Anda di halaman 1dari 16

TEORI BELAJAR

KOGNITIF DAN KONSTRUKTIVISME

DOSEN PENGAMPU:
WIDI SYAFTINENTIAS, M.Pd

OLEH :

Legen Dinda Firdian.S : 21.103.117.203.017

Puja Arismawati : 21.103.117.203.013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) INSAN MADANI AIRMOLEK
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat limpahan karuniaNya
kami dapat menyelesaikan makalah ini yaitu tentang teori kognitif dan konstruktivisme
dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas matakuliah pengantar pendidikan. Selain
itu, makalah ini bertujuan untuk manambah wawasan tentang manusia dan pendidikan.
Penulis berterimakasih kepada ibu Widi Syaftinentias, M.Pd selaku dosen
pengantar pendidikan.Ucapan terimakasih juga di sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Air Molek, 27 februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANT..................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan ............................................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teori belajar konstruktivisme.........................................................................2
A. Pengertian teori konstruktivisme..................................................................3
B. Ciri dan prinsip teori belajar konstruktivisme..............................................3
C. Kelebihan dan kelemahan teori belajar konstruktivisme..............................4
2.2 Teori belajar kognitif.......................................................................................6
A. Pengertian teori belajar kognitif...................................................................7
B. Tahapan-tahapan perkembangan kognitif menurut Jean Piaget...................7
C. Implikasi teori kognitif dalam pembelajaran................................................8
2.3 Perbedaan antara teori belajar konstruktivisme dan kognitif.........................9
2.4 Aplikasi teori konstruktivisme.......................................................................10
2.5 Aplikasi teori konstruktivisme.......................................................................11
2.6 Aplikasi teori konstruktivisme dan kognitif...................................................11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................12
3.2 Saran...............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sampai saat ini, banyak orang yang mencari-cari teori belajar dan pembelajaran
yang tepat agar bisa mendapat hasil yang optimal. Orang-orang zaman dahulu sampai
sekarang masih mencoba metode dan teori pembelajaran yang baik dan tepat. Ketika teori
pembelajaran satu tidak lagi memberikan hasil yang memuaskan, maka teori pembelajaran
klasik tidak lagi sesuaidengan perkembangan belajar manusia maka orang akan beralih
pada teori pembelajaran modern (kontemporer) yang dianggap mampu menampung
potensi manusia saat ini.
Manusia memang terus berkembang dan memiliki rasa ingin tahu yang kuat. Teori
pembelajaran yang dahulu sudah ada terus berkembang sampaisaat ini dan akan terus
berkembangn di masa yang akan datan. Kalau dahulu kita mengenal teori behavioristik
sebagai teori yang cocok untuk pembelajaran, maka saat ini teori tersebut di pandang
sebagai metode yang kurang cocok lagi untuk dikembangkan untuk anak didik di sekolah.
Hal ini karena proses pembelajaran sudah semakin meningkat sering perkambangan
teknologi dan informasi yang mengubah konsepsi dan cara berfikir belajar manusia.
Pembelajaran dengan teori konstrukvisme merupakan metode pembelajaran bahwa
pengetahuan tidak di transfer dari guru kepada siswa, namun dibangun sendiri oleh siswa.
Dengan kata lain, teori konstruktivisme menekankan bahwa pengentahuan adalah buatan
kita sendiri. Pengentahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia
kenyataan yang ada. Pengetaghuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui
kegiatan individu dengan membuat struktur, ketegori, konsep dan skema yang diperlukan
untuk membentuk pengentahuan tersebut.
Sedangkan teori belajar kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan
proses belajar. Kognitif adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa
mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga, dan menilai. Dengan kata
lain, kognitif menuju kepada konsep tentang pengenalan. Teori kognitif menyataka bahwa
proses belajar terjadi karena ada variabel penghalang pada aspek-aspek kognitif seseorang.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa definisi teori belajar konstruktivisme dan kognitif.
2. Mengetahui perbedaan teori belajar konstruktivisme dan kognitif.
3. Mengetahui bagaimana aplikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran.
4. Mengetahui bagaimana aplikasi teori kognitif dalam pembelajaran.

