Anda di halaman 1dari 29

MENELUSURI PERADABAN AWAL

DI KEPULAUAN INDONESIA

DISUSUN OLEH:

DITO ADRIAN RISTAMA

Tahun Pelajaran 2018/2019

i
MENELUSURI PERADABAN AWAL
DI KEPULAUAN INDONESIA

DISUSUN OLEH:
DITO ADRIAN RISTAMA
X IPA 2 / 20

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MADIUN


TAHUN AJARAN 2018/2019

i
Halaman Pengesahan

Makalah ini ditulis untuk menunjang belajar siswa siswi kelas X Sekolah
Menengah Atas Negeri 6 Madiun Tahun 2018/2019

Mengetahui, Mengetahui,
Kepala SMAN 6 Madiun Pembimbing

Drs. Sudjadi , S.Pd Drs. Agus Setiabudi, S.Pd


NIP.19581126 198603 1 006 NIP.19670204 200801 1 005

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang sudah
melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyusun
karya ilmiah untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia.
Karya ilmiah ini kami susun dengan bantuan dari beberapa pihak untuk itulah kami
mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Sudjadi, M.Pd. Selaku Kepala Sekolah SMAN 6 Madiun


2. Bapak Mahfud Fauzi, S.Pd. Selaku Wali Kelas
3. Drs. Agus Setiabudi, S.Pd. Selaku Guru Sejarah Indonesia
4. Bapak dan Ibu guru SMAN 6 Madiun
5. Orang Tua dan Keluarga
6. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu

Kami Berharap kritik dan saran dari pembaca karena masih banyak kekurangan dalam
karya ilmiah kami.

Semoga karya ilmiah kami yang jauh dari sempurna ini bermanfaat bagi kami semua.

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................ Error! Bookmark not defined.


Halaman Pengesahan ................................................................................ii
Kata Pengantar........................................................................................ iii
Daftar Isi ...................................................................................................iv
BAB I Pendahuluan .................................................................................. 1
BAB II Pembahasan .................................................................................. 3
BAB III Penutupan…………………………………………………….................................23

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………24

iv
BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajaratun yang berarti pohon,
artinya sebuah pohon yang terus berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat
yang lebih kompleks atau lebih maju. Dalam bahasa Inggris, kata sejarah (history)
berarti masa lampau umat manusia. Dalam bahasa Jerman, kata sejarah (geschicht)
berarti sesuatu yang telah terjadi. Dalam bahasa Yunani disebut istoria, artinya
belajar. Dalam bahasa Belanda disebut distoria (pengetahuan). Dalam kamus umum
Bahasa Indonesia yang ditulis oleh W.J.S. Poerwadaraminta menyebutkan bahwa
sejarah mengandung tiga pengertian sebagai berikut :

1. Sejarah berarti silsilah atau asal usul


2. Sejarah berarti benar- benar terjadi pada masa lampau
3. Sejarah berarti ilmu, pengetahuan, cerita pelajaran tentang kejadian atau
peristiwa yang benar- benar terjadi pada masa lampau.
Dalam kata lain sejarah adalah peristiwa benar- benar terjadi tentang manusia
yang terjadi di masa lampau dalam susuan ilmiah.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana manusia purba sejarah sebelum mengenal tulisan?
2. Kapan terbentuknya kepulauan Indonesia?
3. Mengapa disebut sebagai manusia purba?
4. Bagaimana asal- usul persebaran nenek moyang bangsa Indonesia?
5. Bagaimana corak kehidupan masyarakat masa praaksara?
6. Bagaimana perkembangan teknologi pada masa itu?

1
1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah adalah

1. Untuk mengetahui dan mempelajari peradaban awal di Indonesia.


2. Untuk mengetahui asal- usul nenek moyang bangsa Indonesia.
3. Untuk mengetahui corak kehidupan dan perkembangan teknologi pada masa
praaksara.

1.4. Manfaat penulisan

Adapun manfaat dari penulisan masalah adalah

1. Memahami tentang sejarah peradaban awal di Indonesia.


2. Memberikan informasi mengenai kehidupan manusia purba dan asal-usul nenek
moyang bangsa Indonesia dalam bentuk tulisan.
3. Memberikan informasi tentang hasil- hasill dan nilai- nilai budaya masyarakat
Indonesia pada masa praaksara.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Sebelum Mengenal Tulisan


“Praaksara” adalah istilah baru untuk menggantikan istilah “prasejarah”.
Penggunaan istilah prasejarah untuk menggambarkan perkembangan kehidupan dan
budaya manusia sebelum mengenal tulisan dianggap kurang tepat. Kata
"prasejarah" terdiri atas dua kata, yaitu kata "pra" artinya sebelum dan kata
"sejarah" yang bermakna aktivitas manusia di masa lalu. Jadi, kata prasejarah
bermakna sebelum ada aktivitas manusia. Padahal pada kenyataannya, manusia
pada saat itu sudah memiliki sejarah dan kebudayaan, meskipun belum mengenal
tulisan.
Adapun kata "praaksara" juga terdiri atas dua kata, yaitu "pra" dan "aksara".
Kata "pra" berarti sebelum, sedangkan kata "aksara" berarti tulisan. Dengan
demikian, praaksara dapat didefinisikan sebagai masa kehidupan manusia sebelum
mengenal tulisan. Oleh karena itu, prasejarawan sepakat untuk lebih menggunakan
kata praaksara daripada menggunakan kata prasejarah untuk mengungkap
kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Selain prasejarah, ada istilah lain
yang mirip dengan arti praaksara, yaitu nirleka. Kata "nir" artinya tanpa dan kata
"leka" artinya tulisan.
Awal mula peradaban manusia dimulai dengan banyak keterbatasan hingga
semakin hari semakin sempurna dan terus tambah sempurna. Namun tentunya
karena pada zaman tersebut belum mengenal tulisan maka sejarahnya tentu kita
dapatkan berdasarkan penemuan-penemuan yang berupa artefak-artefak yang
tertimbun di dalam berbagai lapisan tanah. Bisa berupa perkakas untuk mengolah
makanan, untuk berburu, dll sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan manusia
purba dulu. Di Indonesia sendiri terdapat beberapa tahap perkembangan Indonesia
di zaman prasejarah atau sejarah Indonesia berikut penjelasannya.

3
2.2. Berakhirnya masa praaksara
Sekitar 4000 tahun sebelum Masehi terjadi perubahan signifikan dalam
kehidupan masyarakat pada masa praaksara di kepulauan Indonesia. Pada masa ini
terjadi migrasi yang dilakukan oleh bangsa berbahasa Austronesia. Bangsa- bangsa
yang berbahasa Austronesia memperkenalkan inovasi- inovasi dalam berbagai
bidang, terutamana dalam teknik pembuatan peralatan batu.
Pada masa ini kehidupan masyarakat semakin kompleks. Kompleksitas
kehidupan tersebut tidak terlepas dari interaksi sosial masyarakat yang mulai
meningkat. Interaksi perdagangan dan pelayaran yang mulai berkembang pada
masa ini juga memperkenalkan masyarakat dengan tulisan. Berkembangnya budaya
tulis ini yang menandai berakhirnya masa praaksara. Para ahli memperkirakan
masyarakat Indonesia mengakhiri masa praaksara sekira abad IV- V Masehi. Bukti
berakhirnya masa praaksara Indonesia adalah penemuan prasasti Yupa peninggalan
Kerajaan Kutai di Muara Kaman, Kalimantan Timur.

2.3. Proses evolusi bumi


Berdasarkan hasil penelitian geologi, diketahui bahwa bumi berukuran sekitar
4.570 juta tahun. Proses pembentukan bumi terbagi atas beberapa fase atau zaman.
Pembagian zaman berdasarkan geologi sebagai berikut:
a. Zaman arkeozoikum/ azoikum (4,5 – 2,5 Miliar tahun lalu )
Arkeozoikum artinya masa kehidupan purba. Masa arkeozoikum
berlangsungnya sekitar 4,5-2,5miliar tahun yang lalu. Masa ini merupakan awal
pembentukan batuan kerak bumi yang kemudian berkembang menjadi
protokontinen. Lempeng tektonik yang menyebabkan gempa terbentuk pada
masa ini. Lingkungan hidup pada masa ini dapat digimbarkan mirip dengan
lingkungan mata air panas. Masa arkeozoikum merupakan awal terbentuknya
hidrosfer dan atmosfer serta awal munculnya kehidupan primitif di
dalam samudra berupa mikroorganisme (bakteri dan ganggang). Fosil tertua
yang telah ditemukan pada masa ini adalah Stromatolit dan Cyanobakteria
dengan umur sekitar 3,5 miliar tahun.

4
b. Zaman Paleozoikum (2,5 miliar-245 Juta Tahun Lalu)
Secara harfiah paleozoikum artinya masa kehidupan awal. Zaman
paleozoikum berlangsung sekitar2,5 miliar-245 juta tahun lalu. pada masa ini
mulai terjadi perkembangan atmosfer dan hidrosfer, sertakehidupan
mikroorganisme bersel tunggal menjadi bersel banyak seperti enkaryotes dan
prokaryotes. Enkaryotes merupakan bakal tumbuhan, sedangkan prokaryotes
menjadi cikal bakal binatang. Padamasa ini jenis hewan invertebrata bertubuh
lunak seperti ubur-ubur, cacing, dan koral juga mulai muncul di laut-laut
dangkal.Periode pada zaman paleozoikum, yaitu periode kambrium,
ordovisium, silur, devon, karbon, danperm. Pada periode kambrium sudah
muncul benua besar yang disebut Gondwana. Benua ini merupakan cikal bakal
Benua Antartika, Afrika, I ndia, Australia, Asia, dan Amerika Selatan.
Sementara itu, Benua Eropa, Amerika Utara, dan Tanah Hiiau (Greenland)
masih berupa benua-benua kecil

yang terpisah. Pada periode devon samudra mulai menyempit, sedangkan


Benua Gondwana terus berkembang hingga menutupi Eropa, Amerika Utara,
dan Tanah Hijau (Greenland). Sementara itu, pada periode karbon benua-benua di
bumi mulai menyatu membentuk satu benua raksasa yang disebut Pangaea.
a. Zaman Mesozoikum (245-65 JutaTahun Lalu)
Masa mesozoikum disebut juga zaman sekunder. Pada masa ini mulai
muncul makhluk hidup yang beraneka ragam. Pada masa ini kondisi bumi
mulai stabil. Iklim sudah bersahabat dan curah hujan mulai menurun. Masa
mesozoikum merupakan awal kemunculan binatang reptil berukuran besar
seperti tyrannosaurus, spinosaurus, stegosaurus, dan brontosaurus. Masa
mesozoikum dibagi menjadi tiga periode, yaitu periode trias, jura, dan kapur.
- Periode trias, berlangsung sejak 225-190 juta tahun lalu. Pada periode ini
kondisi bumi menjadikering dan tidak subur. Selain itu, pada periode
ini Benua Pangaea bergerak ke utara dan gurunterbentuk. Pada periode
ini dinosaurus dan reptilian laut berukuran besar muncul untuk pertama
kalinya.
- Periode jura, berlangsung sejak 190-136 juta tahun lalu. Pada periode
ini dinosaurus dan tyrannosaurus berkembang menjadi penguasa
daratan, ichtiyosaurus menjadi pemburu didalam lautan dan pterosaurus

5
merajai angkasa. Pada periode ini Benua Pangaea mulai terpecah, Amerika
Utaramemisahkan diri dari Afrika, sedangkan Amerika Selatan melepaskan
diri dari Antartika danAustralia.
- Periode kapur, berlangsung sejak 136-65 juta tahun lalu. Pada periode ini
dinosaurus mengalamikepunahan karena terjadi perubahan drastis dari
iklim hangat menjadi iklim dingin. Perubahan inimenyebabkan dinosaurus
tidak mampu menyesuaikan.
b. Zaman Neozoikum/Kenozoikum (65-1,8 JutaTahun Lalu)

Masa neozoikum dikenal dengan zaman kehidupan baru. Penyebutan


ini didasarkan pada kepunahanbinatang-binatang raksasa dan munculnya jenis
kehidupan baru yang mirip dengan makhluk hidup saat ini. Masa neozoikum
berlangsung sekitar 65-1,8 juta tahun lalu. Kehidupan pada masa
neozoikum dibedakan menjadi zaman tersier dan kuarter.
- Zaman Tersier
Zaman tersier berlangsung sekitar 65-1,8 juta tahun lalu. Pada zaman
tersier muncul primata dan burung tidak bergigi berukuran besar seperti
burung unta. Selain itu, muncul fauna laut seperti ikan, molusca, dan
echinodermata yang sangat mirip dengan fauna laut sekarang. Tumbuhan
berbungaterus berevolusi hingga menghasilkan banyak variasi seperti
semak belukar, tumbuhan merambat, dan rumput. Pada zaman tersier
hingga kuarter terjadi kemunculan serta kepunahan hewan dan tumbuhan
secara silih berganti. Rangkaian peristiwa ini terjadi karena perubahan
iklim global yang ekstrem.
- Zaman Kuarter
Zaman kuarter berlangsung mulai 1,8 juta tahun lalu. Zaman kuarter
dibedakan menjadi dua periode, yaitu kala pleistosen dan holosen. Kala
pleistosen dimulai sekitar 1,8 juta tahun lalu dan berakhir pada 10.000
tahun yang lalu. Kala pleistosen kemudian diikuti kala holosen yang
berlangsung sampaisekarang.

6
Pada kala pleistosen paling sedikit terjadi lima kali zaman es atau
zaman glasial. Pada zaman glasial sebagian besar wilayan Eropa, Amerika
Utara, dan Asia bagian utara tertutup es. Demikian juga dengan
Pegunungan Alpen, Pegunungan Cherpatia, dan Pegunungan Himalaya.
Pada zarnan ini mulai muncul kehidupan manusia. Manusia purba
(Homo erectus) muncul pada kala pleistosen. Manusia modern muncul pada
kala holosen. Flora dan fauna pada kala pleistosen sangat mirip dengan
flora dan fauna zaman sekarang. Pada zaman inilah kehidupan masa
praaksara di Indonesia dimulai yang ditandai dengan keberadaan manusia.

2.4. Pembentukan Kepulauan Indonesia


Faktor terbentuknya kepulauan Indonesia :
a. Tenaga endogen : matahari, air, angin
b. Glasial : keadaan bumi temperaturnya semakin dingin sehingga permukaan
lapisan es di kutub utara dan selatan semakin luas dan menutupi daratan sempit
dan permukaan air laut semakin turun.
c. Interglasial : temperstur bumi semakin panas sehingga terjadi pencairan es. Air
laut semakin tinggi banyak daratan yang tergenang air laut
d. Tenaga eksogen :
Indonesia diatas tungku magma Indo – australia (di selatan)
Indonesia terdapat 3 lempeng
Eurasia (di utara)
Indonesia terdapat banyak gunung
berapi Pasifik (di timur)
2.5. Pembentukan Pulau- Pulau Besar di Indonesia
Aktivitas tektonik dari ketiga lempeng dunia, yaitu Indo- Australia, Eurasia,
dan Pasifik menyebabkan terbentuknya Kepulauan Indonesia. Akibat pergerakan
ketiga lempeng tersebut, deretan gunung api aktif mulai terbentuk. Pergerakan
tersebut juga berpengaruh terhadappembentukan pulau- pulau di Indonesia. Di
Indonesia terbagi menjadi 5 pulau besar, yaitu Sumatra, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, dan Papua. Rangkaian pulau ini menjadi bagian utama dari Kepulauan
Indonesia. Di wilayah Indonesia terdapat sekira 400 gunung api, 130 di antaranya
termasuk gunung api aktif.

