DI KEPULAUAN INDONESIA
DISUSUN OLEH:
i
MENELUSURI PERADABAN AWAL
DI KEPULAUAN INDONESIA
DISUSUN OLEH:
DITO ADRIAN RISTAMA
X IPA 2 / 20
i
Halaman Pengesahan
Makalah ini ditulis untuk menunjang belajar siswa siswi kelas X Sekolah
Menengah Atas Negeri 6 Madiun Tahun 2018/2019
Mengetahui, Mengetahui,
Kepala SMAN 6 Madiun Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang sudah
melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyusun
karya ilmiah untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia.
Karya ilmiah ini kami susun dengan bantuan dari beberapa pihak untuk itulah kami
mengucapkan terimakasih kepada :
Kami Berharap kritik dan saran dari pembaca karena masih banyak kekurangan dalam
karya ilmiah kami.
Semoga karya ilmiah kami yang jauh dari sempurna ini bermanfaat bagi kami semua.
iii
DAFTAR ISI
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………24
iv
BAB I
Pendahuluan
Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajaratun yang berarti pohon,
artinya sebuah pohon yang terus berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat
yang lebih kompleks atau lebih maju. Dalam bahasa Inggris, kata sejarah (history)
berarti masa lampau umat manusia. Dalam bahasa Jerman, kata sejarah (geschicht)
berarti sesuatu yang telah terjadi. Dalam bahasa Yunani disebut istoria, artinya
belajar. Dalam bahasa Belanda disebut distoria (pengetahuan). Dalam kamus umum
Bahasa Indonesia yang ditulis oleh W.J.S. Poerwadaraminta menyebutkan bahwa
sejarah mengandung tiga pengertian sebagai berikut :
1
1.3. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2. Berakhirnya masa praaksara
Sekitar 4000 tahun sebelum Masehi terjadi perubahan signifikan dalam
kehidupan masyarakat pada masa praaksara di kepulauan Indonesia. Pada masa ini
terjadi migrasi yang dilakukan oleh bangsa berbahasa Austronesia. Bangsa- bangsa
yang berbahasa Austronesia memperkenalkan inovasi- inovasi dalam berbagai
bidang, terutamana dalam teknik pembuatan peralatan batu.
Pada masa ini kehidupan masyarakat semakin kompleks. Kompleksitas
kehidupan tersebut tidak terlepas dari interaksi sosial masyarakat yang mulai
meningkat. Interaksi perdagangan dan pelayaran yang mulai berkembang pada
masa ini juga memperkenalkan masyarakat dengan tulisan. Berkembangnya budaya
tulis ini yang menandai berakhirnya masa praaksara. Para ahli memperkirakan
masyarakat Indonesia mengakhiri masa praaksara sekira abad IV- V Masehi. Bukti
berakhirnya masa praaksara Indonesia adalah penemuan prasasti Yupa peninggalan
Kerajaan Kutai di Muara Kaman, Kalimantan Timur.
4
b. Zaman Paleozoikum (2,5 miliar-245 Juta Tahun Lalu)
Secara harfiah paleozoikum artinya masa kehidupan awal. Zaman
paleozoikum berlangsung sekitar2,5 miliar-245 juta tahun lalu. pada masa ini
mulai terjadi perkembangan atmosfer dan hidrosfer, sertakehidupan
mikroorganisme bersel tunggal menjadi bersel banyak seperti enkaryotes dan
prokaryotes. Enkaryotes merupakan bakal tumbuhan, sedangkan prokaryotes
menjadi cikal bakal binatang. Padamasa ini jenis hewan invertebrata bertubuh
lunak seperti ubur-ubur, cacing, dan koral juga mulai muncul di laut-laut
dangkal.Periode pada zaman paleozoikum, yaitu periode kambrium,
ordovisium, silur, devon, karbon, danperm. Pada periode kambrium sudah
muncul benua besar yang disebut Gondwana. Benua ini merupakan cikal bakal
Benua Antartika, Afrika, I ndia, Australia, Asia, dan Amerika Selatan.
