Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SEJARAH DAN DIASPORA MASYARAKAT MELAYU

Dosen pengajar : Diah Anugrah Dipuja, M.Pd

Ditulis oleh :

Bintora Harican

Rachyl Afrido

Rahma Aisyah

Rini Ardianti

Taufiq Murtadho

Teresia Noni Lidia

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS RIAU
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah- Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah dan
Diaspora Masyarakat Melayu” tepat waktu. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas Ibu Diah Anugrah Dipuja, M.Pd, pada mata kuliah Budaya
Melayu Riau di Universitas Riau. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Diah


Anugrah Dipuja, M.Pd selaku dosen mata kuliah Budaya Melayu Riau. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait mata
kuliah Budaya Melayu Riau. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Riau, 1 September 2021

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
Latar Belakang.....................................................................................................1
Rumusan Masalah................................................................................................1
Tujuan..................................................................................................................1
Manfaat................................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
Proto-Deutro Melayu...........................................................................................2
Kerajaan-kerajaan Melayu Kuno.........................................................................3
Sejarah Melayu Islam dan Era Kolonial..............................................................5
Kedaulatan Melayu Islam di Riau....................................................................5
Riau Menantang Penjajah................................................................................8
Perjuangan Rakyat Riau Masa Kemerdekaan....................................................10
Pengibaran Awal Merah Putih.......................................................................10
Agresi Militer Belanda I................................................................................10
Agresi Militer Belanda II...............................................................................11
Provinsi Sendiri..............................................................................................11
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
Kesimpulan........................................................................................................13
Saran..................................................................................................................13
Daftar Pustaka........................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Orang Melayu ialah salah satu dari bangsa dalam keluarga rumpun bangsa
yang sangat luas yang dikenal sebagai Melayu- Polinesia ataupun Austronesia.
Antara suku-suku bangsa dalam rumpun ini ialah Melayu, Jawa, Bugis, Sunda,
Maori, Hawaii, Fiji, dan sebagainya. Wilayah yang dikatakan merupakan wilayah
bangsa Melayu adalah sangat luas(Husni, 2018).

Berdasarkan buku kajian Walace, seorang pakar Antro-pologi dan Sejarah


dunia daripada Universiti Oxford (1863)(Royal et al., 2009), bukunya yang
bertajuk The Malay Archipelago, beliau mendefinisikan penduduk gugusan
Kepulauan Melayu sebagai rantau Asia Tenggara yang hampir-hampir berbentuk
segi tiga, bermula di Pulau Nikobar di Timur Laut ke Pulau Solomon di Tenggara,
dan dari Luzon di Utara ke Rotti dekat pulau Timor di Selatan. Kawasan yang
luas itu dibahaginya kepada beberapa kumpulan kumpulan: Kepulauan Indo-
Malaya, Kepulauan Timor, Kepulauan Maluku dan Kepulauan Papua.

Terdapat banyak teori-teori mengenai asal-usul Melayu,antaranya ialah


Melayu berasal daripada Yunnan dan Taiwan. Namun, teori terbaru yang
dikeluarkan oleh pakar arkeologi di Malaysia mengatakan bahawa bangsa Melayu
sebenarnya sudah berada di Nusantara sejak 74000 SM. Antara pakar arkeologi
yang mengeluarkan teori ini adalah Datuk Dr Wan Hashim Wan Teh(Wan Teh,
2012) dan teori ini sekaligus mematahkan semau teori yang sudah lapuk ditelan
dek zaman.
B. Rumusan Masalah

