Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENGANTAR ILMU ATROPOLOGI

Kebudayaan dan Kehidupan Sosial Suku Tomuna

Dosen Pembimbing: Lisa Novia S.Pd.,M.Pd.

Kelompok 6 :

(1). Alif Musaddar

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS PAMULANG

2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

tentang Kebudayaan dan Kehidupan Sosial Suku Tomuna.

Makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin. Untuk itu kami

mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen yang sudah memberikan tugas

makalah ini.

Dari semua ini, tentu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan

baik dari segi cara penulisan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan

segala kekurangan dalam makalah ini kami menerima semua kritik dan saran dari

pembaca supaya kita bisa memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami harap dari pembuatan makalah ini kita semua dapat mempelajari

tentang Kebudayaan dan Kehidupan Sosial Suku Tomuna dan juga memberikan

manfaat baik bagi teman teman semuanya.

Tangerang, 9 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………... ii

BAB I …………………………………………………………………………… 1

PENDAHULUAN …………………………………………………………….. 1

1.1. Latar Belakang …………………………………………………………….... 1

1.2. Perumusan Masalah ………………………………………………………… 2

1.3. Tujuan …………………………………………………………………….... 2

BAB II …………………………………………………………………………... 3

PEMBAHASAN ……………………………………………………………….. 3

2.1. Sejarah Awal Kerajaan muna …………………………………………........ 3

2.2. Terbentuknya Kerajaan Muna …………………………………………....... 4

2.3. Perkembangan Suku Tomuna ……………………………………………… 5

2.4. Kebudayaan Suku Tomuna ………………………………………………… 8

BAB III …………………………………………………………………………. 7

PENUTUP …………………………………………………………………….... 7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Orang Muna adalah masyarakat Suku Bangsa Muna, yang mendiami

seluruh Pulau Muna, dan pulau-pulau kecil disekitarnya, serta sebagian besar

Pulau Buton khususnya bagian Utara, Utara Timur Laut, selatan dan Barat Daya

Pulau Buton, Pulau Siompu, Pulau Kadatua dan Kepulauan Talaga ( wilayah

administrasi Kabupaten Buton Selatan dan Buton Tengah) Sulawesi Tenggara.

Menurut Sarasin bersaudara dan Bernhard Hagen , Orang Muna yang mereka

sebut sebagai Tomuna merupakan penghuni pertama Kepulauan Muna bahkan

termasuk penghuni pertama Kepulauan Nusantara. Baik Sarasin maupun Bernhard

berpendapat bahwa Tomuna di Pulau Muna dan Tokea di Sulawesi Bagian

Tenggara ( Konawe Utara saat ini ) bersama Toala di Sulawesi Selatan dan Orang

Kubu di Sumatra, adalah migrant dari benua Afrika melalui Saylon yang masuk di

Nusantara sekitar 60.000 – 50.000 SM.

1
1.2. Perumusan Masalah

Bagaimana kebudayaan yang ada di suku tomuna?

Bagaimana kehidupan sosial suku tomuna?

1.3. Tujuan

Menjelaskan bagaimana kebudayaan dan kehidupan yang ada di suku tomuna.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Awal Kerajaan muna

Sebelum terbentuknya kerajaan Muna, di Muna telah terbentuk delapan

kampung. Walaupun masih sangat sederhana, kedelapan kampung yang telah

terbentuk mengikat diri dalam sebuah ‘Union’ dengan mengangkat Mieno

Wamelai sebagai pemimpin tertinggi. Kedelapan kampung itu kemudian dibagi

menjadi dua wilayah utama yang terdiri atas 4 kampung. Empat kampung pertama

dipimpin oleh kamokula, terdiri atas:

1. Tongkuno,pemimpinya bergelar Kamokulano Tongkuno

2. Barangka,pemimpinnya bergelar Kamokulano Barangka

3. Lindo, pemimpinnya bergelar Kamokulano Lindo

4. Wapepi, pemimpinnya bergelar Kamokulano Wapepi

Sedangkan empat kampung lainnya dipimpin oleh mieno yakni:

1. Kaura, pemimpinnya bergelar Mieno Kaura

2. Kansitala,pemimpinnya Mieno Kasintala

3. Lembo,pemimpinnya bergelar Mieno Lembo

4. Ndoke. Pemimpinnya bergelar Mieno Ndoke.

3
2.2. Terbentuknya Kerajaan Muna

Sejarah peradaban manusia di muna dimulai di Liangkobori yang dihuni

oleh Suku Tomuna. Suku Tomuna adalah ras Wedoid yang berasal dari Srilanka.

