Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

EKONOMI MELAYU RIAU


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Budaya Melayu Riau
Dosen Pengampu : Rahmat Junaidi, S.E,M.M

Disusun Oleh Kelompok 9:


1. Intan Tsalasa Yuningsih (2202112396)
2. Regina Jeslin (2202125359)
3. Nata Maribeta Pasaribu (2202112392)

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Ekonomi
Melayu Riau ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterima kasih pada Bapak Rahmat Junaidi,S.E, M.M selaku Dosen pengampu mata kuliah
Budaya Melayu yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Ekonomi melayu Era Global, dan juga Etos Kerja masyarakat
melayu Riau . Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapa saja yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang

Pekanbaru, 1 September 2022

Penulis

i
DAFTAR PUTAKA

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR PUTAKA........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan masalah......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
2.1 Ekonomi Melayu Era Global..................................................................................................2
2.1.1 Kreatif Ekonomi.......................................................................................................5
2.1.2 Tantangan Ekonomi Global Pada Masyarakat Melayu Riau.................................10
2.2 Etos Kerja Masyarakat Melayu Riau...................................................................................10
2.1.1 Pengertian Etos Kerja.............................................................................................11
2.1.2 Fungsi Etos Kerja...................................................................................................12
2.1.3 Ciri - Ciri Etos Kerja..............................................................................................12
2.1.4 Etos Kerja Masyarakat Melayu..............................................................................12
2.1.5 Mata Pencaharian Masyarakat Melayu..................................................................13
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................16
3.2 saran.....................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Masyarakat global merasa seolah-olah berada dalam ruanng yang tidak terbatas akibat
globalisasi, yang merupakan keniscayaan dan realitas abad kita. Tidak ada bangsa yang bisa
lepas dari kenyataan ini, sehingga masyarakat Melayu perlu membentengi diri agar tidak menjadi
kelompok yang tertinggal di era ini.
Komunitas Melayu memiliki sejarah perkembangan ekonomi yang spektakuler yang
dibangun di atas dasar Islam dan kemelayuan, yang memberikan sistem dan kesempurnaan
Melayu warna baru dan mempercepat realisasi. Akibatnya, sekarang terlihat sisa-sisa budaya
Melayu di seluruh dunia. Dengan mempraktekkan “Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan
Provinsi Riau” yang mencakup dua strategi kunci untuk melestarikan nilai-nilai budaya Melayu
dan memajukan infrastruktur seni dan budaya, ekonomi masyarakat Melayu dapat
dikembangkan. Dengan meningkatkan sarana dan prasarana daya tarik wisata unggulan dan
menumbuhkan ekonomi kreatif, juga terdapat strategi untuk menetapkan destinasi wisata
unggulan.
Ekonomi kreatif menempati urutan keempat dalam orientasi ekonomi setelah ekonomi
industri dan ekonomi informasi, menurut Howkins (2001), yang menyebut pergeseran pola
ekonomi ini sebagai “gelombang ekonomi”. Pertumbuhan industri kreatif diperkirakan dapat
memberikan rona baru bagi perekonomian dan pembangunan negara. Ekonomi kreatif
memanfaatkan sumber daya seperti ide, gagasan, bakat, atau bakat dan kreativitas yang tidak
hanya terbarukan tetapi juga tidak terbatas. Nilai ekonomis suatu produk atau jasa di era kreatif
tidak ditentukan oleh bahan baku atau sistem produksi seperti di era industri, melainkan oleh
penggunaan dan penciptaan inovasi melalui perkembangan teknologi yang semakin maju.
Prinsip keadilan dan kebersamaan penting dalam perekonomian Melayu. Perekonomian
Melayu juga dibangun atas prinsip keadilan, persatuan, dan tolong menolong. Dalam tulisan ini,
penulis membahas ekonomi Melayu, tantangannya, dan etos kerja orang Melayu. Dengan begitu,
kita akan belajar lebih banyak tentang budaya kerja orang Melayu.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Ekonomi Melayu Pada Era Global?
2. Apa Yang Dimaksud Dengan Ekonomi Kreatif?
3. Apa Saja Tantangan Ekonomi Global Pada Masyarakat Melayu Riau?
4. Bagaimana Etos Kerja Masyarakat Melayu Riau?
1.3 Tujuan masalah
1. Untuk Mengetahui Ekonomi Melayu Pada Era Global
2. Untuk Mengetahui Ekonomi Kreatif
3. Untuk Mengetahui Tantangan Ekonomi Global Pada Masyarakat Melayu Riau
4. Untuk Mengetahui Etos Kerja Masyarakat Melayu Riau

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ekonomi Melayu Era Global

Beberapa kegiatan ekonomi yang terjadi di masa lalu dan masih berlangsung
menunjukkan budaya Melayu dalam kaitannya dengan tindakan ekonomi tersebut. Tindakan
tersebut masih terlihat dalam kehidupan masyarakat budaya Melayu, terbukti dengan beberapa
kegiatan ekonomi yang akan dibahas dalam pembahasan ini. Kegiatan ekonomi budaya melayu
dapat dijadikan produk keuangan syariah dan oleh lembaga perbankan yang ada. Beberapa
kegiatan ekonomi Melayu dapat dilihat yang telah menjadi budaya dalam tatanan ekonomi Islam,
antara lain:

a. Permainan Jejula (Arisan)


Masyarakat Melayu di daerah Riau khususnya di kepulauan Riau sudah tidak asing lagi
dengan permainan jejula atau jejula. Sementara ini dikenal sebagai Julojulo di daratan Riau,
istilah modern yang dikenal sebagai Arisan adalah perkembangan selanjutnya di kalangan
masyarakat Melayu. Jejula, atau istilah serupa, diartikan sebagai suatu organisasi yang
berkumpul pada waktu tertentu (minggu, bulan, dan tahun) dan menentukan gilirannya untuk
menerima uang dengan cara undian. Walaupun ada fakta yang menjelaskan jenis akad yang
dilakukan, dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan akad yang digunakan oleh anggota yang
mengikuti kegiatan tersebut yaitu pada saat menyerahkan uang jejula kepada ketua yang
ditunjuk. kelompok, kontrak telah direalisasikan. Kegiatan permainan jejula ini sudah menjadi
budaya di kalangan perekonomian melayu, dengan tujuan untuk melakukan gotong royong dan
kerjasama antar anggota masyarakat dalam mengatasi masalah keuangan dan memperoleh modal
dalam jumlah tertentu tanpa harus ke keuangan dan perbankan, lembaga. Jumlah uang yang
dikumpulkan dalam satu putaran ditentukan oleh persetujuan masing-masing anggota serta
pekerjaan dan latar belakang keuangan mereka. Uang yang mereka menangkan dari permainan
jejula biasanya digunakan untuk mengembangkan bisnis mereka.

b. Pajak /Gadai Kebun


Gadai adalah ketika sesuatu yang berharga digunakan sebagai jaminan atau jaminan
hutang, dan barang-barang itu dapat dibeli dan dijual untuk menebus jumlah yang tidak dapat
diselesaikan dan dikembalikan kepada pemilik aslinya. Masyarakat Kepulauan Riau dan Riau

2
Daratan melaksanakan Pajak Kebun/Ikrar ini, yang biasanya pada perkebunan karet, sagu,
kelapa, sawah, dan sebagainya. Kegiatan ini dilakukan karena terpaksa. Ini adalah cara sederhana
untuk mendapatkan dana (modal) untuk pendidikan anak-anak mereka, yang merupakan
kebutuhan mendesak. Orang yang membutuhkan uang datang ke kebun untuk
dipungut/digadaikan dalam jangka waktu tertentu (2, 5, 10 tahun) sesuai dengan kesepakatan,
biasanya kebun yang digadaikan sudah memberikan hasil, dalam jangka waktu itu tanda yang
memberi uang (modal) berhak menggunakan dan mendapatkan hasil kebun yang telah
digadaikan/dipajaki. Jika periode ini berakhir, kebun akan dikembalikan kepada pemiliknya.

c. Sistem Perdua (Perdua Haiwan atau Tanah)


Kata perdua didefinisikan dalam kamus sebagai membagi dua hasil yang akan diperoleh
dalam usaha tanah perkebunan, ternak yang ditentukan oleh pengusaha dan pemiliknya. Istilah
“perdua” digunakan dalam masyarakat Melayu di kepulauan Riau dan wilayah pesisir, tetapi
lebih dikenal sebagai pawah dalam bahasa Melayu sekutu seperti Malaysia. Dimana penerapan
sistem pawah Malaysia diberikan kepada perkebunan, tanah, dan ternak. Hal ini juga terjadi di
wilayah Melayu Riau. Hewan yang telah dikomersialkan dengan posisi hewan didefinisikan
sebagai skema kredit hewan betina dalam sistem pawah. Pawah dan dua lebih dikenal dengan
kredit dalam arti luas (pinjaman). Penerapan sistem ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah
hewan peliharaan dan meningkatkan strata kehidupan ekonomi masyarakat yang tinggal di
pedesaan dan pedesaan. Kegiatan ekonomi melayu ini bertujuan untuk membantu anggota
masyarakat yang kekurangan modal dalam mengembangkan usahanya yang berkaitan dengan
peternakan, perkebunan, dan ladang, serta untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.
Pelaksanaan ini dilakukan sedemikian rupa sehingga pemodal atau pemilik hewan memiliki
hewan yang digandakan setelah jangka waktu tertentu, yaitu sampai hewan tersebut melahirkan
anak yang seusia.

3
d. Jual Janji
Jual janji (jual bersyarat) adalah tindakan ekonomi dalam budaya Melayu,
terutama di antara mereka yang melakukan kegiatan tersebut di wilayah Kepulauan Riau,
pesisir, dan daratan Riau. Tindakan ini telah dilakukan sejak masa pemerintahan
pemerintahan yang berdaulat dan sebelum zaman penjajahan. Aktivitas budaya Melayu
(menjual janji) ini telah terjadi, dihadirkan, dan telah menjadi kebiasaan masyarakat pada
masa lalu, dan masih berlaku hingga saat ini. Ulama fiqih mengartikannya sebagai
transaksi yang melibatkan dua pihak, yang mensyaratkan bahwa barang yang
dikontrakkan dibeli kembali oleh penjual jika masa jatuh temponya berakhir dengan
kesepakatan kedua belah pihak dalam akad. Formulir ini digunakan untuk memperoleh
modal usaha perkebunan, seperti kebun dan tanaman perkebunan lainnya, tanpa harus
bertemu dengan agen pungli (pemberi pinjaman/tangkulak). Hal ini dilakukan untuk
menghindari tindakan atau praktik tengkulak atau rentenir yang melakukan riba dan
penipuan saat itu.