1. Apa saja sejarah masyarakat melayu?

2. Dimana saja persebaran masyarakat melayu?

3. Bagaimana kehidupan masyarakat melayu?


C. Tujuan

1. Mengetahui sejarah masyarakat melayu?

2. Mengetahui persebaran masyarakat melayu?

3. Mengetahui kehidupan masyarakat melayu?


D. Manfaat

1. Mahasiswa diharapkan dapat memperdalam ilmu budaya melayu.

2. Digunakan sebagai bahan bacaan dibidang pendidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proto-Deutro Melayu.
Bangsa Weddoide merupakan gelombang kedatangan manusia pertama di riau
dan juga gelombang kedatangan awal manusia di Indonesia. Secara umum sampai
saat ini, gelombang kedatangan tersebut berasal dari daratan asia yang salah satu
wilayah lintasan pertamanya adalah selat melaka sebelum mencapai sumatra.
Bangsa weddioide merupakan bangsa yang mengendara, hidup berpindah-pindah
karena sumber mata pencarian mereka tergantung pada hasil buruan. Di riau
sekarang mereka diidentifikasi sebagai orang asli sakai dan hutan. Dalam
kehidupan sehari-hari pada msa yang lampau tersebut, mereka menggunakan
kapak batu sebagaimana layaknya masyarakat zaman mezolithicum. Mereka
kemudian mengembangkan diri untuk menetap di suatu kawasan dan mulai
mengenal bercocok tanam.
Mulai dari tahun 2500 SM sampai 300 SM terjadi dua gelombang kedatangan
manusia yang disebut proto-melayu dan deutro- melayu. Baik proto-melayu
maupun deutro-melayu masing-masing memiliki kelebihan dibandingkan
Weddoide. Proto-melayu sudah memiliki kemampuan yang jauh lebih tinggi
dalam bercocok tanam. Kecenderungan proto-melayu tidak berpindah-pindah,
menyebabkan muncul pemukiman-pemukiman baru. Hal ini dapat dikesani dalam
kehidupan suku talangmamak, Laut,dan Akit. Seperti suku di atas, mereka disebut
orang asli.
Di sisi lain deutro-melayu sudah dapat mengembangkan dirinya pada tahap
yang belum tercapai oleh proto-melayu. Kecenderungan proto-melayu yang mulai
menetap dalam suatu kawasan adalah juga kecenderungan utama deutro-melayu,
memungkinkan terjadinya perkongsian hidup di antara mereka, meskipun tidak
sedikit manusia dari kalangan proto-melayu, harus mengasingkan diri. Deutro-
melayu berkomunikasi dengan luar, sehingga tatanan hidup mereka lebih
bervariasi. Jejak deutro-melayu ini antara lain dapat ditemukan di Bangkinang,
Kuatanmudik, dan Rokan melalui penemuan arca serta perhiasan dari bahan
perunggu.
Kenyataan di atas memperlihatkan, deutro-melayu yang sudah berbaur dengan
penduduk sebelumnya dan melakukan kontak dengan kawasan di sekitarnya,
sudah pasti memunculkan pemukiman-pemukiman. Sekilas dapat dibayangkan,
perhiasan dan area yang ditemukan di sejumlah tempat sebagaimana disebutkan di
atas, merupakan bagian dari sikap individu dalam berinteraksi sesamanya.

2
B. Kerajaan-kerajaan Melayu Kuno.
1. Kandis dan Koto Alang.
Kandis merupakan salah satu kerajaan tua yang pernah ada di riau. Belum
dapat diketahui secara pasti tahun berapa kerajaan ini didirikan. Catatan tentang
kerajaan kandis ditemukan dalam kitab Negara Kertagama yang menyebutkan
bahwa kandis merupakan salah satu kerajaan yang berada dalam taklukan
Majapahit. Daerah kekuasaan kandis diperkirakan meliputi daerah Kuantan
sekarang yang mulai dari hulu Batang Kuantan Lubuk Ambaceng sampai ke
Cerenti. Ibukota kerajaan kandis adalah Padang Candi, yaitu suatu tempat di
pinggir Batang Kuantan. Dinamakan Padang Candi karena di situ terdapat
gugusan candi.
Seangkatan dengan kandis, ditemui pula beberapa kerajaan. Di antara
kerajaan yang dimaksud adalah Koto Alang. Kerajaan ini diperkirakan berdiri
sebelum masehi sampai abad ke-2. Diperlukan 2 hari berjalan kaki untuk
menempuh pusatnya yang sudah tertimbun tanah. Diduga Koto Alang memiliki
peradaban yang tinggi sehingga banyak dikaitkan dengan kerajaan atlntis.
Sebaliknya ada juga yang mengatakan pada akhirnya koto alang tunduk pada
kandis, bahkan koto alang dikenang sebagai bagian dari kandis.
2. Katangka.
Dekat Muara Takus, Kabupaten Kampar sekarang, besar kemungkinan pernah
berdiri sebuah kerajaan bernama Katangka. Tetapi sistem pemerintahannya belum
dapat diketahui. Katangka itu sendiri dapat bermakna sebagai bangunan yang
berbentuk stupa. Pemaknaan lain, “katangka” disebut berasal dari kata
“kerangko”, artinya tempat tinggi sebagai tempat pengintaian(Wildasyah, 2013).
Ini sejalan dengan keberadaan katangka di suatu tempat yang tinggi. Dari tempat
ini, jelas terlihat tempat-tempat lain seperti Batu bersurat, Tanjung Alai, Muara
mahat, Koto Dalam, Shindu, dan Kota tengah.
3. Sriwijaya.
Pusat kerajaan Sriwijaya sebenarnya masih diperdebatkan banyak sarjana.
Ada yang menyebutkan di Thailand, Jawa, Palembang, dan Muara Takus yang
kini termasuk dalam administratif Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Dua faktor
yang memperkuat Muara Takus sebagai pusat Sriwijaya. Pertama, adalah
posisinya yang terletak di pinggir sungai yakni Sungai Kampar yang pada waktu
dahulu dapat dilayari kapal sampai ke hulu, dengan muaranya di Selat Melaka,
Kedua adalah banyak ditemukan bangunan besar dan peninggalan-peninggalan
lain.
Sebagai gambaran umum mengenai peninggalan di Muara takus dapat
digambarkan tentang setidak-tidaknya ada sepuluh tempat yang memperlihatkan
bukti pencapaian peradaban pada abad ke-7. Dua tempat yang didapati prasasti
adalah Batu bersurat dan Muara Mahat. Tetapi Prasasti ini belum dapat diteliti
secara akademis karena terbenam di Sungai Kampar. Namun keduanya dipastikan
menyimpan informasi yang penting bagi pencapaian suatu peradaban.