Sementara itu, Benua Eropa, Amerika Utara, dan Tanah Hiiau (Greenland)
masih berupa benua-benua kecil
5
merajai angkasa. Pada periode ini Benua Pangaea mulai terpecah, Amerika
Utaramemisahkan diri dari Afrika, sedangkan Amerika Selatan melepaskan
diri dari Antartika danAustralia.
- Periode kapur, berlangsung sejak 136-65 juta tahun lalu. Pada periode ini
dinosaurus mengalamikepunahan karena terjadi perubahan drastis dari
iklim hangat menjadi iklim dingin. Perubahan inimenyebabkan dinosaurus
tidak mampu menyesuaikan.
b. Zaman Neozoikum/Kenozoikum (65-1,8 JutaTahun Lalu)
6
Pada kala pleistosen paling sedikit terjadi lima kali zaman es atau
zaman glasial. Pada zaman glasial sebagian besar wilayan Eropa, Amerika
Utara, dan Asia bagian utara tertutup es. Demikian juga dengan
Pegunungan Alpen, Pegunungan Cherpatia, dan Pegunungan Himalaya.
Pada zarnan ini mulai muncul kehidupan manusia. Manusia purba
(Homo erectus) muncul pada kala pleistosen. Manusia modern muncul pada
kala holosen. Flora dan fauna pada kala pleistosen sangat mirip dengan
flora dan fauna zaman sekarang. Pada zaman inilah kehidupan masa
praaksara di Indonesia dimulai yang ditandai dengan keberadaan manusia.
7
2.6. Mengenal Manusia Purba
2.6.1. Lokasi penemuan manusia purba
Beberapa wilayah Indonesia yang menjadi tempat hunian manusia purba antara lain
Sangiran, Trinil, Wajak, dan Flores.
a. Sangiran
Sangiran merupakan salah satu lokasi penting bagi dunia pendidikan. Tempat ini
merupakan lokasi penemuan fosil-fosil manusia purba yang menyebabkan akademisi
dunia memiliki bahan untuk mengetahui cara hidup nenek moyang kita. Untuk
menjaga tempat ini, sejak tahun 1996 UNESCO menganugerahi tempat Sangiran
sebagai Situs Warisan Dunia.
Lokasi Museum Purbakala Sangiran mudah ditempuh dari Jogja atau Solo.
Letaknya di tengah-tengah kawasan persawahan Desa Krikilan, Sragen, sekitar 17
kilometer dari Kota Solo. Museum tersebut memiliki lebih dari 13.000 koleksi. Mulai
dari fosil manusia purba yang berdiri tegak, fosil hewan-hewan bertulang belakang,
batu bermineral hingga peralatan batu.
Dahulu sebelum kedatangan Von Koenigswald, Sangiran hanya dikenal sebagai
perbukitan tandus. Tahun 1934, peneliti dari Belanda ini menemukan sejumlah alat
serpih yang digunakan oleh manusia purba. Akademisi di seluruh dunia kemudian
mulai melirik Sangiran setelah Van Koenigswald menemukan fosil rahang bawah
Meganthropus Paleo Jawanicus yang disusul dengan penemuan fosil Pithecanthropus
erectus.Kemudian Sangiran menjadi lokasi berbagai fosil manusia purba dan fosil
beragam mahluk hidup. Hal tersebut membuat berbagai peneliti baik dari dalam
maupun luar negeri tertarik untuk menjelajahi lebih jauh mengenai tempat ini.
Museum Sagiran cocok untuk belajar mengenai bagaimana manusia berevolusi
serta belajar mengenai batu-batuan penyusun bumi. Serunya, ruangan museum ini
tertata dengan apik. Pengunjung dapat dengan mudah menemukan informasi
mengenai benda yang dipamerkan melalui panduan yang tersebar di seluruh bagian
museum.
Bangunan yang menempati wilayah seluas 16.675 meter persegi tersebut selain
memiliki ruang pameran juga dilengkapi laboratorium, ruang pertemuan, dan juga
penyimpanan fosil.
b. Trinil, Ngawi, Jawa Timur
8
Sebelum penemuannya di Trinil, Eugene Dubois mengawali temuan
Pithecantropus erectus di Desa Kedungbrubus, sebuah desa terpencil di daerah
Pilangkenceng, Madiun, Jawa Timur.
Desa itu berada tepat di tengah hutan jati di lereng selatan Pegunungan
Kendeng. Pada saat Dubois meneliti dua horizon/lapisan berfosil di Kedungbrubus
ditemukan sebuah fragmen rahang yang pendek dan sangat kekar, dengan sebagian
prageraham yang masih tersisa. Prageraham itu menunjukkan ciri gigi manusia bukan
gigi kera, sehingga diyakinibahwa fragmen rahang bawah tersebut milik rahang
hominid. Pithecantropus itu kemudian dikenal dengan Pithecantropus A.
Trinil adalah sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, masuk wilayah
administrasi Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Tinggalan purbakala telah lebih dulu
ditemukan di daerah ini jauh sebelum von Koeningswald menemukan Sangiran pada
1934. Ekskavasi yang dilakukan oleh Eugene Dubois di Trinil telah membawa
penemuan sisa-sisa manusia purba yang sangat berharga bagi dunia pengetahuan.
Penggalian Dubois dilakukan pada endapan alluvial Bengawan Solo. Dari lapisan ini
ditemukan atap tengkorak Pithecanthropus erectus, dan beberapa buah tulang paha
(utuh dan fragmen) yan menunjukkan pemiliknya telah berjalan tegak.
Tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinil sangat pendek tetapi memanjang
ke belakang. Volume otaknya sekitar 900 cc, di antara otak kera (600 cc) dan otak
manusia modern (1.200-1.400 cc). Tulang kening sangat menonjol dan di bagian
belakang mata, terdapat penyempitan yang sangat jelas, menandakan otak yang belum
berkembang. Pada bagian belakang kepala terlihat bentuk yang meruncing yang
diduga pemiliknya merupakan perempuan. Berdasarkan kaburnya sambungan
perekatan antartulang kepala, ditafsirkan inividu ini telah mencapai usia dewasa.
Selain tempat-tempat di atas, peninggalan manusia purba tipe ini juga ditemukan
di Perning, Mojokerto, Jawa Timur; Ngandong, Blora, Jawa Tengah; dan
Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah. Temuan berupa tengkorak anak-anak berusia
sekitar 5 tahun oleh penduduk yang sedang membantu penelitian Koeningswald
danDuyfjes perlu untuk dipertimbangkan. Temuan itu menjadi bahan diskusi yang
menarik bagi para ilmuwan. Metode pengujian penanggalan potasium-argon yang
digunakan oleh Tengku Jakob dan Curtis terhadap batu apung yang terdapat disekitar
fosil tengkorak itu menunjukkan angka 1,9 atau kurang lebih 0,4 juta tahun. Pengujian
juga dilakukan dengan mengambil sampel endapan batu apung dari dalam tengkorak
9
dan menunjukkan angka 1,81 juta tahun. Hasil uji penanggalan-penanggalan tersebut
menjadi perdebatan para ahli dan perlu untuk dikaji lebih lanjut
c. Wajak
Wajak terletak di Tulungagung, Jawa Timur. Nama wajak mulai mengemuka
pada tahun 1889 saat B.D. Reitschoten menemukan sebuah fosil tengkorak. Fosil
tersebut kemudian diserahkan kepada C.P. Sluiter, kurator dari Koninklijke
Natuurkundige Vereeniging (perkumpulan ahli ilmu alam) di Batavia. Sluiter
kemudian menyerahkan fosil tengkorak wajak kepada Eugene Dubois.
