Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK DAN TEORI BELAJAR

DOSEN PENGAMPU: Eni Prasetiowati, M.Pd

Kelompok 4:
Aqsha Bin Saimom (21202026)
Ridha Surya Alfalah (21202034)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
KEDIRI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa ilmu dan amal. Atas
berkat Rahmat dan Hidayah-Nya pula, kami dapat menyelesaikan makalah
Perkembangan Peserta Didik dan Teori Belajar dengan judul “Teori Belajar
Konstruktivisme” yang insyallah tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan tuntas
tanpa adanya bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya, khususnya
kepada Ibu Eni Prasetiowati, M. Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik dan Teori Belajar.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurngan,


Oleh karena itu kritik, saran, serta masukan yang membangun sangat penulis
butuhkan untuk dijadikan pedoman dalam penulisan makalah ke arah yang lebih
baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Kediri, 02 Maret 2022

Penulis

II
DAFTAR ISI

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK........................................................................


KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................
A. Latar Belakang............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................
A. Pengertian Teori Belajar Konstruktivistik...............................................................
B. Proses Pembelajaran Teori Belajar Konstruktivistik.............................................
C. Ciri-Ciri Teori Belajar Konstruktivistik..................................................................
D. Pelaksanaan Teori Belajar Konstruktivistik............................................................
E. Kelebihan dan Kekurangan Teori Konstruktivistik……………………………………9
BAB III CONTOH STUDI KASUS......................................................................................
BAB IV PENUTUP
........................................................................................................10

A. KESIMPULAN
.....................................................................................................10

B. SARAN
....................................................................................................................10

DAFTAR
PUSTAKA ....................................................................................................11

III
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan dikenal beberapa istilah pendekatan pembelajaran


yang sering digunakan oleh pendidik dalam mendesain pembelajaran yakni
teori belajar behaviorisme, konstruktifisme, kognitifisme, , dan humanisme.
Saat ini terdapat beragam inovasi baru di dalam dunia pendidikan terutama
pada proses pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut adalah konstruktivisme.
Pemilihan pendekatan ini lebih dikarenakan agar pembelajaran membuat
siswa antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba
memecahkan persoalannya. Pembelajaran di kelas masih dominan
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berintekrasi langsung kepada benda-benda
konkret. 
Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa
sebelum pembelajaran. Jika tidak demikian, maka seorang pendidik tidak akan
berhasilkan menanamkan konsep yang benar, bahkan dapat memunculkan
sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya untuk
meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses
mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan di mana mungkin
konsepsi itu salah, dan jika ternyata benar maka pendidik harus membantu
siswa dalam mengkonstruk konsepsi tersebut biar lebih matang.
Maka dari permasalahan tersebut, pemakalah tertarik untuk mengetahui
bagaimana sebenarnya hakikat teori belajar konstruktivisme ini bisa
mengembangkan keaktifan siswa dalam mengkonstruk pengetahuannya
sendiri, sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya peserta didik bisa
lebih memaknai pembelajaran karena dihubungkan dengan konsepsi awal
yang dimiliki siswa dan pengalaman yang siswa peroleh dari lingkungan
kehidupannya sehari-hari.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori belajar konstruktivisme?
2. Bagaimana proses pembelajaran teori belajar konstruktivisme?
3. Bagaimana ciri-ciri teori belajar konstruktivisme?
4. Bagaimana pelaksanaan teori belajar konstruktivisme?
5. Apa saja kekurangan dan kelebihan teori belajar konstruktivisme?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari teori belajar konstruktivisme


2. Untuk mengetahui pembelajaran teori belajar konstruktivisme
3. Untuk mengetahui ciri-ciri teori belajar konstruktivisme
4. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan teori belajar
konstruktivisme
5. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan teori belajar
konstruktivisme

