari ayah sampai enam atau tujuh generasi.
Perkawinan orang Dani bersifat poligini, di mana seorang laki-laki memiliki
beberapa orang istri. Keluarga batih ini tinggal di satu satuan tempat tinggal
yang disebut silimo. Satu silimo terdiri dari beberapa bangunan tempat tinggal
istri-istri dan satu tempat tinggal pria. Dalam satu silimo bisa terdapat beberapa
keluarga batih. Sebuah desa Dani terdiri dari tiga sampai empat silimo yang
dihuni delapan sampai sepuluh keluarga.
Masyarakat Baliem (Dani) senantiasa hidup berdampingan dan saling tolong
menolong. Kehidupan kemasyarakatan suku Dani memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:

* Masyarakat Dani memiliki kerja sama yang bersifat tetap dan selalu
bergotong royong dalam menyelesaikan setiap pekerjaan. Misalnya dalam
membuka kebun baru. Laki-laki mengolah tanah hingga siap ditanami dan
setelah itu kaum wanita menanam dan menyianginya.

* Setiap rencana pendirian rumah selalu didahului dengan musyawarah yang


biasanya dipimpin oleh seorang penatua adat/kepala suku. Musyawarah tersebut
berlangsung atas permintaan pemilik bangunan atau rumah yang akan dibangun.
Musyawarah biasanya dilakukan di rumah laki-laki (honai) atau kadang kala di
halaman depan rumah laki-laki dari klen pemilik rumah. Dalam musyawarah itu
dibicarakan lokasi atau tempat mendirikan bangunan, pembagian tugas dan
waktu pelaksanaannya.

Jumlah penduduk Suku Dani di Lembah Balim ± 60.000 orang. Sebagian besar
orang Dani berambut keriting, berkulit cokelat tua, dengan tinggi badan rata-
rata 1,60 m. Tetapi ada pula yang tingginya mencapai 1,70 m. Selain itu, ada
yang tingginya 1,53 m. Namun, ada juga orang Dani yang berambut ombak dan
berkulit terang, seperti sebagian orang yang ada di wilayah Kurulu.

2.4. Sejarah / Asal Usul

Suku Dani Papua pertama kali diketahui di Lembah Baliem diperkirakan


sekitar ratusan tahun yang lalu. Banyak eksplorasi di dataran tinggi pedalaman
Papua yang dilakukan. Salah satu diantaranya yang pertama adalah Ekspedisi
Lorentz pada tahun 1909-1910 (Belanda), tetapi mereka tidak beroperasi di
Lembah Baliem.

Kemudian penyidik asal Amerika Serikat yang bernama Richard Archold


anggota timnya adalah orang pertama yang mengadakan kontak dengan
penduduk asli yang belum pernah mengadakan kontak dengan negara lain
sebelumnya. Ini terjadi pada tahun 1935. kemudian juga telah diketahui bahwa
penduduk Suku Dani adalah para petani yang terampil dengan menggunakan
kapak batu, alat pengikis, pisau yang terbuat dari tulang binatang, bambu atau
tombak kayu dan tongkat galian. Pengaruh Eropa dibawa ke paramisionaris
yang membangun pusat Misi Protestan di Hetegima sekitar tahun 1955.
Kemudian setelah bangsa Belanda mendirikan kota Wamena maka agama
Katholik mulai berdatangan.Doa Bapa Kami.

Ada beberapa versi mitologi mengenai asal usul suku Dani. Asal usul itu
sebagai berikut:

Suku Dani berasal dari keturunan sepasang suami istri yang menghuni suatu
danau di sekitar kampung Maima di Lembah Baliem Selatan. Mereka
mempunyai anak bernama Wita dan Waya. Keturunan kedua orang ini membagi
masyarakat Dani dalam 2 moety/paruh masyarakat yaitu keturunan Wita dan
Waya. Oleh karena itu orang Dani dilarang menikah dengan kerabat satu moety.

Nenek moyang orang Dani keluar dari suatu tempat yaitu mata air “Seinma”
di sebelah selatan kota Wamena dan sebelah utara dari kecamatan Kurima.
Mereka keluar pada waktu itu dalam dua kelompok (moiety) yaitu Wita dan
Waya.

