DOSEN PENGAMPU:
WIDI SYAFTINENTIAS, M.Pd
OLEH :
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat limpahan karuniaNya
kami dapat menyelesaikan makalah ini yaitu tentang teori kognitif dan konstruktivisme
dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas matakuliah pengantar pendidikan. Selain
itu, makalah ini bertujuan untuk manambah wawasan tentang manusia dan pendidikan.
Penulis berterimakasih kepada ibu Widi Syaftinentias, M.Pd selaku dosen
pengantar pendidikan.Ucapan terimakasih juga di sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANT..................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan ............................................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teori belajar konstruktivisme.........................................................................2
A. Pengertian teori konstruktivisme..................................................................3
B. Ciri dan prinsip teori belajar konstruktivisme..............................................3
C. Kelebihan dan kelemahan teori belajar konstruktivisme..............................4
2.2 Teori belajar kognitif.......................................................................................6
A. Pengertian teori belajar kognitif...................................................................7
B. Tahapan-tahapan perkembangan kognitif menurut Jean Piaget...................7
C. Implikasi teori kognitif dalam pembelajaran................................................8
2.3 Perbedaan antara teori belajar konstruktivisme dan kognitif.........................9
2.4 Aplikasi teori konstruktivisme.......................................................................10
2.5 Aplikasi teori konstruktivisme.......................................................................11
2.6 Aplikasi teori konstruktivisme dan kognitif...................................................11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................12
3.2 Saran...............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sampai saat ini, banyak orang yang mencari-cari teori belajar dan pembelajaran
yang tepat agar bisa mendapat hasil yang optimal. Orang-orang zaman dahulu sampai
sekarang masih mencoba metode dan teori pembelajaran yang baik dan tepat. Ketika teori
pembelajaran satu tidak lagi memberikan hasil yang memuaskan, maka teori pembelajaran
klasik tidak lagi sesuaidengan perkembangan belajar manusia maka orang akan beralih
pada teori pembelajaran modern (kontemporer) yang dianggap mampu menampung
potensi manusia saat ini.
Manusia memang terus berkembang dan memiliki rasa ingin tahu yang kuat. Teori
pembelajaran yang dahulu sudah ada terus berkembang sampaisaat ini dan akan terus
berkembangn di masa yang akan datan. Kalau dahulu kita mengenal teori behavioristik
sebagai teori yang cocok untuk pembelajaran, maka saat ini teori tersebut di pandang
sebagai metode yang kurang cocok lagi untuk dikembangkan untuk anak didik di sekolah.
Hal ini karena proses pembelajaran sudah semakin meningkat sering perkambangan
teknologi dan informasi yang mengubah konsepsi dan cara berfikir belajar manusia.
Pembelajaran dengan teori konstrukvisme merupakan metode pembelajaran bahwa
pengetahuan tidak di transfer dari guru kepada siswa, namun dibangun sendiri oleh siswa.
Dengan kata lain, teori konstruktivisme menekankan bahwa pengentahuan adalah buatan
kita sendiri. Pengentahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia
kenyataan yang ada. Pengetaghuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui
kegiatan individu dengan membuat struktur, ketegori, konsep dan skema yang diperlukan
untuk membentuk pengentahuan tersebut.
Sedangkan teori belajar kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan
proses belajar. Kognitif adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa
mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga, dan menilai. Dengan kata
lain, kognitif menuju kepada konsep tentang pengenalan. Teori kognitif menyataka bahwa
proses belajar terjadi karena ada variabel penghalang pada aspek-aspek kognitif seseorang.
1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi teori belajar konstruktivisme dan kognitif.
2. Mengetahui perbedaan teori belajar konstruktivisme dan kognitif.
3. Mengetahui bagaimana aplikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran.
4. Mengetahui bagaimana aplikasi teori kognitif dalam pembelajaran.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang kita dapat dari penelitian ini adalah kita dapat mengetahui
apa pengertian teori konstruktivisme dan kognitif dan bagamana aplikasi kedua teori ini
dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
Sehubung dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan
dlam teori belajar konstruktivisme berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam
konstruksi pengentahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingnya membuat kaitan
antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara
gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip
utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme. Pertama, pengetahuan
tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua,
fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu perorganisasian melalui pengamanan nyata
yang dimiliki anak.
2
Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak
secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu
pengentahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4)
mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu
didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari
suatu meteri yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi
terjadinya proses belajar tersebut.
3
11. Menekankan pentingnya “bagaimana siswa belajar”.
12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi
dengan siswa lain dan guru.
13. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif.
14. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata.
15. Menekankan pentingnyakonteks dalam belajar.
16. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar.
17. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun dan pemahaman
baru yang didasarkan pada pengalaman nayat.
4
fenomena yang menantang siswa. Pembelajaran konstruktivisme
memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini
dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi
tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasanpada saat
yang tepat.
• Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan
kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong
untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai
konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya
memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar. Murid
yang belajar secara konstruktivisme diberi peluang untuk membina
sendiri kefahaman mereka tentang sesuatu. Ini menjadikan mereka
lebih yakin kepada diri sendiri dan berani menghadapi dan
menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
• Pembelajaran Konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan
perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta
memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan
gagasan mereka. Kefahaman murid tentang sesuatu konsep dan idea
lebih jelas apabila mereka terlibat secara langsung dalam pembinaan
pengetahuan baru. Seorang murid yang memahami apa yang
dipelajari akan dapat mengaplikasikan pengetahuan yang baru dalam
kehidupan dan situasi baru.
• Pembelajaran Konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang
kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling
menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang
benar.
• Murid yang berkemahiran sosial boleh bekerjasama dengan orang lain
dalam menghadapi sebarang cabaran dan masalah. Kemahiran sosial
ini diperoleh apabila murid berinteraksi dengan rakan-rakan dan guru
dalam membina pengetahuan mereka.
5
seperti bejana yang masih kosong perlu diisi oleh ilmu pengetahuan
yang dimiliki guru. Guru merasa dengan menggunakan model
tradisional saja bisa mendapatkann nilai yanng tinggi, sehingga
tidak perlu menggunakan model pembelajaran lainnya.
• Guru berpikir bahwa pembelajaran konstruktivisme memerlukan
lebih banyak waktu. Proses pembelajaran konstruktivisme ingin
membuat siswa menjadi aktif, hal in terkadang juga terkendala
dengan kemampuan kognitif siswa. Beban mengajar guru sudah
terlalu banyak.
• Belum adanya alat-alat laboratorium yang cukup memadai untuk
jumlah siswa yang besar. Kebanyakan sekolahan masih terbatas
dalam menyediakan fasilitas guna mendukung pembelajaran
konstruktivisme. Sarana dan prasarana kurang mendukug
pembelajaran model konstruktivisme.
• Terlalu banyak bidang studi yang harus dipelajari dalam kurikulum.
Masih ada banyak guru yang mengajar diluar bidang studi sesuai
kualifikasinya. Sehingga penguasaan materi oleh guru kurang
memadai.
Suatu konsep yang penting dalam psikologi Gestalt adalah tentang “insight”, yaitu
pengamatan/pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian di
dalam suatu situasi permasalahan. Insight itu sering dihubungkan dengan pernyataan
spontan “aha” atau “oh, see-now”.
Kohler (1927) menemukan tumbuhnya insight pada seekor simpanse dengan
menghadapkan simpanse pada masalah bagaimana memperoleh pisang yang terletak diluar
kurungan atau tergantung diatas kurungan. Dalam eksperimen itu kohler mengamati bahwa
simpanse dapat memecahkan masalah secara mendadak, kadangkala gagal meraih pisang,
kadangkala gagal meraih pisang, kadangkala duduk merenungkan masalah, dan kemudian
secara tiba-tiba menemukan pemecahan masalah.
Wertheimer menjadi orang yang-mula menghubungkan pekerjaannya dengan proses
belajar dio kelas. Dari pengamatannya itu ia menyesalkan penggunaan metode menghafal
di sekolah dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian, bukan hafalan
akademis.
Menurut pandangan Gestaltis, semua kegiatan belajar (baik pada simpanse maupun pada
manusia) menggunakan insight atau pemahaman terhadap hubungan-hubungan, terutama
hubungan antara bagian dan keseluruhan. Menurut psikologi gestalt, tingkat kejelasan atau
keberartian dari apa yang di amati dalam belajar adalah lebih meningkatkan belajar
seseorang dari pada hukuman dan ganjaran.
6
A. Pengertian teori belajar kognitif
Istilah “cognitive” berasal dari kata kognition artinya adalah pengertian,
mengerti. Pengertian yang luas cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, kemudian istilah
kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia atau satu
konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap
perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan,
memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan
maslah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berfikir dan keyakinan.
Belajar kognitif adalah belajar dengan tujuan membangun struktur kognitif
siswa. Belajar kognitif terkait dengan pemrosesan informasi dalam benak siswa.