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi teori belajar konstruktivisme dan kognitif.
2. Mengetahui perbedaan teori belajar konstruktivisme dan kognitif.
3. Mengetahui bagaimana aplikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran.
4. Mengetahui bagaimana aplikasi teori kognitif dalam pembelajaran.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang kita dapat dari penelitian ini adalah kita dapat mengetahui
apa pengertian teori konstruktivisme dan kognitif dan bagamana aplikasi kedua teori ini
dalam pembelajaran.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori belajar konstruktivisme

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme,


pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa.
Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya
berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak
diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan
sesuai dengan kehendak guru.

Sehubung dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan
dlam teori belajar konstruktivisme berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam
konstruksi pengentahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingnya membuat kaitan
antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara
gagasan dengan informasi baru yang diterima.

Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip
utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme. Pertama, pengetahuan
tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua,
fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu perorganisasian melalui pengamanan nyata
yang dimiliki anak.

2
Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak
secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu
pengentahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4)
mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu
didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari
suatu meteri yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi
terjadinya proses belajar tersebut.

A. Pengertian teori belajar konstruktivisme

Konstruksi berarti bersifat membangun. Dalam konteks filsafat pendidikan,


konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang
berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan
yang menekankan bahwa pengetahuan adalah buatan kita sendir. Pengetahuan
bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambarn dari dunia kenyataan yang ada.
Pengetahuan merupaka hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan individu
dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk
membentuk pengetahuan tersebut.

Belajar menurut konstruktivisme adalah suatu proses mengasimilasikan dan


mengaitkan pengalaman atau pelajaran yang di pelajari dengan pengertian yang
sudah dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan. Paham
konstruktivisme memandang bahwa subjek belajar mempunyai potensi dan
karakternya masing-masing yang mesti dibentuk sendiri dan dikembangkan sesuai
dengan langkah-langkah yang mandiri. Hal ini kemudian munculkan teori
pembalajaran yang kemudian disebut sebagai pembelajaran kontemporer.

B. Ciri dan prinsip teori belajar konstruktivisme


Ciri-ciri pembelajaran secara konstruktivisme adalah sebagai berikut, sebagaimana
dijelaskan oleh Asrori, (2007):
1. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar.
2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiati belajar pada siswa.
3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai.
4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukab menekankan
pada hasil.
5. Mendorong siswa untuk mampu melkauka penyelidikan.
6. Menghargai peranan pengalaman krisis dalam belajar.
7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa.
8. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa.
9. Mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip teori kognitif.
10. Banyak menggunakan termonologi kognitif untuk menjelaskan proses
pembelajaran, seperti: prediksi, inferensi, kreasi, dan analisis.

3
11. Menekankan pentingnya “bagaimana siswa belajar”.
12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi
dengan siswa lain dan guru.
13. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif.
14. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata.
15. Menekankan pentingnyakonteks dalam belajar.
16. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar.
17. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun dan pemahaman
baru yang didasarkan pada pengalaman nayat.

Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar-


mengajar adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.


2. Penegtahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya
dengan keaktifan murud sendiri untuk menalar.
3. Murud aktif mengonstruksi secara terus menerus sehingga selalu menjadi
perubahan konsep ilmiah.
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
konstruksi berjalan lancar.
5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
7. Mencari dan menilai pendapat siswa.
8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

C. Kelebihan dan kelemahan teori konstruktivisme


1. Kelebihan teori konstruktivisme
Teori konstruktivisme ini memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimilii
oleh teori pembelajaran lain. Di antara beberapa kelebihan tersebut dan
sebagai berikut.
• Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan
menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan
temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang
gagasannya.
• pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman
yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau
rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar
siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan
memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa
terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang

4
fenomena yang menantang siswa. Pembelajaran konstruktivisme
memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini
dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi
tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasanpada saat
yang tepat.
• Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan
kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong
untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai
konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya
memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar. Murid
yang belajar secara konstruktivisme diberi peluang untuk membina
sendiri kefahaman mereka tentang sesuatu. Ini menjadikan mereka
lebih yakin kepada diri sendiri dan berani menghadapi dan
menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
• Pembelajaran Konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan
perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta
memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan
gagasan mereka. Kefahaman murid tentang sesuatu konsep dan idea
lebih jelas apabila mereka terlibat secara langsung dalam pembinaan
pengetahuan baru. Seorang murid yang memahami apa yang
dipelajari akan dapat mengaplikasikan pengetahuan yang baru dalam
kehidupan dan situasi baru.
• Pembelajaran Konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang
kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling
menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang
benar.
• Murid yang berkemahiran sosial boleh bekerjasama dengan orang lain
dalam menghadapi sebarang cabaran dan masalah. Kemahiran sosial
ini diperoleh apabila murid berinteraksi dengan rakan-rakan dan guru
dalam membina pengetahuan mereka.