e. Jual Beli Berdeposit/Uang Pangkal


Ini merupakan salah satu kontrak ekonomi yang sudah terjadi dan menjadi
kebiasaan masyarakat Melayu, dan masih berlaku dan semoga terus berlaku. Menurut
para fuqaha, jual beli didefinisikan sebagai berikut; Ini dilakukan tanpa membayar semua
biaya, tetapi hanya sebagian sebagai uang muka; sisanya akan dibayar kemudian jika
pembeli ingin membeli kontrak. Dengan kata lain, jika pembeli setuju untuk mengikuti
kontrak, biaya awal dianggap sebagai bagian dari jumlah harga barang yang dijual; jika
pembeli mengubah akad jual beli, maka uang dianggap hangus dan menjadi milik
penjual.

f. Jual Beli Angsuran


Jual beli Angsuran , juga dikenal sebagai jual beli kredit dalam masyarakat
modern, adalah jual beli bertahap. Jual beli angsuran sama dengan jual beli kredit dimana
penjual menjual barang dagangannya kepada pembeli dengan pembayaran yang
dilakukan secara mencicil.

4
2.1.1 Ekonomi Kreatif

Pengembangan konsep berbasis modal kreatif yang dapat meningkatkan


pertumbuhan ekonomi disebut sebagai ekonomi kreatif. Menurut Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (2007), "ekonomi keempat merupakan kelanjutan dari
pembangunan ekonomi gelombang ketiga dengan penekanan pada kreativitas, budaya,
dan warisan budaya dan lingkungan." Ekonomi kreatif memanfaatkan sumber daya yang
tidak hanya terbarukan, tetapi juga tidak terbatas, seperti ide, gagasan, bakat, atau bakat
dan kreativitas. Nilai ekonomis suatu produk atau jasa di era kreatif ditentukan oleh
penggunaan kreativitas dan inovasi melalui perkembangan teknologi yang semakin maju,
bukan dari bahan baku atau sistem produksi seperti di era industri.
Ekonomi kreatif merupakan konsep ekonomi di era ekonomi baru yang
mengedepankan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan bekal
pengetahuan dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam
kegiatan ekonominya. Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
2015, kegiatan ekonomi kreatif meliputi antara lain 16 subsektor.

1. Arsitektur adalah jenis aplikasi yang memadukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
untuk mengubah lingkungan dan ruang binaan sebagai bagian dari budaya dan peradaban
manusia sehingga dapat terintegrasi dengan lingkungan ruang secara keseluruhan.
2. Desain interior adalah kegiatan yang memecahkan masalah fungsi dan kualitas interior;
menyediakan layanan yang berkaitan dengan ruang interior untuk meningkatkan kualitas
hidup; dan memenuhi kebutuhan kesehatan, keamanan, dan kenyamanan masyarakat.
3. Desain Komunikasi Visual adalah seni mengkomunikasikan pesan melalui media berupa
desain untuk mempengaruhi, mempengaruhi, dan mengubah perilaku khalayak sasaran
sesuai dengan tujuan yang ingin diwujudkan. Sedangkan grafik, tanda, simbol, ilustrasi,
gambar/foto, tipografi/huruf, dan bentuk bahasa visual lainnya digunakan.
4. Desain produk merupakan salah satu unsur memajukan industri agar produk industri dari
produk tersebut dapat diterima oleh masyarakat, karena produk yang mereka dapatkan
memiliki kualitas yang baik, harga yang terjangkau, desain yang menarik, dan
sebagainya.

5
5. Animasi, film, dan video Film adalah suatu bentuk seni gambar bergerak yang berisi
berbagai ide atau gagasan dalam bentuk audio visual dan dibuat dengan menggunakan
kaidah sinematografi. Animasi adalah tampilan frame dalam urutan kronologis untuk
menciptakan ilusi gerakan terus menerus, sehingga tampak hidup atau hidup. Video
merupakan kegiatan kreatif yang melibatkan eksplorasi dan inovasi cara merekam atau
membuat gambar bergerak, yang kemudian ditampilkan melalui presentasi yang dapat
memberikan alternatif karya gambar bergerak yang kompetitif serta memiliki nilai
tambah, sosial, dan ekonomi.
6. Fotografi adalah industri yang mengedepankan penggunaan kreativitas individu dalam
penciptaan gambar objek fotografi dengan menggunakan perangkat fotografi seperti
perekam cahaya, media penyimpanan file, dan media yang menampilkan informasi dalam
rangka menciptakan kesejahteraan dan kesempatan kerja.
7. Kriya adalah bagian dari seni rupa terapan yang merupakan titik temu seni rupa dan
desain yang bersumber dari warisan tradisional atau gagasan kontemporer, yang hasilnya
dapat berupa karya seni, produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta dapat dilihat
berdasarkan bahan dan eksplorasi alat teknis yang digunakan.
8. Kuliner adalah penyiapan, pengolahan, dan penyajian produk makanan dan minuman
yang mengandung unsur kreativitas, estetika, tradisi, dan/atau kearifan lokal; sebagai
elemen terpenting dalam meningkatkan rasa dan nilai produk, menarik daya beli, dan
memberikan pengalaman konsumen.
9. Musik meliputi segala bentuk usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan
pendidikan, komposisi/kreasi musik, perekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan
pertunjukan karya seni musik.
10. Fashion adalah cara hidup dalam hal penampilan yang mencerminkan identitas diri
sendiri atau kelompok.
11. Sebuah media atau aktivitas yang mendukung tindakan umpan balik dan memiliki
setidaknya beberapa tujuan (objektif) dan aturan disebut sebagai pengembang aplikasi
dan game (aturan).
12. Penerbit adalah usaha atau kegiatan informasi dan imajinasi kreatif yang memiliki
keunikan tertentu, berupa tulisan, gambar, dan/atau audio, atau kombinasinya, yang