7
2.6. Mengenal Manusia Purba
2.6.1. Lokasi penemuan manusia purba
Beberapa wilayah Indonesia yang menjadi tempat hunian manusia purba antara lain
Sangiran, Trinil, Wajak, dan Flores.
a. Sangiran
Sangiran merupakan salah satu lokasi penting bagi dunia pendidikan. Tempat ini
merupakan lokasi penemuan fosil-fosil manusia purba yang menyebabkan akademisi
dunia memiliki bahan untuk mengetahui cara hidup nenek moyang kita. Untuk
menjaga tempat ini, sejak tahun 1996 UNESCO menganugerahi tempat Sangiran
sebagai Situs Warisan Dunia.
Lokasi Museum Purbakala Sangiran mudah ditempuh dari Jogja atau Solo.
Letaknya di tengah-tengah kawasan persawahan Desa Krikilan, Sragen, sekitar 17
kilometer dari Kota Solo. Museum tersebut memiliki lebih dari 13.000 koleksi. Mulai
dari fosil manusia purba yang berdiri tegak, fosil hewan-hewan bertulang belakang,
batu bermineral hingga peralatan batu.
Dahulu sebelum kedatangan Von Koenigswald, Sangiran hanya dikenal sebagai
perbukitan tandus. Tahun 1934, peneliti dari Belanda ini menemukan sejumlah alat
serpih yang digunakan oleh manusia purba. Akademisi di seluruh dunia kemudian
mulai melirik Sangiran setelah Van Koenigswald menemukan fosil rahang bawah
Meganthropus Paleo Jawanicus yang disusul dengan penemuan fosil Pithecanthropus
erectus.Kemudian Sangiran menjadi lokasi berbagai fosil manusia purba dan fosil
beragam mahluk hidup. Hal tersebut membuat berbagai peneliti baik dari dalam
maupun luar negeri tertarik untuk menjelajahi lebih jauh mengenai tempat ini.
Museum Sagiran cocok untuk belajar mengenai bagaimana manusia berevolusi
serta belajar mengenai batu-batuan penyusun bumi. Serunya, ruangan museum ini
tertata dengan apik. Pengunjung dapat dengan mudah menemukan informasi
mengenai benda yang dipamerkan melalui panduan yang tersebar di seluruh bagian
museum.
Bangunan yang menempati wilayah seluas 16.675 meter persegi tersebut selain
memiliki ruang pameran juga dilengkapi laboratorium, ruang pertemuan, dan juga
penyimpanan fosil.
b. Trinil, Ngawi, Jawa Timur

8
Sebelum penemuannya di Trinil, Eugene Dubois mengawali temuan
Pithecantropus erectus di Desa Kedungbrubus, sebuah desa terpencil di daerah
Pilangkenceng, Madiun, Jawa Timur.
Desa itu berada tepat di tengah hutan jati di lereng selatan Pegunungan
Kendeng. Pada saat Dubois meneliti dua horizon/lapisan berfosil di Kedungbrubus
ditemukan sebuah fragmen rahang yang pendek dan sangat kekar, dengan sebagian
prageraham yang masih tersisa. Prageraham itu menunjukkan ciri gigi manusia bukan
gigi kera, sehingga diyakinibahwa fragmen rahang bawah tersebut milik rahang
hominid. Pithecantropus itu kemudian dikenal dengan Pithecantropus A.
Trinil adalah sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, masuk wilayah
administrasi Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Tinggalan purbakala telah lebih dulu
ditemukan di daerah ini jauh sebelum von Koeningswald menemukan Sangiran pada
1934. Ekskavasi yang dilakukan oleh Eugene Dubois di Trinil telah membawa
penemuan sisa-sisa manusia purba yang sangat berharga bagi dunia pengetahuan.
Penggalian Dubois dilakukan pada endapan alluvial Bengawan Solo. Dari lapisan ini
ditemukan atap tengkorak Pithecanthropus erectus, dan beberapa buah tulang paha
(utuh dan fragmen) yan menunjukkan pemiliknya telah berjalan tegak.
Tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinil sangat pendek tetapi memanjang
ke belakang. Volume otaknya sekitar 900 cc, di antara otak kera (600 cc) dan otak
manusia modern (1.200-1.400 cc). Tulang kening sangat menonjol dan di bagian
belakang mata, terdapat penyempitan yang sangat jelas, menandakan otak yang belum
berkembang. Pada bagian belakang kepala terlihat bentuk yang meruncing yang
diduga pemiliknya merupakan perempuan. Berdasarkan kaburnya sambungan
perekatan antartulang kepala, ditafsirkan inividu ini telah mencapai usia dewasa.
Selain tempat-tempat di atas, peninggalan manusia purba tipe ini juga ditemukan
di Perning, Mojokerto, Jawa Timur; Ngandong, Blora, Jawa Tengah; dan
Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah. Temuan berupa tengkorak anak-anak berusia
sekitar 5 tahun oleh penduduk yang sedang membantu penelitian Koeningswald
danDuyfjes perlu untuk dipertimbangkan. Temuan itu menjadi bahan diskusi yang
menarik bagi para ilmuwan. Metode pengujian penanggalan potasium-argon yang
digunakan oleh Tengku Jakob dan Curtis terhadap batu apung yang terdapat disekitar
fosil tengkorak itu menunjukkan angka 1,9 atau kurang lebih 0,4 juta tahun. Pengujian
juga dilakukan dengan mengambil sampel endapan batu apung dari dalam tengkorak

