Anda di halaman 1dari 8

ETNOGRAFI PAPUA

NAMA : JAMILA RUMAKABIS


NIM : 202102105
PRODI : MATEMATIKA
DOSEN PENGAMPUH MATA KULIAH : ETNOGRAFI PAPUA
DENSI MINA YUNITA WABDARON.Mpd.

SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


HERMON TIMIKA
TAHUN 2022
1. POLA - POLA PERKAMPUNGAN MASING - MASING SUKU

SUKU AMBON

 Rumah baileo, rumah adat suku Ambon dan orang Maluku yang berperan sebagai
balai negeri di negeri-negeri Ambon.
 Daftar fam Ambon, daftar fam yang digunakan di belakang nama pemberian oleh
masyarakat suku Ambon.
 Daftar fam Ambon yang berasal dari luar Maluku Tengah , daftar fam Ambon yang
berasal dari luar Maluku Tengah beserta asalnya.
 Maluku Tengah, kawasan di tengah Kepulauan Maluku yang berada dalam pengaruh
kuat suku Ambon.
 Orang Maluku, istilah yang digunakan untuk merujuk pada suku-suku yang berasal
dari Kepulauan Maluku.

2. SISTEM KEKERABATAN ATAU SOSIAL

Kekerabatan
Suku Ambon menentukan kekerabatannya berdasarkan garis keturunan ayah dan menetap di
lingkungan pihak ayah setelah menikah. Satuan kekerabatan paling kecil adalah tate
moyang yang berisikan orang-orang yang memiliki satu moyang, lalu famili (kerabat) yang
berisikan keluarga inti dengan sanak saudaranya, baik dari pihak ayah maupun ibu. Satuan
famili saling memiliki tanggung jawab untuk membantu saat ada masalah dan upacara mengenai
hal-hal penting dalam kehidupan: kelahiran, perkawinan, dan kematian.
Selain itu, dikenal pula matarumah yang berisikan keluarga inti dan keluarga luas terbatas dari
garis keturunan laki-laki. Tiap matarumah memiliki dati (tanah keluarga) yang digarap dan
dipanen oleh para anak dati, yakni laki-laki di matarumah tersebut dan perempuan yang belum
kawin. Ketika kawin, perempuan kehilangan haknya karena dianggap telah mendapatkan hak
atas tanah dati suaminya. Kehilangan hak atas tanah dati pun dapat terjadi ketika seseorang
pindah ke tempat selain negerinya, tetapi hak dapat diperoleh ketika orang tersebut memutuskan
untuk menetap kembali di negeri tersebut. Terdapat pula soa (klan) yang merupakan keluarga
besar yang dikepalai oleh seorang orang tua (tetua). Tiap soa ditandai dengan satu atau beberapa
fam (marga) sehingga kedua istilah soa dan fam sering kali digunakan bergantian.

SOSIIAL
Masyarakat suku Ambon yang masih berada di lingkup budaya Ambon tinggal di negeri (negeri) yang
terdiri dari beberapa soa (klan). Negeri dipimpin oleh seorang raja (kepala negeri) yang berasal dari
salah satu matarumah dari soa paling tinggi kedudukannya di negeri tersebut. Layaknya raja pada
umumnya, gelar raja tersebut diturunkan kepada orang sematarumah raja itu sendiri, walau kini raja
dari beberapa negeri dipilih langsung oleh rakyat negerinya. Dalam memerintah negeri, raja
didampingi oleh saniri (badan permusyawaratan) yang berisikan seluruh kepala soa di negeri tersebut
atau perwakilan dewasanya dan dalam beberapa negeri ditambah para kepala adat.
3. SISTEM MATA PENCAHARIAN

