SEJARAH INDONESIA
NEGRITO DAN WENDDID
DI SUSUN OLEH :
NAMA : MOH. ICHSAN FIRMANSYAH BABAY
KELAS : X IPS 2
SMA NEGERI 1
ASERA
KATA PENGANTAR
i
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas
kehendak-Nyalah saya masih dapat berkereasi untuk menghasilkan sebuah
karya berupa sebua makalah Negrito dan Weddid
Makalah ini di susun sebagai salah satu Tugas Bidang Study Sejarah
Indonesia Selain itu juga sebagai sarana untuk mengembangkan daya kreasi,
ekspresi, dan apresiasi terhadap sejarah bangsa indonesia.
ii
BAB I : PENDAHULUAN
C. TUJUAN.............................................................................................................................. 4
BAB II : PEMBAHASAN
A. SIMPULAN…………………………………………………………………………………………………………………… 13
B. SARAN…………………………………………………………………………………………….………………………….. 14
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
3
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
4
1. Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia
5
Vietnam. Sebagian menetap di wilayah ini, sebagian lagi melanjutkan
perjalanan berlayar untuk mencari tempat tinggal yang baru. Dengan
menggunakan perahu bercadik mereka secara bergelombang berlayar
akhirnya sampai ke Kepulauan Nusantara. Tersebarlah orang-orang dari
Yunnan itu ke nusantara. Mereka kemudian menetap dan mengembangkan
kebudayaan di Indonesia.
b. Gelombang Kedua
Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia gelombang kedua
diperkirakan terjadi sekitar tahun 500 SM. Pada waktu itu, orang-orang
Austronesia bergerak dari Tonkin, terus melewati Malaka (Malaysia) Barat.
Mereka menyebar ke Sumatra, Jawa, Madura, Bali, Kalimantan Barat,
6
Kalimantan Selatan, dan sekitarnya. Dengan demikian, dapat ditegaskan
bahwa kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia gelombang kedua ini
hanya satu kelompok besar, yaitu orang-orang Austronesia. Mereka
menyebar ke Indonesia melalui Indonesia bagian barat.
Nenek moyang bangsa Indonesia dibagi ke dalam 3 sub ras atau spesies.
Satu di antaranya adalah RAS MONGOLOID yang menurut sejumlah ahli
memiliki cabang-cabang ras yang salah satunya adalah RAS MELAYU.
Ras Melayu ini kembali dibagi ke dalam dua kelompok besar berdasarkan
pada tahun kedatangannya di wilayah nusantara, yakni:
Kelompok kedua adalah bahasa Batak, Melayu standar, Jawa dan Bali.
Kelompok ini memiliki hubungan dengan bahasa Malagi di Madagaskar dan
Tagalog di Luzon. Persebaran geografis kedua bahasa itu menunjukkan
bahwa penggunanya adalah pelaut-pelaut pada masa dahulu yang sudah
mempunyai peradaban lebih maju.
Moh Ali mengatakan bahwa leluhur orang Indonesia berasal dari hulu-hulu
sungai besar yang terletak di daratan Asia dan mereka berdatangan
8
secara bergelombang. Gelombang pertama berlangsung dari 3000 hingga
1500 SM (Proto Melayu) dan gelombang kedua terjadi pada 1500 hingga
500 SM (Deutero Melayu).
Untuk gelombang pertama dan kedua ini dapat dibedakan melalui bentuk
perahu yang digunakan. Ciri-ciri gelombang pertama adalah kebudayaan
Neolitikum dengan jenis perahu bercadik satu, sedangkan gelombang
kedua menggunakan perahu bercadik dua
2. Prof. Mohammad Yamin
Prof. Mohammad Yamin mengatakan bahwa orang Indonesia adalah asli
berasal dari wilayah Indonesia sendiri. Moh Yamin meyakini bahwa ada
sebagian bangsa atau suku di luar negeri yang berasal dari Indonesia.
2 Willem Smith
Menurut pandangan Willem Smith, asal-usul bangsa Indonesia melalui
penggunaan bahasa oleh orang-orang Indonesia. Willem Smith
mengkategorikan bangsa-bangsa di Asia atas dasar bahasa yang dipakai
yakni bangsa yang berbahasa Togon, bangsa yang berbahasa Jerman dan
bangsa yang berbahasa Austria.
Mereka adalah Homo Sapiens yang dalam buku literatur disebut sebagai
manusia modern awal. Ketika berangkat dari tanah asalnya yaitu Afrika,
mereka tidak memiliki tujuan. Teori ini menurut para ahli disebut teori Pout of
9
Africa. Dalam pemikiran mereka yang ada hanyalah bagaimana mereka dapat
menemukan ladang kehidupan baru yang lebih menjanjikan.