Dubois menyisir tempat Rietschoten menemukan fosil tengkorak manusia yakni
di cekungan bebatuan sekitar Wajak. Disekitar tempat itu Dubois menemukan sisa
fosil reptil dan mamalia serta fosil tengkorak manusia meskipun tidak seutuh temuan
Rietschoten. Fosil temuan Dubois tersebut dinamakan Homo Wajakensis.
d. Flores
Flores merupakan salah satu pulau di gugusan Kepulauan Nusa Tenggara.
Penelitian kehidupan purba di Flores dimulai pada tahun 2003. Penelitian tersebut
dilakukan oleh beberapa ilmuwan dari Indonesia dan Australia. Tim Indonesia
dipimpin oleh Raden Soejono dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dari tim
Australia dipimpin oleh Mike Morwood dari Universitas New England. Pada
penggalian di Gua Lang Bua, Flores, para ilmuwan menemukan fosil manusia kerdil
atau hobbit yang diberi nama Homo Floresiensis.
10
- Kening menonjol
- Tulang pipi tebal
2.7.2. Pithecanthropus Mojokertensis
Pithecanthropus atau manusia kera adalah manusia purba yang paling banyak
ditemukan di Indonesia. Tempat penemuan di Mojokerto, Kedungbrubus, Trinil,
Sangiran, Sambung macan dan Ngandong. Ditemukan oleh Eugene Dubois. Bagian
yang ditemukan adalah : tempurung tengkorak, tulang paha, dan tiga gigi. Ciri- ciri
fisik :
- Tubuh tegap
- Tinggi badan 165-160 cm
- Dagu belum ada
- Hidung lebar
- Volume otak sekitar 750-130
2.7.3. Pithecanthropus Erectus atau Homo Erectus
Pithecanthropus Erectus adalah manusia purba yang memiliki daerah
persebaran paling luas di Indonesia. Ditemukan di Kedung Brubus, Trinil, dan
Ngawi. Ditemukan oleh Eugene Dubois. Bagian yang ditemukan adalah atap
tengkorak, tulang paha, rahang bawah, rahang atas, gigi lepas, dan tulang kering.
Ciri- ciri fisik :
- Badan tegap
- Hidung lebar
- Dagu tidak ada
- Terdapat tonjolan kening pada dahi
- Tulang tengkorak berbentuk lonjong
2.7.4. Homo Sapiens
Homo sapiens adalah manusia sempurna dan cerdas. Ditemukan di daerah
Ngandong. Ditemukan oleh Von Koenigswald dan Weidenreich. Bagian yang
ditemukan adalah tengkorak, gigi, dan rahang bawah. Ciri- ciri fisik :
- Tengkorak besar
- Akar hidung lebar
11
- Dagi agak miring
- Tinggi badan sekira 173 cm
- Bagian mulut menonjol sedikit
2.7.5. Homo Wajakensis
Homo wajakensis adalah manusia purba yang pernah hidup di Indonesia.
Ditemukan di Lembah sungai Brantas, Wajak, Tulungagung, Jawa Timur.
Ditemukan oleh Eugene Dubois. Bagian yang ditemukan adalah tengkorak, tulang
paha, dan tulang kering. Ciri- ciri fisik :
- Tengkorak besar
- Busur kening nyata
- Tengkorak agak lonjong
- Tengkorak berbentuk agak persegi
2.7.6. Homo Floresiensis
Homo floresiensis adalah manusia dari Flores. Ditemuka di Gua Liang Bua
Flores. Ditemukan oleh Peter Brown, Mike J. Morwood. Bagian yang ditemkan
adalah tulang iga dan tengkorak. Ciri-ciri fisik :
- Tinggi badan 100 cm
- Berjalan tegak
- Tidak memiliki dagu
2.7.7. Homo Soloensis
Homo soloensis adalah manusia purba yang ditemukan di Solo. Ditemukan di
daerah Ngandong, tepi sungai Bengawan Solo. Ditemukan oleh Von Koenigswald.