Salah satu dari dua mata pencaharian adati suku Ambon adalah tukang kebun. Suku Ambon
menanam berbagai macam sayuran, rempah, dan buah-buahan di ladangnya, di
antaranya kasbi (ketela) yang dahulu dibawa oleh Portugis untuk memperbaiki gizi masyarakat
setempat. Sagu yang merupakan makanan pokok pun dibudidayakan oleh para tukang kebun,
meski dulunya diambil langsung dari alam.
Pekerjaan adati lainnya, yakni nelayan selalu dimulai dengan berdoa sebelum melaut. Dalam hal
pernelayanan juga dikenal dua upacara adat, yaitu turun perahu baru dan turun jaring baru,
keduanya dipimpin oleh tokoh agama. Upacara yang pertama disebut dilakukan di atas perahu,
sedangkan yang satunya di rumah pemilik jaring. Keduanya memiliki tujuan keselamatan sang
nelayan. Selain jaring, dikenal pula alat, seperti sero atau bubu (anyaman bambu yang diletakkan
di laut dangkal). Nelayan menangkap ikannya di labuang, daerah penangkapan ikan yang sudah
dibagi tiap negeri. Istri para nelayan juga bekerja sebagai jibu-jibu atau penjual ikan pada siang
hari.

4. SISTEM RELIGIUS

Mayoritas penduduk di Maluku memeluk agama Kristen dan Islam. Hal ini dikarenakan
pengaruh penjajahan Portugis dan Spanyol sebelum Belanda yang telah menyebarkan
kekristenan dan pengaruh kesultanan Ternate dan Tidore yang menyebarkan Islam di
wilayah Maluku. Pemantapan kerukunan hidup beragama dan antar umat beragama masih
mengalami gangguan khususnya selama pertikaian sosial di daerah ini. Redefinisi dalam
rangka reposisi agama sebagai landasan dan kekuatan moral,  spiritual serta etika dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus mendapatkan perhatian yang
sungguh-sungguh melalui pendidikan agama agar dapat mendorong munculnya kesadaran
masyarakat bahwa perbedaan suku, agama ras dan golongan,  pada hakekatnya merupakan
anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Terkait dengan itu, maka peran para pemuka agama dan
institusi-institusi keagamaan dalam mendukung terciptanya keserasian dan keselarasan
hidup berdasarkan saling menghormati diantara sesama dan antar sesama umat beragama.

Upacara adat
* Masuk Baileu ( Rumah adat masyarakat Ambon )
Untuk masuk baileu orang harus melakukan upacara terlebih dahulu yaitu minta izin pada
roh-roh yang ada di baileu. Dalam upacara ini, maweng mengorbankan seekor sapi.

 * Cuci Negri
Di daerah Jawa, acara adat ini di kenal dengan bersih desa. Dalam acara ini semua
penduduk di wajibkan membersihkan rumah, pekarangan, dan baileu, upacara ini jika tidak
dilakukan maka seluruh desa bisa kejangkitan penyakit atau panennya gagal. 
 *Antar Sontong
Antar sontong yaitu para nelayan berkumpul menggunakan perahu dan lentera untuk
mengundang cummi-cumi dari dasar lautmengikuti cahaya lentera mereka menuju pantai di
mana masyarakat sudah menunggu mereka untuk menciduk mereka dari laut.

 *Pukul Manyapu

 
 
Pukul manyapu adalah acara adat tahunan yang dilakukan di Desa Mamala-Morela,
Upacara adat yang tergolong ekstrem ini digelar setiap tanggal 7 Syawal menurut
perhitungan kalender Hijriah/kalender Islam, atau pada hari ke tujuh setelah Hari Raya Idul
Fitri.  Biasanya, peserta upacara adalah pemuda dari dua desa adat yang bertetangga
tersebut. 
 *Acara Obor Pattimura
Setiap tanggal 15 Mei, di Maluku pemerintah bersama rakyat setempat melakukan prosesi
adat dan kebangsaan dalam memperingati hari Pattimura. Yang paling terkenal adalah lari
obor dari Pulau Saparua menyebrangi lautan menuju Pulau Ambon, untuk selanjutnya
diarak-arak sepanjang 25 kilometer menuju kota Ambon.
Prosesi ini diawali dengan pembakaran api obor secara alam di puncak Gunung Saniri di
Pulau Saparua. Gunung Saniri adalah salah satu ritus sejarah perjuangan Pattimura karena
di tempat itulah, awal dari perang rakyat Maluku melawan Belanda tahun 1817.
Dalam sejarahnya, di Gunung Saniri berkumpul para Latupati atau Raja-Raja dan tokoh
masyarakat Pulau Saparua. Mereka melakukan Rapat Saniri (musyawarah raja-raja) untuk
menyusun strategi penyerangan ke Benteng Durstede di Saparua yang dikuasai
Belanda. Thomas Matulessy dari desa Haria lantas diangkat sebagai Kapitan atau  panglima
perang dengan gelar Pattimura.

