Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI KONEKSIONISME

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar & Pembelajaran


Dosen Pengampu :
H. Irfan Efendi, M.Pd.

Oleh:
1. Dede Indriany Rahmawati : 1988201048
2. Fauziah : 1988201051
3. Habib Iskandar : 1988201055
4. Moh. Sahri : 1988201067
5. Sonu Lihana : 1988201081
6. Suwandi : 1988201082
7. Taminah : 1988201084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

STKIP NU INDRAMAYU

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt, telah memberikan karunia dan rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Shalawat serta salam senantiasa kita
curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw. Yang telah membawa
kita dari zaman jahiliah ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti yang kita
rasakan saat ini. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikiranya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Indramayu, 21 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................iv

A. Latar Belakang............................................................................................................iv

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................iv

C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................iv

D. Manfaat Penulisan........................................................................................................v

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................1

A. Teori Belajar Koneksionisme.......................................................................................1

B. Hukum Belajar Teori Koneksionisme..........................................................................2

a. Law of Readiness (Hukum Kesiapan)......................................................................2

b. Law of Exercise (Hukum Latihan)...........................................................................2

c. Law of Effect (Hukum Akibat)................................................................................3

C. Teori Koneksionisme dalam Bidang Pendidikan..........................................................4

D. Implikasi Teori Koneksionisme dalam Pendidikan......................................................5

BAB III PENUTUP................................................................................................................7

SIMPULAN.........................................................................................................................7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya pendidikan di Indonesia, antara lain
adalah ketidakmampuan guru dalam memahami psikologi belajar anak. Sehubungan
dengan itu dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia salah satu usaha
yang di lakukan adalah para guru harus memahami psikologi anak khususnya saat
belajar. Dengan perkembangannya psikologi belajar dalam dunia pendidikan, terus
bermunculan berbagai teori tentang belajar yang dihasilkan dari pemikiran-pemikiran
para ahlli.

Kegiatan belajar yang efektif dan efisien sangatlah penting bagi mahasiswa dan
guru karena beberapa faktor-faktor yang mempengaruhinya, karena belajar
merupakan tanggung jawab mahasiswa. Teori koneksionisme yaitu bahwa belajar
adalah hubungan antara stimulus dan respon. Kemudian kita bisa lihat bagaimana
kedua teori ini dipakai dalam pembelajaran. Maka dari itu ini yang melatarbelakangi
penyusunan ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :

1. Bagaimanakah teori Koneksionisme menurut Edward Lee Thorndike?


2. Bagaimanakah studi teori Koneksionisme?
3. Apa sajakah hukum teori Koneksionisme?
4. Bagaimanakah aplikasi teori Koneksionisme dalam pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui teori Koneksionisme menurut Edward Lee Thorndike
2. Untuk memahami studi teori Koneksionisme
3. Untuk mengetahui beberapa hukum teori Koneksionisme

iv
4. Untuk memahami bagaimana mengaplikasikan teori Koneksionisme dalam
pembelajaran

D. Manfaat Penulisan
1. Menambah pengetahuan pendidik dalam memahami teori Koneksionisme.
2. Pendidik mampu menerapkan teori Koneksionisme dalam pembelajaran.
3. Menjadi referensi bagi para pembaca.

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Koneksionisme


Teori Koneksionisme pertama kali dicetuskan oleh Edward Thorndike yaitu
seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika. Menurut
Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara
peristiwa-peristiwa yang disebut Stimulus (S) dengan Respon (R). Stimulus
adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk
mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon adalah
sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.
Eksperimen Thorndike menggunakan hewan-hewan terutama, kucing untuk
mengetahui fenomena-fenomena belajar. Teorinya dikenal sebagai
Koneksionisme (pertautan, pertalian) karena dia berpendapat bahwa belajar
adalah suatu proses “stamping in” (diingat), forming, hubungan antara
Stimulus dan Respons.

Eksperimen ini ditata sedemikian rupa sehingga memungkinkan kucing


tersebut memperoleh makanan yang tersedia di depan sangkar tadi. Keadaan
bagian dalam sangkar yang disebut puzzle box (teka-teki) itu merupakan situasi
stimulus yang merangsang si kecil untuk bereaksi melepaskan diri dan
memperoleh makanan yang ada di muka pintu. Eksperimen puzzle box ini
kemudian terkenal dengan nama instrumental conditioning. Artinya, tingkah
laku yang dipelajari berfungsi sebagai instrumental (penolong) untuk mencapai
hasil atau ganjaran yang dikehendaki.

Berdasarkan eksperimen di atas, Thorndike berkesimpulan bahwa belajar


adalah hubungan antara stimulus dan respon. Itulah sebabnya teori
Koneksionisme juga disebut “S-R Bond Theory” dan “S-R Psycology of
Learning” selain itu, teori ini juga terkenal dengan “Trial and Error Learning”.

