Anda di halaman 1dari 17

RESUME PERANGKAT

KEPROFESIAN GURU
ANGGOTA KELOMPOK 5
1. ANNISA NURAINI 200210402124
2. DEVI AYU LESTARI 200210402114
3. ENGGINNIA EDVIYAN P. 200210402132
4. MIRZA FAIZATUL KAMILA 200210402096
5. NOVIKA WULANDHARI 200210402135
6. FARIDATUL HAVIDA 200210402110
7. RISTI INDAH PRASETYAWATI 200210402100
8. ROBITHOTUL INATS 200210402116
POINT-POINT PEMBAHASAN

02 Kode Etik Keprofesian


01 Perangkat Guru
Keprofesian Guru

Pengakuan
Organisasi .Penghargaan Profesi
03 Asosiasi
04
Guru dan
Keprofesian Perlindungan Hukum.

Kesimpulan
01. Perangkat Keprofesian
Perangkat keprofesian guru merupakanGuru
suatu kriteria untuk menentukan ciri-ciri suatu
profesi, yaitu sebagai berikut
1) Ada standar unjuk kerja yang baku dan jelas tentang profesi guru;
2) Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelaku-nya dengan program
dan jenjang pendidikan yang baku serta standar akademik yang memadai dan yang
bertanggungjawab tentang pengembangan ilmu pengetahuan yang melandasi profesi
itu;
3) Ada organisasi profesi yang mewadahi para pelakunya untuk mempertahankan dan
memperjuangkan ekstsitensi dan kesejahteraannya;
4) Ada etika dan kode etik yang mengatur perilaku etik para pelakunya dalam
memperlakukan pelanggan pendidikannya;
5) Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku;
6) Ada pengakuan masyarakat (profesional, penguasa dan masyarakat awam) pekerjaan
itu sebagai suatu profesi;
7) Ada perlindungan hukum terhadap suatu protesi
Standar Kopi Profesi Gum. (Bidang Kegiatan Guru dan Tugas Pokoknya.)
Seseorang dinyatakan kompeten di bidang tertentu adalah seseorang yang
menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja
yang bersangkutan dan dengan demikian ia mempunyai wewenang dalam
pelayanan sosial di masyarakatnya (Houston, Diolah dari Samana 1994; 44).

Lembaga Pendidikan Guru. Untuk menjadi guru (persyaratkan memiliki ijazah


dari lembaga pendidkan guru. Dalam kesejarahannya lembaga pendidikan guru
itu memiliki perubahan paradigma ke arah pemenuhan standar yang lebih
memadai, dan pada dasarnya pendidikan guru dikehendaki berada pada jenjang
pendidkian tinggi, sampai ke tingkat magister atau master.

Standar yang mengkaji keandalan program pendidikan guru adalah aspek


pendidkan akademik dan aspek profesionalnya, sehingga ketika kita berbicara
tenteng profesi guru kita tidak hanya tertegun pada segi pendidikan profesional
guru, melainkan sekaligus mencakup pendidikan akademiknya.
Lembaga pendidikan guru seyogyanya menghasilkan guru sebagai seorang
Sumama (2006) mengemukakan bahwa dapat diperoleh melalui program
pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh PT yang memadai program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan deh Pemerintah,
sedangkan beban belajar pendidikan profesi untuk guru TK/RA/TKLB atau bentuk
lain yang sederajat dan guru SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat adalah
18-20 sks, dan untuk Beban belajar penddikan profesi untuk guru
SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat dan guru
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat adalah 35-40 sks.
Fakry Gaffar (2006) memberikan satu model pendidikan profesi yaitu sebagai
berikut
Bentuk organisasi para pengembang tugas keprofesian itu ternyata cukup bervariasi dipandang dari segi
derajat keberatan dan keterikatan dengan/dan antar anggotanya. Dalam bidang pendidikan, dapat dtemukan
berbagai bentuk keorganisasian, antara lain:

a. Persatuan (Union), antara lain; Persatuan Guru RepubRk Indonesia (PGRI), Australian Education Union,
Singapore Teacher’s Union, National Union of the Teaching Profession Malaysia, Japan Teacher’s Union.
b. Federasi (Federation), antara lain: Al India Federation of Teachers Organisations, Bangladesh Teachers’
Federation. Federation of Elementary Education Teachers' Association of Thailand. c. Aliansi (Aliance),
antara lain: Affiance of Concered Teachers, PhiTpina
d. Asosiasi (Association) yang terdapat di kebanyakan Negara.

Ditinjau dari segi kategorisasi keanggotaannya juga ternyata menunjukkan corak keorganisasian yang
bervariasi, seperti :

a. jenjang pendidikan di mana mereka bertugas (dasar, menengah, dan perguruan tinggi). b. Status
penyelenggara kelembagaan pendidikan (negeri, swasta)
c. Bidang studi/keahlian (guru bahasa Inggris, matematika, dsb.)
d. Gender (wanita, pria)
e. latar belakang etnis (Cina, Tamil, Melayu, dsb.)
02. Kode Etik Keprofesian Guru
Kode etik keprofesian memiliki kedudukan, peran dan fungsi yang sangat penting dan
strategis dalam menopang keberadaan dan kelangsungan hidup suatu profesi di
masyarakat. Bagi para pengembang tugas profesi akan menjadi pegangan dalam
bertindak serta acuan dasar dalam seluk beluk keprilakuannya dalam rangka
memelihara dan menjunjung tinggi martabat dan wibawa serta kridibilitas visi, misi,
fungsi bidang profesinya. Dengan demikian pula kode etik dapat menjadi acuan
normatif dan juga oprasional.

Perangkat kode etik pada umumnya mengandung muatan yang terdiri atas preabul dan
perangkat prinsip dasarnya. Preabul lazimnya merupakan deklarasi inti yang menjiwai
keseluruhan perangkat kode etik yang bersangkutan.
KODE ETIK GURU INDONESIA
Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, Bangsa dan Negara serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa
Pncasila dan setia pada UUD 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, guru Indonesia, terpanggil
untuk menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai berikut:

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang
berjiwa Pancasila

2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional

3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan.

4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang keberhasilannya proses


belajar mengajar
03. Organisasi Asosiasi Keprofesian
1. Eksistensi, Misi, Fungsi dan Peranan Organisasi Asosiasi Keprofesian

Motif dasar kelahiran organisasi profesi guru bervariasi, ada yang bersifat
sosial, politik, ekonomi, kultural dan pandangan atau falsafah tentang sistem
nilai. Akan tetapi, pada umumnya berlatar belakang solidaritas diantara
pengembangan bidang pekerjaan yang bersangkutan atas dasar dorongan dari
dalam diri mereka sendiri (secara intrinsik) dan/atau karena tuntutan lingkungan
(secara ekstrinsik).
Motif intrinsik pada umumnya bertalian erat dengan permasalahan nasib, dalam
arti kesadaran atas kebutuhan untuk berkehidupan secara layak sesuai dengan
bidang pekerjaan yang diembanya baik secara sosial-psikologis maupun secara
ekonois-kultural; selain itu terdapat juga kemungkinan oleh dorongan atas
semangat pengabdian untuk menunaikan tugas sebaik dan seikhlas mungkin.
2. Bentuk, Corak, Struktur, Kedudukan dan Keanggotaan

Bentuk organisasi para pengembang tugas keprofesian itu ternyata cukup bervariasi dipandang
dari segi derajat keeratan dan keterkaitan dengan/dan antar anggotanya, keragaman bentuk,
corak, struktur, dan kedudukan dari organisasi pendidikan itu, maka status asosiasi atau
persatuan biasanya bersifat langsung keanggotaannya dari setiap pribadi atau pengemban
profesi yang bersangkutan. Sedangkan yang sifatnya federal atau perserikatan, lazimnya
keanggotaannya cukup terbatas dari pucuk organisasi yang berserikat saja.