6
diproduksi untuk konsumsi publik, media cetak, media elektronik, atau media. yang
berani meningkatkan nilai ekonomi, nilai sosial, atau seni budaya.
13. Periklanan adalah jenis media komunikasi tentang produk dan/atau merek kepada
khalayak tertentu untuk mendapatkan tanggapan berdasarkan tujuan pemrakarsa.
14. Radio dan televisi Televisi adalah kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan ide
dan informasi bagi khalayak dalam bentuk hiburan berkualitas berupa suara dan gambar
yang dibuat untuk umum dalam bentuk reguler virtual dan musik. Radio adalah suatu
proses kreatif yang meliputi pengemasan informasi dan hiburan yang berkualitas bagi
khalayaknya dalam bentuk ide-ide yang dibuat untuk publik dalam bentuk virtual secara
teratur dan kegiatan.
15. Seni pertunjukan adalah cabang seni yang melibatkan perancang, tenaga teknis, dan
pelaku yang mengolah, mewujudkan, dan menyampaikan gagasan kepada khalayak
(penonton) melalui lisan, musik, visual, ekspresi dan gerak tubuh, atau tarian; yang
terjadi hidup dalam ruang dan waktu yang sama, di sini dan sekarang (hic et nunc).
16. Seni rupa adalah ciptaan karya dan keterkaitan yang merupakan manifestasi dari
keterampilan intelektual dan kreatif, serta yang mendorong pengembangan budaya dan
industri yang bernilai ekonomi bagi ekosistem (Bekraf, 2017).

Dengan membangun pusat informasi dan pembinaan ekonomi kreatif Riau


sebagai wadah pelatihan dan pemajuan pelaku ekonomi kreatif di masing-masing daerah,
dinas ekonomi kreatif Riau berupaya mendukung dan mengembangkan ekonomi kreatif
Riau. Provinsi Riau telah lama dikenal sebagai daerah yang kaya akan sumber daya alam.
Riau telah menikmati manisnya sumber daya alam tersebut selama puluhan tahun.
Namun, peningkatan potensi sumber daya alam membutuhkan pengembangan ekonomi
yang lebih kreatif di Riau. Salah satunya adalah dengan menumbuhkan ekonomi kreatif.
Ekonomi kreatif yang dikelola dengan baik tidak akan berdampak signifikan
terhadap pendapatan, penciptaan lapangan kerja, atau nilai ekspor. Namun, itu juga
memberikan kontribusi yang signifikan bagi kemakmuran dan pembangunan jangka
panjang. Ekonomi kreatif Riau saat ini sedang berkembang. Salah satunya di Kota
Pekanbaru, dimana sektor industri kreatif terutama dimotori oleh anak muda. Dimana ide,
gagasan, dan jiwa wirausaha mereka bersaing untuk masuk ke dalam ceruk bisnis kreatif.
dilakukan baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama

7
Industri pondok menghasilkan berbagai macam komoditas industri inovatif di
setiap daerah. Berikut beberapa contoh industri kreatif di Provinsi Riau:

1) Kota Pekanbaru terdiri dari Batik Riau; Pembuat Alat Musik Melayu Riau, Kerajinan
Rotan Pekanbaru; Melukis ; Antika Cafe dan Resto; Blackpaint Art; Jenawi Oblong
Riau ; Shiro Collection; Lotek Buser ; Kerajinan Koran ; Tenun Siak
2) Kabupaten Bengkalis terdiri dari : Lempuk Durian; Terasi Meskom ; Kesakralan
Nafiri ; Dodol Kedondong
3) Kabupaten Indragiri Hilir terdiri dari : Batik Indragiri Hilir;
4) Kabupaten Siak terdiri dari : Alat Musik Melayu; Kopi Lemak Mempura
5) Kabupaten Pelalawan terdiri dari : Pembuat Gendang Suku Petalangan
6) Kabupaten Rokan Hulu terdiri dari : Cinok House; Pembuatan Gulo Onou
7) Kabupaten Rokan Hilir terdiri dari : Kacang Pukul
8) Kabupaten Kampar terdiri dari : Keripik Nenas
9) Dumai terdiri dari Kerupuk Cabe
10) Kuantan Singingi terdiri dari Gelamai dan Kue Pia; Peci Nasional
11) Kepulaun Meranti terdiri dari Kopi Luwak Dari Ceruk Riau; Latifah Café dab Resto;
Kue Putu Piring

Perusahaan ekonomi kreatif daerah ini memiliki potensi ekonomi kreatif yang
dapat dikembangkan menjadi industri kreatif yang produktif dan berdaya saing. Hasil
kreativitas daerah dapat diterima baik oleh konsumen domestik maupun internasional.
Inilah potensi luar biasa ekonomi kreatif Riau yang tidak boleh disia-siakan dan harus
dikembangkan secara berkelanjutan. Sehingga kesejahteraan dan perekonomian
masyarakat Riau dapat meningkat dan maju.