2
BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme

Konstruktivisme berasal dari kata konstruktiv dan isme. Konstruktiv berarti


bersifat membina, memperbaiki, dan membangun. Sedangkan Isme dalam kamus
Bahasa Indonesia berarti paham atau aliran. Konstruktivisme merupakan aliran
filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil
konstruksi kita sendiri (von Glaserfeld dalam Suparno 1997:18) Pandangan
konstruktivis dalam pembelajaran mengatakan bahwa anak-anak diberi
kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar secara sadar,
sedangkan guru yang membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih
tinggi (Slavin, 1995). Teori yang melandasi pendekatan konstruktivis dalam yaitu
teori perkembangan kognitif Piaget dan teori perkembangan fungsi mental
Vygotsky. Piaget menyatakan bahwa anak membangun sendiri skemanya serta
membangun konsep-konsep melalui pengalaman pengalamannya.
Teori belajar konstruktivisme ini bertitik tolak daripada teori pembelajaran
Behaviorisme yang didukung oleh B.F Skinner yang mementingkan perubahan
tingkah laku pada pelajar. Pembelajaran dianggap berlaku apabila terdapat
perubahan tingkah laku kepada pelajar, contohnya dari tidak tahu kepada tahu.
Hal ini, kemudiannya beralih kepada teori pembelajaran Kognitivisme yang
diperkenalkan oleh Jean Piaget di mana ide utama pandangan ini adalah mental.
Semua dalam diri individu diwakili melalui struktur mental dikenal sebagai skema
yang akan menentukan bagaimana data dan informasi yang diterima, difahami
oleh manusia. Jika ide tersebut sesuai dengan skema, ide ini akan diterima begitu
juga sebaliknya dan seterusnya lahirlah teori pembelajaran Konstruktivisme yang
merupakan pandangan terbaru di mana pengetahuan akan dibangun sendiri oleh
pelajar berdasarkan pengetahuan yang ada pada mereka. Makna pengetahuan,
sifat-sifat pengetahuan dan bagaimana seseorang menjadi tahu dan
berpengetahuan, menjadi perhatian penting bagi aliran konstruktivisme.

Berikut pengertian teori Konstruktivisme menurut para ahli :


1. Hill

3
Tindakan mencipta suatu makna dari apa yang sudah dipelajari seseorang.
2. Shymansky
Aktivitas yang aktif, ketika peserta didik melatih sendiri pengetahuannya,
mencari tahu apa yang sudah dipelajari, dan merupakan proses menyelesaikan
konsep dan ide baru dengan kerangka berpikir sendiri.
3. Karli dan Margareta
Proses belajar yang diawali dengan adanya konflik kognitif, sehingga akhirnya
pengetahuan dibangun sendiri oleh peserta didik lewat pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan sekitarnya.
4. Tobin dan Timmons
Pembelajaran berlandaskan pandangan konstruktivisme yang harus
memperhatikan empat hal, yakni pengetahuan awal seseorang, belajar lewat
pengalaman, interaksi sosial, dan tingkat kepahaman.
5.Samsul Hadi
Sebuah upaya membangun tata susunan hidup berbudaya momodern.
6.Suparno
Konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata)
7. Tran Vui
Suatu filsafat belajar yang dibangun atas pengalaman-pengalaman
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda
dengan teori behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang
bersifat mekanistik antara stimulus dan respon, sedangkan teori konstruktivisme
lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan
pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan
pengalamannya. Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain,
karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya.
Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif dimana terjadi proses
asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk
suatu skema yang baru
Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih
menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai
penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai
penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan
mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai

4
upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan, siswa “mengkonstruksi” atau
membangun pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui dengan
menggunakan pengalaman, struktur kognitif, dan keyakinan yang dimiliki.
Teori belajar konstruktivisme ini dikembangkan dari teori kognitif. Adapun
tujuan penggunaan teori ini adalah sebagai berikut
1. Membantu peserta didik dalam memahami isi dari materi pembelajaran.
2. Mengasah kemampuan peserta didik untuk selalu bertanya dan mencari solusi
atas pertanyaannya.
3. Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap suatu konsep secara
komprehensif.
4. Mendorong peserta didik untuk menjadi pemikir aktif.
Jadi teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang
mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru,
pengertian baru, dan pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu proses
pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu
mendorong siswa untuk mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi
pengetahuan yang bermakna. Teori ini mencerminkan siswa memiliki kebebasan
berpikir yang bersifat eklektik, artinya siswa dapat memanfaatkan teknik belajar
apapun asal tujuan belajar dapat tercapai.

B. Proses Pembelajaran Teori Belajar Konstruktivisme

Dalam hal ini, hakikat pembelajaran menurut teori Konstruktivisme adalah


suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan
proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru
berdasarkan data. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan
dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi
pengalamannya menjadi pengetahuan yang bermakna. Jadi, dalam
konstruktivisme ini sangat penting peran siswa untuk membangun
constructive habits of mind. Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir, maka
dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar. Teori belajar yang mencerminkan
siswa memiliki kebebasan artinya siswa dapat memanfaatkan teknik belajar
apa pun asal tujuan belajar dapat tercapai.

5
Selain itu, Nickson mengatakan bahwa pembelajaran dalam pandangan
konstruktivime adalah membantu siswa untuk membangun konsep-konsep
dalam belajar dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi
sehingga konsep itu terbangun kemabli melalui transformasi informasi untuk
menjadi konsep baru. Konstruk sebagai salah satu paradigma dalam teori
belajar telah banyak mempengaruhi proses belajar. Peran guru bukan pemberi
jawaban akhir atas pertanyaan siswa, melainkan mengarahkan mereka untuk
membentuk pengetahuan

Sehubungan dengan hal di atas, Tasker mengemukakan tiga penekanan


dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran
aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua
adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian
secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi
baru yang diterima.