Manusia pertama yang hadir di dunia tinggal di gua Huwinmo (Maima) di


lembah Pugima, dianggap sebagai cikal bakal masyarakat Balim. Ia disebut
Nmatugi. Kedatangannya ke gua Huwinmo disertai oleh beberapa binatang
melata, beberapa jenis unggas, di antaranya ular dan burung. Menurut legenda,
pada suatu waktu terjadilah pertengkaran antara burung dan ular. Mereka
sepakat bahwa bila ular menang maka manusia tidak mati (abadi) dan hanya
akan berganti kulit seperti ular untuk memperpanjang kehidupannya.
Sebaliknya, jika burung yang menang maka manusia harus mengalami
kematian. Ternyata burunglah yang memenangkan pertengkaran itu, maka
manusia tidak abadi. Mereka yakin dan percaya akan kebenaran legenda asal
mula tersebut, tetapi mereka pun masih berharap akan mendapatkan kehidupan
yang abadi, tanpa penderitaan, penuh dengan kegembiraan, keadilan dan
kemuliaan. Mereka percaya bahwa sakit dan kematian dapat mereka hindari
apabila terjalin hubungan yang baik antara manusia dan nenek moyangnya.
2.5. Bahasa

Bahasa Dani terdiri dari 3 sub keluarga bahasa, yaitu:

- Sub keluarga Wano di Bokondini


- Sub keluarga Dani Pusat yang terdri atas logat Dani Barat dan logat
lembah Besar Dugawa.
- Sub keluarga Nggalik & ndash

Bahasa suku Dani termasuk keluarga bahasa Melansia dan bahasa Papua tengah
(secara umum).

Sementara itu berdasarkan fonemik dari logat/dialek bahasa Dani yang diteliti
oleh H.M Bromley maka logat/dialek itu dibagi lagi menjadi sembilan jenis,
yakni:

a. Logat Dani induk di daerah-daerah Lembah Balim Hulu.

b. Logat Dani bagian Barat di Lembah Ilaga, Sinak, Swart dan Hablifuri Hulu.

c. Logat Dani Wolo di sekitar sungai Wolo di lereng gunung Piramid.

d. Logat Dani Kimbim di sekitar sungai Kimbim dan Wosi.

e. Logat Dani Ibele sekitar sungai Bele.

f. Logat Dani Aikhe sekitar sungai Aikhe.

g. Logat Dani daerah Wamena dan sekitar sungai Uwe hingga kira-kira sungai
Mugi.

h. Logat Dani Jurang di daerah yang menyempit di lembah sungai Balim.

i. Logat Dani Hablifuri di daerah Hablifuri.

2.6. Sistem Teknologi

Teknologi asli masyarakat suku Dani sangat sederhana. Alat-alat utama


mereka terbuat dari batu yang gosok sampai halus, kayu dan sejenis bambu
yang disebut lokop. Alat-alat yang terbuat dari batu antara lain kapak, pahat
atau kapak tangan. Batu-batu dihaluskan sehingga berwarna hitam, kemudian
dibuat tajam pada satu sisinya. Mata kapak dari batu dibentuk segi tiga dan
diasah satu sisinya, kemudian diberi tangkai kayu. Tangkai dan mata kapak
disambung dengan tali rotan yang dililitkan melintang dan saling tindih
mengikat mata kapak pada tangkainya.

Masyarakat Balim mengenal bermacam-macam kapak, antara lain:

· Ewe Yake untuk membelah kayu,

· Yake keken untuk memotong,

· Yake Kewok (bentuknya seperti cangkul) untuk mengorek tanah.

Untuk keperluan berkebun selain yake kewok, mereka juga menggunakan


tongkat penggali (digging stick) untuk membalik-balikkan tanah agar menjadi
gembur. Lubang-lubang untuk memasukkan bibit dibuat dengan menggunakan
kayu yang diruncingkan.[13] Tongkat penggali (digging stick) orang Dani
panjangnya 1½-2 meter dan tajam pada kedua ujungnya. Tongkat ini digunakan
untuk mengerjakan tugas-tugas berat seperti membalik tanah. Tongkat untuk
perempuan panjangnya 2-3 meter dan digunakan untuk penyiangan, penanaman
dan pemanenan. Ada juga pisau bambu yang terdiri dari empat bagian bambu
muda kira-kira 6-8 inci panjang dan cukup tajam untuk menyembelih daging,
memotong rambut, dan lain sebagainya. Selain itu, ada juga pisau yang terbuat
dari tulang rusuk babi.

Orang Dani memiliki kantong berbentuk seperti jaring yang disebut


noken. Noken terbuat dari serat pohon melinjo (Ganemo). Perempuan Balim
pada umumnya mengenakan tiga lapis noken yang digantungkan dari dahi ke
punggung. Noken pertama yang paling bawah berisi hipere, noken kedua berisi
anak babi, dan noken yang ketiga berisi bayi sang ibu.

Dalam masyarakat Dani juga ditemukan semacam dayung yang


tampaknya digunakan sebagai sekop sederhana. Di Dani bagian Barat
digunakan semacam dayung (eleebe) untuk menggali dan mengeluarkan
hipere/hom yang ditimbun dalam abu panas. Selain itu, orang Dani juga
menggunakan kayu yang dibelah bagian ujungnya dan berfungsi untuk
memindahkan batu panas ke dalam lubang untuk memasak daging. Variasi yang
kecil dari kayu penjepit ini digunakan di rumah untuk mengambil ubi (hipere)
panas dari abu.
Orang Dani juga memiliki berbagai peralatan lain, yakni:

- molige yaitu sejenis kapak batu yang ujungnya diberi besi, digunakan untuk
menebang pohon;

- sege yaitu sejenis tugal, untuk melubangi tanah;

- korok yaitu parang untuk membersihkan ilalang;

- valuk yaitu sejenis sekop untuk mencangkul tanah;

- wim yaitu sebutan untuk busur;

- panah sege yaitu sebutan untuk berbagai benda yang ujungnya runcing.

Alat lain yang biasa dibawa oleh para lelaki Dani di dalam noken adalah
kotak peralatan untuk membuat api yang terdiri dari kayu kecil yang terbelah di
bagian tengahnya, batu, dan gulungan tumbuhan merambat kering untuk
menyulut api.

2.7. Sistem Ekonomi

Sistem ekonomi nenek moyang orang Dani tiba di Irian hasil dari suatu
proses perpindahan manusia yang sangat kuno dari daratan Asia ke kepulauan
Pasifik Barat Irian Jaya.

Kemungkinan pada waktu itu masyarakat mereka masih bersifat praagraris


yaitu baru mulai menanam tanaman dalam jumlah yang sangat terbatas. Inovasi
yang berkesinambungan dan kontak budaya menyebabkan pola penanaman
yang sangat sederhana tadi berkembang menjadi suatu sistem perkebunan
ubijalar, seperti sekarang.

Mata pencaharian pokok suku bangsa Dani adalah bercocok tanam dan
beternak babi. Umbi manis merupakan jenis tanaman yang diutamakan untuk
dibudidayakan, artinya mata pencaharian umumnya mereka adalah berkebun.
Tanaman-tanaman mereka yang lain adalah pisang, tebu, dan tembakau.

Kebun-kebun milik suku Dani ada tiga jenis, yaitu:

• Kebun-kebun di daerah rendah dan datar yang diusahakan secara menetap

• Kebun-kebun di lereng gunung

• Kebun-kebun yang berada di antara dua uma


Kebun-kebun tersebut biasanya dikuasai oleh sekelompok atau beberapa
kelompok kerabat. Batas-batas hak ulayat dari tiap-tiap kerabat ini adalah
sungai, gunung, atau jurang. Dalam mengerjakan kebun, masyarakat suku Dani
masih menggunakan peralatan sederhana seperti tongkat kayu berbentuk linggis
dan kapak batu.

Selain berkebun, mata pencaharian suku Dani adalah beternak babi. Babi
dipelihara dalam kandang yang bernama wamai (wam = babi; ai = rumah).
Kandang babi berupa bangunan berbentuk empat persegi panjang yang
bentuknya hampir sama dengan hunu. Bagian dalam kandang ini terdiri dari
petak-petak yang memiliki ketinggian sekitar 1,25 m dan ditutupi bilah-bilah
papan. Bagian atas kandang berfungsi sebagai tempat penyimpanan kayu bakar
dan alat-alat berkebun.