2. Kelemahan teori konstruktivisme

Model pembelajaran konstruktivisme memiliki beberapa kendala pada


pengaplikasiannya. Ada beberapa kendala yang mungkin timbul dalam
penerapan teori belajar dengan pendekatan konstruktivis yaitu:

• Guru merasa kesulitan memberikan contoh-contoh konkrit dan


realistik dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini guru harus
memiliki kreatifitas yang tinggi dalam menyampaikan materi.
Apalagi dalam hal ini guru sejarah kurang bisa membawa nilai-nilai
masa lalu untuk diterapkan dalam masa sekarang.
• Guru tidak ingin berubah dalam menggunakan model pembelajaran.
Guru merasa nyaman dengan model pembelajaran tradisional, yaitu
model ceramah. Pandangan guru terhadap siswa diibaratkan siswa

5
seperti bejana yang masih kosong perlu diisi oleh ilmu pengetahuan
yang dimiliki guru. Guru merasa dengan menggunakan model
tradisional saja bisa mendapatkann nilai yanng tinggi, sehingga
tidak perlu menggunakan model pembelajaran lainnya.
• Guru berpikir bahwa pembelajaran konstruktivisme memerlukan
lebih banyak waktu. Proses pembelajaran konstruktivisme ingin
membuat siswa menjadi aktif, hal in terkadang juga terkendala
dengan kemampuan kognitif siswa. Beban mengajar guru sudah
terlalu banyak.
• Belum adanya alat-alat laboratorium yang cukup memadai untuk
jumlah siswa yang besar. Kebanyakan sekolahan masih terbatas
dalam menyediakan fasilitas guna mendukung pembelajaran
konstruktivisme. Sarana dan prasarana kurang mendukug
pembelajaran model konstruktivisme.
• Terlalu banyak bidang studi yang harus dipelajari dalam kurikulum.
Masih ada banyak guru yang mengajar diluar bidang studi sesuai
kualifikasinya. Sehingga penguasaan materi oleh guru kurang
memadai.

2.2 Teori belajar kognitif

Suatu konsep yang penting dalam psikologi Gestalt adalah tentang “insight”, yaitu
pengamatan/pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian di
dalam suatu situasi permasalahan. Insight itu sering dihubungkan dengan pernyataan
spontan “aha” atau “oh, see-now”.
Kohler (1927) menemukan tumbuhnya insight pada seekor simpanse dengan
menghadapkan simpanse pada masalah bagaimana memperoleh pisang yang terletak diluar
kurungan atau tergantung diatas kurungan. Dalam eksperimen itu kohler mengamati bahwa
simpanse dapat memecahkan masalah secara mendadak, kadangkala gagal meraih pisang,
kadangkala gagal meraih pisang, kadangkala duduk merenungkan masalah, dan kemudian
secara tiba-tiba menemukan pemecahan masalah.
Wertheimer menjadi orang yang-mula menghubungkan pekerjaannya dengan proses
belajar dio kelas. Dari pengamatannya itu ia menyesalkan penggunaan metode menghafal
di sekolah dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian, bukan hafalan
akademis.
Menurut pandangan Gestaltis, semua kegiatan belajar (baik pada simpanse maupun pada
manusia) menggunakan insight atau pemahaman terhadap hubungan-hubungan, terutama
hubungan antara bagian dan keseluruhan. Menurut psikologi gestalt, tingkat kejelasan atau
keberartian dari apa yang di amati dalam belajar adalah lebih meningkatkan belajar
seseorang dari pada hukuman dan ganjaran.