Bagian yang ditemukan adalah atap tengkorak dan fragmen tulang pinggul. Ciri-
ciri fisik :
- Tinggi badan 130-210 cm
- Bagian belakang tengkorak membulat dan tinggi
12
perdebatan itu seperti berikut. Pemenuan fosil Pithecanthropus oleh Dubois yang
dipublikasikan pada tahun 1894 dalam berbagai majalah ilmiah melahirkan
perdebatan. Dalam publikasinya itu Dubois menyatakan bahwa, menurut teori
evolusi Darwin, Pithecanthropus erectus adalah peralihan kera ke manusia. Kera
merupakan moyang manusia. Pernyatakan Dubois itu kemudian menjadi
perdebatan, apakah benar atap tengkorak dengan volume kecil, gigi-gigi berukuran
besar, dan tulang paha yang berciri modern itu berasal dari satu individu Sementara
orang menduga bahwa tengkorak tersebut merupakan tengkorak seekor gibon, gigi-
gigi merupakan milik Pongo sp., dan tulang pahanya milik manusiamodern Lima
puluh tahun kemudian terbukti bahwa gigi-gigi tersebut memang berasal dari gigi
Pongo Sp., berdasarkan ciri-cirinya yang berukuran besar, akar gigi yang kuat dan
terbuka, dentikulasi yang tidak individual, dan permukaan occulsal yang sangat
berkerut-kerut.
Perdebatan itu kemudian berlanjut hingga ke Eropa, ketika Dubois
mempresentasikan penemuan tersebut dalam seminar internasional zoologi pada
tahun 1895 di Leiden, Belanda, dan dalam pameran publik British Zoology Society
di London. Setelah seminar dan pameran itu banyak ahli yang tidak ingin melihat
temuannya itu lagi. Dubois pun kemudian menyimpan semua hasil temuannya itu,
hingga pada tahun 1922 temuan itu mulai diteliti oleh Franz Weidenreich. Temuan-
temuan Dubois itu menandai munculnya sebuah kajian ilmu paleoantropologi telah
lahir di Indonesia.
Tahun 1920-an merupakan periode yang luar biasa bagi teori evolusi manusia.
Teori itu terus menjadi perdebatan, para ahli paleontologi berbicara tentang
ontogenesa dan heterokronis. Seorang teman Dubois, Bolk melakukan formulasi
teori foetalisasi yang sangat terkenal. Dubois telah melakukan penemuan fosil
missing-link. Sementara Bolk menemukan modalitas evolusi dengan menafsirkan
bahwa peralihan dari kera ke manusia terjadi melalui perpanjangan perkembangan
fetus. Dubois dan Bolk kemudian bertemu dalam jalur evolutif dari Heackle yang
sangat terkenal, bahwa filogenesa dan ontogenesa sama sekali tidak dapat
dipisahkan. Penemuan-penemuan kemudian bertambah gencar sejak tahun 1927.
13
Penemuan situs Zhoukoudian di dekat Beijing, menghasilkan sejumlah besar fosil-
fosil manusia, yang diberi nama Sinanthropus pekinensis. Tengkorak-tengkorak
fosil beserta tulang paha tersebut menunjukkan ciri-ciri yang sama dengan
Pithecanthropus erectus.
Seorang ahli biologi menyatakan bahwa standar zoologis tidak dimungkinkan
memisahkan Pithecantropus erectus dan Sinanthropus pekinensis dengan genus
yang berbeda dengan manusia modern. Pithecanthropus adalah satu tahapan dalam
proses evolusi ke arah Homo sapiens dengan kapasitas tengkorak yang kecil.
Karena itulah perbedaan itu hanya perbedaan species bukan perbedaan genus.
Dalam pandangan ini maka Pithecanthrotus erectus harus diletakan dalam
genus Homo, dan untuk mempertahankan species aslinya, dinamakan Homo
erectus. Maka berakhirlah debat pandang mengenai Pithecanthropus dari Dubois
dalam sejarah perkembangan manusia yang berjalan puluhan tahun. Saat ini
Pithecanthropus diterima sebagai hominid dari Jawa, bagian dari Homo erectus.