Bagi suku Dani, babi berguna untuk:

1. dimakan dagingnya

2. darahnya dipakai dalam upacara magis

3. tulang-tulang dan ekornya untuk hiasan

4. tulang rusuknya digunakan untuk pisau pengupas ubi

5. sebagai alat pertukaran/barter

6. menciptakan perdamaian bila ada perselisihan

Suku Dani melakukan kontak dagang dengan kelompok masyarakat


terdekat di sekitarnya. Barang-barang yang diperdagangkan adalah batu untuk
membuat kapak, dan hasil hutan seperti kayu, serat, kulit binatang, dan bulu
burung.

2.8. Sistem Organisasi Sosial

Organisasi kemasyarakatan pada suku Dani ditentukan berdasarkan


hubungan keluarga dan keturunan, dan berdasarkan kesatuan teritorial. Unit
terkecil dari ikatan sosial masyarakat lembah Baliem adalah keluarga luas, yang
biasanya terdiri dari tiga generasi dan bersifat patrilokal. Keluarga luas ini
tinggal dalam satu sili dengan jumlah anggota pada umumnya belasan atau
paling banyak sekitar dua puluhan. Di dalamnya biasa tinggal orang tua laki-
laki, beberapa anak perempuan dan laki-laki generasi kedua beserta isteri dan
anak-anak mereka. Kepala keluarga luas dipilih lewat musyawarah. Beberapa
keluarga luas tergabung dalam klen kecil. Klen kecil ini bisa diisi oleh beberapa
keluarga luas dari fam yang sama atau dari fam yang berbeda. Indikatornya
adalah kepala klen kecil ini menguasai satu wilayah tanah tertentu dan biasanya
tinggal dalam kesatuan pemukiman seperti kampung, yang dalam bahasa
setempat disebut yukmo. Sebuah klen kecil merupakan kelompok kerja dalam
bertani, khususnya pada pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan gotong-
royong, seperti membersihkan lahan dan membuat pagar.

Lebih tinggi dari itu, ada klen besar yang merupakan gabungan dari klen-
klen kecil dalam aliansi teritorial yang jelas. Fungsi utama dari organisasi sosial
ini adalah sebagai aliansi untuk keperluan perang, kesatuan adat, terutama
upacara-upacara adat yang besar seperti pesta babi. Setiap klen besar selalu
memiliki honai adat.

Suku Dani dipimpin oleh seorang kepala suku besar yang disebut Ap Kain
yang memimpin desa adat Watlangka. Selain itu, ada juga 3 kepala suku yang
posisinya berada di bawah Ap Kain dan memegang bidangnya sendiri-sendiri.
Suku-suku itu adalah:

- Ap Menteg yaitu kepala suku perang yang memimpin desa adat Silimo
Mabel. Di Silimo inilah disimpan benda-benda perang dan perdamaian.
- Ap Horeg yaitu kepala suku kesuburan yang memimpin desa adat Silimo
Logo. Di Silimo inilah disimpan benda-benda kesuburan.
- Ap Ubalik yaitu kepala suku adat atau penyembuhan yang memimpin
desa adat Silimo Dabi. Di silimo inilah disimpan benda-benda adat.

2.9. Sistem Pengetahuan

Suku Dani merupakan salah satu suku yang mempunyai peradaban yang
sangat tinggi. Hal itu bisa dilihat dari pengetahuan mereka untuk menciptakan
sesuatu yang berguna dan membantu mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan mereka itu dapat dilihat dari kenyataan hidup seperti berikut ini.

a. Pembuatan pakaian tradisional (koteka, sali dan yokul)

Orang Dani tahu bahwa ada bagian tertentu dari tubuh yang harus ditutup,
yakni bagian kemaluan. Koteka adalah pakaian untuk menutup kemaluan laki-
laki sedangkan yokal untuk perempuan yang sudah menikah dan sali untuk
gadis. Koteka (holim/horim) terbuat dari kulit labu air. Isi dan biji labu tua itu
dikeluarkan dan kulitnya dijemur. Ukurannya biasanya berkaitan dengan
aktivitas pengguna pada saat bekerja atau upacara adat. Koteka yang pendek
umumnya dipakai pada saat kerja sedangkan koteka yang panjang digunakan
pada saat upacara adat.

b. Pembuatan silimo (kampung)

Orang-orang suku Dani sudah mengetahui bagaimana cara membuat


rumah sebagai tempat hunian yang baik dan aman. Hal ini dapat terlihat dari
keahlian mereka dalam membuat silimo. Dengan demikian maka kita dapat
menyimpulkan bahwa suku Dani tidak mengalami kehidupan nomaden.

c. Pembuatan kebun

Hampir seluruh lembah dan lereng-lereng gunung digarap secara intensif


dan efektif. Kebun-kebun dikelilingi oleh suatu jaringan drainase. Lereng-lereng
gunung pun digarap dan dilengkapi dengan teras-teras. Tanamannya tumbuh
subur di mana-mana. Hal yang amat mengherankan di lembah besar itu sejak
dulu ialah ketelitian dalam membuat parit-parit dan kampung yang jarang
dimiliki oleh orang-orang dari suku lain.

Orang Baliem umumnya dan suku Dani khususnya memiliki pengetahuan akan
keutamaan-keutamaan hidup yang bernilai tinggi. Keutamaan-keutamaan itu
ialah:

1) Relasi dengan sesama, dengan leluhur dan dengan alam sekitarnya. Relasi ini
merupakan hal yang amat penting.
2) Membagi dengan orang lain apa yang dimiliki. Orang Balim suka memberi
rokok, makanan dan sebagainya kepada siapa saja yang hidup bersama dengan
mereka.

3) Kebersamaan: Orang Balim hidup bersama dalam kampung, rumah laki-laki


(honai) atau rumah keluarga (ebeai) tanpa dinding pemisah dan ruangan pribadi.
Mereka tidak memiliki banyak privacy namun sekaligus otonom dan bebas.
Mereka biasa kerja bersama, masak bersama dan makan bersama. Justeru di
sinilah letak kekuatan mereka yaitu kebersamaan.

4) Kesuburan manusia, hewan, tanah dan sebagainya merupakan hal yang amat
diharapkan oleh orang Balim. Mereka akan berusaha memperoleh kesuburan itu
dengan mentaati peraturan hidup yang diwariskan oleh para leluhur. Lemak
babi merupakan lambang kesuburan mereka.

5) Bekerja termasuk nilai yang baik bagi orang Balim. Mereka menyadari
bahwa segala kebutuhan tersedia di dalam tanah. Mereka harus bekerja keras
untuk mengolah tanah itu. Dengan demikian maka orang Balim sejati
sebenarnya tidak boleh mengemis. Mereka bangga kalau bisa mengurus dirinya
secara mandiri.

Sedangkan Sebagaimana suku – suku pedalaman Papua, seperti halnya


suku Dani, umumnya tingkat pendidikan (formal) rendah dan kesadaran untuk
menimba ilmunya juga masih kurang. Namun, sejak masa reformasi beberapa
belas tahun silam suku Dani sudah banyak yang menuntut ilmu ke luar
daerahnya. Salah satunya adalah Meri Tabuni. Sebagian mereka belum bisa
membaca.

2.10. Kesenian

Kesenian masyarakat suku Dani dapat dilihat dari:

a. Cara membangun tempat kediaman mereka yaitu silimo yang terdiri dari
beberapa bangunan:
- Honai, merupakan sebutan untuk rumah pada umumnya. Honai berasal
dari kata hun yang berarti pria dewasa dan ai yang berarti rumah. Jadi
secara harafiah, honai berarti rumah untuk pria dewasa. Honai berbentuk
bulat, atapnya seperti kubah dari daun ilalang. Garis tengahnya bisa
mencapai 5 sampai 7 meter.
- Ebeai yaitu rumah wanita. Ebe artinya tubuh atau pusat dan ai artinya
rumah. Jadi secara harafiah ebeai artinya rumah tubuh atau rumah induk.
Ebeai sama persis dengan honai, hanya garis tengahnya lebih pendek.
- Wamai artinya kandang babi. Wam artinya babi dan ai artinya rumah.
Jadi secara harafiah wamai artinya rumah babi atau kandang babi. Wamai
berbentuk persegi panjang dan disekat sebanyak jumlah ebeai. Wamai
juga terletak dalam lingkungan silimo. Silimo sendiri berbentuk oval dan
dipagari oleh pagar kayu.

b. Kerajinan tangan berupa anyaman kantong jaring penutup kepala,


pengikat kepala dan pengikat kapak.

c. Seni tari Balim, terdiri dari:

- Hunike, salah satu tarian yang dimainkan oleh satu orang atau beberapa orang
secara bersama, berjejer dan terpisah dari kelompok pengiring lagu. Tarian ini
paling sering dilakukan pada saat upacara perayaan kemenangan perang.