3
4
4. Sintong dan Siarang-arang.
Selain Muara Takus, penemuan-penemuan benda yang tergolong kuno di Ria,
sekaligus menunjukkan suatu kedaulatan, adalah di Sintong dan Siarang-arang,
sekarang masuk ke dalam administratif kabupaten Rokan Hilir. Cuma sayangnya,
dua tempat ini belum “seberuntung” Muara Takus, karena kajian terhadapnya
masih amat terbatas, padahal penelitian di Muara Takus sendiri pun amatlah
kurang. Cuma saja, dari peninggalan yang sempat ditemui, memperlihatkan
bahwa dua wilayah ini terdapat suatu sistem pengaturan masyarakat secara
terpadu.
5. Kuantan.
Kerajaan Kuantan pada dasarnya merupakan kelanjutan dari kerajaan kandis
itu sendiri. Pada masa Kerajaan Kuantan, ibu kota dipindahkan dari Padang Candi
ke Sintuo, yaitu suatu tempat di seberang kota Taluk Kuantan sekarang. Tidak
dapat diketahui secara pasti kapan berdirinya kerajaan Kuantan.
6. Keritang.
Kerajaan keritang terpusat di pinggir Sungai Gangsal. Kata keritang
diperkirakan berasal dari kata “itang”. Itang adalah sejenis tumbuh-tumbuhan
yang banyak terdapat di sekitar sungai Gangsal. Seperti Kandis, nama Keritang
juga termaktub dalam kitab negara Kertagama. Keritang, pada waktu itu
merupakan sebuah kerajaan yang cukup besar, sehingga Majapahit sangat
menganggap penting kerajaan tersebut. Menurut petunjuk yang ada, berakhirnya
kerajaan Keritang disebabkan oleh karena rajanya yang bernama Raja Merlang,
ditawan oleh Melaka. Raja Merlang ini kemudian menikah dengan anak raja
Melaka. Sultan Mansyur Syah, dan memiliki seorang anak yang bernama Nara
Singa, Nara singa inilah yang nanti nya akan menjadi Raja di indragiri.
7. Gasib
Kerajaan Gasib diperkirakan telah berdiri pada abad ke-14 atau 15 masehi.
Pusat kerajaan Gasib terletak di tepi sebuah anak sungai yang bernama Gasib.
Tempat berada di Hulu Kuala Mandau sekarang ini. Kerajaan Gasib mengusai
wilayah sepanjang sungai siak, mulai dari yang paling hulu, yaitu di Bukit Seligi
Tapung sampai Bukit Langa, Tapung Kanan. Hanya ada dua catatan singkat yang
menyebutkan tentang Raja Gasib. Catatan pertama menyebutkan, bahwa
berdasarkan catatan cina, pada tahun 1433, Raja Bedagai dari gasib, bersama
dengan Raja Indragiri dan Siantan datang untuk meminta perlindungan kepada
Cina. Catatan kedua, menyebutkan bahwa pada tahun 1444-1447, Melaka
mengalahkan Gasib dan Menawan rajanya yaitu Permaisura.
Setelah ditaklukkan Melaka, gasib memasuki era kepemimpinan yang
beragama islam. Sultan Mansyur Syah, mengangkat anak raja Gasib menjadi Raja
Gasib bergelar Sultan Ibrahim di bawah perlindungan Melaka. Saat Melaka di
pimpin oleh Sultan Alauddin Riayat Syah, diangkat Raja Abdullah menggantikan
ayahnya Sultan Ibrahim. Pada masa Sultan Mahmud Syah,Sultan Husin
menggantikan Sultan Abdullah.