Suku Tomuna merupakan salah satu suku penghuni awal nusantara. Ketika

Sawerigading dan pengikutnya yang berjumlah 40 orang terdampar di suatu

daratan di Pulau Muna yang saat ini di kenal dengan nama 'Bahutara'.

Sawerigading dan para pengikutnya, kemudian berbaur dengan penduduk

yang telah dahulu menetap dan membentuk komunitas di Pulau Muna yaitu Suku

Tomuna . Lama kelamaan komunitas itu berkembang. Sawerigading dan empat

puluh pengikutnya di Daratan Muna telah membawa nuansa baru dalam

pembangunan peradaban dalam kehidupan Orang Muna. Suatu waktu dipilihlah

suatu pemimpin untuk memimpin komunitas itu. Pemimpin yang dipilih adalah

yang dianggap sebagai primus intervares. Sejarah kerajaan Muna dimulai setelah

dilantiknya La Eli alias Baidhuldhamani gelar Bheteno ne Tombula sebagai Raja

Muna pertama.

4
Setelah dilantiknya La Eli bergelar Bheteno Ne Tombula sebagai Raja

Muna I, Kerajaan Muna baru dapat dikatakan sebagai sebuah kerajaan berdaulat

karena telah memenuhi syarakat-syarat sebagai sebuah negara yaitu telah

memiliki Rakyat, Wilayah dan Pemerintahan yang berdaulat dan seluruh

perangkat masyarakat bersepakat untuk mengikat diri dalam sebuah pemerintahan

dengan segala aturannya yang bernama Kerajaan Muna.

2.3. Perkembangan Suku Tomuna

Orang Muna mulai mendiami Pulau Muna sejak zaman purba tepatnya

sekitar era mesolitikum ( 50.000 SM ). Namun Orang Muna saat ini bukanlah asli

dari keturunan migrant yang pertama kali ( 60.000 – 50.000 SM ), tetapi telah

terjadi percampuran dengan ras Austronesia –yang datang pada era berikutnya (

7.000- 5.000 SM ) dan ras Melanosoid ( Doutro Melayu & Protto Melayu) serta

Mongoloid yang datang sekira 4000 – 2000 tahun SM. . Asumsi penulis ini

didasarkan pada fakta dimana Bahasa Muna merupakan lingua franca Orang

Muna masih satu rumpun Bahasa Austronesia ( Rene Van Deberg , 2006 ; 115 ).

5
Herawati,seorang peneliti dari lembaga penelitian Eijkman berhipotesa

bahwa penyebaran penutur Austronesia di Nusantara terjadi sekitar 5.000 hingga

7.000 SM ke arah selatan. Berdasarkan hipotesa Herawati tersebut maka dapat

dipastikan Orang Indonesia yang bahasanya masih satu rumpun dengan bahasa

Austronesia dalam hal ini termasuk Orang Muna saat ini yang menggunakan

Bahasa Muna yang masih serumpun dengn bahasa Austronesia adalah

percampuran ras Weddoid ( migran pertama 60 – 50 ribu SM ) dan ras austronesia

yang mulai menghuni Kepuluan Nusantara sekitar 7.000 – 5.000 SM.

H. Anwar Hafid mengutip Razake mengungkapkan bahwa orang muna

banyak memiliki persamaan dengan ras Austro-Melanesoid (Razake, 1989 dalam

H. Anwar Hafid, 2013). Di Nusantara, Orang Muna memiliki kesamaan dengan

penduduk di Kepulauan Banggai (Sulteng) dan suku-suku di Nusa Tenggara

Timur ( NTT ) dan Kepulauan Maluku. Kesamaan itu dapat di identifikasi dari

bentuk tubuh, tengkorak, warna kulit (coklat tua/hitam), dan rambut

(keriting/ikal).