6
A. Pengertian teori belajar kognitif
Istilah “cognitive” berasal dari kata kognition artinya adalah pengertian,
mengerti. Pengertian yang luas cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, kemudian istilah
kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia atau satu
konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap
perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan,
memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan
maslah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berfikir dan keyakinan.
Belajar kognitif adalah belajar dengan tujuan membangun struktur kognitif
siswa. Belajar kognitif terkait dengan pemrosesan informasi dalam benak siswa.
Informasi yang diproses oleh otak pembelajaran berupa pengetahuan yang dapat
berupa konsep, prosedur dan prinsip-prinsip. Teori belajar kognitif berbeda dengan
teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif ini lebih mementingkan proses
belajar dari hasil belajarnya. Model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori
belajar yang sering disebut sebagai model perseptual. Model belajar kognitif
mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari situasi saling
berhubungan dengan seluruh konteks tersebut. Memisah-misahkan atau membagi
bagi situasi atau materi pelajaran menjadi komponen kompenen yang kecil kecil
dan mempelajari secara terpisah pisah akan kehilangan makna.
Teori belajar menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu
proses genetik yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis
perkembangan sistem syaraf. dengan makin bertambahnya umur seseorang makin
komplekslah susunan syaraf dan makin meningkat pula kemampuannya.

B. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piageta.


a) Tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun).
Individu memahami sesuatu atau tentang dunia dengan mengkoordinasikan
pengalaman-pengalaman sensoris, (seperti melihat, dan mendengar) dan
dengan tindakan-tindakan motorik fisik. Dengan kata lain, pada usia ini
individu dalam memahami sesuatu yang berada di luar dirinya melalui
gerakan, suara atau tindakan yang dapat diamati atau dirasakan oleh alat
inderanya. Selanjutnya sedikit demi sedikit individu mengembangkan
kemampuannya untuk membedakan dirinya dengan benda benda lain.

7
b) Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun).
Individu mulai melukiskan dunia melalui tingkah laku dan kata-kata. Tetapi
belum mampu untuk melakukan operasi, yaitu melakukan tindakan mental
yang di internalisasikan atau melakukan tindakan mental terhadap apa yang
dilakukan sebelumnya secara fisik. Pada usia ini individu mulai memiliki
kecakapan motorikuntuk melakukan sesuatu dari apa yang dilihat dan
didengar, tetapi belum mampu memahami secara mental (makna atau
hakekat) terhadap apa yang dilakuaknnya tersebut.
c) Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun).
Individu mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian yang bersifat
konkret. Individu sudah dapat membedakan benda yang sama dalam kondisi
yang berbeda.
d) Tahap operasional formal (11 tahun ke atas).
Sementara Salvin menjelaskan bahwa pada operasional formal terjadi
padausia 11 sampai dewasa awal. Pada masa ini individu mulai memasuki
dunia “kemungkinan” dari dunia yang sebenarnya atau individu mengalami
perkembangan penalaran abstrak. Individu dapat berpikir secara abstrak,
lebih logis dan idealis.

C. Implikasi Teori Kognitif Piaget dalam Pembelajaran


a. Bahan yang dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
b. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
c. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara
dan diskusi dengan teman-temanya.
d. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena
itu,guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berfikir; dan.
e. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sebaik- baiknya.

8
2.3 Perbedaan antara konstruktivisme dan kognitif
Pada dasarnya perbedaan yang menonjol dari teori konstruktivisme dan kognitif
adalah teori konstruktivisme lebih menekan pada aspek kemampuan siswa untuk
membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman-pengalaman nyata di lapangan.
Sedangkangan teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses tauupaya untuk
mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain.
Berikut adalah tabel yang menunjukkan perbedaan antara kedua terori belajar
tersebut meliputi kelebihan dan kelemahan masing masing dari kedua teori tersebut.

Perbedaan teori belajar konstruktivisme dan teori belajar kognitif


Aspek Konstruktivisme Kognitif
Tokoh Schuman (1996), Merril (1991),
Smorsgandord (1997), Gagne, Bloom, Jean Piaget, Lev Vygotski
Clark.
Dasar pemikiran Pengetahuan dibangun secara aktif. Proses berfikir dibalik
tingkah laku
Kelebihan Siswa di ajak untuk memahami dan Penerapan teori kognitif
menafsirkan kenyataan dan bertujuan untuk melatih
pengalaman yang berbeda, agar siswa agar mampu
mereka lebih mampu menyelesaikan mengerjakan tugas dengan
masalah dalam kehiduoan nyata. cara yang sama dan
Contoh :bila siswa dapat konsisten. Contoh: cara
menyelesaikan masalah dengan belajar siswa berbeda-beda,
berbagai cara, maka siswa akan terlatih mereka perlu secara rutin
untuk menerapkannya dalam situasi dilatih untuk mencapai cara
yang berbeda ( baru) umum yang tepat.
Kelemahan Dalam keadaan dimana kesepakatan Siswa belajar suatu cara
sangat diutamakan, pemikiran dan menyelesaikan tugas, tetapi
tindakan terbuka dapat menimbulkan cara yang dipilih belum
masalah. Contoh: mengikuti aturan tetntu baik (sesuai).
sekolah tidak dapat ditawar dan Contoh : siswa belajar cara
didiskusikan agar peraturannya dibuat menulis surat dengan cara
berbeda bagi sekelompoksiswa yang sama, perlu
tertentu. Mungkin hal ini merupakan diperhatikan perbedaan
gagasan yang konstruktif tetapi akan selera dalam menulis surat.
sulit dilaksanakan.