Ciri fisik :
- Kulit hitam
- Badan kecil dan kekar
- Rambut keriting
- Mulut besar
- Hidung mancung
Sisa keturunannya di Siak di Riau, suku Kubu, dan anak dalam di Jambil, Papua
dan pulau-pulau Melanesia.
14
2.9.2. Bangsa Melayu tua atau proto melayu
Ciri- ciri :
- Berasal dari daerah Yunan cina selatan
- Termasuk dalam budaya neolitikum
Ciri fisik :
- Kulit kuning
- Mata sipit
- Rambut lurus
- Badan tinggi ramping
- Mulut dan hidung sedang
Sisa keturunan di Suku Toraja, Sasak, Dayak, Nias, Batak, dan Kubu
2.9.3. Bangsa Melayu Muda atau Deutromelayu
Ciri- ciri :
- Dari lembah Songhong Vietnam
- Tergolong ras campuran
- Merupakan bangsa melayu tua yang telah bercampur dengan bangsa aria di
daratan Yunan
- Termasuk kebudayaan perunggu atau dongson
Ciri fisik :
15
2.10. Teori asal- usul bangsa Indonesia
2.10.1. Teori Yunan
Teori ini di dukung beberapa sarjana seperti R. H. Geldern, J.H.C. Kern, J.R.
Foster, J.R.Logan, Slamet Muljana, dan Asmah Haji Omar. Alasan yang
menyokong teori yunan yaitu :
a. Kapak tua yang ditemukan di wilayah Indonesia memiliki kemiripan dengan
kapak tua di Asia Tengah.
b. Bahasa melayu yang berkembang di Indonesia serumpun dengan bahasa yang
ada di Kamboja.
2.10.2. Teori Indonesia atau Nusantara
Teori ini menyatakan bahwa asal mula manusia yang menghuni wilayah
Indonesia tidak berasal dari luar wilayah Indonesia. Teori ini di dukung oleh para
sarjana. Akan tetapi, nampaknya teori ini kurang populer dan kurang banyak di
terima masyarakat
2.10.3. Teori out of africa
Menyatakan bahwa manusia modern yang hidup sekarang berasal dari Afrika.
Setelah berhasil melalui proses evolusi dan mencapai taraf manusia modern,
kemudian mereka bermigrasi ke seluruh benua yang ada di dunia ini. Apabila kita
bersandar pada teori ini maka bisa dikatakan bahwa manusia yang hidup di
Indonesia sekarang ini adalah hasil proses migrasi manusia modern yang berasal
dari Afrika tersebut.
2.10.4. Teori Out Of Yunan
Menyatakan bahwa manusia Indonesia berasal dari Taiwan. Teori ini di
dukung oleh Harry Truman Simanjuntak dan di tarik kesimpulan bahwa
keseluruhan bahasa yang digunakan suku di Indonesia memiliki rumpun yang sama
yaitu rumpun Autronesia.