6
Orang Muna juga memiliki kemiripan fisik dengan suku Aborigin di

Australia. Sejak dahulu hingga sekarang nelayan-nelayan muna, khususnya di

Pulau Siompu, Kadatua dan Kepulauan Talaga sering mencari ikan atau teripang

hingga ke perairan Darwin. Hal ini membuktikan adanya hubungan antara Orang

Muna dengan Orang Aborigin di Australian. Telah beberapa kali Nelayan Muna

ditangkap di perairan ini oleh pemerintah Australia. Kebiasaan ini boleh jadi

menunjukkan adanya hubungan tradisional antara Orang Muna dengan suku asli

Australia Aborigin.

7
2.4. Kebudayaan Suku Tomuna

1. Upacara Karia

Pada Masyarakat Muna terdapat upacara lingkaran hidup dalam kehidupan

individunya, yang dimulai dari upacara kelahiran sampai sampai pada upacara

kematian. Untuk melaksanaka upacara tersebut seorang individu harus melalui

tahap-tahap. Salah satu tahap tersebut adalah tahap peralihan masa kanak-kanak

kemasa dewasa khususnya wanita ada upacara yang mereka sebut upacara Karia.

Upacara karia merupakan upacara yang sangat penting dalam rangka

upacara-upacara adat disepanjang hidup individu pada masyarakat Muna. Upacara

karia merupakan upacara inisiasi yang dilakukan kepada setiap wanita yang

memasuki usia dewasa. Menurut pemahaman Masyarakat Muna, bahwa seorang

wanita tidak boleh menikah jika belum melalui proses upacara Karia. Jika

dilanggar, akan merasa tersisih dan akan dikucilkan dalam masyarakatnya.

8
2. Tradisi Kasambu

Tradisi Kasambu merupakan tradisi turun temurun yang diadakan oleh

masyarakat suku Muna, Sulawesi Tenggara. Tradisi ini merupakan bentuk

syukuran terhadap kesalamatan seorang Istri yang akan melahirakan anaknya.

Tradisi ini biasa diadakan menjelang kelahiran, biasanya pada bulan ke-7 atau

bulan ke-8. Prosesi kasambu dimulai dengan kedua pasangan suami -istri saling

menyuapi. Sekali menyuap harus dimakan satu kali atau dihabisi, bila tidak maka

sisanya diberikan kepada anak disekitarnya yang telah dipersiapkan. Anak yang

dipersiapkan ini diambil dari keluarga dekat. Pekerjaan menyuapi kemudian

dilanjutkan oleh anggota keluarga lain kepada pasangan tersebut. Makna lahiryah

prosesi ini, yaitu menyatukan kedua keluarga pihak suami dan istri, sedangkan

makna batinyah merupakan wahana perkenalan bagi si janin terhadap lingkungan

keluarga kelak ia akan dilahirkan. Tradisi ini ditutup dengan pembacaan doa

selamat yang dipimpin oleh seorang pejabat agama setempat/pemuka

agama/imam.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Orang Muna adalah masyarakat Suku Bangsa Muna, yang mendiami

seluruh Pulau Muna, dan pulau-pulau kecil disekitarnya, serta sebagian besar

Pulau Buton khususnya bagian Utara, Utara Timur Laut, selatan dan Barat Daya

Pulau Buton, Pulau Siompu, Pulau Kadatua dan Kepulauan Talaga ( wilayah

administrasi Kabupaten Buton Selatan dan Buton Tengah) Sulawesi Tenggara.

Orang Muna yang mereka sebut sebagai Tomuna merupakan penghuni pertama

Kepulauan Muna bahkan termasuk penghuni pertama Kepulauan Nusantara.

10
DAFTAR PUSTAKA

(wikiwand, 2018)

https://www.wikiwand.com/id/Suku_Muna

(wikipedia)

https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Muna

Anda mungkin juga menyukai