Anda di halaman 1dari 8

DIASPORA MASYARAKAT DEUTRO MELAYU

“ MASYARAKAT ADAT ”

Penjelasan umum :

Diaspora adalah : Istilah yg digunakan untuk merujuk kepada bangsa atau penduduk etnis mana
pun yang terpaksa atau terdorong untuk meninggalkan tanah air etnis tradisional mereka;
penyebaran mereka di berbagai bagian lain dunia, dan perkembangan yang dihasilkan karena
penyebaran dan budaya mereka.

Persebaran Ras Deutro Melayu

Sebelumnya, ras Deutro Melayu ini berasal dari daerah Indochina atau daerah
Vietnam, Kamboja, dan Laos bagian utara. Rute persebaran nenek moyang dari
kelompok Melayu Muda ini dimulai dari daratan Asia ke Thailand, Malaysia Barat,
lalu menuju tempat-tempat di Kepulauan Nusantara.

Ras yang tiba pada gelombang terakhir ini masih tergolong ras Austronesia. Nenek
moyang kita dari ras Papua - Melanesoid, Austronesia, dan sisa ras Austro -
Melanesoid lantas melahirkan bermacam suku bangsa yang tersebar di seluruh
pelosok wilayah Nusantara seperti sekarang ini.

Diketahui bahwa ras Deutro Melayu inilah yang berhasil mengembangkan


peradaban dan kebudayaan yang lebih maju daripada bangsa Proto Melayu dan
bangsa Negrito yang menjadi penduduk di pedalaman.

Hingga sekarang keturunan bangsa Proto Melayu dan negrito masih hidup
bermasyarakat secara sederhana, mengikuti pola moyang mereka, dan kurang
bersentuhan dengan budaya luar seperti India, Islam, dan Eropa.

Sedangkan bangsa Deutro Melayu mampu beradaptasi dengan kebudayaan Hindu -


Budha, Islam, dan Barat. Sekarang kamu sudah tahu kalau suku bangsa
di Indonesia ini dari dua ras yakni Deutro Melayu dan Proto Melayu atau yang
dikenal dengan Melayu Tua.

Suku bangsa di Indonesia yang termasuk dalam suku Melayu Muda atau
yang dikenal dengan Deutro Melayu adalah :

Bugis, Aceh, Minangkabau, Jawa, Sunda, Melayu, Betawi, Manado, dan Bali.
Ciri-Ciri Ras Deutro Melayu

Ras Deutro Melayu  memiliki ciri fisik yang tidak jauh berbeda dengan mayoritas
penduduk Indonesia saat ini. Ciri fisik bangsa Deutro Melayu di antaranya :

 Tinggi badan 135-180 cm

 Berat badan 30-75 kg

 Warna kulit antara kuning langsat dan cokelat hitam

 Warna rambut antara cokelat dan hitam

 Bentuk rambut antara lurus dan keriting.

Peninggalan Ras Deutro Melayu


Ada beberapa peninggalan dari ras Deutro melayu, yang d antaranya sebagai
berikut ini:

1. Kapak persegi

Kapak persegi adalah alat dibuat dari batu berbentuk persegi. Di Indonesia
bagian barat, yaitu Pulau Sumatera, Jawa, dan Bali ditemukan kapak persegi,
sedangkan di Indonesia bagian timur, sedikit ditemukan dan dengan
pembuatan kasar. Tempat lainnya kapak persegi diketemukan, diantara-Nya
di dekat Lahat (Palembang) , Bogor, Sukabumi, Karawang, Tasikmalaya, dan
Pacitan (Jawa Timur).
2. Kapak lonjong

Dinamakan kapak lonjong karena kapak ini berbentuk lonjong dengan pangkal
yang juga kadang lonjong dan penampangnya hampir berbentuk bulat.
Kapak lonjong juga disebut polished axe karena hampir seluruh bagian
kapaknya telah dihaluskan dengan sangat baik. Selain itu, bagian tajaman
kapak sepertinya diasah dari berbagai arah sehingga memperlihatkan bentuk
tajaman yang simetris.

3. Kapak corong

Kapak corong adalah kapak yang terbuat dari logam yang bentuk bagian atasnya berbentuk
corong yang sembirnya belah, sedangkan ke dalam corong itulah dimasukkan tangkai kayunya
yang menyiku pada bidang kapak.

