Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGERTIAN SEJARAH

Guru pembimbing:

Murnita Desy Selviana R

Kelompok 7

Disusun oleh :

Nama : Athariq Neo Zilullah Z

Achamd Yasit

Rivaldi

Kelas : X DPB 3

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini
yang Alhamdulillah selesai tepat pada waktunya yang berjudul “Corak Kehidupan dan
Hasil-Hasil Budaya Manusia Pada Masa Praaksara Indonesia”.
                Makalah ini berisikan tentang sejarah bangsa Indonesia, khususnya sejarah
Indonesia pada Masa Praaksara di Indonesia, diharapkan makalah ini dapat menambahkan
pengetahuan kita semua.
                Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu,
kritik dan saran dari guru dan teman-teman yang bersifat membangun, selalu kami harapkan
demi lebih baiknya makalah ini.
                Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
C. Tujuan ......................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Masa Bercocok Tanam Budaya Neolithikum ............................................. 4
B. Masa Perundagian budaya Megalithikum dan Budaya Logam .................. 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................................. 10
B. Saran ............................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masa praaksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Masa
praaksara sering disebut sebagai masa prasejarah. Kehidupan manusia pada masa
praaksara disebut sebagai kehidupan manusia purba. Manusia muncul di permukaan
bumi kira-kira 3 juta tahun yang lalu bersama dengan terjadinya berkali-kali
pengesan atau glasiasi dalam zaman yang disebut kala plestosen.
Manusia pra aksara adalah manusia yang hidup sebelum tulisan dikenal.
Karena belum ditemukan peninggalan tertulis, maka gambaran mengenai
kehidupan manusia purba dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan berupa
fosil, artefak, abris saus roche, Kejokken Moddinger dan lainnya.
Kehidupan awal masyarakat pra aksara Indonesia tidak dapat dipisahkan
dari perkembangan geografis wilayah Indonesia. Sebelum zaman es atau glasial,
wilayah Indonesia bagian barat menjadi satu dengan daratan Asia dan wilayah
Indonesia bagian timur menjadi satu dengan daratan Australia. Pendapat ini
didasarkan pada persamaan kehidupan flora dan fauna di Asia dan Australia dengan
wilayah Indonesia. Binatang yang hidup di wilayah Indonesia bagian barat
memiliki kesamaan dengan binatang yang hidup di daratan Asia. Misalnya, gajah,
harimau, banteng, burung, dan sebagainya. Sedangkan binatang yang hidup di
wilayah bagian timur memiliki kesamaan dengan binatang yang hidup di daratan
Australia, seperti burung Cendrawasih.
Mencairnya es di kutub utara menyebabkan air laut mengalami kenaikan.
Peristiwa ini mengakibatkan wilayah Indonesia menjadi terpisah dengan daratan
Asia maupun Australia. Bekas daratan yang menghubungkan Indonesia bagian
barat dengan Asia disebut Paparan Sunda. Sedangkan bekas daratan yang
menghubungkan Indonesia bagian timur dengan Australia disebut Paparan Sahul.
Ternyata, perubahan - perubahan itu sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan kehidupan masyarakat pra aksara Indonesia.
Menurut para ahli, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan.
Daerah Yunan terletak di daratan Asia Tenggara. Tepatnya, di wilayah Myanmar

1
Hogen berpendapat bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal
dari Sumatera. Bangsa ini bercampur dengan bangsa Mongol dan kemudian disebut
bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu. Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua)
menyebar ke wilayah Indonesia pada tahun 3000 SM – 1500 SM. Sedangkan
bangsa Deutro Melayu (Melayu Muda) menyebar ke wilayah Indonesia pada tahun
1500 SM – 500 SM.
Berdasarkan penyelidikan terhadap penggunaan bahasa yang dipakai di
berbagai kepulauan, Kern berkesimpulan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
berasal dari satu daerah dan menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa Campa.
Namun, sebelum nenek moyang bangsa Indonesia tiba di daerah kepulauan
Indonesai, daerah ini telah ditempati oleh bangsa berkulit hitam dan berambut
keriting. Bangsa - bangsa ini hingga sekarang menempati daerah - daerah Indonesia
bagian timur dan daerah - daerah Australia.