9
Karena kedua teori belajar tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-
masing, maka pemahaman dan penggunaan keduanya secara tepat akan membuat
pembelajaran yang dilakukan oleh guru kepada siswa akan lebih efektif. Kedua teori
belajar tersebut saling melengkapi.

2.4 Aplikasi Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran


Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan
pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa belajar.Ia harus aktif melakukan
kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang
dipelajari. Guru memang dapat dan harusmengambil prakarsa untuk menata lingkungan
yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling
menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan istilah
lain, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.
Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki
kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi
dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu meskipun kemampuan
awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya
diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.
Dalam belajar konstruktivistik guru atau pendidik berperan membantuagar proses
pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru hanya membantu siswa
untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut lebih memahami jalan pikiran
atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya
cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemauannya.
Peranan kunci guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian, yang meliputi:
1) Menumbuhkan kemandiriran dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil
keputusan dan bertindak.
2) Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, dengan meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan siswa.
3) Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar siswa
mempunyai peluang optimal untuk berlatih.

10
2. 5 Aplikasi Teori Kognitif dalam Pembelajaran
Aplikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam Pembelajaran adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena ituguru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikiranak.
2. Anak-anak dapat belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungandengan
baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi denganlingkungan sebaik-
baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing bagi
anak.
4. Berikan peluang kepada anak, agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas hendaknya anak diberi kesempatan untuk saling berbicara
dandiskusi dengan teman-temannya.
Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara efektif sangat
penting. Sebab objek utamanya tentu siswa, bagaimana keberhasilan dalam pembelajaran
merupakan hal utama yang tentu saja siswalah yang lebih tahu bagaimana cara
mengembangkan daya pikir dalam menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan
guru. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan
pengetahuan baru dengan stuktur kognitif yang telah dimiliki siswa (C. Asri, 2004: 51).

2.6 Aplikasi Teori Konstruktivisme dan Kognitif dalam Pembelajaran


1. Guru harus membangun karakteristik siswa dengan menggunakan bahasa yang
harus dimengerti oleh siswa itu sendiri.
2. Guru berperan secara aktif memahami jalan pikir siswa atau cara pandang siswa
dalam pembelajaran dan guru harus membantu siswa agar siswadapat berinteraksi
dalam pembelajaran.
3. Guru harus melihat kenyamanan siswa dalam belajar, bukan mendesak siswa agar
harus mengikuti kemauan guru tersebut, dan guru harus memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berdiskusi dengan temannya.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
a. Teori konstruktivisme adalah bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau
kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
b. Teori kognitif adalah potensi intelektual yang terdiri dari tahapan pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisa, sintesa, evaluasi. Kognitif berarti persoalanyang
mengangkat kemampuan untuk mengembangkan kemamppuan rasional (akal).
c. Aplikasi kedua teori tersebut lebih menekankan kepada bagaimana siswa ituaktif
untuk membangun pengetahuannya sendiri, guru hanya sebagai motivator dan
fasilitator untuk siswa.
3.2 Saran
Penulis berharap agar makalah ini dapat berguna dalam pembelajaran dikelas, dan
penulis berharap pula agar pembaca bisa menyempurnakan makalah ini agar bisa menjadi
pedoman kepada guru dalam melakukan pembelajaran di kelas.

12
DAFTAR PUSTAKA

Agus N. Cahyo. 2013. Panduan aplikasi teori-teori belajar mengajar. Jogjakarka. DIVA
press.
https://www.academia.edu/6910354/Teori_Konstruktivisme_dan_kognitif
https://id.scribd.com/doc/192439173/TUGAS-MAKALAH-TEORI-KOGNITIF-pdf
http://rinades123.blogspot.com/2016/10/makalah-teori-belajar-kognitif.html?m=1

13

Anda mungkin juga menyukai