5
8. Segati
Kerajaan ini terletak di Hulu sungai Segati, di tepi sungai Kampar. Kerajaan
Segati didirikan oleh Tuk Juyo Sati, keturunan Maharaja Olang. Pusat kerajaan
pertama kali terletak di tanjung Bungo, tapi kemudian atas prakarsa putranya yang
bernama Tuk Jayo Tunggal, pusat kerajaan dipindahkan ke Ranah Gunung
Selawar, di hulu Sungai Segati. Setelah Tuk Jayo Tunggal meninggal dunia,
diangkatlah Tuk Jayo Alam , putranya sebagai raja.
Kerajaan Segati mencapai puncak pada masa kekuasaan Tuk Jayo Alam,
sepeninggalnya ia digantikan oleh putranya Tuk Jayo Laut, setelah Tuk Jayo Laut
wafat ia digantikan Tuk Jayo Tinggi anaknya. Kemudian digantikan oleh Tuk
Jayo Gagah, dilanjutkan oleh putranya bernama Tuk Jayo Bedil. Kerajaan segati
mengalami kemunduran dan bahkan hancur ketika tidak mampu melawan
serangan aceh, setelah kalah telah Tuk Jayo Bedil melarikan diri ke Petalangan
Rapuh, dan kemudian terus ke Kuantan. Pada masa berikutnya, wilayah kekusaan
Segati, menjadi bagian dai kerajaan Pelalawan.
9. Pakantua
Kerajaan ini berlokasi di hulu sungai Pakantua, Pelalawan. Kerajaan ini
didirikan oleh Maharaj Indera Dari Kerajaan Tumasik. Diperkirakan kerajaan
Pakantua didirikan pada penghujung abad ke-14 M. Setelah Maharaja Indera
mangkat, ia digantikan oleh putranya Maharaja pura, dilanjutkan oleh Maharaja
laka, digantikan Maharaja Syisya, setelah beberapa lama kemudian digantikan
oleh Maharaja Jaya. Pada masa Maharaja jaya, kerajaan Pakantua diserang oleh
Melaka. Melaka kemudian mengangkat Munawar Syah sebagai raja Pakantua,
beliau digantikan oleh Raja Abdullah. Pada masa ini Pakantua diperangi oleh
Portugis, Raja Abdullah kemudian ditawan dan dibuang ke Goa
C. Sejarah Melayu Islam dan Era Kolonial.
Islam masuk ke tanah Melayu Riau beriringan dengan adanya hubungan niaga
timur tengah dengan kawasan ini terutama kampar pada abad ke-7. Kehadiran
islam di dunia melayu merupakan petanda dimulainya babak baru, karena agama
ini di samping menjadi sumber bagi adat melayu, juga dijadikan sebagai pelurus
berbagai segi kebudayaan melayu yang dianggap bersalahan dengan ajaran islam.
Pengaruh islam memuncak pada abad ke-14, diiringi oleh mencengkeramnya
pengaruh kolonial asing.
1. Kedaulatan Melayu Islam di Riau.
a. Rantau Nan Oso Kurang Duapuluh.
Pada suatu masa kemudian,pengaturan kehidupan masyarakat di Kuantan dan
Sengingi dikendalikan oleh konfederasi negeri (KOTO) yang dinamakan Rantau
Nan Oso Kurang Duapuluh (rantau kurang satu duapuluh). Meskipun masing-
masing negeri (koto) memiliki daerah otonomi sendiri. Permasalahan antarkoto
dilaksakan melalui musyawarah orang gedang di Taluk Kuantan yang dipimpin
Datuk Bisai.

6
b. Andiko Nan 44.
Pemerintahan Andiko 44 meliputi negeri-negeri yang terdapat di Kampar Kiri,
Kampar Kanan, Tapung Kanan, serta Rokan, yang semuanya berjumlah 44 negeri.
Diperkirakan berdiri pada tahun 1347, pusat pemerintahan berada di Muara
Takus, pucuk pemerintahan diepang oleh datuk dan dibantu lembaga kerapatan
dari 4 suku : 1)Datuk Raja Ampuni dari suku Peliangtahan, 2)Datuk Mojolelo dari
suku Domo, 3)Datuk malingtang dari suku Caniago, 4)Datuk Paduko dari duku
Melayu. Untuk kepala pemerintahan di setiap negeri, ditunjuk seorang penghulu
pucuk sebagai kepala kerapatan, penghulu pucuk dibantu oleh seorang Monti dan
Pendito.
c. Gunung Sahilan.
Kerajaan Gunung Sahilan diperkirakan berdiri pada abad ke-16. Wilayahnya
diabagi menjadi tiga rantau. Pertama Rantau Daulat, kedua Rantau Indo Ajo,
ketiga Rantau Andiko.di kerajaan Gunung Sahilan, pemerintahan tertinggi berada
ditangan raja yang mengusai adat dan ibadat. Kerajaan gunung Sahilan berdiri
selama lebih kurang 300 tahun, selama itu Gunung sahilan diprintah oleh
sembilan orang raja dan satu putra mahkota yang akan dinobatkan sultan apabila
raja terakhir wafat.
d. Kerajaan Tambusai
Merupakan salah satu kerajaan yang tua di tanah Rokan. Ibu negerinya
terletak di dalu-dalu.tidak diketahui secara pasti tahun berdirinya, namun
diperkirakan setelah masuknya islam di daerah ini. Raja pertama kerajaan
tambusai adalah Sultan mahyudin, dalam pemerintahannya ia dibantu oleh Datuk
Srimaharajo, Datuk Paduko Tuan, Datuk Temenggung, dan Datuk Paduko Rajo.
Pada masa Sultan Abdullah, diadakan perpindahan pusat pemerintahan dari
Karang Besar ke Kuala Tambusai. Dalam Terembo Siri pegangan Raja Tambusai,
dijelaskan bahwa kerajaan tambusai sejak berdiri, telah diperintah oleh 19 orang
raja.
e. Indragiri
Kerajaan Indragiri dapat dikatakan merupakan kelanjutan dari kerajaan
Keritang. Raja pertama indragiri adalah nara Singa. Ia adalah anak dari raja
Keritang terakhir yang ditawan oleh melaka. Menurut suatu pendapat nama
indragiri berasal dari nama anak sungai tempat didirikannya kerajaan ini, yaitu
sungai pangandalandiri. Daerah kekuasaannya ialah Baturijsl, sepanjang sungai
Indargiri, sungai Gangsal, dan Keritang. Adapun nama raja-raja yang pernah
memerintah Inrdragiri sebanyak 25 orang, dimulai dari Raja iskandar alias Nara
Singa I (1337-1400), ditutup oleh Tengku Mahmud bergelar sultan mahmudsyah
(1912-19630), kemudian Sultan Mahmudsyah menyatakn bergabung dengan
Indonesia.

