Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah islam dan lingkungan hidup
TAHUN 2023/2024
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,yang telah
melimpahkan rahmat-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pada mata
kuliah Islam & Lingkungan Hidup ini dengan teori "Konservasi Lingkungan Berbasis Kearifan
Lokal".
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Choirun Nisa, M.Pd selaku dosen mata kuliah Islam
& Lingkungan Hidup yang sudah memberikan kepercayaan tugas ini kepada kami. Makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Kami
memohon maaf apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini semoga dapat dimaklumi.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan secara umum didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berada diluar
diri manusia yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Manusia terus menerus
mengeksplorasi alam dengan berbagai motif dan tujuan,mulai dari motif ekonomi, sampai
pada murni tujuan ilmu pengetahuan. Eksplorasi manusia terhadap lingkungannya ini
tentunya membawa dampak padadiri manusia dan lingkungan itu sendiri, baik positif
maupun negatif. Sehingga terkadang kita bangga dengan kemajuan-kemajuan yang
dicapai manusia hasil dari lingkunganya, sementara diwaktu yang bersamaan kita
menangis menyaksikan dampak yang ditimbulkan dari eksplorasi alam dan lingkungan
yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Islam sebagai agama yang tidak hanya mengatur hubungan manusiadengan
Khaliqnya, akan tetapi juga hubungan manusia dengan sesama makluk, sesungguhnya
telah memiliki landasan normatif baik secara implisit maupun eksplisit tentang menjaga
dan melestarikan lingkungan hidup. Misal, tentang tugas melestarikan lingkungan hidup
yang merupakan manifestasi iman (lihat,QS. Al-A‟raf [7]: 85), manusia adalah khalifah
untuk menjaga kemakmuran lingkungan hidup (lihat, QS. Al-An‟am [6]: 165), dan
kerusakan yang terjadi di muka bumi akibat dari ulah tangan manusia yang tidak
bertanggung jawab (lihat,QS. As-Syuura [42]: 30; QS. Al-A‟raf[7]: 56).
Hal yang paling penting dan signifikan dalam rangka mencegah danmengatasi
Kerusakan lingkungan adalah melakukan penyadaran terhadap pelakuatau subyek yang
mendapat amanat Tuhan untuk mengemban sebagai khalifah dimuka bumi. Bumi dan
isinya diciptakan Tuhan untuk manusia, tetapi bukan berarti harus dieksploitasi secara
berlebihan dan dirusak tanpa memperhatikan keseimbangan sehingga keberlanjutan
kehidupan generasi dan makhluk hidup lainya terancam dan punah. Islam berwawasan
lingkungan hidup agar dapat meningkatkan kapasitas pemahaman yang pada gilirannya
dapat membentuk kesadaran baru. Kesadaran yang dapat mendorong bagi mereka, baik
1
secara individual atau kelompok memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan watak
yang berpihak pada keseimbangan ekosistem.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Konservasi?
2. Apa Pengertian dari Kearifan Lokal?
3. Bagaimana Konservasi Lingkungan hidup dalam Syariat Islam?
4. Bagaimana Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam?
5. Apa Saja tantangan-tantangan Terhadap Kearifan Lokal?
C. Tujuan
1. Untuk memahami dan mengetahui pengertian dari Konservasi.
2. Untuk memahami dan mengetahui pengertian dari Kearifan Lokal.
3. Untuk memahami cara-cara dalam Konservasi Lingkungan Hidup menurutSyariat
Islam.
4. Untuk memahami bagaimana pengelolaan Sumber Daya Alam dalamKearifan Lokal.
5. Untuk mengetahui dan mencegah Tantangan-Tangan Terhadap KearifanLokal
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konservasi
Konservasi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk melestarikan atau
melindungi alam. Konservasi (conservation) adalah pelestarian atau perlindungan. Secara
harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris conservation, yang artinya pelestarian atau
perlindungan. Sedangkan menurut ilmu lingkungan, konservasi dapat diartikan adalah
sebagai berikut:
1. Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau distribusi yang
berakibat pada pengurangan konsumsi energi di lain pihakmenyediakan jasa yang
sama tingkatannya.
2. Upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan sumber
daya alam (fisik).
3. Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil sepanjang reaksi kimia atau
transformasi fisik.
4. Upaya suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan.
5. Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah dapat dikelola, sementara
keanekaragaman genetik dari spesies dapat berlangsung dengan mempertahankan
lingkungan alaminya.
Konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatu tempat agar maknakultural yang
dikandungnya terpelihara dengan baik (Piagam Burra, 1981). Konservasi adalah
pemeliharaan dan perlindungan terhadap sesuatu yang dilakukan secara teratur untuk
mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan cara pengawetan (Peter Salim dan Yenny
Salim, 1991). Kegiatan konservasi selalu berhubungan dengan suatu kawasan, kawasan
itu sendiri mempunyai pengertian yakni wilayah dengan fungsi utama lindung atau
budidaya (Undang-undangNo. 32 Tahun 2009). Kawasan lindung adalah kawasan yang
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam, sumber daya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna
3
kepentingan pembangunan berkelanjutan.1 Kawasan budidaya adalah kawasan yang
ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
Konservasi itu sendiri berasal dari kata conservation yang terdiri atas kata con
(together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya
memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana
(wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang
Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi. Konservasi dalam
pengertian sekarang, sering diterjemahkan sebagai be use of nature resource
(pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana).
4
kegiatan konservasi seharusnya dilaksanakan secara lintas sektor dan lintas aktor;
bersama dan terpadu baikoleh pemerintah maupun masyarakat (mencakup masyarakat
umum, swasta, lembaga swadaya masyarakat, dan perguruan tinggi), serta pihak-pihak
lainnya.2
5
yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai
masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka”.3
Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan
berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat
setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan lokal merupakan produk
budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Kearifan
lingkungan atau kearifan lokal masyarakat sudah adadi dalam kehidupan masyarakat
semenjak zaman dahulu mulai dari zaman pra-sejarah hingga saat ini. Kearifan
lingkungan merupakan perilaku positif manusia dalam berhubungan dengan alam dan
lingkungan sekitarnya yang dapat bersumber dari nilai-nilai agama,adat istiadat, petuah
nenek moyang atau budaya setempat, yang terbangun secara alamiah dalam suatu
komunitas masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya. Perilaku ini
berkembang menjadi suatu kebudayaan di suatu daerah dan bertahan secara turun-
temurun. Secara umum, budaya lokal atau budaya daerah dimaknai sebagai budaya yang
berkembang di suatu daerah, yang unsur-unsurnya adalah budaya suku-suku bangsa yang
tinggal di daerah itu. Dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan oleh adanya
kemajuan teknologi, membuat orang lupa pentingny atradisi atau kebudayaan masyarakat
dalam mengelola lingkungan.
Sering kali, budaya lokal dianggap sudah ketinggalan di abad sekarang inisehingga
perencanaan pembangunan seringkali tidak melibatkan masyarakat. Berkaitan dengan
„urf, Pikiran Rakyat terbitan 6 Maret 2003 menjelaskan bahwa tentang kearifan berarti
ada yang memiliki kearifan (al-‘addah al-ma’rifah), yang dilawankan dengan al-‘a`ddah
al-ja`hiliyyah. Kearifan adat dipahami sebagai segala sesuatu yang didasari pengetahuan
dan diakui akal serta dianggap baik oleh ketentuan agama. Adat kebiasaan pada dasarnya
teruji secara alamiah dan niscaya bernilai baik karena kebiasaan tersebut merupakan
tindakan sosial yang berulang-ulang dan mengalami penguatan (reinforcement). Apabila
suatu tindakan tidakdianggap baik oleh masyarakat, maka ia tidak akan mengalami
penguatan secaraterus-menerus. Pergerakan secara alamiah terjadi secara sukarela karena
dianggap baik atau mengandung kebaikan. Adat yang tidak baik akan hanya terjadi,
3
Sulaiman Alqomayi. “Kearifan Lokal Berbasis Islam Dalam Pelestarian Lingkungan Hidup”,dalam Jurnal
Kebudayaan Islam Vol. 10, No. 1, Januari – Juni 2012, hal. 17.
