Anda di halaman 1dari 19

EMPIRISME, POSITIVISME, PRAGMATISME,

SEBUAH ALIRAN FILSAFAT MODERN

DI SUSUN

OLEH :

YUDID AMELIA (180603131)

MUZIR UMAR (180603152)

DEDE SAPUTRA (180603132)

DOSEN PEMBIMBING :

TABRANI ZA,S.Pd.I.,M.S.I.,M.A.

PRODI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Banda Aceh, Oktober 2019

PENYUSUN

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
ABSTRAK..................................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................................2
C. Tujuan penulisan..............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASA..................................................................................................................4
A. Beragam aliran-aliran dalam filsafat................................................................................4
1. Empirisme....................................................................................................................5
2. Positivisme...................................................................................................................6
3. Pragmatisme...............................................................................................................8
BAB III PENUTUP....................................................................................................................11
A. kesimpulan.....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13

iii
Abstrak

Perkembangan filsafat ilmu dari waktu ke waktu perlu kita ikuti dan pelajari.
Kita akan membahas beberapa aliran yang ada dalam filsafat ilmu yaitu
empirisme, positivisme, pragmatisme. Empirisme adalah aliran yang
menjadikan pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Aliran ini beranggapan
bahwa pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dengan cara
observasi/penginderaan. positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari
fakta yang positif positif yang diluar fakta atau kenyataan dikesampingkan
dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan. Pragmatisme adalah aliran
filsafat yang menekankan pengamatan penyelidikan dengan eksperimen (tindak
percobaan), serta kebenaran yang mempunyai akibat – akibat yang memuaskan .

Kata kunci : Aliran-aliran dalam filsafat

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai. Secara historis,
zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad
(abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan muncuknya gerakan Renaissance.
Renaissance berarti kelahiran kembali, yang mengacu kepada gerakan keagamaan
dan kemasyarakatan yang bermula di Italia (pertengahan abad ke-14). Tujuan
utamanya adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan
mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Selain itu, juga
dimaksudkan untuk mempersatukan kembali gereja yang terpecah-pecah.

1
Di samping itu, para humanis bermaksud meningkatkan suatu
perkembangan yang harmonis dari keahlian-keahlian dan sifat-sifat alamiah
manusia dengan mengupayakan kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur
klasik.

Renaissance akan banyak memberikan segala aspek realitas. Perhatian yang


sungguh-sungguh atas segala hal yang konkret dalam lingkup alam semesta,
manusia, kehidupan masyarakat, dan sejarah. Pada masa itu pula terdapat upaya
manusia untuk memberi tempat kepada akal yang mandiri. Akal diberi kepercayaan
yang lebih besar karena adanya suatu keyakinan bahwa akal pasti dapat
menerangkan segala macam persoalan yang diperlukan juga pemecahannya. Hal ini
dibuktikan adanya perang terbuka terhadap  kepercayaan yang dogmatis dan
terhadap orang-orang yang enggan menggunakan akalnya.

Asumsi yang digunakan, semakin besar kekuasaan akal akan dapat


diharapkan lahir “dunia baru” yang penghuninya (manusia-manusianya) dapat
merasa puas atas dasar kepemimpinan akal yang sehat.

Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern ini didasarkan pada suatu
kesadaran atas yang individual dan yang konkret.

Dalam era filsafat modern, yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke-
20, munculah berbagai aliran pemikiran : Rasionalisme, Empirisme, Kritisme,

2
Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, Neo-Kantianisme,
Pragmatisme, Filsafat Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme.

B. Rumusan Masalah
 Bagaimana teori dan aliran empirisme ?
 Bagaimana teori dan aliran positivisme ?
 Bagaimana teori dan aliran pragmatisme ?

C. Tujuan Penulisan
 Untuk mengetahui pemikiran,teori dan aliran empirisme
 Untuk mengetahui pemikiran,teori, dan aliran positivisme
 Untuk mengetahui pemikiran, teori dan aliran pragmatisme

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Beragam Aliran-Aliran dalam Filsafat

Para ilmuan yang berkecimpung di dunia kefilsafatan menyatakan,


perkembangan aliran-aliran dalam filsafat berjalan seirama dengan tumbuh dan
berkembangnya filsafat itu sendiri. Para filosof juga meyimpulkan, pada awal
perkembangannya filsafat terbagi menjadi beberapa aliran-aliran yang memiliki ciri-
ciri dan ke-khasan masing-masing. Karena memiliki ciri-ciri dan kekhasan yang
berbeda, maka tentu jalan dan metode jalur pemikirannya juga menghadirkan solusi
yang berbeda dan beragam.

Menurut A. Susanto (2011), perkembangan aliran dalam filsafat muncul


dikalangan pemikir-pemikir Yunani pada abad ke -6 SM. Dikatakannya, mereka
mulai mencari jawaban-jawaban tentang rahasiarahasia alam semesta dengan cara
berfikir sendiri-sendiri dan tidak lagi berlandaskan cerita-cerita mitos. Beliu
mejelaskan di antara para pemikir dan para filosof yang sudah berpikiran lebih maju
tersebut adalah : Thales, Anaximandros, Anaximenes, Pythagoras, Herakleitos, dan
Socrates, termasuk filosof awal. Bahkan Thales dan Aristoteles disebut sebagai
filosof pertama (Juhaya S. Praja, 2003).

Selanjutnya, dalam kajian filsafat dipaparkan pula tentang bagaimana cara-


cara manusia dalam memperoleh kebenaran. Secara umum ada dua cara dan pola
yang ditempuh manusia dalam memperoleh kebenaran. Pertama, mendasarkan diri
pada kemampuan rasio atau berlandaskan akal pikiran manusia, dan dikenal
dengan faham kaum rasionalisme. Kedua, mendasarkan diri pada pengalaman dan
kenyataan- kenyataan yang dirasakan dan dilihat. Pengikut aliran ini disebut kaum
empiris.

4
Paparan di atas, mempertegas isyarat bahwa makin maju dan
berkembangnya pola- pola pemikiran manusia dalam mencari dan menemukan
solusi kebenaran, guna mengatasi berbagai persoalan yang dihadapinya dalam
setiap aktivitas kehidupan, turut mempengaruhi lahirnya evolusi pemikiran dari
beragam aliran filsafat. Perkembangan aliran filsafat berjalan seiring dengan
perkembangan filsafat itu sendiri. Pada awal perkembangannya filsafat terbagi
menjadi beberapa aliran-aliran yang memiliki ciri khas masin-masing.

Sejalan dengan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara


umum, ada dua cara manusia dalam memperoleh pengetahuan yang benar.
Pertama, mendasarkan diri pada kemampuan rasio dan dikenal dengan paham
kaum rasionalisme. Kedua, mendasarkan diri pada pengalaman dan disebut kaum
empirisme.

Dampak yang terjadi dari munculnya kondisi pemikiran-pemikiran tersebut,


maupun berkembangnya pemikiran-pemikiran lainnya, pada akhirnya mendorong
sekaligus mengakibatkan lahirnya beragam aliran-aliran dalam filsafat yang cukup
berpengaruh. Para filosof, di antaranya adalah : rasionalisme, empirisme, kritisisme,
materialisme, idealisme, positivisme, pragmatisme, sekularisme, dan filsafat Islam (J.
S Praja, 2003).

Untuk mengetahui secara utuh bagaimana cara manusia memperoleh


pengetahuan, inilah gambaran tentang aliran-aliran dalam filsafat tersebut: disini
kami hanya membahas tiga aliran-aliran dalam filsafat:

1. Empirisme

5
Empirisme adalah aliran yang menjadikan pengalaman sebagai sumber
pengetahuan. Aliran ini beranggapan bahwa pengetahuan diperoleh melalui
pengalaman dengan cara observasi/penginderaan. Pengalaman merupakan
faktor fundamental dalam pengetahuan, ia merupakan sumber dari
pengetahuan manusia.

Empirisme berasal dari kata Yunani ”empiris” yang berarti pengalaman


indrawi. Karena itu, empirisme dinisbatkan kepada faham yang memilih
pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriah yang
menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi
manusia. Pada dasarnya aliran ini sangat bertentangan dengan rasionalisme.

Penganut empirisme mengatakan bahwa pengalaman tidak lain akibat suatu


objek yang merangsang alat-alat indrawi, yang kemudian dipahami di dalam
otak, dan akibat dari rangsangan tersebut terbentuklah tanggapan-tanggapan
mengenai objek telah merangsang alat-alat indrawi tersebut. Empirisme
memegang peranan yang amat penting bagi pengetahuan. Penganut aliran ini
menganggap pengalaman sebagi satu-satunya sumber dan dasar ilmu
pengetahuan. Pengalaman indrawi sering dianggap sebagai pengadilan yang
tertinggi.

Namun demikian, aliran ini banyak memiliki kelemahan karena (1) indra
sifatnya terbatas, (2) indra sering menipu, (3) objek juga menipu, seperti
ilusi/fatamorgana, dan (4) indra dan sekaligus objeknya. Jadi, kelemahan
empirisme ini karena keterbatasan indra manusia sehingga muncullah aliran

6
rasionalisme. Tokoh-tokoh aliran ini antara lain Francis Bacon (1210-1292 M),
Thomas Hobbes (1588-1679 M), John Locke (1632-1704 M), David Hume (1711-
1776 M), George Berkeley (1665-1753 M), Herbert Spencer (1820-1903 M), dan
Roger Bacon (1214-1294 M).

2. Positivisme

Positivisme berasal dari kata positif. Kata positif disini sama artinya dengan
faktual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta.Secara istilah, positivisme adalah
aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif positif yang diluar fakta
atau kenyataan dikesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu
pengetahuan.

Positivisme diperkenalkan oleh Auguste Comte (1798-1857) yang tertuang


dalam karya utama Auguste Comte adalah Cours de philosophic positive, yaitu
kursus tentang filsafat positif (1830-1842) yang dirbitkan dalam enam jilid.
Selain itu dia juga mempunyai sebuah karya yaitu Discour L’esprit Positive
(1844) yang artinya pembicaraan tentang jiwa positif.

Menurut positivisme, pengetahuan kita tidak boleh melebihi fakta-fakta.


Dengan demikian ilmu pengetahuan empiris menjadi contoh istimewa dalam
bidang pengetahuan. Kemudian, filsafat pun harus meneladani contoh itu. Oleh
karena itulah, positivisme menolak cabang filsafat metafisika. Menanyakan
“Hakekat” benda-benda atau “penyebab yang sebenarnya”, bagi positivisme
tidaklah mempunyai arti apa-apa. Ilmu pengetahuan hanya menyelidiki fakta-
fakta dan hubungan yang terdapat antara fakta-fakta. Tugas khusus filsafat ialah
mengoordinasikan ilmu-ilmu yang beragam coraknya. Tentu saja, maksud
positivisme berkaitan erat dengan yang dicita-citakan oleh empirisme.

7
Positivisme pun mengutamakan pengalaman, hanya saja berbeda dengan
empirisme inggris yang menerima pengalamam batiniah, dan subjektif sebagai
sumber pengetahuan. Positivisme tidak menerima pengalaman batiniah tersebut.
Ia hanyalah mengandalkan fakta-fakta belaka.

1. Tokoh-tokoh Positivisme
 Auguste Comte( 1798 – 1857 )

Bernama lengkap Isidore Marie Auguste Francois Xavier Comte.lahir


di Montepellier, perancis, tahun 1798.Pada dasarnya positivisme bukanlah
suatu aliran yang khas berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan empirisme
dan rasionalisme. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metode ilmiah
(scientific method) dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-
ukuran.Terminologi positivisme dicetuskan pada pertengahan abad 19 oleh
salah satu pendiri ilmu sosiologi yaitu Auguste Comte. Comte percaya
bahwa dalam alam pikiran manusia melewati tiga tahapan historis yaitu
teologi, metafisik, dan ilmiah. Dalam tahap teologi, fenomena alam dan
sosial dapat dijelaskan berdasarkan kekuatan spiritual. Pada tahap metafisik
manusia akan mencari penyebab akhir (ultimate cause) dari setiap fenomena
yang terjadi.

 John Stuart Mill ( 1806 – 1873 )

8
John Stuart Mill memberikan landasan psikoogis terhadap filsafat
positivisme. Karena psikollogi merupakan pengetahuan dasar bagi filsafat.
Seperti halnya dengan kaum positif, mill mengakui bahwa satu-satunya yang
menjadi sumber pengetahuan ialah pengalaman. Karena itu induksi
merupakan metode yang paling dipercaya dalam ilmu pengetahuan.

 H. Taine ( 1828 – 1893 )

Ia mendasarkan diri pada positivisme dan ilmu jiwa, sejarah, politik,


dan kesastraan.

 Emile Durkheim (1852 – 1917 )

Ia menganggap positivisme sebagai asas sosiologi.

3. Pragmatisme

Pragmatisme diambil dari kata Pragma (bahasa Yunani) yang berarti


tindakan, perbuatan. pragmatisme mula-mula diperkenalkan oleh Charles Sanders
Peirce (1839-1914). Sebenarnya istilah pragmatisme lebih banyak berarti sebagai
metode untuk memperjelas suatu konsep ketimbang sebagai suatu doktrin
kefilsafatan. Sedangkan, Menurut Kamus Ilmiah Populer, Pragmatisme adalah
aliran filsafat yang menekankan pengamatan penyelidikan dengan eksperimen

9
(tindak percobaan), serta kebenaran yang mempunyai akibat – akibat yang
memuaskan. Sedangkan, definisi Pragmatisme lainnya adalah hal mempergunakan
segala sesuatu secara berguna.

Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja hanya membawa akibat
praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua bisa diterima
sebagai kebenaran dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang praktis yang
bermanfaat. Dengan demikian, patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup
praktis”. Pragmatisme memandang bahwa kriteria kebenaran ajaran adalah
“faedah” atau “manfaat”. Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh Pragmatisme
benar apabila membawa suatu hasil.

1. Tokoh-tokoh Pragmatisme

 C.S. Peirce (1839-1914)

Secara umum orang memakai istilah pragmatisme sebagai ajaran yang


mengatakan bahwa suatu teori itu benar sejauh sesuatu mampu dihasilkan
oleh teori tersebut. Misalnya sesuatu itu dikatakan berarti atau benar bila
berguna bagi masyarakat. Pragmatisme Peirce yang kemudian hari ia
namakan pragmatisme lebih merupakan suatu teori mengenai arti (Theory of
Meaning) daripada teori tentang kebenaran (Theory of Truth).

 William James (1842-1910)

10
William James lahir di New York pada tahun 1842. William selain
menamakan filsafatnya dengan “pragmatisme”, ia juga menamainya
“empirisme radikal”.Menurut James,pragmatisme adalah aliran yang
mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya
sebagai yang benar dengan perantaraan yang akibat-akibatnya yang
bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia menerima segala
sesuatu asal saja membawa akibat praktis.

Menurut James, ada dua hal kebenaran yang pokok dalam filsafat yaitu
Tough Minded dan Tender Minded. Tough Minded dalam mencari
kebenaran hanya lewat pendekatan empirirs dan tergantung pada fakta-fakta
yang dapat ditangkap indera.Sementara, Tender Minded hanya mengakui
kebenaran yang sifatnya berada dalam ide dan yang bersifat rasional. http

s://master-exselen.blogspot.com

 John Dewey (1859-1952)

Sekalipun Dewey bekerja terlepas dari William James, namun


menghasilkan pemikiran yang menampakkan persamaan dengan gagasan
James. Dewey adalah seorang yang pragmatis. Menurutnya, filsafat
bertujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia serta lingkungannya
atau mengatur kehidupan manusia serta aktifitasnya untuk memenuhi
kebutuhan manusiawi.

11
Sebagai pengikut pragmatisme, John Dewey menyatakan bahwa
tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata. Filsafat
tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis,
Dewey lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah instrumentalisme.
Pengalaman adalah salah satu kunci dalam filsafat instrumentalisme. Oleh
karena itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara
aktif-kritis.Dengan demikian filsafat akan dapat menyusun sistem
norma-norma dan nilai-nilai.

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Mencermati dan menelusuri argumen filosofis yang telah dipapar di atas,


tentang intisari pemikiran manusia yang mendorong lahirnya aliran-aliran dalam
filsafat, dapat disimpulkan bahwa pemikiran manusia yang dihasilkan oleh para
filosof dalam proses pencarian identitasnya tidak pernah mengenal kata lelah,
ataupun letih, untuk terus berhayal, berfantasi, dan berhalusinasi, ataupun
bereksperimen dalam melahirkan ide-ide pemikiran jenius, supaya tetap eksis guna
menciptakan nilai manfaat, dan setetes oase (air kesejukan) bagi kebahagiaan hidup
para makhluk yang berada di bawah planet-planet, dan lapisan atmosfir bumi.
Pemikiran manusia dalam filsafat bermertamorfosis tanpa mengenal sekat-sekat,
menembus ruang, dan waktu, begitu memukau dari waktu-ke waktu. Seiring itu
pula, tanpa terkecuali beragam penafsiran manusia dalam mempersepsikan hasil
pemikiran tersebut berkembang menjadi aliran-aliran dalam filsafat.

Para filosof tersebut walau terlahir dari latar belakang agama, pendidikan,
tradisi, kultur, budaya, dan cara pandang maupun falsafah hidup yang berbeda,
namun dalam mencetuskan dan mempersepsikan ide-ide pemikiran aliran-aliran
filsafat mereka terlihat saling mendukung dan melengkapi khazanah cakrawala
keilmuan filsafat. Pemikiran filosof baik dari Barat dan Timur tentang aliran filsafat
terangkum menjadi beberapa aliran yang meliputi aliran : Rasionalisme, Empirisme,
Kritisisme, Materialisme, Idealisme, Positivisme, Pragmatisme, Sekularisme, dan
Filsafat Islam.

Aliran-aliran dalam filsafat secara filosofis tidak bersifat mutlak sejalan


dengan esensi akal manusia yang sifatnya relatif, ditambah pula dengan

13
perkembangan ilmu yang terus merangsak maju dan lompatannya sulit diprediksi,
maka tidak menutup kemungkinan pemikiran manusia tentang aliran-aliran dalam
filsafat dapat pula berubah sejalan dengan situasi dan kondisi zaman.

14
DAFTAR PUSTAKA

 Asy’arie, Musa, Filsafat Islam Sunnah Nabi dalam Berpikir, Yogyakarta, 2010.

 Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2008.

 Bakker, Aton, Metode-Metode Filsafat, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1984.

 Bakry, Hasbullah, H. Sistematika Filsafat, Jakarta, Wijaya, 1992.

 Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen, Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta, Tiara
Wacana, 1988.
 Bertens, K. Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta, Yayasan Kanasius, 1975.

 Gie, The Liang, Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta, Liberty, 2010.

 Hamami M. Abbas, Filsafat: Suatu Pengantar Logika Formal Filsafat Pengetahuan,


Yogyakarta, Yayasan Pembina Fakultas Filsafat UGM, 1976.
 Ihsan, Fuad, Filsafat Ilmu, Jakarta, Rineka Cipta, 2010.

15

Anda mungkin juga menyukai