B. RUMUASAN MASALAH
1. Bagaimana kehidupan manusia purba masa bercocok tanam budaya
neolithikum?
2. Bagaimana kehidupan manusia purba masa perundagian budaya megalitjikum
dan budaya logam?

C. TUJUAN PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini ada beberapa tujuan yang akan di ketahui bahwa;
1. Untuk mengetahui asal – usul manusia pra aksara.
2. Untuk mengetahui Perkembangan dari masa ke masa di zaman pra aksara.
3. Untuk mengetahui jenis – jenis manusia purba pada zaman pra aksara.
4. Membahas tentang peninggalan – peninggalan manusia pra aksara.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. MASA BERCOCOK TANAM BUDAYA NEOLITIKUM


1. Asal Usul Manusia Purba Neolithikum
Zaman Neolitikum artinya zaman batu muda. Di Indonesia, zaman
Neolitikum dimulai sekitar 1.500 SM. Cara hidup untuk memenuhi
kebutuhannya telah mengalami perubahan pesat, dari cara food gathering
menjadi food producting, yaitu dengan cara bercocok tanam dan memelihara
ternak.
Pada masa itu manusia sudah mulai menetap di rumah panggung untuk
menghindari bahaya binatang buas. Manusia pada masa Neolitikum ini pun
telah mulai membuat lumbung-lumbung guna menyimpan persediaan padi dan
gabah. Tradisi menyimpan padi di lumbung ini masih bisa dilihat di Lebak,
Banten.
Masyarakat Baduy di sana begitu menghargai padi yang dianggap
pemberian Nyai Sri Pohaci. Mereka tak perlu membeli beras dari pihak luar
karena menjualbelikan padi dilarang secara hukum adat. Mereka rupanya telah
mempraktikkan swasembada pangan sejak zaman nenek moyang.
Pada zaman ini, manusia purba Indonesia telah mengenal dua jenis
peralatan, yakni beliung persegi dan kapak lonjong. Beliung persegi menyebar
di Indonesia bagian Barat, diperkirakan budaya ini disebarkan dari Yunan di
Cina Selatan yang berimigrasi ke Laos dan selanjutnya ke Kepulauan
Indonesia.

2. Kehidupan Sosial dan Ekonomi


Masa bercocok tanam merupakan masa yang penting bagi
berkembangan masyarakat dan peradaban. Adanya penemuan baru dalam
rangka penguasaan sumber alam bertambah cepat. Berbagai macam tumbuhan
dan hewan mulai dipelihara dan dijinakkan.
Cara bercocok tanam dengan berhuma mulai dikembangkan, sehingga
muncullah ladang-ladang pertanian yang sederhana. Berhuma adalah bercocok

3
tanam secara berpindah-pindah dengan cara menebang, membakar, serta
membersihkan hutan kemudian menamainya dan meninggalkannya setelah
tanah tersebut tidak subur lagi.
Kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam mengalami
peningkatan cukup pesat. Masyarakat praaksara pada saat itu telah memiliki
tempat tinggal yang tetap. Mereka memilih tempat tinggal pada suatu tempat
tertentu. Hal ini dimaksudkan agar hubungan antarmanusia di dalam kelompok
masyarakat semakin erat.
Eratnya hubungan antarmanusia di dalam kelompok masyarakat
merupakan cermin bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa anggota
masyarakat lain. Kehidupan sosial yang dilakukan oleh masyarakat pada masa
bercocok tanam ini terlihat dengan jelas melalui cara bekerja dengan bergotong
royong. Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat selalu dilakukan
dengan cara bergotong royong, diantaranya pekerjaan bertani, merambah
hutan, berburu, membangun rumah, dan lain-lain.
Cara hidup bergotong royong itu merupakan salah satu ciri kehidupan
masyarakat yang bersifat agraris. Kegiatan gotong royong hingga saat ini
masih tetap dipertahankan terutama di daerah pedesaan. Dalam kehidupan
masyarakat bercocok tanam sudah terlihat peran pemimpin (primus inter
pares). Gelar primus inter pares di Indonesia adalah ratu atau datu(k) artinya
orang terhormat dan yang patut dihormati karena kepemimpinannya,
kecakapannya, kesetiaannya, pengalamannya, dan lain-lain.
Kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam dan menetap
memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Sudah mengenal bercocok tanam secara baik.
b. Sudah mampu mengolah bahan makanan sendiri sesuai dengan kebutuhan
mereka (menghasilkan makanan atau food pruducing). Disamping berburu
dan menangkap ikan, mereka juga telah memelihara binatang-binatang
jinak seperti anjing, babai, dan kerbau. Binatang-binatang tersebut selain
untuk keperluan konsumsi juga dapat dipakai sebagai binatang korban.
c. Sudah mempunyai tempat tinggal yang menetap secara mantap.