6
apabilaterjadi pemaksaan oleh penguasa. Bila demikian, maka ia tidak tumbuh
secaraalamiah, tetapi dipaksakan.4
7
ciptaan-Nya adalah terhingga dan bersifat nisbi (relatif). Alam semesta
(termasuk manusia) mempunyai potensi-potensi tertentu, akan tetapi juga
mempunyai batas kemampuan atau keterhinggaan. Betapa pun tingginya
potensi makhluk (alam dan manusia), tidak akan dapat membuat atau merubah
yang terhingga menjadi tak terhingga.
Konsep inilah yang di dalam beberapa ayat Al-Qur‟an dinyatakan bahwa
setiap sesuatuciptaan Allah itu mempunyai“ukuran” (qadr), danoleh karena
itu bersifat relatif dan tergantung kepada Allah. Jika sesuatu ciptaan Allah
(termasuk manusia) itu melanggar hukum-hukum yang telah ditetapkan
baginya dan melampaui “ukuran” nya, maka alam semesta akan menjadi
kacau balau. Setiap tindakan atau perilaku manusia (muslim) baik yang
berhubungan dengan orang lain atau makhluk lain atau lingkungan hidupnya
harus dilandasi oleh pemahaman atas konsep Keesaan dan Kekuasaan Tuhan
serta penciptaan alam semesta sebagaimana telah disebutkan di atas.
Pernyataan ini mempunyai makna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan
sekaligus sebagai hamba Tuhan („abdul Allah) harus senantiasa tunduk dan
patuh kepada aturan-aturan atau hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh
Allah SWT. Manusia juga harus bertanggung jawab kepada-Nya untuk semua
tindakan yang dilakukannya.
Bagi seorang muslim, tauhid harus masuk menembus ke dalam
seluruhaspek kehidupannya dan menjadi pandangan hidupnya. Dengan kata
lain,tauhid merupakan sumber etika pribadi dan kelompok (masyarakat), etika
sosial, ekonomi, dan politik, termasuk etika dalam pengelolaan sumberdaya
alam dan lingkungan, pengembangan sains dan teknologi.6
2. Khilafah
Manusia telah dianugerahi oleh Tuhan kelebihan dibandingkandengan
makhluk lain, yakni kesempurnaan ciptaan dan akal budi. Dengan berbekal
akal budi (akal dan hati nurani) ini manusia mestinya mampu mengemban
6
Muhjiddin Mawardi, Gatot Supangkat, Miftahulhaq. Akhlak Lingkungan :Panduan Berperilaku Ramah Lingkungan
(Tangerang Selatan : Deputi Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Lingkungan Hidup Republik
Indonesia dan Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2011) hal. 5-7
8
amanat untuk menjadipemimpin sekaligus wakil Tuhan dimuka bumi. Sebagai
pemimpin, manusia harus bisa memelihara dan mengatur keberlangsungan
fungsi dan kehidupan semua makhluk, sekaligus mengambil keputusan yang
benar pada saat terjadi konflik kepentingan dalam penggunaan atau
pemanfaatan sumberdaya alam. Pengambilan keputusan ini harus dilakukan
secara adil, bukan dengan cara memihak kepada individu atau kelompok
makhluk tertentu,akan tetapi mendholimi atau mengkhianati individu atau
kelompok makhluklainnya dalamkomunitas penghuni bumi (Q.S. Shaad: 26;
an-Nisa: 58).
3. Kemashlahatan (Istishlah)
Al istishlah atau kemashlahatan (umum) merupakan salah satu pilarutama
dalam syariah Islam termasuk dalampengelolaan lingkungan. Bahkan secara
tegas dan eksplisit Tuhan melarang manusia untuk melakukan perbuatan yang
bersifat merusak lingkungan termasuk merusak kehidupan manusia itu sendiri,
setelah Tuhan melakukan (ishlah). Istillah ini bahkan tidak hanya sepanjang
umur dunia akan tetapi sampai kekehidupan akherat (Q.S. Al-A‟raf: 56).