1
Istilah ini menunjuk pada panjangnya waktu atau banyaknya jumlah kekeliruan
dalam mencapai suatu tujuan.

B. Hukum Belajar Teori Koneksionisme

Dari hasil percobaan yang dilakukan Thorndike pada seekor kucing. Thorndike
merumuskan hukum-hukum sebagai berikut:

a. Law of Readiness (Hukum Kesiapan)


Ketika seseorang dipersiapkan (sehingga siap) untuk bertindak, maka
melakukan tindakan merupakan imbalan (reward) sementara tidak
melakukannya merupakan hukuman (punishment) (Schunk: 2012). Semakin
siap suatu individu terhadap suatu tindakan, maka perilaku-perilaku yang
mendukung akan menghasilkan imbalan (memuaskan). Kegiatan belajar dapat
berlangsung secara efisien bila si pelajar telah memiliki kesiapan belajar. Ada
tiga keadaan yang menunjukkan berlakunya hukum kesiapan ini, yaitu bahwa:

1) Apabila suatu unit tingkah laku telah siap digunakan, maka


penggunaannya akan membawa kepuasan.

2) Apabila suatu unit tingkah laku telah siap digunakan namun tidak
digunakan maka akan menimbulkan ketidakpuasan (kerugian) dan
menimbulkan respon yang lain untuk mengurangi atau meniadakan
ketidakpuasan itu.

3) Apabila suatu unit tingkah laku belum siap tetapi dipaksakan untuk
digunakan maka akibatnya juga kerugian.

2
b. Law of Exercise (Hukum Latihan)

Koneksi antara kondisi dan tindakan akan menjadi kuat karena latihan dan
akan menjadi lemah karena kurang latihan. Dalam belajar, pelajar perlu
mengulang-ulang bahan pelajaran. Semakin sering suatu pelajaran diulangi
semakin dikuasai pelajaran tersebut. Hukum ini mengandung dua hal, yaitu;

1) Law of Use (Hukum Kegunaan), sebuah respon terhadap stimulus


memperkuat koneksi keduanya. Respon dalam hal ini adalah
latihan tersebut.

2) Law of Disuse (Hukum Ketidakgunaan), ketika respon tidak


diberikan terhadap stimulus kekuatan koneksinya menjadi
menurun.

c. Law of Effect (Hukum Akibat)


Kegiatan belajar yang memberikan efek hasil belajar yang menyenangkan
(hadiah) cenderung akan diulangi, sedangkan kegiatan belajar yang
memberikan efek hasil belajar yang tidak menyenangkan (hukuman) akan
dihentikan. Dalam pembelajaran hukum ini biasa diterapkan dengan
pemberian reward and punishment.

Selain hukum dasar di atas, ada lima hukum tambahan, yaitu :

1. Hukum Reaksi Bervariasi (Multiple Respons), pada individu diawali oleh


proses trial and error yang menunjukkan adanya bermacam-macam respon
sebelum memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang
dihadapi.

3
2. Hukum Sikap (Attitude), perilaku belajar seseorang tidak hanya
ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja tetapi juga
ditentukan keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi,
sosial, maupun psikomotor.

3. Hukum Aktivitas Berat Sebelah (Prepotency of Element), individu dalam


proses belajar memberikan respon hanya pada stimulus tertentu saja sesuai
dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi (respon selektif).

4. Hukum Respon by Analogy, individu dapat melakukan respon pada situasi


yang belum pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat
menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama
yang pernah dialami.
5. Hukum Perpindahan Asosiasi (Associative Shifting), Proses peralihan dari
situasi yang dikenal ke situasi yang belum dikenal dilakukan secara
bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur lama.
Thorndike dalam teori Koneksionisme juga menyebutkan konsep transfer
of training. Transfer of training yaitu hal yang didapatkan dalam belajar
bisa digunakan untuk menghadapi atau memecahkan hal-hal lain yang
sejenis atau berhubungan maka diperlukanlah usaha agar transfer of
learning dapat terjadi secara optimal.

Selain menambahkan hukum-hukum baru, dalam perjalanan penyampaian


teorinya, Thorndike mengemukakan revisi hukum belajar antara lain:

1. Hukum latihan ditinggalkan karena ditemukan pengulangan saja tidak


cukup untuk memperkuat hubungan stimulus respon, sebaliknya tanpa
pengulanganpun hubungan stimulus respon belum tentu diperlemah.

4
2. Hukum akibat direvisi, bahwa yang berakibat positif untuk perubahan
tingkah laku adalah hadiah, sedangkan hukuman tidak berakibat apa-apa.

3. Syarat utama terjadinya hubungan stimulus dan respon bukan kedekatan,


tetapi adanya saling sesuai antara stimulus dan respon.