Informasi yang diproses oleh otak pembelajaran berupa pengetahuan yang dapat
berupa konsep, prosedur dan prinsip-prinsip. Teori belajar kognitif berbeda dengan
teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif ini lebih mementingkan proses
belajar dari hasil belajarnya. Model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori
belajar yang sering disebut sebagai model perseptual. Model belajar kognitif
mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari situasi saling
berhubungan dengan seluruh konteks tersebut. Memisah-misahkan atau membagi
bagi situasi atau materi pelajaran menjadi komponen kompenen yang kecil kecil
dan mempelajari secara terpisah pisah akan kehilangan makna.
Teori belajar menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu
proses genetik yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis
perkembangan sistem syaraf. dengan makin bertambahnya umur seseorang makin
komplekslah susunan syaraf dan makin meningkat pula kemampuannya.
7
b) Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun).
Individu mulai melukiskan dunia melalui tingkah laku dan kata-kata. Tetapi
belum mampu untuk melakukan operasi, yaitu melakukan tindakan mental
yang di internalisasikan atau melakukan tindakan mental terhadap apa yang
dilakukan sebelumnya secara fisik. Pada usia ini individu mulai memiliki
kecakapan motorikuntuk melakukan sesuatu dari apa yang dilihat dan
didengar, tetapi belum mampu memahami secara mental (makna atau
hakekat) terhadap apa yang dilakuaknnya tersebut.
c) Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun).
Individu mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian yang bersifat
konkret. Individu sudah dapat membedakan benda yang sama dalam kondisi
yang berbeda.
d) Tahap operasional formal (11 tahun ke atas).
Sementara Salvin menjelaskan bahwa pada operasional formal terjadi
padausia 11 sampai dewasa awal. Pada masa ini individu mulai memasuki
dunia “kemungkinan” dari dunia yang sebenarnya atau individu mengalami
perkembangan penalaran abstrak. Individu dapat berpikir secara abstrak,
lebih logis dan idealis.
8
2.3 Perbedaan antara konstruktivisme dan kognitif
Pada dasarnya perbedaan yang menonjol dari teori konstruktivisme dan kognitif
adalah teori konstruktivisme lebih menekan pada aspek kemampuan siswa untuk
membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman-pengalaman nyata di lapangan.
Sedangkangan teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses tauupaya untuk
mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain.
Berikut adalah tabel yang menunjukkan perbedaan antara kedua terori belajar
tersebut meliputi kelebihan dan kelemahan masing masing dari kedua teori tersebut.
9
Karena kedua teori belajar tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-
masing, maka pemahaman dan penggunaan keduanya secara tepat akan membuat
pembelajaran yang dilakukan oleh guru kepada siswa akan lebih efektif. Kedua teori
belajar tersebut saling melengkapi.
10
2. 5 Aplikasi Teori Kognitif dalam Pembelajaran
Aplikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam Pembelajaran adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena ituguru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikiranak.
2. Anak-anak dapat belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungandengan
baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi denganlingkungan sebaik-
baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing bagi
anak.
4. Berikan peluang kepada anak, agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas hendaknya anak diberi kesempatan untuk saling berbicara
dandiskusi dengan teman-temannya.
Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara efektif sangat
penting. Sebab objek utamanya tentu siswa, bagaimana keberhasilan dalam pembelajaran
merupakan hal utama yang tentu saja siswalah yang lebih tahu bagaimana cara
mengembangkan daya pikir dalam menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan
guru. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan
pengetahuan baru dengan stuktur kognitif yang telah dimiliki siswa (C. Asri, 2004: 51).
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
a. Teori konstruktivisme adalah bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau
kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
b. Teori kognitif adalah potensi intelektual yang terdiri dari tahapan pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisa, sintesa, evaluasi. Kognitif berarti persoalanyang
mengangkat kemampuan untuk mengembangkan kemamppuan rasional (akal).
c. Aplikasi kedua teori tersebut lebih menekankan kepada bagaimana siswa ituaktif
untuk membangun pengetahuannya sendiri, guru hanya sebagai motivator dan
fasilitator untuk siswa.
3.2 Saran
Penulis berharap agar makalah ini dapat berguna dalam pembelajaran dikelas, dan
penulis berharap pula agar pembaca bisa menyempurnakan makalah ini agar bisa menjadi
pedoman kepada guru dalam melakukan pembelajaran di kelas.
12
DAFTAR PUSTAKA
Agus N. Cahyo. 2013. Panduan aplikasi teori-teori belajar mengajar. Jogjakarka. DIVA
press.
https://www.academia.edu/6910354/Teori_Konstruktivisme_dan_kognitif
https://id.scribd.com/doc/192439173/TUGAS-MAKALAH-TEORI-KOGNITIF-pdf
http://rinades123.blogspot.com/2016/10/makalah-teori-belajar-kognitif.html?m=1
13