3. Program Oprasional dan AD/ART/Konvensi

Untuk mewujudkan misi, fungsi dan peranannya, organisasi keprofesian lazimnya memiliki
suatu program oprasional tertentu yang disusun dan dipertanggungjawabkan atas
pelaksanaannya kepada anggotannya melalui forum resmi seperti yang diatur dalam
AD/ART/Konvensi organisasi yang bersangkutan.
04. Pengakuan, Penghargaan Profesi Guru dan
Perlindungan Hukum
1. Pengakuan (Recognition)
Kehadiran suatu profesi itu pada dasarnya merupakan suatu fenomena social atau
kemasyarakatan. Hal tersebut berarti bahwa keberadaan suatu profesi di dalam
masyarakat bukan diakui dan diyakini oleh para pengembannya itu semata, justru
diakui dan dirasakan manfaat dan kepentingan oleh masyarakat yang bersangkutan.
Untuk berkembangnya peran dan fungsi suatu profesi guru membutuhkan pengakuan
dari bidang-bidang profesi lain yang telah ada di dalam masyarakat, terutama yang
wilayah bidang garapannya pelayanan yang sangat mirip dan bertautan agar dapat
terciptanya kerjasama yang baik.
2. Penghargaan dan Imbalan
Secara sosiologis adanya pengakuan terhadap suatu profesi itu pada dasarnya secara
implicit mengimplikasikan adanya penghargaan, meskipun tidak selalu berarti financial
(uang) melainkan dapat juga bahkan terutama mengandung makna status social.
Berdasarkan UU Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 pada bagian kedua tentang Hak
dan Kewajiban disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesiannya, guru
berhak:

a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan minimum dan jaminan kesejahteraan


sosial;

b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;

c. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan


intelektual;

d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;

e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk


menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;
Penghasilan diatas kebutuhan hidup minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (1) huruf a, meliputi:

a. Gaji pokok;

b. Tunjangan yang melekat pada gaji;

c. Penghasilan lain berupa:

• Tunjangan Fungsional;

• Tunjangan Khusus;

• Maslahat tambahan.
3. Perlindungan Hukum.

Pengakuan pemerintah terhadap status guru sungguh merupakan nilai lebih yang lain dari UUSW.
Dimana secara yuridis, perkembangannya melampaui apa yang masih dihadapi oleh profesi keguruan
dalam forum internasional.

Perlindungan hukum tersebut amat penting bag guru maupun bagi siswa, karena seperti yang
dikemukakan oleh Mochter Buchori menyatakan bahwa selama ini guru seakan-akan bisa diperlakukan
sewenang-wenang oleh atasannya, contohnya, guru bisa dipecat, diturunkan pangkatnya, atau
dipindahkan ke tempat terpencil karena suatu kesalahan yang dinilai fatal oleh atasannya.

Demikian juga dengan siswa, mereka bisa dikeluarkan dari sekolahnya hanya karena melakukan
penelitian yang dianggap menyimpang dari pendapat masyarakat. Contohnya adalah kasus Emen dan
Ganda di Bandung yang dimutasikan karena melaporkan ketidakberesan dalam tubuh PGRI di
daerahnya, juga kasus Eko di Yogyakarta yang dipecat dari SMU-nya gara-gara melakukan penelitian
tentang perilaku seksual remaja.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harus ada jaminan dan perlindungan bahwa guru dan siswa
seperti itu tidak bisa dkeluarkan dari sekolah, karena tanpa ada perlindungan hukum, maka sulit bagi
guru dan siswa untuk bekerja dan belajar dengan kondusif.
05. Kesimpulan
Tingkat pengakuan guru sebagai sebuah profesi semakin jelas dan diakui
legalitasnya secara penuh oleh pemerintah dan masyarakat. Dengan demikian tidak
ada lagi yang meragukan kemampuan guru dalam melakukan proses pembelajaran.
Dikatakan demikian karena guru telah mempunyai tupoksi yang jelas, lembaga
penghasil guru yang jelas, organisasi yang jelas, memiliki kode etik tersendiri, ada
pengakuan dan penghargaan serta imbalan, dan memiliki perlindungan hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Nasihin, Sukarti. 2008. “Profesi Guru Dalam Konsep dan Teori” dalam Jurnal
Administrasi Pendidikan volume 8 (hlm. 1-8).

Anonim. 2009. Perangkat Keprofesian Guru, https://


vitabumins.blogspot.com/2009/09/perangkat-keprofesian-guru.html, diakses
pada tanggal 25-10-1021.

Ismet. 2009. Perangkat Keprofesian Guru, https://


ismetis.blogspot.com/2009/09/perangkat-keprofesian-guru.html, diakses pada
tanggal 25-10-2021.

Anda mungkin juga menyukai