7
f. Rambah
Kerajaan Rambah didirikan di daerah Pasir Pengaraiyan. Raja pertama
kerajaan Rambah merupakan saudar dari Sultan Tambusai. Nama raja tersebut
adalah Tengku Muda. Beberapa Raja yang pernah memimpin kerajaan Rambah di
antaranya yaitu Tengku Muda, Yang Dipertuan Djumadil Alam Sari, Mohamad
Syarif Yang Dipertuan Besar, Sultan Zainal Puan Kerajaan Rambah, Sultan
Mahmud Manjang, dan Tengku Saleh yang dipertuan Besar Rambah.
g. Kunto Darussalam
Kerajaan Kunto Darussalam berdiri setelah kerajaan Tambusai. Pusat
kekuasaannya terletak di Kota Lama. Menurut silsilah raja-raja, sejak berdiri
sampai berakhir tahun 1942, tercatat 8 orang raja yang pernah memerintah yaitu
Tengku Panglima Besar Kahar Yang Dipertuan Besar (1878-1885), Tengku Syarif
Yang Dipertuan Besar (1885-1895), Tengku Ali Kasim Yang Dipertuan Besar
(1895-1905), Tengku Ali Tandun (1905-19100, Tengku Ishak Yang Dipertuan
Besar (1910-1921), Tengku Ali Momad Tengku Panglima Besar (1921-1925),
Tengku Kamaruddin Tengku Sultan Machmud 1925-1935), Tengku Maali
Tengku Sultan Pangeran (1935-1942).
h. Kepenuhan
Kerajaan Kepenuhan didirikan setelah kerajaan Tambusai Berkembang
dengan Pesat. Ibu negerinya terletak di kota Tengah, tidak ada catatan pasti kapan
didirikannya, diperkirakan kerajaan Kepenuhan berdiri pada Penghujung abad-19.
Menurut silsilah Kerajaan Kepenuhan, tercatat beberapa raja yang pernah
memerintah antara lain Sultan Sulaiman Yang Dipertuan Muda, Yang Dipertuan
Besar, Datuk Maruhum Merah Dada, Tengku Muda Sahak, Montuo Muda,
Tengku Sultan Sulaiman.
i. Rokan IV Koto
Pada sekitar abad-14, terdapat sebuah kerajaan yang berpusat di Kota lama,
yaitu Kerajaan Rokan. Rokan berasal dari kata “rokana” yang berarti Rukun dan
Damai (Wildasyah, 2013). Kerajaan Rokan memiliki banyak sumber daya alam
dan karenanya kerajaan ini menjadi makmur. Kerajaan Rokan mengalami
kemunduran pada abad ke-16, selain disebabkan oleh kekalahan Melaka melawan
Portugis, juga disebabkan oleh ancaman dari Aru dan Aceh. Adapun raja-raja
yang memerintah di antaranya Yang Dipertuan Sakti Ahmad (1837-1859), Yang
Dipertuan Sakti Husin (1856-1880), Tengku Sultan Zainal (1880-1903), Yang
Dipertuan Sakti Ibrahim (1903-1942).

