Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SEJARAH

MENELUSURI PERADABAN AWAL


DI KEPULAUAN INDONESIA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK
1. RISMA ALIFATUN N
2. VERA NUR AZIZAH
3. TIARA AYU DIAH
4. YOSUA SIDAURUK
5. M. FHATUR RAHMAN

KELAS : X IPA 1

SMA NEGERI 1 KAMPAR KIRI


TENGAH
KABUPATEN KAMPAR
PROVINSI RIAU
TP. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas segala
rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Menelusuri
Peradaban Awal di Kepulauan Indonesia”. Pada dasarnya, tujuan dibuatnya makalah ini
untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah.
Tidaklah sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis temui dalam menyelesaikan
makalah ini. Namun berkat kemauan, kesabaran, semangat serta dorongan dan bimbingan
dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan..
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan baik itu
dari segi penulisan, isi serta penggunaan kalimat dan kata. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan oleh penulis guna perbaikan makalah ini selanjutnya.
Akhir kata, penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat pada penulis khusunya dan kepada pembaca umumnya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

PENYUSUN

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ii
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Asal Usul dan Peradaban Nenek Moyang Bangsa Indonesia......................2
1. Bangsa Proto Melayu (Bangsa Melayu Tua)........................................2
2. Bangsa Deutero Melayu (Bangsa Melayu Muda).................................2
3. Golongan Papua Melanesoid.................................................................3
4. Golongan Negroid.................................................................................3
5. Golongan Weddoid...............................................................................3
6. Golongan Melayu Mongoloid...............................................................3
 Teori Out of Taiwan dan Out of Afrika...................................................3
B. Corak Kehidupan Masyarakat Masa Pra-Aksara.........................................5
1. Pola Hunian...........................................................................................5
2. Masa Berburu dan Meramu (Mengumpulkan makanan)......................7
3. Masa Bercocok Tanam..........................................................................8
4. Sistem Kepercayaan............................................................................10
BAB III PENUTUP................................................................................................11
A. Kesimpulan................................................................................................11
B. Saran...........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mempelajari bagaimana kehidupan dimasalalu merupakan kegiatan yang amat
menarik.Kahidupan manusia dari jaman kezaman senantiasa mengalami
perkembangan.Kehidupan manusia pada jaman pra aksara atau jaman pra sejarah dapat di
pelajari melalui berbagai temuan fosil dan artefak sisa kehidupan dimasa lalu.Kehidupan
manusia purba adalah kehidupan yang amat sederhana. Manusia purba hidup dan memenuhi
kebutuhanya dengan cara berburu dan meramu, berpindah pindah dari satu empat ketempat
lain (nomaden). Pada masa pra sejarah manusia belum mengenal tulisan sehingga masa ini di
sebut dengan masa pra aksara.Sejak pertama kali bumi diciptakan hingga saat ini, bumi telah
banyak sekali mengalami perubahan dan perkebangan.Diperkirakan bumi saat ini telah
berusia kurang lebih 2.500 juta tahun.Para ahli geologi membagi masa perkembangan bumi
mejadi beberapa zaman yaitu arkeozoikum, paleozoikum, mesozoikum, neozoikum.
Selain membahas manusia atau masyarakat, sejarah juga melihat hal lain yaitu waktu.
Waktu menjadi konsep penting dalam ilmu sejarah.Sehubungan dengan konsep waktu, dalam
ilmu sejarah menurut Kuntowijoyo meliputi perkembangan, keberlanjutan/kesinambungan,
pengulangan dan perubahan. Disebut mengalami perkembangan apabila dalam kehidupan
masyarakat terjadi gerak secara berturut-turut dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain.
Perkembangan terjadi biasanya dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks.
Misalnya adalah perkembangan demokrasi di Amerika yang mengikuti perkembangan kota.
Pada awalnya masyarakat di Amerika tinggal di kota-kota kecil. Di kota-kota kecil itulah
tumbuh dewan-dewan kota, tempat orang berkumpul. Dari kota-kota kecil mengalami proses
menjadi kota-kota besar hingga menjadi kota metropolitan. Di sini, demokrasi berkembang
mengikuti perkembangan kota.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asal Usul dan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia dan Corak
Kehidupan Masyarakat Masa Pra-Aksara
C. Tujuan
Untuk mengetahui dan lebih memahami Asal Usul dan Persebaran Nenek Moyang
Bangsa Indonesia dan Corak Kehidupan Masyarakat Masa Pra-Aksara