4
d. Peralatan yang dibuat dari batu lebih halus dam bermacam-macam, seperti
kapak, tombak, panah, dan lain-lain. Selain peralatan, mereka juga berhasil
membuat perhiasan dari gelang-gelang dan biji-biji kalung dari batu.
e. Peradaban mereka sudah lebih maju, alat-alat rumah tangga dibuat lebih
baik dan mereka telah mengerti seni.

3. Hasil Kebudayaan Masa Nelithikum


Hasil kebudayaan zaman batu muda menunjukkan bahwa manusia
purba sudah mengalami banyak kemajuan dalam menghasilkan alat-alat. Ada
sentuhan tangan manusia, bahan masih tetap dari batu. Namun sudah lebih
halus, diasah, ada sentuhan rasa seni. Fungsi alat yang dibuat jelas untuk
pengggunaannya. Hasil budaya zaman neolithikum, antara lain.
a. Kapak Persegi

Kapak Persegi
Kapak persegi dibuat dari batu persegi. Kapak ini dipergunakan untuk
mengerjakan kayu, menggarap tanah, dan melaksanakan upacara. Di
Indonesia, kapak persegi atau juga disebut beliung persegi banyak
ditemukan di Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi, dan Nusa tenggara.
b. Kapak Lonjong

Kapak Lonjong
Kapak ini disebut kapak lonjong karena penampangnya berbentuk lonjong.
Ukurannya ada yang besar ada yang kecil. Alat digunakan sebagai cangkul

5
untuk menggarap tanah dan memotong kayu atau pohon. Jenis kapak
lonjong ditemukan di Maluku, Papua, dan Sulawesi Utara.
c. Mata Panah

Mata Panah
Mata panah terbuat dari batu yang diasah secara halus. Gunanya untuk
berburu. Penemuan mata panah terbanyak di Jawa Timur dan Sulawesi
Selatan.
d. Gerabah

Gerabah
Gerabah dibuat dari tanah liat. Fungsinya untuk berbagai keperluan.
e. Perhiasan

Perhiasan
Masyarakat pra-aksara telah mengenal perhiasan, diantaranya berupa
gelang, kalung, dan anting-anting. Perhiasan banyak ditemukan di Jawa
Barat, dan Jawa Tengah.

6
f. Alat Pemukul Kulit Kayu

Pemukul Kayu
Alat pemukul kulit kayu digunakan untuk memukul kulit kayu yang akan
digunakan sebagai bahan pakaian. Adanya alat ini, membuktikan bahwa
pada zaman neolithikum manusia pra- aksara sudah mengenal pakaian.