Istishlah juga bisa bermakna pemeliharaan terhadap alam termasuk kepada
kehidupan manusia, hewandan tumbuhan di bumi. Dengan kata lain
pemanfaatan alam termasuk hewan dan tumbuhan adalah pemanfaatan yang
berkelanjutan, untuk generasi saat ini dan masa depan. Pemanfaatan yang bisa
dilakukan adalah pemanfaatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia, bukan pemanfaatan untuk kepentingan komersial (ekonomi),
dan bukan pemanfaatan yang berlebihan (israf), atau pemanfaatan yang
mengakibatkan terjadinya kerusakan (fasad), dan bukanpemanfaatan yang
dilakukan dengan cara semena-mena atau berbuat dholim (Q.S. Asy-Syu‟ara:
151-152).
Dalam khasanah Islam dan lingkungan, dikenal suatu kawasan atauareal
konservasi yang diberi nama al-harim. Harim ini merupakan areal konservasi
mata air, tanaman dan hewanyang dilindungi dan tidak boleh diganggu oleh
siapapun. Walaupun dalam sejarahnya terdapat areal harim yang merupakan
milik perorangan, dan pemiliknya lah yang menentukan atau menetapkan
9
areal yang bersangkutan sebagai areal perlindungan dan konservasi. Pada
umumnya harim merupakan milik komunitas atau masyarakat atau suku
tertentu.Pada masa Rasulullah masih hidup dan pada masa pemerintahan
Khulafaur Rasyidin pernah ditentukan beberapa areal tertentu yang dinyatakan
sebagai areal perlindungan dan konservasi (harim),dan diumumkan kepada
semua masyarakat kaum muslimin ketika itu. Sayangnya bukti-bukti sejarah
tentang ditetapkannya kawasan tertentu sebagai areal harim ini tidak tercatat,
kecuali kawasan hima (kawasanlindung).
4. Rambu : Halal dan Haram
Keberlanjutan peran dan fungsi alam serta harmoni kehidupan dialam ini
oleh Islam dijaga oleh dua instrument yang berperan sebagai rambu bagi
manusia, yakni halal dan haram. Segala sesuatu yang menguntung kanatau
berakibat baik bagi seseorang, masyarakat dan lingkungan alamnya serta
lingkungan sosialnya adalah halal. Sebaliknya segala sesuatu yang jelek,
membahayakan atau merusak seseorang, masyarakat dan lingkungan alam dan
sosialnya adalah haram.
Konsep halal dan haram ini sebenarnya tidak hanya diberlakukan bagi
manusia, akan tetapi juga berlaku bagi alam. Pelanggaran terhadap rambu-
rambu ini akan mengakibatkan terjadi ketidakseimbangan atau disharmoni
baik dalam kehidupan manusia maupun gangguan kesetimbangan ekologis di
alam.7
7
Ibid., hal 14-15
10
kepemilikan antara masyarakat asli/pribumi dengan penghuni baru yang berasal dari luar,
sehingga masyarakat setempat seringkali menjadi rekan yang tepat dalam konservasi.
Di sebagian besar penjuru dunia, semakin banyak masyarakat setempat telah
berinteraksi dengan kehidupan modern, sehingga sistem nilai mereka telah terpengaruh,
dan diikuti penggunaan barang dari luar. Pergeseran nilai akan beresiko melemahnya
kedekatan masyarakat asli dengan alam sekitar, serta melunturkan etika konservasi
setempat. Masyarakat tradisional pada umumnya sangat mengenal dengan baik
lingkungan di sekitarnya. Mereka hidup dalam berbagai ekosistem alami yang ada di
Indonesia, dan telah lama hidup berdampingan dengan alam secara harmonis, sehingga
mengenal berbagai cara memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Di
samping itu dalam berperilaku orang akan berpedoman pada berbagai macam hal yang
padahakekatnya mempunyai nilai baik dan buruk serta pada kegiatan yangdidasarkan
pada benar dan salah (Brennan, Andrew, Lo, Yeuk-Sze 2002) Dalam kearifan lokal juga
terwujud upaya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang juga merupakan
wujud dari konservasi oleh masyarakat. Berkaitan dengan hal itu, maka Nababan (1995)
mengemukakan prinsip-prinsip konservasi dalam pengelolaan sumberdaya alam secara
tradisional sebagai berikut.