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asal Usul dan Peradaban Nenek Moyang Bangsa Indonesia


1. Bangsa Proto Melayu (Bangsa Melayu Tua)
Kira-kira pada tahun 1500 SM bangsa Proto Melayu masuk ke Indonesia.Bangsa
Proto Melayu memasuki Indonesia melalui dua jalur/ jalan, yakni jalan barat, yaitu melalui
Malaya – Sumatra dan jalan timur, yaitu melalui Pilipina - Sulawesi Utara.Bangsa Proto
Melayu memiliki kebudayaan yang setingkat lebih tinggi daripada kebudayaan Homo
Sapiens Indonesia. Kebudayaan mereka adalah kebudayan batu-baru atau Neolitikum (neo =
baru, lithos = batu). Meskipun barang-barang hasil kebudayaan mereka masih terbuat dari
batu, tetapi telah dikerjakan dengan baik.Barang-barang hasil kebudayaan yang terkenal ialah
kapak persegi dan kapak lonjong.Kebudayaan kapak persegi dibawa oleh bangsa Proto
Melayu yang melalui jalan barat, sedangkan kebudayaan kapak lonjong dibawa melalui jalan
timur.Bangsa Proto Melayu akhirnya terdesak dan bercampur dengan bangsa Deutero Melayu
yang kemudian menyusul masuk ke Indonesia.Bangsa Indonesia sekarang yang termasuk
keturunan bangsa Proto Melayu, misalnya suku bangsa Batak, Dayak, dan Toraja.
2. Bangsa Deutero Melayu (Bangsa Melayu Muda)
Kira-kira tahun 500 SM, nenek moyang kita gelombang ke dua mulai memasuki
Indonesia. Bangsa Deutero Melayu memasuki Indonesia melalui satu jalan saja, yaitu jalan
barat (yakni melalui Malaya - Sumatera ). Menurut N. Daldjoeni (1984), bangsa Deutero
Melayu atau Melayu Muda ini berasal dari Dongson di Vietnam Utara, sehingga mereka ini
kadang kala disebut orang-orang Dongson. Mereka telah memiliki kebudayaan yang lebih
tinggi daripada bangsa Proto Melayu.Peradaban mereka ditandai dengan kemampuan
mengerjakan logam dengan sempurna.Barang-barang hasil kebudayaan mereka telah terbuat
dari logam.Mula-mula dari perunggu dan kemudian dari besi.Hasil kebudayaan logam di
Indonesia yang terpenting ialah kapak corong atau kapak sepatu dan nekara.Di bidang
pengolahan tanah, mereka telah sampai pada usaha irigasi atas tanah-tanah pertanian yang
berhasil mereka wujudkan, yakni dengan membabad hutan terlebih dahulu.Sudah selayaknya
mereka mencari daerah-daerah seperti di Jawa dan pantai-pantai Sumatra untuk digarap
seperti di negeri asal mereka.Mereka juga telah mengenal perikanan laut dan pelayaran,
sehingga rute perpindahan ke Nusantara juga memanfaatkan jalan laut.Bangsa Indonesia
sekarang yang termasuk keturunan bangsa Deutero Melayu, misalnya suku bangsa Jawa,
Madura, Menado dan Melayu (Sumatra, Kalimantan dan Malaka).
2
3. Golongan Papua Melanesoid
Ciri-ciri golongan Papua Melanesoid adalah rambut keriting, bibir tebal, dan kulit
hitam.Kelompok manusia yang termasuk golongan ini adalah penduduk Pulau Papua, Kai,
dan Aru.
4. Golongan Negroid
Golongan Negroid mempunyai sifat seperti orang negro, tetapi mereka bukan
keturunan negro. Dengan ciri-ciri rambut keriting, perawakan kecil, dan kulit
hitam.Persebarannya di Semenanjung Malaka dan orang Mikroskopi di Pulau Andaman.
5. Golongan Weddoid
Golongan Weddoid berasal dari Srilanka dengan ciri-cirinya adalah perawakan, kulit
sawo matang, dan rambut berombak. Persebarannya adalah orang Sakai di Siak, orang Kubu
di Jambi, orang Enggano (Bengkulu), Mentawai, Toala Tokea, dan Tomuna di Kepulauan
Muna.
6. Golongan Melayu Mongoloid
Golongan Melayu Mongoloid adalah golongan terbesar yang ditemukan di Indonesia
dan dianggap sebagai nenek moyang bangsa Indonesia. Ciri-cirinya adalah rambut ikal atau
lurus dan muka bulat. Golongan ini dibagi atas: Golongan Melayu Tua (Proto Melayu) seperti
Suku Batak, Toraja, dan Dayak. Golongan Melayu Muda (Deutro Melayu) seperti Jawa, Bali
dan Banjar.
Teori Out of Taiwan dan Out of Afrika
1. Teori Out of Taiwan
Teori ini berpandangan bahwa bangsa yang ada di Nusantara ini berasal dari Taiwan
bukan Daratan Cina. Teori ini didukung oleh Harry Truman Simanjuntak. Menurut
pendekatan linguistik, dijelaskan bahwa dari keseluruhan bahasa yang dipergunakan suku-
suku di Nusantara memiliki rumpun yang sama, yaitu rumpun Austronesia. Akar dari
keseluruhan cabang bahasa yang dipergunakan leluhur yang menetap di Nusantara berasal
dari rumpun Austronesia di Formosa atau dikenal dengan rumpun Taiwan. Selain itu,
menurut riset genetika yang dilakukan pada ribuan kromosom tidak menemukan kecocokan
pola genetika dengan wilayah Cina.
Di abad XVII, tepatnya tahun 1859 seorang ilmuan Inggris yang bernama Charles
Darwin menerbitkan buku yang berjudul The Origin of Species dengan memproklamirkan
sebuah teori yang dikenal dengan sebutan “teori evolusi”, yang berdampak besar terhadap
cara berfikir dunia barat sehingga hal ini di klaim menempati urutan ke dua setelah Injil kala
itu. Hal ini disebabkan karena the origin of species yang menyatakan bahwa semua makhluk
3
hidup di dunia ini merupakan hasil keturunan dari moyang yang sama, yang mengalami
modifikasi.
the origin of species menyajikan sejumlah besar fakta yang dianggap oleh Darwin hanya
dapat dijelaskan dengan teori evolusi. Darwin yang akhirnya menjelaskan suatu mekanisme
bagaimana perubahan evolusi itu berlangsung. Teori ini disebut teori seleksi alam, yang
merupakan landasan dari buku the origin of species. Di dunia ini pasti akan ada pro dan
kontra terhadap suatu hal yang sifatnya baru, bahkan tidak terkecuali teori evolusi Darwin.
Yang menjadi pertanyaannya adalah “benarkah teori evolusi itu ada?”. Dikatakan ada, teori
ini bersifat revolusioner yang menjelaskan berbagai fakta penting yang satu sama lainnya
tidak berkaitan dalam satu gagasan tunggal.
2. Teori Out of Africa
Teori ini menyatakan bahwa manusia modern yang hidup sekarang berasal dari
Afrika. Dasar dari teori ini adalah berdasarkan ilmu genetika melalui penelitian DNA
mitokondria gen perempuan dan gen laki-laki. Menurut ahli dari Amerika Serikat, Max
Ingman, manusia modern yang ada sekarang ini berasal dari Afrika antara kurun waktu 100-
200 ribu tahun lalu. Dari Afrika, mereka menyabar ke luar Afrika. Dari hasil penelitian
Ingman, tidak ada bukti yang menunjukan bahwa gen manusia modern bercampur dengan
gen spesies manusia purba.
Manusia Afrika melakukan migrasi ke luar Afrika diperkirakan berlangsung sekitar
50.000-70.000 tahun silam. Tujuannya adalah menuju Asia Barat. Jalur yang mereka tempuh
ada dua, yaitu mengarah ke Lembah Sungai Nil, melintasi Semenanjung Sinai lalu ke utara
melewati Arab Levant dan yang kedua melewati Laut Merah. Pada 70.000 tahun yang lalu
bumi memasuki zaman glasial terakhir dan permukaan air laut menjadi lebih dangkal karena
air masih berbentuk gletser. Dengan keadaan seperti ini mereka sangat memungkinkan