Wheatley mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip


utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama,
pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur
kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu
pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.

Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan


anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan
pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya.

Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam


teori belajar konstruktivisme, Hanbury mengemukakan sejumlah aspek dalam
kaitannya dengan pembelajaran, yaitu:

1. Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang


mereka miliki,

2. Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti,

6
3. Strategi siswa lebih bernilai,

4. Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar


pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.

C. Ciri-Ciri Teori Belajar Konstruktivisme

Ciri pembelajaran konstruktivisme adalah mengutamakan terbangunnya


pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan
pengetahuan terdahulu dan juga pengalaman belajar yang bermakna.

Ada beberapa ciri-ciri dalam pembelajaran model konstruktivisme, yaitu:

· Mencari tahu dan menghargai titik pandang/pendapat siswa

· Pembelajaran dilakukan atas dasar pengetahuan awal siswa

· Memunculkan masalah yang relevan dengan siswa .

· Menyusun pembelajaran yang menantang dugaan siswa

· Menilai hasil pembelajaran dalam konteks pembelajaran sehari-hari

· Siswa lebih aktif dalam proses belajar karena fokus belajar mereka pada
proses pengintegrasian pengetahuan baru yang diperoleh dengan
pengalaman/pengetahuan lama yang mereka miliki

· Setiap pandangan sangat dihargai dan diperlukan. Siswa didorong untuk


menemukan berbagai kemungkinan dan mensintesiskan secara terintegrasi

· Proses belajar harus mendorong adanya kerjasama, tapi bukan untuk


bersaing. Proses belajar melalui kerjasama memungkinkan siswa untuk
mengingat pelajaran lebih lama

· Kontrol kecepatan, dan fokus pembelajaran ada pada siswa

7
· Pendekatan konstruktivis memberikan pengalaman belajar yang tidak
terlepas dengan apa yang dialami langsung oleh siswa

Dengan demikian, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,


menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide
yang ada. Di dalam mengkonstruksi pengetahuan tersebut, maka siswa harus
memiliki kemampuan awal membuat hipotesis. Siswa juga perlu memiliki
kemampuan untuk menguji hipotesis tersebut, mencari jawaban dari persoalan
yang ditemui, mengadakan renungan, dan mengekspresikan ide serta gagasan,
sehingga diperoleh konstruksi baru.

D. Pelaksanaan Teori Belajar Konstruktivisme

Dalam menerapkan teori kontruktivisme dalam belajar dapat digunakan model


pembelajaran yang melibatkan beberapa tahap, yaitu:

1. Pengenalan

2. Pembelajaran kompetensi

3. Pemulihan

4. Pendalaman

5. Pengayaan

Tahap pengenalan merupakan pemberian hal-hal yang konkrit dan mudah


dengan contoh-contoh sederhana yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Pada
tahap ini, guru perlu mencermati melalui penilaian prakonsep atau kompetensi
awal yang dimiliki peserta didik untuk maju ke tahap berikutnya. Tahap
pembelajaran kompetensi merupakan tahap di mana peserta didik mulai beranjak
dari mengenali kompetensi baru ke menguasai kompetensi dasar. Hasil penilaian
akan menunjukkan apakah peserta didik perlu diberi tahapan pemulihan, yaitu
tahap di mana peserta didik memulihkan prakonsep menjadi suatu
konsep/kompetensi secara benar.

8
Bila peserta didik telah menguasai kompetensi secara benar, guru dapat
menilai sejauh mana minat, potensi, dan kebutuhan dalam penguasaan kompetensi
dasar. Apabila peserta didik cukup berminat dan kompetensi dasar telah dikuasai
secara tuntas, tahap pemulihan dapat dilewati dan maju ke tahap berikutnya yaitu
tahap pendalaman. Apabila tahap pendalaman telah dilaksanakan, tedapat
otomatisasi berpikir dan bertindak sebagai perwujudan kompetensi. Selanjutnya,
dapat diberikan tahap pengayaan agar peserta didik memperoleh variasi
pengalaman belajar. Berbagai latihan dapat digunakan untuk mendalami atau
memperkaya kompetensiilaian yang dilakukan menunjukkan apakah suatu
kompetensi telah tuntas dikuasai atau belum. Dari hasil penilaian dapat diketahui
jenis-jenis latihan yang perlu diberikan kepada peserta didik sebagai pemulihan,
pendalaman, dan pengayaan

E. Kelebihan dan Kekurangan Teori belajar konstruktivisme

a). Kelebihan Teori Konstruktivisme

 Dalam proses membina pengetahuan baru,pembelajar berfikir untuk


menyelesaikan masalah,menjalankan ide-idenya,dan membuat keputusan.
 pembelajarn terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru.
pembelajar lebih paham dan dapat mengaplikasikannya dalam semua
situasi.
 Pembelajar akan lebih memahami keadaan lingkungan sosialnya,yang
diperoleh dari interaksi dengan teman dan guru dalam membina
pengetahuan baru.

b). Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisme

 Peran guru sebagai pendidik kurang mendukungKarena cakupannya lebih


luas,lebih sulit dipahami.
 Teori ini menanamkan supaya siswa membangun pengetahuannya sendiri,
hai ini pasti membutuhkan waktu yang lama. Apalagi untuk siswa yang
malas.
 Kondisi disetiap sekolah pun mempengaruhi keaktifan siswa dalam
membangun pengetahuan yang baru dan keaktifan siswa.