4. Akibat suatu perbuatan dapat menular baik pada bidang lain maupun pada
individu lain.

C. Teori Koneksionisme dalam Bidang Pendidikan


Menurut Thorndike dengan Teori Koneksionisme nya, praktek mendidik
haruslah dipelajari secara ilmiah.ada aturan yang dibuat Thorndike mengenai hal
ini:

a. Perhatikan situasi murid

b. Perhatikan respon apa yang hendak dikenakan kesituasi tersebut

c. Ciptakan hubungan tersebut dengan sengaja, jangan mengharap hubungan


terjadi dengan sendirinya

d. Situasi – situasi lain yang sama jangan dihubungkan,sekiranya dapat


memutuskan hubungan tersebut

e. Bila hendak menciptakan hubungan tertentu tersebut,jangan buat


hubungan – hubungan lain yang sejenis

f. Buat hubungan tersebut sedemikian rupa sehingga nanti dapat perbuatan


nyata

5
g. Ciptakan suasana tersebut ssedemikian rupa sehingga sama dengan apa
yang nanti diperlukan dalam hidup sehari – hari.

D. Implikasi Teori Koneksionisme dalam Pendidikan

a. Sesuai dengan teorinya, menurut Thorndike suatu sekolah harus


mempunyai tujuan tujuan pendidikannya yang dirumuskannya dengan
jelas

b. Tujuan pendidikan tersebut harus masih dalam jangkauan kemampuan


murid

c. Harus terbagi bagi menurut unit- unit sehingga guru dapat


memanipulasikan menurut bermacam – macam situasi misalnya situasi
yang menyenangkan,tidak menyenangkan dan sebagainya

d. Proses belajar harus bertahap dari yang sederhana sampai ke yang


kompleks

e. Motivasi tidak perlu ditimbulkan , kecuali dalam hubungan menentukan


“apa yang menyenangkan bagi murid “ ,oleh karena tingkah laku murid
ditentukan oleh “ external rewards” dan bukan oleh instric motivation “

f. Tekanan pendidikan adalah perhatian kepada pelaksana respon – respon


yang benar terhadap stimuli

g. Respon – respon yang salah harus segera diperbaiki agar tidak diperkuat
melalui ulangan – ulangan

6
h. Ulangan – ulangan yang teratur perlu, karena dapat merupakan umpan
balik bagi guru apakah belajar berjalan sesuai dengan tujuan

i. Bila murid belajar dengan baik,segera diberi reward,bila murid berbuat


salah harus segera ditegur/diperbaiki

j. Buat situasi belajar mirip dengan kehidupan sebenarnya sebanyak


mungkin, sehingga dapat terjadi transfer dari kelas ke lingkunggan
kehidupan nyata.

k. Memberikan masalah yg sulit kepada murid tidak akan meningkatkan


kemampuan anak dalam memecahkan persoalan-persoalannya.

l. Tetapi memberikan pelajaran di sekolah pada murid sehingga murid dapat


menggunakannya di luar sekolah, dalam kehidupan sehari-hari, itulah
pendidikan yang baik.

7
BAB III
PENUTUP

SIMPULAN
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-
asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut Stimulus (S) dengan Respon (R).
Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk
mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon adalah
sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Eksperimen
Thorndike menggunakan hewan-hewan terutama, kucing untuk mengetahui
fenomena-fenomena belajar. Teorinya dikenal sebagai Koneksionisme (pertautan,
pertalian) karena dia berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses “stamping in”
(diingat), forming, hubungan antara Stimulus dan Respons.

Dari hasil percobaan yang dilakukan Thorndike pada seekor kucing. Thorndike
merumuskan hukum-hukum sebagai berikut:

1. Law of Readiness (Hukum Kesiapan)

2. Law of Exercise (Hukum Latihan)

3. Law of Effect (Hukum Akibat)


Sesuai dengan teorinya, menurut Thorndike suatu sekolah harus mempunyai
tujuan tujuan pendidikannya yang dirumuskannya dengan jelas. Tujuan pendidikan
tersebut harus masih dalam jangkauan kemampuan murid. Harus terbagi bagi
menurut unit- unit sehingga guru dapat memanipulasikan menurut bermacam –
macam situasi misalnya situasi yang menyenangkan,tidak menyenangkan dan
sebagainya

8
DAFTAR PUSTAKA
Ali Zahidin, M., Mulyaningsih, Indrya. 2016. “Teori Koneksionisme Dalam
Pembelajaran Bahasa Kedua Anak Usia Dini” dalam Journal Indonesian
Language Education and Literature Vol.1, No. 2

Abraham, Gun. 2020. “Teori Koneksionisme Edward Lee Thorndike (1874 – 1949)”.
https://www.gunabraham.com/teori-edward-lee-thorndike. (Diakses pada 21
Oktober 2020 jam 10.30 WIB).

Thioumboh, 2016. “Makalah (Teori Koneksionisme & Classical Conditioning)”.


https://thioumboh.wordpress.com/2016/10/02/blog-post-title-2/. (Diakses pada
21 Oktober 2020 jam 10.00 WIB).

Anda mungkin juga menyukai