menyeberangi lautan hanya dengan menggunakan perahu primitif.
Setelah memasuki Asia, beberapa kelompok tinggal sementara di Timur Tengah,
sedangkan kelompok lainnya melanjutkan perjalanan dengan menyusuri pantai Semenanjung
Arab menuju ke India, Asia Timur, Indonesia, dan bahkan sampai ke Barat Daya Australia,
yaitu dengan ditemukannya fosil laki-laki di Lake Mungo. Jejak paling kuat untuk
membuktikan bahwa manusia Afrika telah bermigrasi hingga ke Australia adalah jejak
genetika. Sementara dapat disimpulkan bahwa nenek moyang bangsa Eropa dan kita pada
saat ini mungkin berasal dari Afrika. Tetapi kenyataan bahwa nenek moyang yang berasal
dari Afrika merupakan manusia yang pertama kali hidup dan menyebar, belum dapat
dikatakan benar. Penelitian demi penilitan masih terus bermunculan dan memberikan
4
argumen masing-masing mengenai penemuannya. Seperti revisi terhadap Out of Africa
Theory yang telah dijelaskan di atas. Dalam penyebarannya, manusia Afrika kemungkinan
besar bertemu dengan neandertal, spesies manusia lain yang lebih mirip dengan manusia
dibandingkan dengan simpanse. Revisi ini menyebutkan bahwa ada kemungkinan bahwa
manusia modern Afrika memiliki nenek moyang yang sama dengan neandertal.
Selain itu, ditemukannya manusia purba dari Jawa kuno dapat menjadi tanda bahwa
ketika manusia Afrika menyebar, telah ada spesies manusia lain yang telah menetap di
beberapa wilayah, seperti neandertal dan meganthropus. Yang menjadi pertanyaan mendasar
dari semua penelitian dan penemuan ini adalah sejauh mana makhluk purba tersebut dapat
dikatakan “manusia”. Jika teori evolusi Darwin memang tepat, maka ada suatu titik yang
belum terdefinisikan, dimana titik tersebut berarti perpecahan spesifik manusia dari genus
milik simpanse dalam Kingdom Animalia. Pada masa kini memang mudah untuk
membedakan manusia dan simpanse, tapi di masa lalu tentu hal ini menjadi hal yang rumit
karena proses evolusi manusia yang masih berada tahap awal dan memiliki banyak kemiripan
dengan binatang, seperti simpanse dan kera.
Jika dikatakan manusia Afrika kuno adalah nenek moyang homo sapiens, seperti kita,
sedangkan spesies manusia lain punah seperti neandertal, mungkin Out of Africa Theory
memang benar. Mungkin teknologi yang lebih canggih pada masa depan dapat menemukan
nenek moyang yang lebih tua daripada manusia modern Out of Africa, yaitu nenek moyang
dari manusia modern dan neandertal, sehingga kita dapat lebih dekat kepada kebenaran
mengenai asal-usul manusia.
B. Corak Kehidupan Masyarakat Masa Pra-Aksara
1. Pola Hunian
Lingkungan merupakan faktor penentu manusia memilih lokasi permukiman.Oleh
karena itu, manusia memperhatikan kondisi lingkungan dan penguasaan teknologi. Terdapat
beberapa variabel yang berhubungan dengan kondisi lingkungan, antara lain:
 Tersedianya kebutuhan akan air, adanya tempat berteduh, dan kondisi tanah yang tidak
terlalu lembab,
 Tersedianya sumber daya makanan baik berupa flora-fauna dan faktor-faktor yang
memberikan kemudahan di dalam cara-cara perolehannya (tempat untuk minum binatang,
batas-batas topografi, pola vegetasi),
 Faktor-faktor yang memberi elemen-elemen tambahan akan binatang laut atau binatang
air (dekat pantai, danau, sungai, mata air) (Subroto,1995:133-138;Butzer,1984:14-21).

5
Kehidupan manusia pada masa prasejarah tergantung pada lingkungan dan
penguasaan teknologi.Sumber-sumber subsistensi dari lingkungan ditambah dengan
penguasaan teknologi pada masa itu, mengakibatkan pola kehidupan berburu dan
mengumpulkan makanan.Selain itu, manusia juga memanfaatkan bentukan alam untuk
mempertahankan hidupnya. Oleh karena itu, gua dan ceruk menjadi salah satu alternatif
tempat tinggal bagi manusia pada masa prasejarah (Nurani,1999:1-13).
Selain sumber daya yang memadai, aspek-aspek fisik lingkungan merupakan faktor
penting lainnya yang menentukan kelayakan suatu lokasi untuk permukiman. Dalam
kaitannya dengan hunian gua, faktor-faktor tersebut meliputi morfologi dan dimensi tempat
hunian, sirkulasi udara, intensitas cahaya, kelembaban, kerataan dan kekeringan tanah, dan
kelonggaran dalam bergerak (Yuwono,2005).
Kawasan Gunung Sewu merupakan daerah yang bercirikan ribuan bukit karst yang
menampilkan sejarah kehidupan manusia, setidaknya sejak kala Pleistosen Akhir hingga
Holosen Awal.Salah satu karakter budaya yang khas adalah pemanfataan gua dan ceruk
secara intensif. Ekskavasi yang telah dilakukan di sejumlah gua hunian prasejarah di
Gunungkidul memberikan gambaran adanya aktivitas pemanfaatan bahan baku yang tidak
berasal dari wilayah permukimannya. Beberapa temuan yang didapatkan di gua-gua itu
merupakan hasil dari daerah pantai, bukan dari daerah pedalaman, seperti peralatan dan
perhiasan dari cangkang kerang laut dan juga adanya temuan hasil eksploitasi daerah pantai
di situs-situs pedalaman tetapi belum diketahui bagaimana temuan itu dapat sampai di
pedalaman. Dari hasil barter antara komunitas pantai dan pedalaman, atau hasil eksploitasi
komunitas pedalaman di daerah pantai. Dengan terungkapnya bagaimana hubungan itu terjadi
maka data tersebut berguna untuk memahami proses penghunian dan migrasi manusia purba
di Jawa dan Indonesia (Tanudirjo dkk,2003:1–2).
Data yang diperoleh dari hasil survei penelitian pendahuluan di Kecamatan
Tanjungsari, Gunungkidul yang dilakukan oleh Tim PTKA UGM pada tahun 2003
(Tanudirjo, dkk., 2003; Yuwono, 2005: 40-51; lihat Peta 1) dan survei lanjutan oleh penulis
pada tahun 2006 diketahui adanya 53 situs gua dan 23 diantaranya merupakan situs gua dan
ceruk yang potensial dijadikan hunian pada masa prasejarah. Dari hasil PTKA tahun 2003
tersebut diketahui adanya pola spasial gua dan ceruknya, terdiri atas tiga kelompok yaitu
daerah pesisir, daerah pedalaman, dan daerah ‘antara’.Namun dari penelitian tersebut tipe
hunian gua dan ceruk tersebut belum diketahui, gua untuk hunian sementara atau atau hunian
menetap.

6
2. Masa Berburu dan Meramu (Mengumpulkan Makanan)
Masa berburu dan mengumpulkan makanan bergantung pada alam sekitar. Wilayah-
wilayah yang ditempati manusia praaksara adalah wilayah yang banyak menyediakan bahan
makanan dalam jumlah yang cukup dan mudah memperolehnya. Wilayah tersebut juga
memiliki banyak hewan sehingga manusia praaksara mudah untuk berburu hewan. Manusia
yang hidup pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan ini diperkirakan satu masa
dengan zaman paleolitikum.
Secara geografis, pada zaman ini masih bergantung pada kondisi alam sekitar. Daerah
sungai, danau, padang rumput merupakan tempat-tempat ideal bagi manusia praaksara,
karena di tempat itulah tersedia air dan bahan makanan sepanjang tahun. Pada zaman itu
manusia praaksara menempati tempat tinggal sementara di gua-gua payung yang dekat
dengan sumber makanan seperti ikan, kerang, air, dan lain-lain.
Dalam mengetahui corak kehidupan zaman Paleolitikum lebih baik. buku Babad
Bumi Sadeng Mozaik Historiografi Jember Era Paleolitik oleh Zainollah Ahmad dalam kamu
jadikan referensi, dimana pada buku ini menggambarkan asumsi adanya manusia Jember di
masa peninggalan Prasejarah tersebut.
Untuk sumber penerangan manusia prakasara menggunakan api yang diperoleh
dengan cara membenturkan sebuah batu dengan batu sehingga menimbulkan percikan api dan
membakar bahan-bahan yang mudah terbakar seperti serabut kelapa kering, dan rumput
kering.
a. Kehidupan ekonomi
Kehidupan ekonomi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah
bergantung pada alam. Mereka akan tetap tinggal di wilayah tersebut selama persediaan
bahan makanan masih cukup. Ketika merreka telah kehabisan sumber makanan maka mereka
akan berpindah dan mencari tempat lain yang kaya akan makanan. Kehidupan yang selalu
berpindah-pindah inilah ciri-ciri manusia praaksara. Hasil perburuan mereka kumpulkan
untuk keperluan perpindahan ke tempat lain sebagai cadangan sebelum mereka mendapatkan
tempat baru.
b. Kehidupan sosial
Mereka hidup secara berkelompok dan tersusun dalam keluarga-keluarga kecil, dalam
satu kelompok ada seorang pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok inilah yang dalam
perkembangannya disebut sebagai ketua suku. Ketua suku memimpin anggota kelompoknya
untuk berpindah tempat dari tempat satu ke tempat lain. Anggota kelompok laki-laki bertugas
7
memburu hewan sedangkan yang perempuan bertugas mengumpulkan makanan dari tumbuh-
tumbuhan.
c. Kehidupan budaya
Kehidupan budaya ini dapat dilihat dari karya-karya yang telah berhasil dibuat. Alat-
alat pada zaman praaksara memberikan petunjuk bagaimana cara manusia pada zaman itu
bertahan hidup.
Karena peralatan manusia zaman praaksara terbuat dari batu maka hasil budaya yang
dikembangkan pada zaman itu adalah hasil budaya batu. Tidak heran jika zaman tersebut
dikenal dengan zaman batu. Hasil-hasil kebudayaan batu yang pernah ditemukan di
antaranya: kapak genggam, kapak perimbas, serpih bilah, dan lain-lain.
3. Masa Bercocok Tanam
Bagi mereka, dengan bercocok tanam dirasakan persediaan makanan akan tercukupi
sepanjang tahun tanpa harus membuka ladang lagi. Selain bercocok tanam juga mereka
mengembangkan hewan ternak untuk dipelihara.
Manusia yang hidup pada masa ini diperkirakan satu masa dengan zaman neolitikum.
Secara geografis, pada zaman ini sangat menggantungkan iklim dan cuaca alam. Hal ini
sangat dibutuhkan untuk bercocok tanam. Hasil dari panen juga sangat dipengaruhi oleh
kondisi tekstur tanah yang digunakan.
a. Kehidupan ekonomi
Secara ekonomi, manusia pada zaman ini telah menghasilkan produksi sendiri untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka membabat hutan untuk ditanami dan produk yang
mereka hasilkan antara lain umbi-umbian.
Selain pertanian, sumber ekonomi mereka adalah dengan beternak (memelihara ayam,
kerbau, babi hutan dan lain-lain). Manusia pada masa bercocok tanam ini diperkirakan telah
melakukan kegiatan perdagangan sederhana yaitu barter. Barang yang ditukarkan adalah hasil
cocok tanam, hasil laut yang dikeringkan dan hasil kerajinan tangan seperti gerabah dan
beliung. Hasil umbi-umbian sangat dibutuhkan oleh penduduk pantai dan sebaliknya hasil
ikan laut yang dikeringkan dibutuhkan oleh mereka yang tinggal di pedalaman.
b. Kehidupan sosial
Dengan hidup bercocok tanam, memberikan kesempatan manusia untuk menata hidup
lebih teratur. Mereka hidup secara berkelompok dan membentuk masyarakat perkampungan
kecil. Dalam sebuah kampong terdiri dari beberapa keluarga dan dalam kampong dipimpin
oleh ketua suku. Strata social ketua suku adalah palin tinggi karena kriteria yang diambil
berdasarkan orang yang paling tua atau yang paling berwibawa secara reigius. Dengan
8
dmeikian semua aturan yang telah ditetapkan harus ditaati dan dijalankan oleh seluruh
kelompok tersebut.