8
j. Siak Sri Indrapura
Siak Sri Indrapura merupakan sebutan bagi kerajaan yang terletak di tepi
sungai siak. Kerajaan ini didirikan oleh raja Kecik pada tahun 1923, raja Kecik
merupakan anak dari Sultan Johor, yaitu Sultan Mahmud Syah II. Pada masa
kerajaan Siak inilah Pekanbaru mulai dikembangkan. Sultan Assyaidis Syarif
Kasim Sani Abdul Jalil Syaifuddin, merupakan sultan terakhir Siak Sri Indrapura
atau yang lebih dikena dengan Sultan Syarif Kasim II (1908-1945).
k. Pelalawan
Kerajaan Pelalawan merupakan kelanjutan dari kerajaan Pekantua. Pelalawan
berasal dari kata “lalau” yang berarti tempat yang dicadangkan. Raja Pekantua
kampar maharaja Dinda II mengumumkan pemindahan pusat pemerintahan ke
Sungai Rasau, setelah itu Pelalawan resmi menggantikan nama Pekantua Kampar.
Menggantikan ayahnya, Maharaja Lela Bungsu (1750-1775) membuat kerajaan
semakin berkembang, ia membuka hubungan perdagangan dengan Indragiri,
Jambi melalui sungai Kerumutan, Nilo, dan Panduk. Penguasa terakhirnya adalah
syarif harun/ tengku Said Harun (1941-1946).
l. Batu Hampar, Pekaitan, Kemuning, Cerenti.
Selain kerajaan-kerajaan maupun kelompok masyarakat di atas, ada beberapa
kawasan yang disebut-sebut memiliki kedaulatan tersendiri yakni Batu Hampar,
Pekaitan, Kemuning, dan Cerenti. Tetapi kesemuanya belum teridentifikasi secara
mendalam.
2. Riau Menantang Penjajah
a. Melawan Portugis
Pada tahun 1511, Portugis merebut melaka. Masyarakat melayu yang
dipimpin sultan melaka yang terakhir, sultan Mahmud, bersatu padu mengusir
Portugis. Menyusun kekuatan dari bintan, laskar-laskar melayu tak pernah
berhenti menyerang Portugis dengan panglima bernama Hang Nadim. Raja
Indragiri bergabung dengan laskar melayu di bintan, hal serupa juga dilakukan
oleh sultan Husen dari Gasib, Siak.
Sultan mahmud mengirim Hang Nadim ke Gasib, bukit batu, dan bengkalis
tahun 1512, untuk mengatur serangan bersama-sama. Gasib menyiapkan
pasukannya yang dipimpin oleh Khoja Ahmad Syah, sedangkan pasukan bukit
batu dipimpin oleh Tun Megat. Kebatinan senggoro, bengkalis, dipimpin
laksamana Batin Hitam, mereka bergabung menjadi satu di kuala Muar, Johor.
Pasukan gabungan ini dapat dipukul oleh Portugis yang dipimpin Ferneo
Peres de Andrade dari melaka tahun 1512. Tahun 1516 raja Khoja Ahmad
bersama Laksamana Bukit Batu kembali mengerahkan pasukan mereka,
meskipun gagal. Tahun 1520 Nara Singa II memimpin armada melayu menyerang
Portugis di melaka, Nara Singa mengepung Melaka yang disambut oleh portugis.
Akan tetapi pengepungan yang dilakukan berdampak negatif bagi penduduk sipil.