1. Rasa hormat yang mendorong keselarasan (harmoni) Hubungan manusia dengan alam
sekitarnya. Dalam hal ini masyarakat tradisional lebih condong memandang dirinya
sebagai bagian dari alam itu sendiri.
2. Rasa memiliki yang eksklusif bagi komunitas atas suatu kawasan atau jenis sumber
daya alam tertentu sebagai hak kepemilikan bersama (communal property resource).
Rasa memiliki ini mengikat semua warga untuk menjagadan mengamankan
sumberdaya bersama ini dari pihak luar
3. Sistem pengetahuan masyarakat setempat (local knowledge system) yang memberikan
kemampuan kepada masyarakat untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka
hadapi dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang terbatas.
4. Daya adaptasi dalam penggunaan teknologi sederhana yang tepat guna dan hemat
(input) energi sesuai dengan kondisi alam setempat.
5. Sistem alokasi dan penegakan aturan-aturan adat yang bisa mengamankan sumber
daya milik bersama dari penggunaan berlebihan, baik oleh masyarakat sendiri
11
maupun oleh masyarakat luar (pendatang). Dalam hal ini masyarakat tradisional
sudah memiliki pranata dan hukum adat yang mengatur semua aspek kehidupan
bermasyarakat dalam satu kesatuan sosial tertentu.
6. Mekanisme pemerataan (distribusi) hasil panen atau sumber daya milik bersama yang
dapat mencegah munculnya kesenjangan berlebihan didalam masyarakat tradisional.
Tidak adanya kecemburuan atau kemarahan sosial akan mencegah pencurian atau
penggunaan sumberdaya di luar aturanadat yang berlaku.
12
sistem kelembagaannya juga mempunyai potensi “perusakan seperti pembagian hasil
yang timpang, pencemaran lingkungan alam dan perusakan sistem nilai sosial-budaya
masyarakat.
Budisusilo dalam Francis Wahono (2005:218) menjelaskan sebagaiakibat
perkembangan teknologi produksi yang pesat, baik pada sektor pertanian
(bioteknologi dan mekanisasi), sektor industri (manufaktur daneksplorasi alam),
maupun sektor jasa (transportasi, medis, laboratoris,komunikasi dan informasi),
masyarakat pun menjadi terbiasa menikmati produk barang dan jasa yang bersifat
massif dengan efisiensi teknis, kualitasdan jenis yang sama pada semua belahan
bumi.
Di samping itu ketersediaan akses pada jaringan pemasaran seperti :hypermarket,
supermarket, minimarket bahkan traditional market yangditopang oleh fasilitas/alat
bayar yang mudah dan cepat seperti telemarket, cybermarket telah merubah budaya
dan kebiasaan baru sejumlah kalangan masyarakat. Pada gilirannya teknologi modern
menjadi “standard produksi bagi pasar dunia” yang mengabaikan kemampuan
penguasaan teknologi/pengetahuan keanekaragaman sumberdaya lokal dan
menganggap teknologi lokal sebagai inferior. Percepatan integrasi tersebut telah
mengakibatkan berbagai kondisi paradoksal, seperti meningkatnya jumlah
pengangguran, kemiskinan, marginalisasi nilai kemanusiaan, krisis lingkungan,
kerusakan dan konflik sumberdaya alam dan lingkungan. Melihat kenyataan tersebut
maka perlu dicari cara bagaimana pengetahuan danteknologi lokal dapat digunakan
sebagai pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat banyak sehingga
kerusakan lingkungan sosial dan alam pundapat terhindarkan.
3. Modal Besar
Eksploitasi terhadap sumber daya alam dan lingkungan sekarang ini telah sampai
pada titik kritis, yang menimbulkan berbagai masalah lingkungan dan masyarakat. Di
samping masalah lingkungan yang terjadi di wilayah-wilayah dimana dilakukan
eksploitasi sumber daya alam, sebenarnya terdapat masalah kemanusiaan, yaitu
tersingkirnya masyarakat asli (indigenous people) yang tinggal di dalam dan sekitar
wilayah eksploitasi baik eksploitasi sumber daya hutan, sumberdaya laut, maupun
hasil tambang.