8
 Upaya Terobosan (Breakthrough) yang sudah dilakukan Pemerintah

Pemerintah telah menerapkan sejumlah kebijakan untuk mendorong pertumbuhan


ekonomi kreatif Indonesia, dan beberapa peraturan pemerintah telah ditetapkan baik oleh
pemerintah pusat maupun daerah. Pemerintah telah membuat kerangka hukum, Peraturan Daerah
Provinsi Riau Nomor 12 Tahun 2015, untuk melindungi dan mengembangkan ekonomi kreatif
Provinsi Riau. Aspek perlindungan ekonomi kreatif berupa:
1. Pelaku usaha, pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha melindungi pelaku usaha ekonomi
kreatif dengan bekerjasama dengan perusahaan besar, pemerintah daerah, dan pemerintah
kabupaten/kota. Bantuan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Hasil Karya Kreatif yang
dilakukan oleh perseorangan atau masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan Bantuan hukum dapat berupa:
a. Konsultasi mengenai aspek-aspek hukum Hak Kekayaan Intelektual;
b. Pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual yang dihasilkan dari Usaha Ekonomi Kreatif;
dan/atau
c. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual yang dihasilkan Usaha Ekonomi Kreatif dari
pelanggaran yang dapat merugikannya.
2. Menciptakan Iklim Usaha, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota
menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi Industri Kreatif dengan menetapkan ketentuan
yang membahas:
a. Persaingan usaha,
b. Sarana dan prasarana,
c. Informasi usaha,
d. Perizinan usaha,
e. Promosi dagang, dan
f. Dukungan kelembagaan.

Peraturan Gubernur Riau Nomor 29 Tahun 2019 tentang Badan Jaringan Kreatif Riau
di Provinsi Riau merupakan upaya lain yang dilakukan pemerintah. Peraturan ini dibuat karena ia
menyadari bahwa ekonomi kreatif merupakan salah satu bidang yang perlu mendapat perhatian,
dan ia meningkatkan upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional. Badan
Jaringan Kreatif Riau merupakan wadah yang memberikan pembinaan dan pengawasan kepada

9
pelaku ekonomi kreatif sekaligus membantu mereka dalam meningkatkan kualitas produk dan
hasil pemasaran. Badan ini bertanggung jawab untuk tugas-tugas berikut:

1. Potensi ekonomi kreatif, yang mengacu pada 16 (enam belas) subsektor ekonomi kreatif.
2. Memberikan pembinaan kepada pelaku ekonomi
3. Mengelola potensi ekonomi kreatif
4. Menyediakan modal melalui perbankan atau pihak lain yang sah dan tidak mengikat.
5. Memasarkan dan mempromosikan produk dari ekonomi kreatif.

2.1.2 Tantangan Ekonomi Global Pada Masyarakat Melayu Riau

Tantangan utama yang dihadapi perekonomian global adalah melambatnya pertumbuhan


ekonomi global dan berlanjutnya penurunan harga komoditas global. Menurut Rosmaya Hadi,
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Riau menghadapi empat tantangan ekonomi, yang
terpenting adalah peningkatan pendapatan masyarakat. Kedua, perekonomian Riau masih terlalu
bergantung pada pertambangan yang rentan terhadap fluktuasi harga di pasar global. Ketiga,
Riau masih kekurangan infrastruktur yang mendukung industri hilir yang berpotensi memberi
nilai tambah. Keempat, tingkat inflasi Riau masih dinilai terlalu tinggi akibat fluktuasi harga
komoditas utama seperti pangan yang masih bergantung pada provinsi lain. Selain itu, minimnya
modal untuk memulai usaha menjadi kendala sekaligus tantangan bagi perkembangan ekonomi
masyarakat Melayu Riau.
Menurut Asisten II Setda Provinsi Riau, Evarefita, masih ada beberapa tantangan dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat Melayu Riau. Salah satunya adalah rendahnya literasi
digital dan inklusi ekonomi Provinsi Riau. Untuk menjawab tantangan tersebut, beberapa strategi
dapat dilakukan secara bersamaan, antara lain mendorong investasi untuk mendukung hilirisasi
berbagai komoditas Riau dan meningkatkan inklusi ekonomi, karena sumber daya alam Riau
harus ditingkatkan hingga tingkat produk akhir guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi
melalui ekspor. Selanjutnya, dukungan infrastruktur diperlukan untuk menarik investor dan
mendukung digitalisasi masyarakat yang lebih besar. Penguatan infrastruktur jalan, kelistrikan,
udara, pelabuhan, dan kawasan industri, serta koneksi jaringan di seluruh wilayah Riau, juga
diperlukan.