9
dan menunjukkan angka 1,81 juta tahun. Hasil uji penanggalan-penanggalan tersebut
menjadi perdebatan para ahli dan perlu untuk dikaji lebih lanjut
c. Wajak
Wajak terletak di Tulungagung, Jawa Timur. Nama wajak mulai mengemuka
pada tahun 1889 saat B.D. Reitschoten menemukan sebuah fosil tengkorak. Fosil
tersebut kemudian diserahkan kepada C.P. Sluiter, kurator dari Koninklijke
Natuurkundige Vereeniging (perkumpulan ahli ilmu alam) di Batavia. Sluiter
kemudian menyerahkan fosil tengkorak wajak kepada Eugene Dubois.
Dubois menyisir tempat Rietschoten menemukan fosil tengkorak manusia yakni
di cekungan bebatuan sekitar Wajak. Disekitar tempat itu Dubois menemukan sisa
fosil reptil dan mamalia serta fosil tengkorak manusia meskipun tidak seutuh temuan
Rietschoten. Fosil temuan Dubois tersebut dinamakan Homo Wajakensis.
d. Flores
Flores merupakan salah satu pulau di gugusan Kepulauan Nusa Tenggara.
Penelitian kehidupan purba di Flores dimulai pada tahun 2003. Penelitian tersebut
dilakukan oleh beberapa ilmuwan dari Indonesia dan Australia. Tim Indonesia
dipimpin oleh Raden Soejono dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dari tim
Australia dipimpin oleh Mike Morwood dari Universitas New England. Pada
penggalian di Gua Lang Bua, Flores, para ilmuwan menemukan fosil manusia kerdil
atau hobbit yang diberi nama Homo Floresiensis.

2.7. Jenis- jenis manusia purba


2.7.1. Meganthropus
Meganthropus adalah manusia purba yang tertua di Indonesia. Tempat
penemuan di Desa Sangiran, lembah sungai Bengawan Solo. Di temukan oleh Von
Koenigswald.
Bagian yang ditemukan adalah : fragmen rahang bawah sebelah kanan
(dengan kedua geraham muka dan geraham bawah), rahang atas sebelah kiri
(dengan geraham kedua dan ketiga). Ciri- ciri fisik :
- Tubuhnya kekar
- Rahang dan gerahamnya besar
- Tidak berdagu menyerupai kera

10
- Kening menonjol
- Tulang pipi tebal
2.7.2. Pithecanthropus Mojokertensis
Pithecanthropus atau manusia kera adalah manusia purba yang paling banyak
ditemukan di Indonesia. Tempat penemuan di Mojokerto, Kedungbrubus, Trinil,
Sangiran, Sambung macan dan Ngandong. Ditemukan oleh Eugene Dubois. Bagian
yang ditemukan adalah : tempurung tengkorak, tulang paha, dan tiga gigi. Ciri- ciri
fisik :
- Tubuh tegap
- Tinggi badan 165-160 cm
- Dagu belum ada
- Hidung lebar
- Volume otak sekitar 750-130
2.7.3. Pithecanthropus Erectus atau Homo Erectus
Pithecanthropus Erectus adalah manusia purba yang memiliki daerah
persebaran paling luas di Indonesia. Ditemukan di Kedung Brubus, Trinil, dan
Ngawi. Ditemukan oleh Eugene Dubois. Bagian yang ditemukan adalah atap
tengkorak, tulang paha, rahang bawah, rahang atas, gigi lepas, dan tulang kering.
Ciri- ciri fisik :
- Badan tegap
- Hidung lebar
- Dagu tidak ada
- Terdapat tonjolan kening pada dahi
- Tulang tengkorak berbentuk lonjong
2.7.4. Homo Sapiens
Homo sapiens adalah manusia sempurna dan cerdas. Ditemukan di daerah
Ngandong. Ditemukan oleh Von Koenigswald dan Weidenreich. Bagian yang
ditemukan adalah tengkorak, gigi, dan rahang bawah. Ciri- ciri fisik :
- Tengkorak besar
- Akar hidung lebar

11
- Dagi agak miring
- Tinggi badan sekira 173 cm
- Bagian mulut menonjol sedikit
2.7.5. Homo Wajakensis
Homo wajakensis adalah manusia purba yang pernah hidup di Indonesia.
Ditemukan di Lembah sungai Brantas, Wajak, Tulungagung, Jawa Timur.
Ditemukan oleh Eugene Dubois. Bagian yang ditemukan adalah tengkorak, tulang
paha, dan tulang kering. Ciri- ciri fisik :
- Tengkorak besar
- Busur kening nyata
- Tengkorak agak lonjong
- Tengkorak berbentuk agak persegi
2.7.6. Homo Floresiensis
Homo floresiensis adalah manusia dari Flores. Ditemuka di Gua Liang Bua
Flores. Ditemukan oleh Peter Brown, Mike J. Morwood. Bagian yang ditemkan
adalah tulang iga dan tengkorak. Ciri-ciri fisik :
- Tinggi badan 100 cm
- Berjalan tegak
- Tidak memiliki dagu
2.7.7. Homo Soloensis
Homo soloensis adalah manusia purba yang ditemukan di Solo. Ditemukan di
daerah Ngandong, tepi sungai Bengawan Solo. Ditemukan oleh Von Koenigswald.
Bagian yang ditemukan adalah atap tengkorak dan fragmen tulang pinggul. Ciri-
ciri fisik :
- Tinggi badan 130-210 cm
- Bagian belakang tengkorak membulat dan tinggi

2.8. Perdebatan antara Pithecanthropus ke Homo Erectus


Penemuan fosil-fosil Pithecanthropus oleh Dubois dihubungkan dengan teori
evolusi manusia yang dituliskan oleh Charles Darwin. Harry Widiyanto menuliskan

12
perdebatan itu seperti berikut. Pemenuan fosil Pithecanthropus oleh Dubois yang
dipublikasikan pada tahun 1894 dalam berbagai majalah ilmiah melahirkan
perdebatan. Dalam publikasinya itu Dubois menyatakan bahwa, menurut teori
evolusi Darwin, Pithecanthropus erectus adalah peralihan kera ke manusia. Kera
merupakan moyang manusia. Pernyatakan Dubois itu kemudian menjadi
perdebatan, apakah benar atap tengkorak dengan volume kecil, gigi-gigi berukuran
besar, dan tulang paha yang berciri modern itu berasal dari satu individu Sementara
orang menduga bahwa tengkorak tersebut merupakan tengkorak seekor gibon, gigi-
gigi merupakan milik Pongo sp., dan tulang pahanya milik manusiamodern Lima
puluh tahun kemudian terbukti bahwa gigi-gigi tersebut memang berasal dari gigi
Pongo Sp., berdasarkan ciri-cirinya yang berukuran besar, akar gigi yang kuat dan
terbuka, dentikulasi yang tidak individual, dan permukaan occulsal yang sangat
berkerut-kerut.
Perdebatan itu kemudian berlanjut hingga ke Eropa, ketika Dubois
mempresentasikan penemuan tersebut dalam seminar internasional zoologi pada
tahun 1895 di Leiden, Belanda, dan dalam pameran publik British Zoology Society
di London. Setelah seminar dan pameran itu banyak ahli yang tidak ingin melihat
temuannya itu lagi. Dubois pun kemudian menyimpan semua hasil temuannya itu,
hingga pada tahun 1922 temuan itu mulai diteliti oleh Franz Weidenreich. Temuan-
temuan Dubois itu menandai munculnya sebuah kajian ilmu paleoantropologi telah
lahir di Indonesia.
Tahun 1920-an merupakan periode yang luar biasa bagi teori evolusi manusia.
Teori itu terus menjadi perdebatan, para ahli paleontologi berbicara tentang
ontogenesa dan heterokronis. Seorang teman Dubois, Bolk melakukan formulasi
teori foetalisasi yang sangat terkenal. Dubois telah melakukan penemuan fosil
missing-link. Sementara Bolk menemukan modalitas evolusi dengan menafsirkan
bahwa peralihan dari kera ke manusia terjadi melalui perpanjangan perkembangan
fetus. Dubois dan Bolk kemudian bertemu dalam jalur evolutif dari Heackle yang
sangat terkenal, bahwa filogenesa dan ontogenesa sama sekali tidak dapat
dipisahkan. Penemuan-penemuan kemudian bertambah gencar sejak tahun 1927.

13
Penemuan situs Zhoukoudian di dekat Beijing, menghasilkan sejumlah besar fosil-
fosil manusia, yang diberi nama Sinanthropus pekinensis. Tengkorak-tengkorak
fosil beserta tulang paha tersebut menunjukkan ciri-ciri yang sama dengan
Pithecanthropus erectus.
Seorang ahli biologi menyatakan bahwa standar zoologis tidak dimungkinkan
memisahkan Pithecantropus erectus dan Sinanthropus pekinensis dengan genus
yang berbeda dengan manusia modern. Pithecanthropus adalah satu tahapan dalam
proses evolusi ke arah Homo sapiens dengan kapasitas tengkorak yang kecil.
Karena itulah perbedaan itu hanya perbedaan species bukan perbedaan genus.
Dalam pandangan ini maka Pithecanthrotus erectus harus diletakan dalam
genus Homo, dan untuk mempertahankan species aslinya, dinamakan Homo
erectus. Maka berakhirlah debat pandang mengenai Pithecanthropus dari Dubois
dalam sejarah perkembangan manusia yang berjalan puluhan tahun. Saat ini
Pithecanthropus diterima sebagai hominid dari Jawa, bagian dari Homo erectus.

2.9. Asal- usul nenek moyang Indonesia


2.9.1. Bangsa Melanesia atau papua melanosoide (wedoid)
Ciri- ciri :
- Berasal dari teluk Tonkin Vietnam
- Termasuk kebudayaan mesolitikum/ bacson-hoabinh

Ciri fisik :
- Kulit hitam
- Badan kecil dan kekar
- Rambut keriting
- Mulut besar
- Hidung mancung

Sisa keturunannya di Siak di Riau, suku Kubu, dan anak dalam di Jambil, Papua
dan pulau-pulau Melanesia.

14
2.9.2. Bangsa Melayu tua atau proto melayu
Ciri- ciri :
- Berasal dari daerah Yunan cina selatan
- Termasuk dalam budaya neolitikum

Ciri fisik :

- Kulit kuning
- Mata sipit
- Rambut lurus
- Badan tinggi ramping
- Mulut dan hidung sedang

Sisa keturunan di Suku Toraja, Sasak, Dayak, Nias, Batak, dan Kubu
2.9.3. Bangsa Melayu Muda atau Deutromelayu
Ciri- ciri :
- Dari lembah Songhong Vietnam
- Tergolong ras campuran
- Merupakan bangsa melayu tua yang telah bercampur dengan bangsa aria di
daratan Yunan
- Termasuk kebudayaan perunggu atau dongson

Ciri fisik :

- Kulit sawo matang


- Mata lebat
- Badan tinggi kekar
- Bentuk mulut dan hidung sedang
- Sisa keturunan di suku Aceh, Minangkabau, Jawa, Bali, Bugis

15
2.10. Teori asal- usul bangsa Indonesia
2.10.1. Teori Yunan
Teori ini di dukung beberapa sarjana seperti R. H. Geldern, J.H.C. Kern, J.R.
Foster, J.R.Logan, Slamet Muljana, dan Asmah Haji Omar. Alasan yang
menyokong teori yunan yaitu :
a. Kapak tua yang ditemukan di wilayah Indonesia memiliki kemiripan dengan
kapak tua di Asia Tengah.
b. Bahasa melayu yang berkembang di Indonesia serumpun dengan bahasa yang
ada di Kamboja.
2.10.2. Teori Indonesia atau Nusantara
Teori ini menyatakan bahwa asal mula manusia yang menghuni wilayah
Indonesia tidak berasal dari luar wilayah Indonesia. Teori ini di dukung oleh para
sarjana. Akan tetapi, nampaknya teori ini kurang populer dan kurang banyak di
terima masyarakat
2.10.3. Teori out of africa
Menyatakan bahwa manusia modern yang hidup sekarang berasal dari Afrika.
Setelah berhasil melalui proses evolusi dan mencapai taraf manusia modern,
kemudian mereka bermigrasi ke seluruh benua yang ada di dunia ini. Apabila kita
bersandar pada teori ini maka bisa dikatakan bahwa manusia yang hidup di
Indonesia sekarang ini adalah hasil proses migrasi manusia modern yang berasal
dari Afrika tersebut.
2.10.4. Teori Out Of Yunan
Menyatakan bahwa manusia Indonesia berasal dari Taiwan. Teori ini di
dukung oleh Harry Truman Simanjuntak dan di tarik kesimpulan bahwa
keseluruhan bahasa yang digunakan suku di Indonesia memiliki rumpun yang sama
yaitu rumpun Autronesia.

16
2.11. Corak kehidupan pra aksara

• Paleolitik
Food • Messolitik
Gathering
• Neolitik
Food • Megalitik
Producing • tembaga

• perunggu
perundagian • besi

a. Food Gathering

Food gathering merupakan proses mengumpulkan makanan dengan cara


berburu untuk memenuhi kebutuhan.

Ciri- ciri teknologi paleolitik pada masa food gathering

- Hidup berkelompok baik kecil maupun besar


- Mengenal pemimpin
- Tergantung pada alam
- Tempat tinggal dekat sumber air
- Peralatan terbuat dari batu dan tulang
- Manusia pendukungnya pada masa pleistosen

Ciri- ciri teknologi messolitik pada masa food gathering

- Mengenal sistem kepercayaan dan api


- Manusia pendukungnya adalah wedoid
- Tempat tinggal mulai menetap

17
Kebudayaannya pantai yaitu abris sous rouche dan kjokkenmoddinger

b. Food Producing

Food producing adalah proses memproduksi makanan dengan cara bercocok


tanam dan beternak.

Ciri- ciri teknologi neolitik pada masa food producing

- Mulai bercocok tanam


- Sudah mulai menetap
- Sudah mengenal keluarga besar

Manusia pendukungnya adalah proto melayu

c. Perundagian

Perundagian adalah suatu periode dimana masyarakat sudah hidup teratur


sesuai profesi atau keahlian masing- masinng.

Ciri- ciri teknologi perunggu dan besi pada masa perundagian :

- Mengenal keluarga kecil


- Masyarakat berkelompok menurut profesi
- Anjing dianggap sebagai anggota keluarga
- Teknologinya adalah palaeometalik
- Manusia pendukungnya adalah deutro melayu

2.12. Teknologi atau archeologi


2.12.1. Paleolitik (zaman batu )
Kebudayaan Pacitan
Benda Penemu Tempat Fungsi
Kapak Von Pacitan Senjata, merimbas
perimbas Koenigswald kayu
Kapak Von Pacitan Menggali umbi,

18
genggam Koenigswald memotong, dan
menguliti binatang

Kebudayaan Ngandong
Benda Penemu Tempat Fungsi
Ujung Von Ngandong Menangkap ikan
tombak Koenigswald
Kalsedon Von Ngandung Hiasan dinding
Koenigswald
Belati Von Gua Sampung Mengorek ubi dan
Koenigswald keladi dari tanah

2.12.2. Messolitik (zaman batu)


Kjokkenmoddinger
Benda Penemu Tempat Fungsi
Kapak Dr. Van Stein Sepanjang Menggali,
genggam Callenfels pantai timur memotong, menggores,
Pulau Sumatra menusuk, dan memalu
Lukisan gua Roder dan Sepanjang Keperluan ilmu
Galis pantai timur magis, memperingati
Pulau Sumatra peristiwa penting,
bagian dari ritual
agama.