*Sistem Perkawinan
Orang Ambon mengenal tiga macam cara perkawinan yaitu kawin lari, kawin minta dan
kawin masuk

- Kawin Lari atau Lari Bini


Adalah sistem perkawinan yang paling lazim. Hal ini terutama disebabkan karena orang
Ambon umumnya lebih suka menempuh jarak pendek untuk menghindari prosedur
perundingan dan upacara. Kawin lari sebenarnya tidak diinginkan dan dipandang kurang
baik oleh kaum kerabat wanita namun disukai oleh pihak pemuda. Terutama karena pemuda
hendak menghindari kekecewaan mereka bila ditolak dan menghindari malu dari keluarga
Wanita.

- Kawin Masuk atau Kawin Manua


Pada perkawinan ini, pengantin pria tinggal dengan keluarga wanita. Ada tiga sebab utama
terjadinya perkawinan ini:
1.Karena kaum kerabat si pria tidak mampu membayar maskawin secara adat.
2.Karena keluarga si gadis hanya memiliki anak tunggal dan tidak punya anak laki-laki
sehingga si gadis harus memasukkan suaminya ke dalam klen ayahnya untuk menjamin
kelangsungan klen.
3.Karena ayah si pemuda tidak bersedia menerima menantu perempuannya yang
disebabkan karena perbedaan status atau karena alasan lainnya. 
eluarga pemuda karena rencana perkawinan anaknya ditolak oleh keluarga wanita. 
-Kain Berkat
Sebuah tradisi dalam pernikahan masyarakat ambon, yaitu pembayaran berupa kain putih
dan minuman keras ( Tuak ) oleh klen penganten laki-laki kepada klen penganten
perempuan, jika tidak dilakukan maka keluarga muda itu akan jadi sakit dan mati. 

5. Sistem pengetahuan
Pengobatan
Jamu 
Sejak abad ke-15, Ambon terkenal sebagai pusat perdagangan rempah, meskipun penghasil
rempah umumnya diperoleh dari daerah Maluku dan sekitarnya. Kekayaan alam ini telah
menarik perhatian bangsa lain. Salah satunya adalah George Everhard Rumphius yang
kemudian mengunjungi Ambon, dan selanjutnya menulis buku "Herbarium Amboinense"
pada abad ke-17. Buku ini memuat berbagai berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh di
daerah Ambon dan Maluku, termasuk tumbuhan rempah, obat, dan sebagainya.
Tumbuhan obat merupakan bahan utama dalam pengobatan tradisional yang telah
digunakan sejak lama oleh masyarakat Ambon. Setiap daerah/suku bangsa tertentu, seperti
suku Ambon, mempunyai upaya kesehatan yang sudah menyatu dengan kebudayaannya.
Ditinjau dari aspek pengetahuan tentang pengobatan tradisional, suku Ambon merupakan
masyarakat yang mampu menolong dirinya dan keluarganya dengan pengobatan tradisional.