- Hologotiik, salah satu gerak tari yang diperankan dalam posisi berdiri atau
melompat di tempat.

- Dipik/Walin, merupakan tarian rakyat yang dimainkan dengan cara membuat


lingkaran dengan sebuah regu atau kelompok penyanyi berada di tengah. Tarian
ini dilakukan pada saat pesta pernikahan, inisiasi, dan upacara lain yang
dilaksanakan bersamaan dengan pembunuhan babi.

- Hulung, adalah tarian rakyat yang dimainkan secara beramai-ramai ke sana ke


mari dalam jarak yang dekat sambil bernyanyi bersama. Tarian ini dilaksanakan
pada saat upacara inisiasi bagi anak laki-laki, upacara pernikahan dan upacara
mawe (pesta babi).

- Tem/Sekan, merupakan tarian pergaulan yang dilaksanakan oleh muda mudi


di dalam honai dan dapur. Tari ini dimainkan dengan cara duduk berjejer saling
berhadapan muka antara putera dan puteri sambil menyanyikan lagu-lagu
rakyat.

- Hisilum, merupakan tarian pergaulan muda-mudi untuk mendapatkan jodoh.


Gerakan tari ini menggunakan bahasa isyarat sambil menyanyi di tiap
kelompok, baik kelompok pria maupun wanita dengan melambai-lambaikan
tangan.
d. Masyarakat Dani memiliki tiga macam lagu tradisional (etai), yaitu:

- Etai Ewe Etai, merupakan jenis lagu-lagu utama yang dinyanyikan baik pada
acara-acara resmi maupun pada acara-acara tidak resmi. Lagu yang dinyanyikan
dalam acara-acara resmi, misalnya: lagu kemenangan dalam perang (ap
wataresik), lagu pada saat inisiasi (ap wayama), lagu saat pesta perkawinan
(heugumo/heyokalma), lagu pada saat pesta mawe (wam eweakowa), dan lagu
pada saat haid pertama bagi anak gadis Balim (he hotarlimo). Lagu yang tidak
resmi biasa dinyanyikan spontan pada saat membuat honai dan membuka kebun
baru.

· Etai Wene Pugut, merupakan salah satu bentuk lagu tradisional Balim yang
dinyanyikan dengan saling berbalasan pantun/syair. Isinya adalah ungkapan
perasaan emosional, kritikan-kritikan dalam kehidupan sehari-hari, pesan-pesan
tertentu dan sebagainya. Etai wene pugut dinyanyikan pada saat pesta
pernikahan (he yokal), pada saat pengusiran roh orang mati dari tubuh
seseorang (hat waganegma), saat atraksi tukar gelang (sekan/tem kotilogolik),
saat bersantai (heselum hagatilogolik).

· Etai Lee Wuni atau Dee Wuni. Lee berarti ratapan/tangisan dan Wuni berarti
lagu, jadi lee wuni adalah lagu ratapan yang isinya mengandung syair-syair
tentang peristiwa-peristiwa tertentu.

· Wesa Etai, yakni lagu yang berisikan doa-doa baik kepada leluhur maupun
Tuhan.

e. Jenis musik tradisional Jayawijaya dapat dibedakan atas beberapa jenis


musik, yaitu:

· Musik Pikon, yaitu sejenis musik yang dihasilkan oleh alat musik tiup
sekaligus bertali yang kalau ditiup sambil menarik tali tersebut akan
menghasilkan tiga nada dasar yaitu Do, Mi, dan Sol.

· Musik Witawo, yaitu sejenis musik yang dihasilkan dari Lokop (sejenis bambu
muda yang beruas-ruas), dimainkan dengan cara ditiup. Tinggi rendahnya bunyi
sangat ditentukan oleh ukuran dari lokop; yang panjang menghasilkan bunyi
yang rendah sedangkan yang pendek menghasilkan bunyi yang tinggi.

· Musik Aneletang, yaitu musik yang dihasilkan dengan cara dipukul untuk
menarik perhatian orang dalam tarian. Jenis musik ini dapat dihasilkan dari
sejumlah anak panah yang disatukan lalu dipukul (sike tok), sejumlah pion yang
dipotong-potong dan diikat lalu dipukul (pion tok), dan batu-batu yang dipukul
(helekit).

· Musik Ane Tutum, yaitu jenis musik yang dihasilkan dari kulit yang ditabuh
seperti gendang, yakni tifa. Tifa terbuat dari jenis pohon weki dan kepi.[35]

2.11. Sistem Religi

Dasar religi masyarakat Dani adalah menghormati roh nenek moyang dan
juga diselenggarakannya upacara yang dipusatkan pada pesta babi. Konsep
kepercayaan/keagamaan yang terpenting adalah Atou, yaitu kekuatan sakti para
nenek moyang yang diturunkan secara patrilineal (diturunkan kepada anak laki-
laki). Kekuasaan sakti ini antara lain :

- kekuatan menjaga kebun


- kekuatan menyembuhkan penyakit dan menolak bala
- kekuatan menyuburkan tanah Untuk menghormati nenek moyangnya,
suku Dani membuat lambang nenek moyang yang disebut Kaneka. Selain
itu juga adanya Kaneka Hagasir yaitu upacara keagamaan untuk
menyejahterakan keluarga masyarakat serta untuk mengawali dan
mengakhiri perang.

Mayoritas masyarakat suku Dani sampai saat ini memeluk agama Kristen.
Namun, ada sebagian kecil masyarakat yang bergama Islam. Interaksi suku
Dani dengan agama Islam sudah dimulai sejak peristiwa integrasi dengan
Republik Indonesia sekitar tahun 1960-an. Agama Islam dibawa oleh para
transmigran dan guru-guru dari daerah Jawa dan berpusat di daerah Megapura.

III. PENUTUP

Setiap suku di suatu daerah pasti memiliki ciri khas kebudayaannya masing-
masing. Ciri ini membedakan satu suku dengan suku yang lainnya. Hal yang
sama juga terlihat pada suku Dani. Dari hasil pembahasan di atas, penulis
menyimpulkan bahwa suku Dani memiliki kekayaan etnografi yang bernilai
tinggi. Semuanya nampak jelas dalam berbagai segi kehidupan masyarakatnya,
misalnya dalam bidang pertanian. Sejak dulu masyarakat Dani sudah mengenal
cara berkebun yang sangat maju. Hal ini terbukti lewat cara pembuatan bedeng-
bedeng yang dilengkapi dengan parit-parit di pinggirnya untuk mempermudah
irigasi. Hal lain juga bisa terlihat dari cara mereka membuat rumah yang diatur
sedemikian rupa sehingga membentuk kompleks pemukiman yang rapi.
Ketika berhadapan dengan arus modernisasi, suku Dani tetap berusaha
mempertahankan ciri khas budayanya, meskipun terjadi banyak perubahan
dalam seluruh aspek kehidupan. Perubahan yang dimaksud menyebabkan
terjadinya asimilasi, inkulturasi dan konfrontasi dengan budaya setempat. Jika
dilihat secara sepintas maka kehidupan suku Dani yang sekarang sudah mulai
berbeda dari kehidupan beberapa generasi suku Dani terdahulu. Meskipun
demikian, ada tradisi-tradisi tertentu yang masih dilaksanakan dan
dipertahankan keasliannya.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dani

http://irnawijayanti.wordpress.com/kebudayaan/

http://budayanusantara.blogsome.com/2010/09/29/mengenal-lebih-dekat-suku-dani/

http://www.anneahira.com/budaya-suku-dani.htm

http://alanmn.wordpress.com/2011/05/10/dari-lembah-baliem-mengenal-lebih-dekat-suku-dani/

http://palingindonesia.com/mengenal-suku-dani-di-tanah-papua/

http://www.indonesiabox.com/s/sejarah-suku-dani/page/3/

http://www.facebook.com/note.php?note_id=415931708956

http://travel.detik.com/read/2012/02/10/104327/1839108/1025/honai-rumah-unik-dari-lembah-
baliem

http://randyefferputra.blogspot.co.id/2012/09/satu-lagi-tulisan-mengenai-salah-
satu.html

Anda mungkin juga menyukai