Fungsi kapak corong ini tidak semuanya digunakan sebagai alat sebagaimana layaknya kegunaan
kapak, ada juga yang berfungsi sebagai alat upacara dan hiasan.

4. Kapak sepatu
Kapak sepatu adalah kapak yang berasal dari masa kebudayaan perunggu besi di
Indonesia, berongga di bagian dalamnya, dan pemasangan tangkainya seperti cara
memakai sepatu, yaitu memasukkan tangkai kapak ke dalam rongga.

5. Nekara dan Moko

Nekara adalah semacam berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian


tengahnya dan sisi atapnya tertutup. Benda ini memiliki nilai seni yang tinggi,
terdapat pola hias yang beraneka ragam. Pola hiasnya yaitu pola binatang,
geometrik, dan juga gambar manusia.

Pada beberapa tempat, nekara juga dianggap sebagai barang suci, misalnya nekara
yang ditemukan di Bali, Sumatera, Jawa, Pulau Sangean dekat Sumbawa, Roti, Leti,
Selayar, Kepulauan Kei, dan Alor.

Fungsi Nekara adalah untuk digunakan sebagai salah satu alat dalam upacara untuk
mendatangkan hujan, memanggil roh nenek moyang, serta dipakai sebagai
genderang perang.

Di Alor (NTT) banyak ditemukan nekara dengan bentuk kecil tapi memanjang.
Nekara ini disebut Moko. Fungsi Moko adalah digunakan sebagai alat pusaka atau
sebagai mas kawin.

Asal usul :

Seiring dengan perkembangan waktu, Melayu Muda(Deutro) lebih berkembang


dibandingkan dengan Melayu Tua. Mereka datang sekitar 300-250 tahun sebelum
Masehi, Melayu Muda inilah yang berkembang saat ini, yang kemudian mendirikan
kerajaan Melayu, mulai dari kerajaan Melayu yang masih menganut agama Hindu-
Budha seperti Sriwijaya (abad ke 7-11) diikuti oleh kerajaan Melayu Islam seperti
Malaka, Johor-Pahang, Riau-Lingga, Siak Sri Indrapura, Pelalawan dan sebagainya.
Keturunan Melayu Muda ini telah memeluk agama Islam sejak Raja Melaka
Parameswara yang dikenal dengan Sultan Muhammad Iskandar Syah yang masuk
Islam pada tahun 1414 M. Dari sejumlah kerajaan Melayu Riau yang berkembang
saat itu, ada beberapa diantara-Nya yang mencatat sejarah dalam kejayaan yang
hingga kini budayanya telah diwarisi oleh generasi penerus masyarakat Melayu Riau.

1.Penyebaran Deutro melayu masyarakat adat di Rantau Kuantan

Sejarah

Ketika gelombang arus migrasi pertama sekitar 1000 tahun SM orang Melayu masuk ke nusantara
mereka mendiami pesisir Pulau Sumatra, kemudian mereka mulai masuk secara evolusi ke pedalaman,
singgah di berbagai pinggiran sungai di sepanjang 4 sungai di Riau, yaitu Sungai Indragiri/Kuantan, Siak,
Kampar, dan Rokan. Orang ini saat ini disebut dengan proto Melayu (Melayu Tua), dan sekarang disebut
pula dengan masyarakat suku Asli, seperti Talang Mamak, Sakai, Bonai, Akit, Duanu, dll. Setelah
bermastutin di tepi-tepi sungai mereka terus merasuk masuk ke hulu. Khusus di Indragiri mereka
singgah dan bermastautin di Kuantan, dan seterusnya sampai pula di Minangkabau.

Setelah itu terjadi lagi gelombang kedua arus masuk ke Nusantara dan melakukan perjalanan dengan
proses evolusi memudiki sungai. Sebagian singgah di rantau-rantau sungai di Riau dan sebagian lagi
bermukim hingga di Pagaruyung. Orang-orang ini kemudian dikenal dalam ilmu kebudayaan
sebagai deutro Melayu (Melayu Muda). Bukti sejarah dalam peristiwa ini begitu banyak, mulai situs-situs
candi hindu hingga budha. Di sepanjang sungaiIndragiri/batang Kuantan terdapat tidak kurang dari 3
situs candi yang diperkirakan umurnya lebih dari 2000 tahun yang lalu.