Dalam mempelajari ilmu sejarah, konsep utama dari ilmu tersebut adalah
manusia yang dijelaskan pada buku Manusia dan Sejarah : Sebuah Tinjauan
Filosofis oleh Yulia Siska.
a. Kehidupan agraris
Nenek moyang bangsa Indonesia hidup dengan bertani. Hal ini
dibuktikan dengan ditemukannya alat khusus pertanian yang berupa
beliung persegi dan kapak lonjong. Kehidupan agraris ini hingga saat ini
masih kita temukan di beberapa wilayah terutama pedesaan.
b. Kehidupan bahari
Nenek moyang bangsa Indonesia telah mampu mengarungi laut. Mereka
juga memiliki pengetahuan tentang laut, angin, musim, dan astronomi.
Mereka juga membuat perahu bercadik, sehingga mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya dari laut.
c. Kehidupan sosial
Nenek moyang bangsa Indonesia telah hidup dalam masyarakat yang
teratur dalam kesehariannya hidup secara gotong royong. Dengan
gotong royong, pembangunan yang ada di daerah semakin cepat,
misalnya saja ada pembagunan jembatan di suatu desa yang
diselesaikan dengan waktu yang relatif singkat karena para warganya
saling bergotong royong.
10
d. Kehidupan seni budaya
Nenek moyang bangsa Indonesia telah mengenal barang-barang
perhiasan dari batu, perunggu, manik-manik, dan kaca. Tidak hanya itu,
mereka juga pandai melukis, menari, dan lain-lain, sehingga dikenal
dengan kehidupan seni budayanya.
e. Kehidupan religius
Nenek moyang bangsa Indonesia telah mengenal bentuk-bentuk
kepercayaan seperti: pemujaan terhadap roh nenek moyang, animisme
(kepercayaan bahwa suatu benda memiliki roh atau jiwa), dinamisme
(kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib), dan monoteisme
(kepercayaan bahwa di luar dirinya ada satu kekuatan yang melebihi dirinya
yaitu kekuatan dari Tuhan Yang Maha Esa).
Dari penjelasan yang sudah dijelaskan di atas dapat dikatakan bahwa asal-usul
persebaran nenek moyang di Indonesia hampir didominasi oleh ras Melayu.
Selain itu, persebarannya umumnya terjadi melalui jaur laut atau para nenek
moyang melakukannya dengan berlayar.
11
[sc_fs_faq html=”true” headline=”h4″ img=”” question=”Bagaimana proses
terjadinya Deutro Melayu dan Proto Melayu?” img_alt=”” css_class=””] Proto
Melayu Dari Cina bagian selatan (Yunan) mereka bermigrasi ke Indocina dan
Siam kemudian ke kepulauan Indonesia. Mereka pada awalnya menempati
pantai-pantai Sumatra Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat. Deutero
Melayu Perpindahan mereka ke kepulauan Indonesia dapat dilihat dari rute
persebaran alat-alat yang mereka tinggalkan di beberapa kepulauan di
Indonesia seperti kapak persegi panjang. Peradaban ini dapat dijumpai di
Sumatra, Kalimantan, Malaka, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur.
[/sc_fs_faq]
Negrito
Ras Negroid (berkulit hitan) adalah ras manusia yang terutama mendiami
benua Afrika di sebelah selatan gurun sahara. Ras ini datang ini dari Afrika.
Di Indonesia ras ini sebagian besar mendiami daerah Papua. Keturunan ras
ini terdapat di Riau (pedalaman) yaitu suku Siak (Sakai), serta suku Papua
melanesoid mendiami Pulau Papua dan Pulau Melanesia.
Weddoid
Ras Wedoid adalah ras manusia yang ukuran tubuhnya lebih pendek
mendekati kerdil. Ciri ras ini adalah berkulit hitam, bertubuh sedang, dan
berambut keriting. Ras ini datang dari India bagian selatan. Keturunan ras ini
mendiami kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara Timur (Kupang).
Persebaran lainnya adalah orang Sakai di Siak, orang kubu di Jambi, orang
Enggaro, Mentawai, Toala Tokea, Tomuna di Kepulauan Muna.
Di samping Weddoid dan Negrito, ada lagi ras Melanesoid. Ras Melanosoid
adalah kelompok orang orang yunan yang bermigrasi ke nusantara sebagai
gelombang pertama. Ras Melanosoid ini dikenal juga dengan Istilah bangsa
Malenesia atau Papua Melanosoid yang merupakan bagian dari ras negroid.
Berikut ini ciri-ciri kelompok orang Negrito. Berbadan kecil Berkulit hitam
Berambut keriting Berhidung lebar
Berbadan kecil
Berkulit hitam
Berambut keriting
Berhidung lebar
Berdasarkan kesamaan fisik mereka, Negrito pernah dianggap sebagai
populasi tunggal dari orang-orang yang berkerabat dekat. Namun, studi
genetik menunjukkan bahwa mereka terdiri dari beberapa kelompok yang
terpisah. Sebagian besar orang-orang Negrito hidup dengan cara berburu
dan mengumpulkan makanan. Sementara sebagian kecil lainnya telah
mengenal teknik pertanian sederhana.
13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
14
15