Kebutuhan hidup dikelola bersama-sama untuk kepentingan bersama. Kegiatan yang


memerlukan tenaga besar sepeprti mebangun rumah, berburu, membuat perahu membabat
hutan, diserahkan kepada kaum laki-laki. Sedangkan kegiatan mengumpulkan makanan,
menabur benih di ladang, beternak, merawat rumah dan keluarga diserahkan pada kaum
perempuan.
Sedangkan ketua suku sebagai komando dari semua kegiatan di atas sekaligus sebagai
pusat religi pada kepercayaan yang mereka anut. Dari sinilah muncul strata sosial dalam
sebuah komunitas masyarakat kecil. Secara berangsur-angsur namun pasti kelompok ini
membentuk sebuah masyarakat yang besar dan kompleks sehingga muncul suatu masyarakat
kompleks di bawah kekuasaan yang kelak disebut kerajaan dengan datangnya pengaruh
Hindu dan Budha.
c. Kehidupan budaya
Pada masa bercocok tanam, manusia praaksara telah menghasilkan budaya yang
mengarah pada usaha bercocok tanam yang syarat dengan kepercayaan. Bentuk alat-alat yang
dihasilkan pun lebih halus dan memiliki gaya seni. Selain sebagai alat untuk bercocok tanam,
alat-alat ini juga sebagai alat upacara keagamaan. Alat-alat itu antara lain kapak lonjong,
gerabah, kapak persegi, perhiasan dan masih banyak yang lain.
Ada sebuah kepercayaan bahwa apabila orang yang meninggal dunia akan memasuki
alam sendriri. Pada masa ini, jika ada orang meninggal dunia maka akan dibekali benda-
benda keperluan sehari-hari seperti perhiasan. Tujuannya adalah agar arwah yang meninggal
dunia mendapatkan perjalanan yang lancar dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari
sebelumnya.
Berkaitan erat dengan kepercayaan, maka pada masa bercocok tanam muncul tradisi
pendirian bangunan-bangunan besar yang terbuat dari batu yang disebut tradisi megalitik.
Tradisi ini didasari oleh kepercayaan bahwa ada hubungan yang erat antara orang yang sudah
meninggal dengan kesejahteraan masyarakat dan kesuburan ketika bercocok tanam.
Oleh sebab itu, jasa seseorang yang berpengaruh terhadap masyarakat perlu
diabadikan dalam sebuah monumen yang terbuat dari batu. Bangunan ini kemudian menjadi
lambang orang yang meninggal dunia sekaligus tempat penghormatan serta media
persembahan dari orang yang masih hidup ke orang yang sudah meninggal dunia. Bangunan
megalitik tersebut antara lain, dolmen, menhir, waruga, sarkofagus, dan punden berundak.
9
4. Sistem Kepercayaan
Pada Masa Praaksara Seiring dengan perkembangan kemampuan berfikir, manusia
purba mulai mengenal kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya.Untuk
menjalankan kepercayaan yang diyakininya manusia purba malakukan berbagai upacara dan
ritual. Sistem akepercayaan yang di anut manusia pada masa prakasara atau masa prasejarah
antara lain animisme, dinamisme, totemisme, dan shamanisme.
a. Animisme, adalah percaya pada roh nenek moyang maupun roh-roh lain yang
mempengaruhi kehidupan mereka. Upaya yang dilakukan agar roh-roh tersebut tidak
mengganggu adalah dengan memberikan sesaji.
b. Dinamisme, adalah percaya pada kekuatan alam dan benda-benda yang memiliki gaib.
Manusia purba melakukanya dengan menyembah batu atau pohon besar, gunung, laut,
gua, keris, azimat, dan patung.
c. Totemisme, adalah percaya pada binatang yang dinganggap suci dan memiliki kekuatan.
Dalam melakukan upacara ritual pemujaan manusia purba membutuhkan sarana, dengan
membangun bangunan dari batu yang dipahat dengan ukuran yang besar.Masa ini di sebut
sebagai kebudayaan Megalitikum (kebudayaan batu besar).

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berakhirnya masa praaksara tiap-tiap bangsa tidak bersamaan.Mengapa demikian?Hal
ini berkaitan erat dengan tingkat peradaban dari bangsa-bangsa yang bersangkutan.Bangsa
Sumeria misalnya, telah mengenal tulisan sejak 4000 SM. Bangsa Sumeria menggunakan
simbol-simbol sebagai huruf yang disebut piktograf. Sedangkan, Bangsa Mesir Kuno
mengenal tulisan sejak 3000 SM. Tulisan Bangsa Mesir Kuno hampir sama dengan tulisan
Bangsa Sumeria. Hanya perbedaannya, huruf Bangsa Mesir Kuno menggunakan simbol-
simbol seperti perkakas, hewan, atau alat transportasi tertentu.Huruf ini disebut hieroglif.

B. Saran
Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman praaksara, keterangan
mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi,
geologi, antropologi, arkeologi.Dalam artian bahwa bukti-bukti praaksara didapat dari
artefak-artefak yang ditemukan di daerah penggalian situs praaksara.Oleh sebab itu ada
baiknya kita menjaga dengan baik benda-benda peninggalan manusia praaksara, agar kita
dapat mengetahui kehidupan jaman dahulu.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://jhonmiduk8.blogspot.com/2014/08/proses-terbentuknya-kepulauan-indonesia.html
http://brainly.co.id/tugas/496331
zulkhanbrambang.blogspot.com
http://herydotus.wordpress.com/2012/03/01/ras-manusia-di-indonesia/
http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_Negrito
Makalah Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia
http://molamakalah.blogspot.com/2018/10/asal-usul-dan-persebaran-nenek-moyang.html
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5926981/mengulas-kehidupan-masyarakat
praaksara-di-indonesia
https://www.gramedia.com/literasi/corak-hidup-manusia-zaman-praaksara/

12

Anda mungkin juga menyukai