4. Kehidupan Kepercayaan
Bagaimana kepercayaan masyarakat pada masa bercocok tanam?
Kepercayaan masyarakat pada masa bercocok tanam mengalami
perkembangan. Mereka telah mempunyai konsep tentang alam dan kehidupan
setelah kematian. Mereka percaya bahwa roh seseorang tidak lenyap pada
waktu meninggal. Penghormatan terhadap nenek moyang atau kepala suku
yang diagungkan tidak berhenti pada waktu kepala suku telah meninggal.
Penghormatan terus berlanjut menjadi sebuah pemujaan.
Kepercayaan masyarakat pada masa bercocok tanam diwujudkan dalam
berbagai upacara keagamaan, seperti persembahan kepala leluhur dan upacara
penguburan mayat yang dibekali dengan benda miliknya. Mereka percaya
bahwa roh nenek moyang selalu mengawasi mereka. Oleh karena itu, mereka
selalu meminta perlindungan dari ancaman kelompok lain, binatang buas, dan
ancaman dari adanya wabah penyakit.
Sistem kepercayaan masyarakat praaksara tersebut telah mendorong
berkembangannya kepercayaan animisme dan dinamisme. Kepercayaan
animisme merupakan sebuah sistem kepercayaan yang memuja roh nenek
moyang, sedangkan menurut kepercayaan dinamisme ada benda-benda
tertentu yang diyakini memiliki kekuatan gaib, sehingga benda tersebut sangat
dihormati dan dikeramatkan.

B. MASA PERUNDAGIAN BUDAYA MEGALITHIK DAN BUDAYA LOGAM


1. Asal-usul Manusia masa Perundagian

7
Masa perundagian Zaman perundagian adalah zaman di mana manusia
sudah mengenal pengolahan logam. Hasil-hasil kebudayaan yang dihasilkan
terbuat dari bahan logam. Adanya penggunaan logam, tidaklah berarti
hilangnya penggunaan barang-barang dari batu. Pada masa perundagian,
manusia masih juga menggunakan barang-barang yang berasal dari batu.
Penggunaan bahan dari logam tidak begitu tersebar luas sebagaimana
halnya bahan dari batu. Persediaan logam sangat terbatas. Hanya orangorang
tertentu yang memiliki barang-barang dari logam. Kemungkinan hanya orang-
orang yang mampu membeli bahan-bahan tersebut. Keterbatasan persediaan
tersebut memungkinkan barang-barang dari logam diperjualbelikan. Adanya
perdagangan tersebut dapat diperkirakan bahwa manusia pada zaman
perundagian telah mengadakan hubungan dengan luar.

2. Corak Kehidupan Sosial Ekonomi


Masyarakat pada masa perundagian diperkirakan sudah mengenal
pembagian kerja. Hal ini dapat dilihat dari pengerjaan barang-barang dari
logam. Pengerjaan barang-barang dari logam membutuhkan suatu keahlian,
tidak semua orang dapat mengerjakan pekerjaan ini. Selain itu, ada orang-
orang tertentu yang memiliki benda-benda dari logam. Dengan demikian pada
masa perundagian sudah terjadi pelapisan sosial.Bahkan bukan hanya pembuat
dan pemilik, tetapi adanya pedagang yang memperjualbelikan logam. Pada
masa perundagian kehidupan sosialnya sudah mengenal system
kemasyarakatan yang sudah teratur. Masyarakat hidup diikat oleh normanorma
dan nilai. Norma-norma dan nilai-nilai ini diciptakan oleh mereka sendiri,
disepakati dan dijadikan pegangan dalam menjalan kehidupannya.
Sebagaimana layaknya dalam suatu sistem kemasyarakatan, pada masa ini
sudah ada pemimpin dan ada masyarakat yang dipimpin. Struktur ini dikatakan
ada kalau dilihat dari penemuan alat-alat untuk penguburan. Kuburan-kuburan
yang ada terdapat kuburan yang diiringi dengan berbagai bekal bagi mayat.
Model kuburan ini diperkirakan hanya untuk para pemimpin. Sistem
mata pencaharian pada masa perundagian sudah mengalami kemajuan.
Keterikatan terhadap bahan-bahan makanan yang disediakan oleh alam mulai