9
Tahun 1527 ia mempersiapkan sendiri pasukannya untuk menyerang lagi, tetapi
niat ini diurungkan setelah mendapat kabar bahwa bintan telah dikuasai oleh
Portugis.
Tahun 1537 akhirnya Portugis mengambil tindakan khusus di riau, mereka
mengadakan pembersihan di selat Rupat dan Bengkalis, bukit batu dan senggoro
dibumihanguskan Portugis menyebabkan perlawanan menjadi lumpuh. Tahun
1547 ketika portugis menyerang aceh. Siak, bukit batu, dan bengkalis
menggabungkan diri ke dalam pasukan aceh untuk membela hak sesama saudara
mereka.
b. Melawan Belanda
Akibat kekalahan Portugis dari belanda tahun1641, belanda akhirnya
menguasai kawasan jajahan Portugis. Masyarakat melayu juga melakukan
perlawanan. Tahun 1759, raja Mahmud di siak yang didampingi oleh panglima
Said Umar, menyerang Guntung. Mereka berhasil merampas benteng belanda
yang kemudian mengusir bangsa tersebut dari situ. Tidak lama kemudian,
penguasa siak, sultan Alamuddin Syah bersama panglima Muhammad Ali,
mengusir belanda sampai ke melaka.
Pada waktu yang sama, masyarakat Riau di kawasan selat melaka, juga
mengusir belanda dibawah pimpinan Raja Haji. Puncaknya tahun 1782 meletuslah
Perang Riau. Perang ini dimenangkan oleh pasukan Raja Haji, tapi akhirnya Raja
Haji tewas dalam pertempuran di melaka, 1784.
Berbagai pertempuran muncul setelah itu, belanda harus menghadapi
penyerangan yang dilakukan Tuanku Tambusai di benteng Fort Amerogen,
sumatera barat. Tuanku Tambusai Membuat Belanda kalang-kabut, keberanian
Tuanku Tambusai yang bernama asli Muhammad saleh itu mendapat julukan de
padricsche tiger van rokan atau harimau dari rokan.
Tahun 1850-an terjadi pertempuran di Reteh. Panglima Besar Sulung
memimpin pasukannya melawan belanda, meskipun dapat ditaklukan oleh
belanda setelah mengirim ekspedisi khusus ke Reteh. Datuk Tabano juga
melakukan perlawanan di bangkinang tahun 1898 meskipun dibayang-banyangi
kedatangan 1.000 orang pasukan, datuk Tabano tidak mau menyerah perlu 19
pasukan yang menyerbu rumanhya , datuk Tabano baru dapat di taklukan.
Belanda mengerahkan 1.000 pasukan untuk menaklukan Limo Koto, ini
dilakukan untuk membalaskan dendam terhadap masyarakat Limo Koto yang
dipimpin oleh Datuk Tabano. Hampir 250 orang pasukan belanda ditewaskan
Limo Koto. Setelah mengusai Limo Koto, belanda menuju Teluk Kuantan.
Mereka mendapat perlawanan dari masyarakat setempat menewaskan ratusan
pasukan belanda. Tercatat ada beberapa pertempuran di Lubuk Ambacang, Lubuk
Tempurung, Lubuk Jambi, Padang Bonai, dan Manggis. Belanda baru dapat
mengusai Kuantan tahun 1905.

10
11
Tahun 1901-1904 terdapat perjuangan Sultan Zainal Abidin di Rokan Yang
terus menggempur Belanda. Ia menolak apapun bentuk hubungan dengan
belanda. Tetapi kemudian ia dapat ditangkap belanda di Pasir Pengaraiyan,
kemudian dibuang ke sukamiskin sebelum akhirnya dipenjara di madiun ia
meninggal di salah satu wilayah penting di jawa tersebut.
c. Melawan Inggris dan Jepang
Tercatat pertempuran di Rokan, Bengkalis, Bukit batu, dan siak. Masyarakat
melayu melawan inggris. Sedangkan pertempuran melawan jepang, terjadi di
Enok, Indragiri Hilir, dan labuhan tangga (Rokan Hilir). Di enok, pertempuran
Diawali ketidakmauan masyarakat hasil tanaman mereka kepada jepang. Di
labuhan tangga, dipicu oleh larangan jepang terhadap pelaksanaan takbir dan
sholat Idul fitri. Perlawanan jepang tidak hnaya dengan senjata tetapi juga dengan
mogok kerja, akibatnya peristiwa ini berakhir tragis ketika jepang justru menyiksa
buruh yang ternyata menewaskan ribuan orang.
D. Perjuangan Rakyat Riau Masa Kemerdekaan
1. Pengibaran Awal Merah Putih.
- Terbitnya buku “Sejarah Perjuangan Rakyat Riau” (1942-2002) pada tahun
2004.
- Kawasan dalam pengaruh belanda (Hindia Belanda) menjadi kawasan
negara merdeka.
- Sultan Syarif Kasim II menyerahkan Siak ke Pangkuan NKRI melalui
Soekarno pada bulan September 1946.
- Adanya Organisasi Angkatan Muda (AM PTT) yang bertujuan untuk
memberi kesadaran terhadap orang yang masih ragu atas kemerdekaan.
- Pada tanggal 14 Oktober 1945 diadakan pertemuan besar menyikapi
kemerdekaan yang diketuai M. Nurdin Yasup.
- Bendera belanda diturunkan dan disobek warna birunya terjadi pada
tanggal 18 November 1945.
- Pemuda Bengkalis menyerbu markas Angkun pada tanggal 17 Oktober
1945.
- Peristiwa “Bagan Siapi-api” pada tanggal 19 september 1946.
2. Agresi Militer Belanda I
- Terjadinya penyerangan pada tanggal 20 Juli 1946 yang menyebabkan
gugurnya kapten Muchtar dan 4 prajuritnya.
- Belanda memblokade muara-muara sungai penting 27 Juli 1947.
- BKR berganti nama menjadi Tkr yang dipimpin oleh Letkol Hasan Basri.