Menurut Tambo kenegerian Cerenti, salah satu puak yang mendiami Rantau Kuantan, suku-suku yang
mendiami kenegerian Cerenti itu, adalah keturunan dari nenek moyang mereka yang mendiami
Semenanjung Melaka. Kemudian pindah ke Deli, tetapi karena adanya terjadi suatu peperangan Raja Deli
dengan Raja Bugis, mereka migrasi pula ke Sumatera bagian tengah, sebagian ke Minangkabau sebagian
ke Siak Sri Indrapura. Suku yang pindah ke Minangkabau dipimpin oleh Raja Mahkota. Raja Mahkota ini
tidak berfungsi sebagai raja sebab ia dalam perantauan. Ihwal Raja Mahkota beristrikan Putri Kembang
melahirkan dua orang anak dan yang tua adalah perempuan bernama Putri Hijau dan yang kedua laki-laki
bernama Putra Hutan.

Beberapa lama mereka mendiami Minangkabau. Raja Mahkota pun mulai berkuasa di daerah kecil yang ia
diami, hingga Raja Mahkota meninggal dunia. Istri, anak dan orang-orang sesukunya meninggalkan
daerah itu, kemudian hijrah ke Siak Sri Indrapura.

Di Siak, Putri Kembang dan rombongan berkumpul kembali dengan kelompok yang menuju Siak setelah
bertahun-tahun mereka berpisah. Putri Kembang dilamar Raja Siak Sri Indrapura, tetapi lamaran Raja
Siak itu ditolaknya, sebab beliau tidak sudi menjadi istri dari Raja Siak. Penolakan itu mengakibatkan
Raja Siak marah, dan menyeret Putri Kembang ke penjara seumur hidup. Tindakan Raja Siak tidak
disenangi Panglima yang sudah diangkatnya, sehingga terjadilah peperangan antara Panglima Raja Siak
dengan Raja Siak. Akhirnya, untuk menghindari pertumpahan darah yang lebih besar rombongan
Panglima menghindar menuju Kerajaan Indragiri hingga sampailah ke suatu tempat yang kelak bernama
Cerenti.

Hal ini didukung oleh banyaknya pendapat budayawan yang mengatakan bahwa raja-raja Pagaruyung
berasal dari Rantau Kuantan yang terjadi lebih dari 1500 tahun yang lalu.

orang Kuantan merupakan orang Melayu Kuantan, dan nenek moyang orang Minangkabau berasal dari
ras yang sama dan dulunya juga pernah berasal dari Kuantan, Kampar, dan lain sebagainya. di Riau.
Ihwal adat istiadat yang memakai sistem kekuasaan matrilineal (garis keturunan kekerabatan seperti
Minangkabau itu bukan pemilik tunggal Minangkabau karena memang kebudayaan Melayu yang paling
tua sebelum Islam masuk nenek moyang orang Melayu memang memakai sistem matrilineal. Di Kuantan
dan di berbagai wilayah budaya di Riau lainnya juga memakai sistem yang sama, Islam lah yang
mengubah peradaban ini ke garis keturunan sebelah ke laki-laki.
Kesimpulan : Suku Minangkabau yang merupakan suku Indonesia yang termasuk suku pada masa
Deutro melayu ( melayu muda) dianut oleh masyarakat rantau Kuantan karna nenek moyang mereka yg
terdahulu

2. Penyebaran Deutro melayu masyarakat adat di Rantau Kampar.

Sejarah

Orang Minangkabau terkenal dengan kecenderungannya berpindah (merantau).


Keinginan membawa hasil bumi yang berlimpah dan keinginan mengenal daerah luar
mendorong mereka merantau lebih jauh ke hilir. Mereka meneroka hutan, melintasi banjaran
Bukit Barisan, dan menghiliri sungai-sungai yang membelah bagian kawasan timur Sumatera
Tengah seperti Sungai Rokan, Siak, Kampar, Indragiri, dan Batang Hari. Mereka mengarungi
sungai itu untuk berniaga lebih jauh ke timur dan menyeberangi Selat Malaka menuju
Semenanjung Tanah Melayu. Patapahan Kabupaten Kampar dan Rokan Ampek Koto
Kabupaten Rokan Hulu Riau disebut dalam catatan sejarah termasuk daerah laluan dan
persinggahan yang kemudian berkembang pula menjadi kampung para perantau. Rantau
Rokan khususnya disebut pula sebagai tempat penyelamatan penyelamatan diri para pejuang
Paderi di Minangkabau umumnya serta di kawasan Pasaman (Bonjol, Lubuk Sikaping dan
Rao) khususnya yang kalah melawan Belanda.

Lonjakan mobilitas orang Minangkabau di daerah ini juga disebabkan oleh munculnya sejumlah pusat
politik dan ekonomi di bawah kekuasaan Inggris di Tanah Semenanjung yang memberi banyak
kemudahan bagi orang perantau Minangkabau untuk masuk dan beraktivitas di sana (Gusti Asnan,
2016).

Para ahli sejarah telah merekonstruksi perjalanan perantau Minangkabau melalui


Rantau Kampar dan Rantau Rokan seperti terlihat pada kutipan di atas. Ahli bahasa dapat
pula melakukan penelusuran jejak keminangkabauan tersebut dengan cara membandingkan
isolek-isolek yang digunakan oleh masyarakat daerah asal dengan daerah rantau tersebut.
Dengan demikian dapat diketahui persentase perbedaan leksikal di antara isolek di kedua
daerah tersebut. Dari persentase perbedaan ini dapat diklasifikasi tingkat perbedaan bahasa
antar titik pengamatan di kedua daerah.

Dari tulisan-tulisan tersebut belum ada penelitian yang membandingkan isolek di


daerah asal yang menjadi titik pengamatan (selanjutnya TP) penelitian Nagari Rao-Rao
Kabupaten Tanah Datar (TP 1) dan Nagari Simalanggang Kabupaten 50 Kota (TP 2) dengan
Desa Rokan Ampek Koto Kabupaten Rokan Hulu (TP 3) dan Desa Patapahan Kabupaten
Kampar (TP 4). Kajian ini penting dilakukan mengingat masa sekarang, daerah rantau
tersebut di atas tidak lagi menjadi satu-satunya jalan untuk menyeberang ke Tanah
Semenanjung (Malaysia). Lagi pula, daerah rantau ini tidak berada di provinsi yang sama
dengan daerah asal setelah peristiwa PRRI di Sumatera Tengah (1956).

Kesimpulan : Suku Minangkabau yang merupakan suku Indonesia yang termasuk suku pada masa
Deutro melayu ( melayu muda) dianut juga oleh masyarakat rantau Kampar karna orang Minangkabau
terkenal dengan kecenderungannya berpindah (merantau) jadi nenek moyang mereka juga banyak yg
dari suku Minangkabau.

3.Penyebaran Deutro melayu masyarakat adat di Tiga Lorong

Sejarah Tiga Lorong


Sejarah perkembangan Inderagiri menjadi bagian penting kesinambungan dari
emporium Melayu abad pertengahan. Gambaran ini sebagai konteks untuk
mengingat keberadaan peristiwa masa lampau agar dapat didasari bahwa hari ini
ada karena adanya hari kemarin. Tiga Lorong adalah suatu kawasan yang paling
berpengaruh dalam Kerajaaan Indragiri abad ke 16.Tiga Lorong adalah kawasan
yang terdiri dari tiga kawasan, yakini Baturijal Hulu, Baturijal Hilir, dan Pematang
Selunak.
Bila meneliti sejarah perkembangan Tiga Lorong, maka kita melihat dari awal
terjadinya peristiwa Tiga Lorong tersebut. Tiga Lorong adalah sebutan untuk suatu
wilayah yang diberikan kepada Penghulu Tiga Beradik pada masa Kerajaan
Inderagiri.

Pada masa Inderagiri Raja Hasan yang bergelar Sultan Salahuddin Keramatsyah
(1735-1765 M) dimulai sejarah Tiga Lorong. Tiga Lorong adalah sebutan untuk satu
wilayah di tepi aliran Sungai Inderagiri. Terkenal setelah terjadinya peristiwa
penting yang membuat Sultan Indragiri beserta lembaga kerapatan adatnya berasa
wajib memberi penghargaan istimewa kepada Tiga orang bersaudara pelaku sejarah
yang berasal dari Batujangko, Dharmasraya, Hulu Batanghari, Jambi.