Daun sukun
Daun sukun mempunyai khasiat buat kesehatan, efektif untuk mengobati berbagai penyakit
seperti liver, hepatitis, sakit gigi, gatal-gatal, pembesaran limpa, jantung, dan ginjal. Bahkan,
masyarakat Ambon memanfaatkan kulit batangnya untuk obat mencairkan darah bagi
wanita yang baru 8-10 hari melahirkan.
Beberapa pakar obat tradisional memang meragukan khasiat daun sukun. Namun
masyarakat sudah percaya dan membuktikan khasiat daun sukun yang dapat
menyembuhkan penyakit liver, jantung dan ginjal.
Daun sukun diyakini mengandung beberapa zat berkhasiat seperti asam hidrosianat,
asetilcolin, tanin, riboflavin, dan sebagainya. Zat-zat ini juga mampu mengatasi peradangan.
Selain itu, secara empiris, daun sukun mampu menyelamatkan ginjal yang sakit. Sebuah
riset yang dilakukan LIPI dengan peneliti asal Cina juga mengungkapkan, daun sukun
sangat berguna bagi proses penyembuhan penyakit kardiovaskular.
6. Sistem Organisasi/politik

Dalam kehidupan masyarakat Maluku pada umumnya dan Ambon pada


khususnya, hubungan persaudaraan atau kekeluargaan terjalin atau terbina
sangat akrab dan kuat antara satu desa atau kampung dengan desa atau kampung
yang lain. Hubungan kekeluargaan atau persaudaraan yang terbentuk secara adat
dan merupakan budaya orang Maluku atau Ambon yang sangat dikenal oleh
orang luar itu dinamakan dengan istilah “PELA”.
Hubungan pela ini dibentuk oleh para datuk atau para leluhur dalam ikatan yang
begitu kuat. Ikatan pela ini hanya terjadi antara desa kristen dengan desa kristen
dan juga desa kristen dengan desa islam. Sedangkan antara desa Islam dengan
desa Islam tidak terlihat (Frank L. Cooley, Mimbar dan Takhta, Jakarta: PSH,
1987, hlm 183). Dengan demikian, walaupun ada dua agama besar di Maluku
(Ambon), akan tetapi hubungan mereka memperlihatkan hubungan
persaudaraan ataupun kekeluargaan yang begitu kuat. Namun seperti ungkapan
memakan si buah malakama atau seperti tertimpa durian runtuh, hubungan
kekeluargaan atau persaudaraan yang begitu kuatpun mendapat cobaan yang
sangat besar, sehingga tidak dapat disangkali bahwa hubungan yang begitu kuat
dan erat, ternyata pada akhirnya bisa diruntuhkan oleh kekuatan politik yang
menjadikan agama sebagai alat pemicu kerusuhan yang sementara bergejolak di
Maluku (Ambon), yang sampai sekarang sulit untuk dicari jalan keluarnya.
Hubungan persaudaraan dan kekeluargaan yang begitu kuat dipatahkan dengan
kekuatan agama yang dilegitimasi oleh kekuatan politik hanya karena
kepentingan-kepentingan big bos atau orang-orang tertentu. Apakah budaya
“Pela (Gandong)” bisa menjadi jembatan lagi untuk mewujudkan rekonsiliasi di
Maluku (Ambon)? Inilah yang masih merupakan pergumulan.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa setiap ”Soa” dipimpin oleh seorang
kepala ”Soa”, yang bertugas mengerjakan urusan administrasi harian, baik itu
urusan tradisional, maupun untuk urusan pemerintahan Indonesia. Sedangkan
beberapa kesatuan ”Soa” yang disebut dengan Negari, dipimpin oleh seorang raja
yang diangkat berdasarkan keturunan. Tetapi walaupun raja diangkat
berdasarkan keturunan, aturan adat suku Ambon dalam memilih suatu
pemimpin, pada umumnya dilakukan dengan cara pemilihan dengan cara
pemungutan suara. Berikut adalah beberapa Sanitri atau pejabat tradisional
dalam kehidupan sosial masyarakat Suku Ambon
Kesimpulan

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan dalam berbagai hal salah satunya
budaya, buktinya untuk membahas satu suku di sini saja, yaitu suku ambon sudah banyak
sekali yang bisa di bahas dan informasi yang dapat di gali dalam – dalam. Kebudayaan suku
ambon merupakan kebudayaan yang tidak kalah jauh menariknya dengan kebudayaan –
kebudayaan dari suku yang lainya. Kebudayaan suku ambon juga berbagai macam bentuk
yang dapat kita lihat di kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai