Anda di halaman 1dari 2

Bahasa Suku Ambon

Bahasa Ambon sendiri merupakan perkembangan dari bahasa asli yang dipengaruhi oleh
bahasa Melayu. Ada juga yang menyebut bahasa Ambon sebagai bahasa Melayu Ambon
atau Nusalaut. Pemakai bahasa ini sekarang berjumlah sekitar 100.000 jiwa, belum
termasuk yang berada di Negeri Belanda. Melihat daerah pemakaiannya bahasa Ambon
dibagi ke dalam dialek-dialek : Nusalaut, Saparua, Haruku, Hila, Asilulu, Hatu, Wakasihu,
dan lain-lain. Sekarang bahasa Ambon menjadi bahasa pengantar bagi masyarakat yang
berbeda-beda suku bangsa di daerah Provinsi Maluku.
Mata Pencaharian Utama Suku Ambon
Pada dasarnya mata pencaharian utama orang Ambon adalah bercocok tanam di ladang
dengan tanaman pokok padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, sayur-sayuran, kacang-kacangan,
kelapa, kopi, cengkeh, tembakau dan buah-buahan. Sementara itu sagu masih dianggap
sebagai makanan pokok. Bahan makanan itu dulu mudah didapat di hutan-hutan, karena
tumbuh secara liar. Sekarang tanaman sagu sudah dibudidayakan dengan jalan
menanamnya secara teratur seperti menanam pohon kelapa. Selain bertani masyarakat ini
suka pula menangkap ikan di perairan sekitar pulau-pulau mereka yang memang kaya
dengan hasil laut. Dalam hal pendidikan formal orang Ambon sudah sejak zaman Belanda
banyak bersekolah dan memilih pekerjaan sebagai pegawai negeri dan tentara.
Kekerabatan Dan Kekeluargaan Dalam Suku Ambon
Orang Ambon menghitung hubungan kekerabatan melalui garis keturunan pihak ayah
(patrilineal), dan pola menetap setelah kawin adalah di lingkungan pihak ayah (patrilokal).
Kesatuan kekerabatan yang terpenting adalah matarumah (keluarga batih) yaitu sebuah
kesatuan keluarga yang terdiri dari satu keluarga inti senior dan keluarga-keluarga inti
junior
dari
garis
keturunan
laki-laki.
Pada tingkat yang lebih luas lagi mereka mengenal bentuk kesatuan kekerabatan berupa
keluarga luas terbatas yang disebut soa. Pada masa sekarang istilah soa ini sering mereka
kacaukan dengan istilah fam (family, dari bahasa Belanda). Masyarakat Ambon menyebut
desa-desa mereka negeri. Kesatuan hidup setempat ini dipimpin oleh seorang kepala
Negeri yang lebih sering digelari bapa raja, kebetulan kedudukan ini memang dimiliki
secara turun-temurun oleh matarumah dari soa yang paling senior dalam desa tersebut.
Dalam kedudukannya seorang Bapa Raja dibantu oleh suatu lembaga adat yang disebut
saniri negeri. Lembaga ini ada beberapa macam. Pertama Saniri raja putih yang terdiri atas
raja dan para kepala soa saja. Kedua, saniri negeri lengkap yang terdiri atas raja dan para
kepala soa dan para kepala adat. Ketiga, saniri negeri besar yang terdiri atas raja, para
kepala soa, kepala adat dan kepala matarumah atau warga masyrakat yang sudah dewasa.
Bapa Raja mempunyai tangan kanan yang disebut marinyo (pesuruh). Pada zaman dulu
antara satu negeri dengan negeri lain ada yang tergabung ke dalam ikatan adat yang
disebut pela, dimana mereka tidak boleh saling menyerang, malahan harus membantu jika

salah satu diserang musuh. Masa sekarang ikatan adat pela ini diwujudkan dalam bentuk
kerja sama sosial antar desa.
Agama Dan Kepercayaan Suku Ambon
Sekarang orang Ambon sudah memeluk agama Islam atau Kristen. Jumlah pemeluk agama
Islam sedikit lebih banyak, dan mereka umumnya lebih terampil dalam bidang perdagangan
dan ekonomi umumnya. Sedangkan orang Ambon pemeluk agama Kristen lebih banyak
memilih pekerjaan sebagai pegawai negeri, guru, dan tentara. Namun kehidupannya
sehari-hari mereka masih menjalankan kegiatan adat tertentu dari kebudayaan lama, dan
menjadi salah satu identitas kesukubangsaan yang menonjol, seperti mengadakan upacara
Nae Baileu atau upacara Cuci Negeri yang merupakan warisan kepercayaan nenek
moyang mereka. Dalam menangani masalah kematian dan pelaksanaan upacaranya
mereka
selesaikan
lewat
kesatuan
sosial
adat
yang
disebut
mubabet.
Nae Baileu adalah sebuah upacara yang bersifat "cuci negeri" yang ditemukan pada
msayarakat adat di negeri-negeri Ambon umumnya. Upacara ini berpusat di sebuah balai
adat yang mereka sebut baileu. Pada zaman dulu balai adat ini digunakan untuk tempat
musyawarah adat dan pelaksanaan upacara religi. Tujuan utama upacara Nae Baileu selain
untuk menjauhkan unsur-unsur buruk dari negeri, meminta berkat dan perlindungan kepada
roh kakek moyang, juga untuk memperkuat kembali ikatan sosial yang damai antara semua
soa yang ada dalam negeri itu.

Anda mungkin juga menyukai