Pada masa Raja Hasan Penduduk Indragiri mulai cemas, sebab kedatangan ekspansi
dari Kerajaan Pagaruyung, karena melihat wilayah Indragiri yang lahan
pertaniannya subur dan keadaan politik yang kondusif maka mereka ingin
menguasai Indragiri dengan berbagai cara, namun mereka mendapat perlawanan
dari rakyat Indragiri.

Ekspansi Minangkabau (Pagaruyung) ke Indragiri yang dipimpin oleh Raja


Dubalang untuk menguasai Kuantan dapat dihancurkan oleh Tiga Beradik yaitu
Denang Lelo, Datuk Jomang dan Datuk Dirajo Dari Baturijal. Dengan cara Tiga
beradik membunuh Raja Dubalang di permainan sabung ayam, pada saat itu Raja
Dubalang telah kalah, Raja Dubalang tidak menerima kekalahannya, dan memutar
keris kearah Tiga Beradik dan menikam Penghulu Tiga Beradik, Penghulu Tiga
Beradik dapat mengelak dan pertarungan berlanjut, akhirnya Raja Dubalang di
bunuh Tiga Beradik. Atas keberhasilan Penghulu Tiga beradik melawan Raja
Dubalang maka Penghulu Tiga beradik diberikan penghargaan yaitu wilayah dan
gelar, wilayah tersebut diberi nama Tiga Lorong.

Wilayah Tiga Lorong tidak hanya menjadi wilayah budaya, dalam artian wilayah Tiga
Lorong ini memiliki adat, tradisi kebiasaan dan bahasa tersendiri, yang berbeda
dengan wilayah lainnya di Indragiri. Tiga daerah yang diberikan kepada Penghulu
Tiga beradik tersebut ialah yang pertama yaitu Datuk Denang Lelo menjadi
Penghulu Pematang Selunak, yang ke dua Datuk Jumangkuto Penghulu Baturijal
Hulu dan yang ketiga Datuk Lelo Dirajo Penghulu Baturijal Hilir.

Di Indragiri jabatan Penghulu berbeda dengan daerah Melayu lainnya yang


mengaitkan jabatan ini dengan figur keagamaan tertentu, di Indragiri atau di Tiga
Lorong jabatan penghulu ini merupakan pimpinan suatu daerah otonom. Meskipun
raja memiliki semua tanah di kerajaan dengan hal menuntut upeti, namun di daerah
Peranap, Baturijal dan Pematang Selunak dianggap sebagai daerah otonom. Ketiga
wilayah ini dipimpin oleh Tiga Beradik yang langsung tunduk kepada sultan tanpa
melalui datuk Bendahara atau datuk Tumanggung.Hubungan Sultan dan penghulu
ini didasari karena penghargaan yang diberi raja. Dimana penghulu berjanji akan
tetap setia sepanjang masa kepada Sultan dan mengakui hakim tertinggi yang wajib
dipatuhi perintahnya, dan berjanji akan memberikan segalanya yang dituntut adat
kepada sutan. Sebaliknya, Sultan berjanji tidak akan menyingkirkan penghulu dan
melindungi otonominya.

Kesimpulan : Suku Minangkabau yang merupakan suku Indonesia yang termasuk suku pada masa
Deutro melayu ( melayu muda) dianut juga oleh masyarakat tiga lorong yg r karna orang Minangkabau
terkenal dengan kecenderungannya berpindah (merantau) jadi nenek moyang mereka juga banyak yg
dari suku Minangkabau. Yg nama tiga lorong diambil karna ada 3 kakak beradik yg telah mengusir taja
dubalang yg ingin merebut wilayah Kuantan di sebuah lorong, inilah mengapa namanya menjadi tiga
lorong.

Daftar pustaka :

https://kumparan.com/berita-update/suku-bangsa-di-indonesia-yang-termasuk-
deutro-melayu-1uelkm6vMX4

https://www.slideshare.net/ArsyiAdlani/materi-lengkap-sejarah-deutro-melayu

http://kalamenau.blogspot.com/2012/03/orang-kuantan-adalah-orang-
melayu.html?m=1

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFKIP/article/d
ownload/20014/19353&ved=2ahUKEwijyq_4t-
zyAhWLgtgFHbqJB20QFnoECAcQAQ&usg=AOvVaw2aBuluLn3UyUmSIR9Z3Y23

Anda mungkin juga menyukai