8
berkurang. Mereka mampu mengolah sumber-sumber daya yang ada di alam
untuk dijadikan bahan makanan. Cara bertani berhuma sudah mulai berubah
menjadi bertani dengan bersawah. Ada perbedaan dalam cara bertani berhuma
dengan bersawah. Dalam bertani berhuma ada kebiasaan meninggalkan tempat
olahannya, apabila tanahnya sudah tidak subur, jadi hidup mereka pun tidak
menetap secara permanen. Sedangkan dalam bertani bersawah tidak lagi
berpindah, mereka tinggal secara permanen. Hal ini dikarenakan pengolahan
tanah pertanian sudah menggunakan pupuk yang membantu kesuburan tanah.
Dengan demikian masyarakat tidak akan meninggalkan lahan garapannya.
Bukti adanya kehidupan bersawah yaitu dengan ditemukannya alat-alat
pertanian dari logam, seperti bajak, pisau, dan alat-alat yang lainnya.

3. Hasil Budaya
Adanya perkembangan teknologi yang semakin maju, mendorong
manusia untuk melakukan hal yang terbaik pada dirinya, di antaranya
pengaturan tata air (irigasi). Perdagangan pun diperluas hingga antarpulau yang
sebelumnya hanya antardaerah domestik.
Dengan demikian, terjadilah sosialisasi antara manusia Indonesia
dengan suku dan bangsa-bangsa lain yang perkembangan budayanya telah
lebih maju, seperti kebudayaan India dan Cina. Melalui interaksi dengan orang
India, masyarakat Indonesia mulai mengenal sistem kerajaan, yang kemudian
melahirkan kerajaan Hindu-Buddha seperti Kutai, Tarumanagara, Sriwijaya,
Mataram, dan lain-lain.
Kehidupan seperti ini menunjang terbentuknya kebudayaan yang lebih
maju yang memerlukan alat-alat pertanian dan perdagangan yang lebih baik
dengan bahan-bahan dari logam. Hasil-hasil peninggalan kebudayaannya
antara lain :
a. Gerabah
Dalam masa peundagian, pembuatan barang-barang gerabah makin
maju dan kegunaan gerabah semakin meningkat. Walaupun masa
perundagian peranan perunggu dan besi sangat penting, namun peranan
gerabah pun dalam kehidupan masyarakat masih sangat penting dan

9
fungsinya tidak dapat dengan mudah digantikan oleh alat-alat yang terbuat
dari logam.
Pada umumnya gerabah dibuat untuk kepentingan rumah tangga
sehari-hari. Dalam upacara keagamaan gerabah digunakan sebagai
tempayan kubur, tempat bekal kubur atau tempat sesaji. Cara pembuatan
gerabah pada masa perundagian lebih maju dari pada masa bercocok
tanam. Pada masa perundagian ada adat kebiasaan untuk menempatkan
tulang-tulang mayat dalam tempayan-tempayan besar. Dengan adanya
kebiasaan ini menunjukan bahwa teknik pembuatan gerabah lebih tinggi.
Bukti-bukti peninggalan benda-benda gerabah ditemukan di
Kendenglembu (Banyuwangi), Klapadua (Bogor), Serpong (Tangerang),
Kalumpang dan Minanga Sapakka (Sulawesi Tengah) dan sekitar bekas
danau Bandung. Di Indonesia penggunaan roda putar dan tatap batu dalam
pembuatan barang gerabah berkembang lebih pesat dalam masa
perundagian (logam), bahkan di beberapa tempat masih dilanjutkan sampai
sekarang.
Dari temuan benda-benda gerabah di Kendenglembu dapat
diketahui tentang bentuk-bentuk periuk yang kebulat-bulatan dengan bibir
yang melipat ke luar. Menurut dugaan para ahli, gerabah semacam itu
dibuat oleh kelompok petani yang selalu terikat dalam hubungan sosial
ekonomi dan kegiatan ritual. Dalam pembuatan gerabah karena lebih
mudah memberi bentuk, maka dapat berkembang seni hias maupun
bentuknya.
Di samping barang-barang gerabah di Kalimantan Tenggara
(Ampah) dan di Sulawesi Tengah (Kalumpang dan Minanga Sipakka)
ditemukan alat pemukul kulit kayu dari batu. Kagunaan alat ini ialah untuk
menyiapkan bahan pakaian dengan cara memukul-mukul kulit kayu
sampai halus. Alat pemukul kulit kayu sekarang masih digunakan di
Sulawesi.
Gerabah pada masa perundagian banyak sekali ditemukan di Buni
(Bekasi, Jawa Barat). Di tempat ini telah dilakukan penggalian percobaan
yang dikerjakan oleh R.P.Suyono dan Basuki pada tahun 1961. Di tempat