13
Kenyataan ini menunjukkan bahwa kekayaan sumber daya alam danhayati yang
dimiliki dipandang sebagai sumber daya yang dapat diekstraksi untuk mendapatkan
surplus. Namun demikian di lain pihak, keberhasilan perolehan devisa tersebut harus
dibayar mahal dengan rusaknya ekosistem daerah yang bersangkutan dan akan
berakibat pada terganggunya ekosistem global. Selanjutnya secara sosial budaya,
terjadi konflik kepentingan antara tatanan budaya lokal dan budaya modern yang
melekat pada industrialisasi dari sumberdaya alam yang dieksploitasi.
Menurut Rimbo Gunawan dkk, (1998:v) persoalan tersebut disatu pihak, yaitu
modernisasi melihat bahwa tatanan budaya lokal merupakan hambatan yang harus
“dihilangkan” atau “diganti” agar proses pembangunan tidak mendapat gangguan
serius dari komunitas lokal, sementara itu masyarakat lokal memandang
industrialisasi dari hasil sumberdaya alam yang dieksploitasi sebagai ancaman bagi
hak-hak adat mereka terhadap lingkungannya Kejadian-kejadian tersebut khususnya
pada sumberdaya hutan diperparah dengan banyaknya pengusaha illegal yang hanya
mementingkan keuntungan tanpa mempertimbangkan kerusakan lingkungan
yangditimbulkan, yang juga wujud dari keserakahan
4. Kemiskinan dan Kesenjangan
Kemiskinan dan kesenjangan merupakan salah satu masalah yang paling
berpengaruh terhadap timbulnya masalah sosial. Masalah sosial yang bersumber dari
kemiskinan dan kesenjangan atau kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan pokok,
sering kali tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan dengan faktor lain. Kemiskinan
bukan saja menjadi masalah di Indonesia,tetapi juga di banyak negara berkembang.
Kemiskinan juga mempengaruhi orang bertindak untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya, meskipun tindakan tersebut kadang bertentangan dengan aturan atau
norma-norma yang sudah adaatau pun berkaitan dengan kerusakan lingkungan. Maka
dari itu kemiskinandan lingkungan maerupakan isu strategis dan menjadi tantangan
utama dalam proses pembangunan berkelanjutan.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Konservasi
Konservasi (conservation) adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah,
konservasi berasal dari bahasa Inggris conservation, yang artinya pelestarian atau
perlindungan
2. Pengertian Kearifan Lokal
Secara umum, local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-
gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang
tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
3. Konservasi Lingkungan Hidup dalam Syariat Islam
Hukum Islam atau syariat adalah suatu sistem nilai. Syariat itu ada
untukmewujudkan nilai-nilai yang melekat dalam konsep kunci Islam, sepertiTauhid,
Khilafah, Istislah, Halal dan Haram (Sardar 1985).
4. Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam
1) Rasa hormat yang mendorong keselarasan (harmoni)
2) Rasa memiliki yang eksklusif
3) Sistem pengetahuan masyarakat setempat (local knowledge system)
4) Daya adaptasi dalam penggunaan teknologi sederhana
5) Sistem alokasi dan penegakan aturan-aturan adat
6) Mekanisme pemerataan (distribusi) hasil panen atau sumber dayamilik bersama
5. Tantangan Terhadap Kearifan Lokal
1) Jumlah Penduduk
2) Teknologi Modern dan Budaya
3) Modal Besar
4) Kemiskinan dan Kesenjangan
15
DAFTAR PUSTAKA
Geriya, S.Swarsi. 2008. “Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeng Bali“ dalam balipos.co.id
diakses pada 4 Februari 2009.Geertz,Clifford. 1973.
Pauzi, Ihsan Ali. 1994. “Kearifan Tradisional dan Bumi Manusia”, dalam Jurnal Dialog
Pemikiran Islami Islamika, No. 3, Januari –Maret 1994.
16