Abris Sous Roche


Benda Penemu Tempat Fungsi
Flakes Alfred Buhler Gua di Toala Mengupas makanan,
SulSel, Rote, dan menangkap ikan, dan
Timor penusuk
Ujung mata Alfred Buhler Gua di Toala Menangkap ikan
panah SulSel, Rote, dan
Timor

19
2.12.3. Neolitik (zaman batu )
Kebudayaan Kapak Persegi
Benda Penemu Tempat Fungsi
Beliung Robert Von Sumatra, Sebagai alat
Heine Geldern Jawa, Nusa pertanian
Tenggara,
Maluku,
Sulawesi, dan
Kalimantan
Tarah Robert Von Sumatra, Sebagai alat
Heine Geldern Jawa, Nusa pelengkap dalam
Tenggara, upacara ritual
Maluku,
Sulawesi, dan
Kalimantan

Kebudayaan kapak lonjong


Benda Penemu Tempat Fungsi
Walzeinbeil Seram, Alat pertanian
Sorong,
Tanimbar, Leti,
Minahasa, Papua
Kleinbeil Seram, Benda wasiat
Sorong,
Tanimbar, Leti,
Minahasa, Papua
Perhiasan batu Seram, Pemanggil hujan
Sorong, atau umumnya untuk
Tanimbar, Leti, pernikahan
Minahasa
Gerabah Seram, Keperluan sehari-
Sorong, hari, wadah kubur,
Tanimbar, Leti, peralatan kubur
Minahasa

20
2.12.4. Zaman logam
Kebudayaan Dongson atau perunggu
Benda Penemu Tempat Fungsi
Kapak corong Sumatra Memotong kayu
selatan, Jawa,
Bali
Nekara Bali, NTT, Sarana upacara
Jawa Tengah, seperti upacara
Banten memanggil roh leluhur
dan memanggil hujan
Bejana Kerinci Tempat minum,
perunggu (Jambi), dan tempat upacara
Sampang
(Madura)
Arca perunggu Bangkinang Tempat
(Riau), penyembahan roh
Palembang
(Sumatra
Selatan), Bogor
(JaBar),
Lumajang
(JaTim)
Moko Pulau Alor Sebagai
perlengkapan upacara
dan tari-tarian adat
Barang Bogor, Bali, Alat tukar
perhiasan Malang
Senjata Menangkap ikan ,
mengupas buah

Besi
Benda Penemu Tempat Fungsi
Tombak Wonogiri, Besuki Membunuh antelop
Mata panah Dalam gua daerah Menangkap ikan
pantai atau sungai
Sabit Wonogiri Menyabit tumbuhan
Mata pisau Gunung kidul Memotong sebuah
benda
Kapak Bogor Perkakas memotong
kayu, senjata perang
Pedang Besuki dan Punung Alat perang

21
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia
purba. Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu
zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya manusia purba
karena adanya fosil dan artefak. Jenis-jenis manusia purba dibedakan dari
zamannya yaitu zaman palaeolitikum, zaman mezolitikum, zaman neolitikum,
zaman megalitikum, zaman logam dibagi menjadi 2 zaman yaitu zaman perunggu
dan zaman besi. Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah
Indonesia MeganthropusPaleojavanicus yaitumanusia purba bertubuh besar tertua
di Jawa dan Pithecanthrophus adalah manusia kera yang berjalan tegak.
Corak kehidupan prasejarah indonesia dilihat dari segi hasil kebudayaan
manusia prasejarah menghasilkan dua bentuk budaya yaitu : bentuk budaya yang
bersifat spiritual dan bersifat material; segi kepercayaan ada dinamisme dan
animisme; pola kehidupan manusia prasejarah adalah bersifat nomaden (hidup
berpindah-pindah dan bersifat permanen (menetap); sistem bercocok
tanam/pertanian; pelayaran; bahasa; food gathering dan menjadi food producing.
Homo Sapiensadalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang
sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia
sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. Jenis
kaum Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia ada 2 yaitu:
1. Homo Soloensis
2. Homo Wajakensis
Hasil kebudayaan Homo sapiens adalah perkakas yang terbuat dari batu dan
zaman manusia mempergunakan perkakas dari batu disebut Zaman Batu. Zaman
batu terbagi dua tahap, yaitu: Zaman Batu Tua (paleolithikum) dan Zaman Batu
Baru (Neolithikum).

22
3.2. Saran
3.2.1. Diharapkan agar masyarakat dapat memahami maksud dari makalah ini dan
bisa menambah pengetahuan dan wawasan tentang kehidupan manusia purba
pada zaman dahulu.
3.2.2. Diharapkan bagi penulis lain untuk mencari referensi yang lebih relevan
sebagai bahan dalam pembuatan makalah guna menciptakan karya tulis yang
lebih bermanfaat mengenai kehidupan manusia homo sapiens pada zaman
dahulu.

23
Daftar Pustaka
Abdullah, Taufik. 2012. Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid 1: Prasejarah.
Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.
Abdullah, Taufik. 2012. Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid 2: Kerajaan Hindu-
budha. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.

24

Anda mungkin juga menyukai