10
2.2 Etos Kerja Masyarakat Melayu Riau

2.1.1 Pengertian Etos Kerja

Ethos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang berarti sikap, kepribadian, watak, watak,
dan keyakinan terhadap sesuatu. Sikap ini tidak hanya dimiliki oleh individu tetapi juga oleh
kelompok bahkan oleh masyarakat. Menurut K. Bertens (1994),Istilah ethos secara etimologis
berasal dari bahasa Yunani dan berarti “tempat hidup”. Pada awalnya tempat tinggal diartikan
sebagai adat atau kebiasaan. Seiring berjalannya waktu, kata etos berkembang dan berubah
maknanya menjadi semakin kompleks. Dari kata yang sama muncul istilah ethikos, yang berarti
“teori kehidupan”, yang kemudian menjadi “etika”. Dalam bahasa Indonesia, kita dapat
menerjemahkannya sebagai "karakter dasar", "penampilan" atau "penataan (karakter)". Etos
adalah keyakinan yang mendorong seseorang, kelompok atau institusi. Prinsip atau pedoman
terpenting dalam suatu gerakan, karya seni, bentuk ekspresi atau sejenisnya. Dari sini kita dapat
menurunkan konsep etos sebagai seperangkat wawasan dan keyakinan tentang nilai-nilai yang
mempengaruhi kehidupan, prinsip-prinsip gerakan dan cara berekspresi yang unik untuk
sekelompok orang dengan budaya dan kepercayaan yang sama. 
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etos kerja adalah semangat kerja yang
menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau kelompok. BerdasarkanUsman Pelly, etos kerja
adalah suatu sikap yang timbul dari kemauan dan kesadaran diri yang dilandasi oleh orientasi
nilai-nilai budaya untuk bekerja. Etos kerja didasarkan pada nilai-nilai budaya, yang mana dari
nilai-nilai budaya tersebut merupakan etos kerja setiap individu. Oleh karena itu, etos kerja
berarti watak atau watak seseorang atau sekelompok orang yang berupa kemauan atau kemauan
yang disertai dengan semangat yang tinggi untuk memenuhi suatu keinginan atau cita-cita. Etos
kerja merupakan cerminan sikap fundamental terhadap kehidupan, sehingga etos kerja pada
hakikatnya juga merupakan cerminan pandangan hidup yang berorientasi nilai dengan dimensi
transenden.

11
2.1.2 Fungsi Etos Kerja
Etos kerja memiliki fungsi sebagai suatu konsep tentang kerja yang diyakini dengan baik
dan benar oleh sekelompok orang. Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai pendorong bagi
tindakan dan aktivitas individu. Maka fungsi etos kerja adalah sebagai berikut:
1) Kekuatan pendorong di balik tindakan.
2) Gairah dalam bisnis.
3) Sebagai pendorong, sejauh mana motivasi akan cepat menentukan tindakan. 

2.1.3 Ciri - Ciri Etos Kerja


Ciri-ciri orang yang memiliki etika atau etos kerja yang tinggi dapat dilihat dari sikap dan
perilakunya, antara lain:
a. Orientasi ke Masa depan
Artinya semua kegiatan harus direncanakan dan diperhitungkan dalam rangka
menciptakan masa depan yang lebih maju, sejahtera dan bahagia dari keadaan saat ini, apalagi
dibandingkan dengan keadaan masa lalu. Untuk itu, manusia harus selalu mengandalkan
persiapan hari esok.
b. Kerja keras dan teliti serta menghargai waktu
Kerja santai tanpa rencana, kemalasan, buang-buang tenaga dan waktu adalah
bertentangan dengan nilai-nilai Islam, Islam mengajarkan bahwa setiap detik waktu harus diisi
dengan 3 (tiga) hal yaitu meneguhkan iman, berbuat perbuatan baik (membangun) dan membina
komunikasi sosial.

c. Bertanggung jawab
Semua masalah dibuat dan dipikirkan, harus didekati dengan tanggung jawab, baik
keberuntungan maupun kegagalan, tidak ada perlindungan di atas dan kesalahan di bawah.

d. Hemat dan sederhana


Seseorang dengan etos kerja yang tinggi, seperti pelari maraton lintas negara yang harus
berlari jarak jauh, akan menunjukkan dari cara hidupnya bahwa ia sangat efisien dalam
menangani setiap hasil yang ia capai. Hindari sikap boros, karena boros adalah sikap setan.

12
2.1.4 Etos Kerja Masyarakat Melayu Riau
Masyarakat melayu dulunya memiliki etos kerja yang di sebut “semangat kerja yang
tinggi”, semangat yang mampu mengangkat hakikat dan martabat kaumnya “untuk duduk sama
rendah tegak sama tinggi” dengan masyarakat dan dengan bangsa lain. Sedangkan, etos kerja
masyarakat melayu yang lazim di sebut dengan “ pedoman kerja melayu “, di akui oleh banyak
ahli, karena hal ini sangat ideal dengan etos kerja yang universal, terutama di dunia Islam.
Dengan modal “ pedoman kerja melayu” tersebut masyarakat melayu mampu membangun negri
dan kampung halaman, mereka juga mampu mensejahterakan kehidupan masyarakat dan
menghadapi persaingan. Dalam etos kerja melayu, prinsip keadilan dan kebersamaan merupakan
hal yang penting. Prinsip dan kebersamaan dan tolong menolong juga merupakan dasar dalam
etos kerja melayu.
Di samping itu, budaya melayu juga mengajarkan etika kerja. Adapun konsep etika kerja
dalam budaya melayu dapat di lihat dari pribahasa berikut ini :
a. Biar lambat asal selamat
Orang-orang tua melayu, menekankan pada anak anaknya supaya berhati hati dalam
bekerja dan mengambil keputusan.
b. Tidak lari gunung di kejar
Orang melayu di sarankan tidak tergesa-gesa dan selalu bersabar dalam bekerja, sebab
dengan tergesa-gesa hasilnya tidak baik.
c. Awal di buat, akhir di ingat
Pekerjaan yang di kerjakan secara tergesa gesa selalu menimbulkan kesulitan dan tidak
lengkap serta tidak terurus. Oleh sebab itu, masyarakat melayu jika hendak membuat suatu
aktivitas selalu di fikirkan sebaik mungkin sehingga hasilnya maksimal.