12
- TKR mengalami Penyempurnaan berubah menjadi TNI.
3. Agresi Militer Belanda II
a. PDRI Berpusat di Bangkinang
- Ditandai dengan adanya penyerangan kota Yogyakarta 19 Desember
1948.
- PDRI dibentuk oleh Mr. Syafruddin Prawiranegara.
- Riau diserang dari dua lurusan, lurusan yang pertama di Tanjung Pinang
yang dipimpin oleh Kolonel Trebel, dan lurusan yang kedua di Riau yang
dipimpin oleh Brigade V. Erp.
b. Menyelamatkan PDRI, Bangkinang, Pekanbaru
- Serangan puncak di bangkinang pada hari jum’at 31 Desember 1948.
- Penghadangan yang dipimpin oleh Residen Riau R. M. Oetoyo tak
membuahkan hasil.
- Tentara Indonesia membakar seluruh gedung penting agar tidak dapat
dimanfaatkan musuh.
c. Serangan Balas ke Bengkalis
- Belanda menyerang Riau pesisir pada tanggal 29 desember 1948.
- Tujuh Tni syahid yaitu Kyai Derman, Khasim, Arymyo, Egol, H. Tazali,
Muniran, dan Tabib.
d. Serangan Udara di Tembilahan
- Bom dijatuhkan di Tembilahan pada tanggal 30 Desember 1948
- Letnan II M. Boya gugur saat mempertahankan Kuala Erok.
e. 2000 Korban Jiwa di Rengat
- Puncak penyerangan udara di Rengat terjadi pada tanggal 5 Januari 1949.
f. Sungai Apit dan siak
- Terjadi pada tanggal 29 Desember 1949.
4. Provinsi Sendiri
- Riau melawan penjajah dalam rentang waktu 430 tahun.
- Terdapat 3 keresidenan yaitu Riau, Jambi, dan Sumatra Barat.
- Ide pembentukan provinsi Riau dinilai dari dari bidang ekonomi dan
pembangunan.

13
- Provinsi Riau didirikan pada tanggal 9 Agustus 1957 melalui UU darurat
No. 19 tahun 1957 yang ditandatangani Ir. Soekarno.
- Terpisahnya Kepri pada tahun 2004
- Gubernur pertama Riau yaitu SM. Amin (1958-1960)

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ras Melayu datang pertama kali ke daerah Riau sekitar tahun 2.500 SM.
Mereka datang dari daratan Asia bagian tengah dan menyeberang dari
Semenanjung Malaysia. Gelombang kedatangan kedua terjadi pada tahun 1.500
SM, dan gelombang kedatangan ketiga sekitar tahun 300 SM. Suku bangsa
Melayu di daerah Riau adalah salah satu keturunan para migran dari daratan Asia
tersebut. Dalam sejarah kebudayaannya mereka juga telah mengalami beberapa
pengaruh peradaban, seperti Hindu, Islam, dan juga peradaban Cina dan Barat
(Belanda, Inggris dan Portugis).
Pada abad-abad yang dulu mereka sempat mempunyai beberapa kerajaan.
Pada masa sekarang populasi mereka diperkirakan berjumlah sekitar 1 juta jiwa,
tersebar terutama di Provinsi Riau maupun kepulauannya dan disekitar daerah
aliran sungai-sungai besar di daratan Sumatera bagian Timur.
Provinsi Riau menyimpan banyak kisah heroik masyarakatnya dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada masa lampau. Peperangan di
Bagan siapi api bahkan penyerangan secara mendadak kolonialisme Belanda di
Rengat tentunya tidak bisa dilupakan begitu saja. Begitu pula cerita Sultan Siak
yang secara sukarela menyerahkan harta kekayaannya sebesar 13 juta Golden
untuk modal kemerdekaan Indonesia, hingga puncaknya pemuda Riau
mengibarkan bendera kemerdekaan merah putih di Pekanbaru. Dan masih banyak
lagi bukti - bukti bahwa RIAU menjadi sasaran tepat untuk mempelajari sejarah
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini tim penulis menyadari bahwa, penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan
kritik dan saran kepada para pembaca.(Takari, 2015)

15
Daftar Pustaka
Husni, T. (2018). Antropologi Melayu (K. Madona (ed.); 1st ed.). kalimedia.
Royal, T., Society, G., Geographers, B., & Publishing, B. (2009). On the Physical
Geography of the Malay Archipelago Author ( s ): Alfred Russell Wallace
Source : Journal of the Royal Geographical Society of London , Vol . 33
( 1863 ), pp . 217-234 Published by : Blackwell Publishing on behalf of The
Royal Geographical. 33(1863), 217–234.
Takari, M. (2015). Muhammad Takari bin Jilin Syahrial Program Studi
Etnomusikologi FIB USU dan. September, 1–24.
Wan Teh, W. H. (2012). Rumpun Melayu Teori Migrasi dan Disapora (pp. 1–
108).
Wildasyah. (2013). Budaya Melayu Riau. Slideshare.
https://www.slideshare.net/wildasyah

16

Anda mungkin juga menyukai