16
2.11. Corak kehidupan pra aksara
• Paleolitik
Food • Messolitik
Gathering
• Neolitik
Food • Megalitik
Producing • tembaga
• perunggu
perundagian • besi
a. Food Gathering
17
Kebudayaannya pantai yaitu abris sous rouche dan kjokkenmoddinger
b. Food Producing
c. Perundagian
18
genggam Koenigswald memotong, dan
menguliti binatang
Kebudayaan Ngandong
Benda Penemu Tempat Fungsi
Ujung Von Ngandong Menangkap ikan
tombak Koenigswald
Kalsedon Von Ngandung Hiasan dinding
Koenigswald
Belati Von Gua Sampung Mengorek ubi dan
Koenigswald keladi dari tanah
19
2.12.3. Neolitik (zaman batu )
Kebudayaan Kapak Persegi
Benda Penemu Tempat Fungsi
Beliung Robert Von Sumatra, Sebagai alat
Heine Geldern Jawa, Nusa pertanian
Tenggara,
Maluku,
Sulawesi, dan
Kalimantan
Tarah Robert Von Sumatra, Sebagai alat
Heine Geldern Jawa, Nusa pelengkap dalam
Tenggara, upacara ritual
Maluku,
Sulawesi, dan
Kalimantan
20
2.12.4. Zaman logam
Kebudayaan Dongson atau perunggu
Benda Penemu Tempat Fungsi
Kapak corong Sumatra Memotong kayu
selatan, Jawa,
Bali
Nekara Bali, NTT, Sarana upacara
Jawa Tengah, seperti upacara
Banten memanggil roh leluhur
dan memanggil hujan
Bejana Kerinci Tempat minum,
perunggu (Jambi), dan tempat upacara
Sampang
(Madura)
Arca perunggu Bangkinang Tempat
(Riau), penyembahan roh
Palembang
(Sumatra
Selatan), Bogor
(JaBar),
Lumajang
(JaTim)
Moko Pulau Alor Sebagai
perlengkapan upacara
dan tari-tarian adat
Barang Bogor, Bali, Alat tukar
perhiasan Malang
Senjata Menangkap ikan ,
mengupas buah
Besi
Benda Penemu Tempat Fungsi
Tombak Wonogiri, Besuki Membunuh antelop
Mata panah Dalam gua daerah Menangkap ikan
pantai atau sungai
Sabit Wonogiri Menyabit tumbuhan
Mata pisau Gunung kidul Memotong sebuah
benda
Kapak Bogor Perkakas memotong
kayu, senjata perang
Pedang Besuki dan Punung Alat perang
21
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia
purba. Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu
zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba
karena adanya fosil dan artefak. Jenis-jenis manusia purba dibedakan dari
zamannya yaitu zaman palaeolitikum, zaman mezolitikum, zaman neolitikum,
zaman megalitikum, zaman logam dibagi menjadi 2 zaman yaitu zaman perunggu
dan zaman besi. Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah
Indonesia MeganthropusPaleojavanicus yaitumanusia purba bertubuh besar tertua
di Jawa dan Pithecanthrophus adalah manusia kera yang berjalan tegak.
Corak kehidupan prasejarah indonesia dilihat dari segi hasil kebudayaan
manusia prasejarah menghasilkan dua bentuk budaya yaitu : bentuk budaya yang
bersifat spiritual dan bersifat material; segi kepercayaan ada dinamisme dan
animisme; pola kehidupan manusia prasejarah adalah bersifat nomaden (hidup
berpindah-pindah dan bersifat permanen (menetap); sistem bercocok
tanam/pertanian; pelayaran; bahasa; food gathering dan menjadi food producing.
Homo Sapiensadalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang
sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia
sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. Jenis
kaum Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia ada 2 yaitu:
1. Homo Soloensis
2. Homo Wajakensis
Hasil kebudayaan Homo sapiens adalah perkakas yang terbuat dari batu dan
zaman manusia mempergunakan perkakas dari batu disebut Zaman Batu. Zaman
batu terbagi dua tahap, yaitu: Zaman Batu Tua (paleolithikum) dan Zaman Batu
Baru (Neolithikum).
22
3.2. Saran
3.2.1. Diharapkan agar masyarakat dapat memahami maksud dari makalah ini dan
bisa menambah pengetahuan dan wawasan tentang kehidupan manusia purba
pada zaman dahulu.
3.2.2. Diharapkan bagi penulis lain untuk mencari referensi yang lebih relevan
sebagai bahan dalam pembuatan makalah guna menciptakan karya tulis yang
lebih bermanfaat mengenai kehidupan manusia homo sapiens pada zaman
dahulu.
23
Daftar Pustaka
Abdullah, Taufik. 2012. Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid 1: Prasejarah.
Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.
Abdullah, Taufik. 2012. Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid 2: Kerajaan Hindu-
budha. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.
24