9
BAB III

Contoh Studi Kasus

Ketika kita berbicara tentang contoh studi kasus terkait teori belajar
konstruktivisme, sebenarnya ada banyak sekali contohnya. Salah satu contohnya,
Seorang guru Biologi mengajak siswanya membuktikan apa benar buah Tin salah
satu buah spesial? Se special apa buah tin, sampai-sampai disebutkan dalam Al-
Quran.
Para siswa pun diajak untuk mengambil mikroskop masing-masing. Agar bisa
menemukan hasilnya. Maka ada dua sampel buah tin. 

Sampel 1 : buah tin sudah matang dan dalam kondisi yang baik (layak)

Sampel 2 : Buah tin dalam kondisi berjamur dan lembek seperti busuk. 

Hipotesis : Apakah buah tin mengandung cacing?


Konstruktivisme:
Saat dilakukan uji coba menggunakan mikroskop. Maka para siswapun
melakukan pengecekan.
Hasilnya, sampel 1 dan sampel 2 tidak ditemukan sama sekali cacing. Pada
sampel 2 hanya ditemukan spora jamur saja, dan tidak ditemukan cacing dan
benar-benar bersih. 
Dari hasil teori belajar konstruktivisme di atas, maka para siswa bisa
mengetahui bahwa buah tin memang buah yang special. Karena meski dalam
kondisi busuk sekalipun, buah tin tidak dimakan oleh cacing. 

10
BAB IV
Penutup

A. Kesimpulan

Teori belajar konstruktivisme ini berimplikasi bahwa siswa seharusnya


dipandang sebagai individu yang memiliki potensi yang unik untuk
berkembang, bukan sebagai tong kosong yang hanya menunggu untuk
diisi oleh orang dewasa (guru). Secara praktis, studi ini berimplikasi
bahwa model konstruktivisme dibutuhkan untuk mengembangkan
kecakapan pribadi-sosial siswa dalam mengembangkan potensi kreatifnya
melalui pembelajaran di sekolah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses mengkonstruksi pengetahuan
adalah konstruksi pengetahuan seseorang yang telah ada, domain
pengalaman, dan jaringan struktur kognitif yang dimilikinya. Proses dan
hasil konstruksi pengetahuan yang telah dimiliki seseorang akan menjadi
pembatas konstruksi pengetahuan yang akan datang. Pengalaman akan
fenomena yang baru menjadi unsur penting dalam membentuk dan
mengembangkan pengetahuan. Keterbatasan pengalaman seseorang pada
suatu hal juga akan membatasi pengetahuannya akan hal tersebut.
Pengetahuan yang telah dimiliki orang tersebut akan membentuk suatu
jaringan struktur kognitif dalam dirinya.
B. Saran

Dalam pembelajaran kontruktivisme, kita dapat memberi kesempatan


kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa
sendiri. sehingga siswa menjadi lebih kreatif, aktif, dan imajinatif serta
dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Penulis menyadari kekurangan dari makalah ini sehingga diharapkan
adanya masukan berupa kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan pembuatan makalah ini dan bermanfaat khususnya untuk
penulis dan umumnya untuk pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Azis, Y. A. (2021, Desember 16). Teori Konstruktivisme: Pengertian, Tujuan dan


Contoh. Retrieved from penerbitbukudeepublish.com:
https://penerbitbukudeepublish.com/teori-konstruktivisme/
edukasinfo. (2021, maret 22). Pengertian Teori Belajar Konstruktivistik dan Implikasinya
dalam Kegiatan Pembelajaran. Retrieved from www.edukasinfo.com:
https://www.edukasinfo.com/2021/03/pengertian-teori-belajar.html?m=1
sereliciouz. (2021, mei 7). Teori Belajar Konstruktivisme. Retrieved from quipper.com:
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/teori-belajar-konstruktivisme/
Tanuwidjaja, Y. (2020). TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK. Retrieved from
slideplayer.info: https://slideplayer.info/slide/13424842/

Budiningsih, asri. 2005. Belajar dan pembelajaran. jakarta: PT Rineka Cipta

12

Anda mungkin juga menyukai