Kelompok 4:
Aqsha Bin Saimom (21202026)
Ridha Surya Alfalah (21202034)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa ilmu dan amal. Atas
berkat Rahmat dan Hidayah-Nya pula, kami dapat menyelesaikan makalah
Perkembangan Peserta Didik dan Teori Belajar dengan judul “Teori Belajar
Konstruktivisme” yang insyallah tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan tuntas
tanpa adanya bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya, khususnya
kepada Ibu Eni Prasetiowati, M. Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik dan Teori Belajar.
Penulis
II
DAFTAR ISI
A. KESIMPULAN
.....................................................................................................10
B. SARAN
....................................................................................................................10
DAFTAR
PUSTAKA ....................................................................................................11
III
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori belajar konstruktivisme?
2. Bagaimana proses pembelajaran teori belajar konstruktivisme?
3. Bagaimana ciri-ciri teori belajar konstruktivisme?
4. Bagaimana pelaksanaan teori belajar konstruktivisme?
5. Apa saja kekurangan dan kelebihan teori belajar konstruktivisme?
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
Pembahasan
3
Tindakan mencipta suatu makna dari apa yang sudah dipelajari seseorang.
2. Shymansky
Aktivitas yang aktif, ketika peserta didik melatih sendiri pengetahuannya,
mencari tahu apa yang sudah dipelajari, dan merupakan proses menyelesaikan
konsep dan ide baru dengan kerangka berpikir sendiri.
3. Karli dan Margareta
Proses belajar yang diawali dengan adanya konflik kognitif, sehingga akhirnya
pengetahuan dibangun sendiri oleh peserta didik lewat pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan sekitarnya.
4. Tobin dan Timmons
Pembelajaran berlandaskan pandangan konstruktivisme yang harus
memperhatikan empat hal, yakni pengetahuan awal seseorang, belajar lewat
pengalaman, interaksi sosial, dan tingkat kepahaman.
5.Samsul Hadi
Sebuah upaya membangun tata susunan hidup berbudaya momodern.
6.Suparno
Konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata)
7. Tran Vui
Suatu filsafat belajar yang dibangun atas pengalaman-pengalaman
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda
dengan teori behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang
bersifat mekanistik antara stimulus dan respon, sedangkan teori konstruktivisme
lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan
pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan
pengalamannya. Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain,
karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya.
Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif dimana terjadi proses
asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk
suatu skema yang baru
Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih
menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai
penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai
penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan
mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai
4
upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan, siswa “mengkonstruksi” atau
membangun pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui dengan
menggunakan pengalaman, struktur kognitif, dan keyakinan yang dimiliki.
Teori belajar konstruktivisme ini dikembangkan dari teori kognitif. Adapun
tujuan penggunaan teori ini adalah sebagai berikut
1. Membantu peserta didik dalam memahami isi dari materi pembelajaran.
2. Mengasah kemampuan peserta didik untuk selalu bertanya dan mencari solusi
atas pertanyaannya.
3. Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap suatu konsep secara
komprehensif.
4. Mendorong peserta didik untuk menjadi pemikir aktif.
Jadi teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang
mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru,
pengertian baru, dan pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu proses
pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu
mendorong siswa untuk mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi
pengetahuan yang bermakna. Teori ini mencerminkan siswa memiliki kebebasan
berpikir yang bersifat eklektik, artinya siswa dapat memanfaatkan teknik belajar
apapun asal tujuan belajar dapat tercapai.
5
Selain itu, Nickson mengatakan bahwa pembelajaran dalam pandangan
konstruktivime adalah membantu siswa untuk membangun konsep-konsep
dalam belajar dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi
sehingga konsep itu terbangun kemabli melalui transformasi informasi untuk
menjadi konsep baru. Konstruk sebagai salah satu paradigma dalam teori
belajar telah banyak mempengaruhi proses belajar. Peran guru bukan pemberi
jawaban akhir atas pertanyaan siswa, melainkan mengarahkan mereka untuk
membentuk pengetahuan
6
3. Strategi siswa lebih bernilai,
· Siswa lebih aktif dalam proses belajar karena fokus belajar mereka pada
proses pengintegrasian pengetahuan baru yang diperoleh dengan
pengalaman/pengetahuan lama yang mereka miliki
7
· Pendekatan konstruktivis memberikan pengalaman belajar yang tidak
terlepas dengan apa yang dialami langsung oleh siswa
1. Pengenalan
2. Pembelajaran kompetensi
3. Pemulihan
4. Pendalaman
5. Pengayaan
8
Bila peserta didik telah menguasai kompetensi secara benar, guru dapat
menilai sejauh mana minat, potensi, dan kebutuhan dalam penguasaan kompetensi
dasar. Apabila peserta didik cukup berminat dan kompetensi dasar telah dikuasai
secara tuntas, tahap pemulihan dapat dilewati dan maju ke tahap berikutnya yaitu
tahap pendalaman. Apabila tahap pendalaman telah dilaksanakan, tedapat
otomatisasi berpikir dan bertindak sebagai perwujudan kompetensi. Selanjutnya,
dapat diberikan tahap pengayaan agar peserta didik memperoleh variasi
pengalaman belajar. Berbagai latihan dapat digunakan untuk mendalami atau
memperkaya kompetensiilaian yang dilakukan menunjukkan apakah suatu
kompetensi telah tuntas dikuasai atau belum. Dari hasil penilaian dapat diketahui
jenis-jenis latihan yang perlu diberikan kepada peserta didik sebagai pemulihan,
pendalaman, dan pengayaan
9
BAB III
Ketika kita berbicara tentang contoh studi kasus terkait teori belajar
konstruktivisme, sebenarnya ada banyak sekali contohnya. Salah satu contohnya,
Seorang guru Biologi mengajak siswanya membuktikan apa benar buah Tin salah
satu buah spesial? Se special apa buah tin, sampai-sampai disebutkan dalam Al-
Quran.
Para siswa pun diajak untuk mengambil mikroskop masing-masing. Agar bisa
menemukan hasilnya. Maka ada dua sampel buah tin.
Sampel 1 : buah tin sudah matang dan dalam kondisi yang baik (layak)
Sampel 2 : Buah tin dalam kondisi berjamur dan lembek seperti busuk.
10
BAB IV
Penutup
A. Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
12