2.1.5 Mata Pencaharian Masyarakat Melayu


Sistem mata pencaharian masyarakat Melayu dapat dilihat dari kegiatan mereka yang
memanfaatkan lingkungan alam di sekitar mereka. Masyarakat Melayu umumnya tinggal di tepi
empat sungai besar Riau. Sungai yang dimaksud adalah Sungai Rokan, Sungai Siak,
Sungai Kampar dan Sungai Kuantan atau Sungai Indragiri. Setiap negara bagian Malaysia
memiliki luas areal persawahan Kampong, Dusun, Ladadng yang disebut dengan kawasan
pertanian, kebun seperti kawasan perkebunan atau dusun,Hutan kandang Sialang, hutan produksi
dan hutan terlarang. Berdasarkan sifat seperti itu, orang Melayu lebih bebas mengelola alamnya

13
untuk mencari nafkah. Manajemennya lebih adaptif, misalnya disesuaikan dengan waktu dan
area kerja. Misalnya, penyesuaian berdasarkan waktu, jarak, atau wilayah kerja
disebut Presuk dan Tapak Lapan.
Presuk adalah fase persalinan jenis Malaysia dalam sehari. Secara historis, orang Melayu
melakukan lebih dari satu jenis pekerjaan produktif untuk menghidupi dan menopang diri
mereka sendiri. Masyarakat Melayu menetapkan setidaknya lima fase, atau presuk, siang dan
malam, disela, tentu saja, dengan istirahat, ibadah dan kegiatan non-kerja lainnya.
a) Presuk Pertama, pengangkatan karet atau pemotongan karet; dilakukan setelah shalat Subuh,
ketika burung murai terbang di pagi hari hingga matahari terbit di tengah.
b) Presuk Kedua, setelah boarding, dilanjutkan dengan pekerjaan seperti memetik biji kopi,
pergi ke kebun, mengunjungi air jus, dll, yang berlangsung sampai sholat zuhur.
c) Presuk Ketiga, setelah Zuhur dan makan siang, sebagian melakukan pekerjaan lain, seperti
memungut daun alang-alang, hingga tiba waktu shalat Ashar.
d) Presuk keempat, setelah Ashar, dilanjutkan dengan mengubah daun alang-alang menjadi atap,
atau dengan menumbuk kopi yang telah dikeringkan, dll.
e) Presuk kelima, iklan malam untuk menganyam tikar pandan atau melakukan pekerjaan lain.

Tapak Lapan adalah sumber mata pencaharian yang terdiri 8 tapak atau titik mata
pencarian atau delapan sumber pencaharian sebagai berikut:

a) Berladang (pertanian)
b) Beternak (peternakan)
c) Menangkap ikan (perikanan)
d) Beniro (menetek enau dan kelapa)
e) Mengambil atau mengumpulkan hasil hutan atau laut (perhutanan)
f) Berkebun tanaman kertas atau tanaman tahunan (perkebunan)
g) Bertukang
h) Berniaga (perdagangan)

Pelaksanaa bidang-biang pencarian Tapak Lapan diatas bagi orang Melayu tidak
dilaksanakan dengan ketat, tetapi disesuaikan dengan keperluan mereka. Sebagian kecil pula
bidang pekerjaan di atas menghasilkan jasa kerajinan, dalam arti menjual tenaga (profesi), maka
menjual kemampuan fikiran dan magi seperti menjadi dukun, ahli syarak, guru tasawuf, ahli

14
nujam (ahli membintang), pawang, mengajar mengaji, menjadi guru silat, mualim kapal
(pemandu arah),dll.

Ada juga kategori konsep perekonomian Melayu lain yang mengacu pada kriteria lingkup
pekerjaan terangkum dalam sebutan lima kaki atau panca carana kerja.

a) Kerja mengambil hasil alam semula jadi; meramu (bahan alam), berburu (daging),
dan berikan (nelayan). Kriteria kerja ini dianggap paling purba, oleh sebab itu
diletakkan dalam bilang awal yakni ‘satu’ atau eka carana
b) Lingkup kerja di lingkungan buatan, misalnya; berladang, berkebun, beternak,
berkulam ikan, termasuk dalam lingkup transformasi menggantikan pola berburu
untuk memperoleh daging. Aspek kerja dwi carana merupakan kelanjutan pola-pola
kerja menjadi nelayan, termasuk didalamnya mengolah hasil ramuan untuk dijadikan
karya kerajinan tangan atau perkakas
c) Kerja menjual tenaga; tukang rumah, tukang perahu, tukang jahit, pandai mas,
membuat gerabah, mengambil upah menyadap karet, upah memelihara ternak, dll,
merupakan asper tri carana
d) Kerja menjual fikiran atau ilmu pengetahuan; dukun,ahli syarak, guru tasawuf, ahli
nujum, pawang, mengajar mengaji, menjadi guru silat, mualim kapal (pemandu
arah), menjadi hulubalang dll, disebut catur carana
e) Kerja jual beli atau niaga; pedagang, barang, pedagang jasa (broker) dll termasuk
panca carana (lima kaki) yang juga sering disebut dengan istilah ‘kaki lima’ dalam
konsep perdagangan tradisional