10
ini gerabah ditemukan bersama-sama dengan tulang-tulang manusia.
Sistem penguburan di sini adalah sistem penguburan langsung (tanpa
tempayan kubur untuk tempat tulang-tulang mayat). Selain gerabah
ditemukan pula beliung persegi, barang-barang dari logam dan besi.
Warna gerabah yang ditemukan adalah kemerah-merahan dan keabu-
abuan. Selain di Bekasi, gerabah juga ditemukan di Bogor (Jawa Barat),
Gilimanuk (ujung barat pulau Bali), Kalumpang (Sulawesi Tengah),
Melolo (Sumba), dan Anyer (Jawa Barat).
b. Kapak Corong
Hasil-hasil kebudayaan perunggu di Indonesia adalah kapak corong
dan nekara. Kapak corong banyak sekali jenisnya, ada yang kecil
bersahaja, ada yang besar dan memakai hiasan, ada yang pendek lebar,
bulat dan ada pula yang panjang serta sisinya atau disebut candrana.
Di lihat dari bentuknya, kapak-kapak corong tersebut tentunya
tidak digunakan sebagaimana kapak, melainkan sebagai alat kebesaran
atau benda upacara.  Hal ini menunjukkan bahwa kapak corong yang
ditemukan di Indonesia peninggalan zaman perunggu memiliki nilai-nilai
sakral atau nilai religi. Bentuk-bentuk corong tersebut ditemukan di Irian
Barat dan sekarang disimpan di Belanda. Sedangkan kapak upacara yang
ditemukan pada tahun 1903 oleh ekspedisi Wichman di Sentani disimpan
di musium lembaga kebudayaan Indonesia di Jakarta.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh yang
luas di bidang perubahan. Perkembangan tersebut merupakan rangkaian dari
perkembangan yang pernah terjadi sebelumnya.
Dalam sejarah dijelaskan yang pada awalnya, kehidupan masyarakat
dimulai dari masyarakat primitif yang hidup sederhana. Mereka hidup dari hasil
berburu dan mengumpulkan makanan yang terdapat di alam untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Manusia primitif berkembang dan beruhah menjadi beternak.
Seiring dengan berkembangnya peradaban, kemudian muncul pertanian dalam
bentuk yang sederhana yaitu dengan cara berladang, lalu kemudian dengan semakin
berkembangnya teknologi kemudian manusia mulai mengenal apa yang namanya
industri.
Masa perundagian Zaman perundagian adalah zaman di mana manusia
sudah mengenal pengolahan logam. Hasil-hasil kebudayaan yang dihasilkan terbuat
dari bahan logam. Adanya penggunaan logam, tidaklah berarti hilangnya
penggunaan barang-barang dari batu. Pada masa perundagian, manusia masih juga
menggunakan barang-barang yang berasal dari batu.
Masyarakat pada masa perundagian diperkirakan sudah mengenal
pembagian kerja. Hal ini dapat dilihat dari pengerjaan barang-barang dari logam.
Pengerjaan barang-barang dari logam membutuhkan suatu keahlian, tidak semua
orang dapat mengerjakan pekerjaan ini. Selain itu, ada orang-orang tertentu yang
memiliki benda-benda dari logam.
B. SARAN
Karena keterbatasan waktu dan kemampuan penulis, diharapakan kepada
pembaca agar memberikan masukan yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

12

Anda mungkin juga menyukai