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Masyarakat melayu memiliki aktivitas ekonomi dari dulu hingga sekarang yang menjadi
wujud kebudayaan ekonomi melayu, aktivitasnya yaitu; permainan jejula, pajak/gadai
kebun, sistem perdua, jual janji, jual beli berdeposit, dan jual beli angsuran.
2. Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep di era-ekonomi baru yang mengedepankan
informasi, serta kreativitas dengan mengandalkan ide dan berbagai ilmu pengetahuan dari
sumber daya manusia sebagai factor produksi utama dalam perekonomiannya.
3. Konsep ekonomi kreatif merupakan konsep ekonomi di era ekonomi baru yang
mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of
knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam
kegiatan ekonominya. Kegiatan ekonomi kreatif yang telah diidentifikasikan mencakup 16
subsektor.
4. Keberadaan pelaku industri kreatif melalui kegiatan UMKM di daerah-daerah yang ada di
Riau memiliki potensi ekonomi kreatif yang dapat dikembangkan menjadi industri kreatif
yang produktif dan berdaya saing. Hasil kreativitas yang ada di daerah-daerah juga bisa
diterima oleh konsumen domestik maupun mancanegara.
5. Tantangan utama dari ekonomi global bersumber dari pertumbuhan ekonomi global yang
masih belum cukup kuat dan berlanjutnya penurunan harga komoditas dunia. Adapun
tantangan ekonomi global yang dihadapi masyarakat Melayu Riau antara lain; rendahnya
literasi berkenaan digital dan inklusi ekonomi di Provinsi Riau, infrastruktur yang belum
optimal, terjadinya inflasi, dan kurangnya modal atau pendapatan masyarakat Melayu Riau
terutama pada pelaku ekonomi kreatif.
6. Etos kerja berarti watak atau karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa
kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan
sesuatu keinginan atau cita-cita. Etos kerja adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar
maka etos kerja pada dasarnya juga merupakan cerminan dari pandangan hidup yang
berorientasi pada nilai-nilai yang berdimensi transenden.

16
7. Dalam etos kerja melayu, prinsip keadilan dan kebersamaan merupakan hal yang penting.
Prinsip dan kebersamaan dan tolong menolong juga merupakan dasar dalam etos kerja
melayu.
8. Etos seseorang dapat dilihat dari gaya, ciri, kualitas kehidupan, dan akhlak, serta rona
estetiknya. Oleh karena itu, etos tidak dapat dipisahkan dan bahkan merupakan bagian dari
system kebudayaan dan perilaku ekonomi. Sebagai watak dasar suatu masyarakat, etos
berakar dalam kebudayaan masyarakat itu sendiri.

3.2 saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini kepada pembaca hendaknya memberikan saran
serta kritik yang membangun sehingga untuk pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih
sempurna. Kami selaku kelompok mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan
pembuatan makalah ini karena manusia tidak luput dari kesalahan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

17
DAFTAR PUSTAKA

Antara Riau. (2017, Februari 8). Ini Empat Tantangan Ekonomi Yang Dihadapi Riau Versi
Deputi Bi. Dipetik September 1, 2022, Dari Ini Empat Tantangan Ekonomi Yang
Dihadapi Riau Versi Deputi Bi: Https://Riau.Antaranews.Com/Berita/85694/Ini-Empat-
Tantangan-Ekonomi-Yang-Dihadapi-Riau-Versi-Deputi-Bi

Datuk Seri H. Al Azhar, Dkk. (2018). Pendidikan Budaya Melayu Riau. Pekanbaru: Lembaga
Adat Melayu Riau (Lamr) Bekerja Sama Dengan Dinas Kebudayaan Provinsi Riau.

Fahrial. (2017). Ekonomi Kreatif. Identifikasi Dan Penyusunan Strategi Bagi Pengembangan
Ekonomi Kreatif Dalam Peningkatan Perekonomian Daerah Di Beberapa Kabupaten Di
Provinsi Riau, 164.

Natasya, N. (2016, Oktober 13). Etos Kerja Orang Melayu. Dipetik September 1, 2022, Dari
Etos Kerja: Https://Nordiananatasyacom.Blogspot.Com/2016/10/Etos-Kerja.Html

Ppid Utama. (2021, November 24). Hadapi Tantangan Dalam Pertumbuhan Ekonomi Di Riau,
Evarefita Sampaikan Hal Ini. Dipetik September 1, 2022, Dari Hadapi Tantangan Dalam
Pertumbuhan Ekonomi Di Riau, Evarefita Sampaikan Hal Ini:
Https://Ppid.Riau.Go.Id/Berita/1849/Hadapi-Tantangan-Dalam-Pertumbuhan-Ekonomi-
Di-Riau-Evarefita-Sampaikan-Hal-Ini

Ritawati, R. A. (2018, Juni 1). Teori Etos Kerja. Etos Kerja Dalam Ekonomi Global, 18(1), 75-
76.

Rosmayani, D. (2020). Ekonomi Kreatif. Analisis Daya Saing Ekonomi Kreatif Di Kota
Pekanbaru, 6(1), 5.

Sadli Hartono, D. (2019). Ekonomi Kreatif Riau. Pusat Ekonomi Kreatif Riau, 6(1), 40-41.

Sari, T. H. (2020). Industri Kreatif. Ekonomi Kreatif: Pemetaan Kendala Dan Analisis Strategi
Kebijakan Pemerintah Studi Kasus Pada Kota Bengkalis, 4(1), 21-23.

Sari, T. H. (2020). Upaya Trobosan (Breakthrough) Yang Sudah Dilakukan Pemerintah.


Ekonomi Kreatif: Pemetaan Kendala Dan Analisis Strategi Kebijakan Pemerintah Studi
Kasus Pada Kota Bengkalis, 4(1), 26-28.

Syahpawi. (2010). Ekonomi Melayu Dalam Tatanan Ekonomi Islam. Ekonomi Melayu Dalam
Tatanan Ekonomi Islam, 179-188.

18

Anda mungkin juga menyukai