Anda di halaman 1dari 15

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVIS

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Matakuliah Strategi Belajar dan


Mengajar Bidang Studi Kelas A

Disusun Oleh Kelompok 5 :

Beby Ayu 200210301034


Indah Lestari 200210301035

Dosen Pengampu

Dr. Retna Ngesti Sedyati, M.P.


Lisana Oktavisanti Mardiyana, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER
2022
KATA PENGANTAR

Puji sukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat, rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyesaikan makalah yang berjudul “Teori Belajar
Konstruktivis” dengan tepat waktu.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi dan melengkapi tugas
matakuliah Ekonomi Moneter yang dibimbing oleh Ibu Lisana Oktavisanti Mardiyana,
S.Pd., M.Pd. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lisana Oktavisanti Mardiyana, S.Pd.,
M.Pd. Selaku dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat diharapkan nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jember, 27 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................................................3
A. Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme ...........................................................3
B. Perspektif-perspektif Dalam Teori Belajar Konstruktivisme .............................3
C. Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik ....................................................4
D. Strategi Dalam Pembelajaran Konstruktivisme....................................................6
E. Implementasi dan Hakikat Teori Belajar Konstruktivisme .................................7
F. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisme ..............................10
BAB 3 PENUTUP ........................................................................................................................11
A Kesimpulan ...........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Meningkatkan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang harus
dilaksanakan secara terus menerus untuk meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar dan berbagai faktor yang berkaitan dengan itu, dengan arah agar tujuan
pendidikan dapat dicapai secara efektif dan lebih efisien. Muara dari peningkatan
mutu tidak lain adalah pencapaian tujuan pendidikan, yang diwujudkan dengan
kemampuan yang utuh pada diri peserta didik. Proses belajar mengajar menempati
posisi yang amat penting dan menentukan. Namun, perlu dicatat bahwa proses
belajar mengajar merupakan suatu interaksi yang bersifat manusiawi antara pendidik
dan peserta didik yang penuh mengandung ketidakpastian.

Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas


manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab
profesional setiap guru. Pengembangan kualitas manusia ini menjadi suatu
keharusan, terutama dalam memasuki era globalisasi dewasa ini, agar generasi muda
kita tidak menjadi korban dari globalisasi itu sendiri. Pendidikan yang berorientasi
pada kualitas ini menghadapi berbagai tantangan yang tidak bisa ditanggulangi
dengan paradigma yang lama. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang
cepat tidak dapat dikejar dengan cara-cara lama yang dipakai dalam sekolah-sekolah
kita.

Teori merupakan hal yang sangat peting dalam kemajuan dunia, tidak
terkecuali di dunia pendidikan. Dalam hal pendidikan teori menempati sangat
strategis, sebab dengan mengembangkan teori maka pengetahuan dan pengalaman
semakin berkembang. Berbicara tentang teori, dalam dunia pendidikan banyak sekali
teori-teori yang cocok untuk mengembangkan dunia pendidikan, salah satunya yaitu
teori konstruktivisme.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Teori Konstruktivisme ?

2. Bagaimana Perspektif-Perspektif Dalam Teori Belajar Konstruktivistime ?


3. Bagaimana Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik ?
4. Bagaimana Strategi Dalam Pembelajaran Konstruktivisme ?

1
5. Bagaimana Implementasi dan Hakikat Teori Belajar Konstruktivisme ?

6. Apa Saja Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisme ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tentang teori belajar konstruktivisme.

2. Untuk mengetahui tentang perspektif-perspektif dalam teori belajar


konstruktivisme.

3. Untuk mengetahui tentang proses belajar menurut teori konstruktivistik.

4. Untuk mengetahui tentang strategi dalam pembelajaran konstruktivisme.

5. Untuk mengetahui tentang implementasi dan hakikat teori belajar


konstruktivisme.

6. Untuk mengetahui tentang kelebihan dan kekurangan dari teori belajar


konstruktivisme.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme berasal dari kata “to construct” dari bahasa inggris yang berarti
membentuk. Konstruktivisme merupakan aliran filsafat yang mempunyai pandangan
bahwa pengetahuan yang kita miliki adalah hasil dari konstruksi kita sendiri. Atau
dengan kata lain, kita dapat memperoleh pengetahuan apabila kita terlibat aktif dalam
proses penemuan pengetahuan dan pembentukannya yang berasal dari diri kita. Para
ahli konstruktivisme berpandangan bahwa pengetahuan merupakan perolehan individu
melalui keterlibatan aktif dalam menempuh proses belajar. (Julaeha & Asandhimitra,
2004 : p.219). Dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme merupakan sebuah
teori yang sifatnya membangun, membangun dari segi kemampuan, pemahaman, dalam
proses pembelajaran. Sebab dengan memiliki sifat membangun maka dapat diharapkan
keaktifan dari pada siswa akan meningkatkan kecerdasannya.

Menurut Shymansky teori pembelajaran konstruktivisme merupakan aktivitas


yang aktif, di mana peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari
apa yang mereka pelajari, dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide
baru dengan kerangka berfikir yang telah dimilikinya. Berdasarkan pendapatnya di
atas, maka dapat di pahami bahwa konsturktivisme merupakan bagaimana
mengaktifkan siswa dengan cara memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk
memahami apa yang mereka telah pelajari dengan cara menerpakan konsep-konsep
yang di ketahuinya kemudian mempaktikkannya ke dalam kehidupan sehari-harinya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa konstruktivisme merupakan sebuah
teori yang memberikan keluasan berfikir kepada siswa dan memberikan siswa di tuntut
untuk bagaimana mempraktikkan teori yang sudah di ketahuinya dalam kehidupannya.

B. Perspektif-Perspektif Dalam Teori Belajar Konstruktivistime


Beberapa karakteristik yang merupakan prinsip dasar prespektif kontruktivistisme
dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan strategi alternatif untuk memperoleh dan menganalisis informasi.
2. Dimungkinkannya prespektif jamak dalam proses belajar.
3. Peran siswa utama dalam proses belajar, baik dalam mengatur atau mengendalikan

3
proses berfikirnya sendiri maupun ketika berinteraksi dengan lingkungannya.
4. Peran pendidik atau guru lebih sebagai tutor, fasilitator, dan mentor mendukung
kelancaran dan keberhasilan proses belajar siswa.
5. Pentingnya kegiatan belajar dan evaluasi belajar yang otentik.

C. Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik


1. Proses belajar konstruktivistik
Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan
sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri
siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya
melalui prosesnya asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran
struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari
pada segi perolehan pangetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas. Pemberian
makna terhadap objek dan pengalaman oleh individu tersebut tidak dilakukan
secara sendiri-sendiri oleh siswa, melainkan melalui interaksi dalam jaringan
sosial, yang unik yang terbentuk baik dalam budaya kelas maupun di luar kelas.
Oleh sebab itu pengelolaan siswa dalam memperolah gagasannya, bukan semata-
mata pada pengelolaan siswa dan lingkungan belajarnya bahkan pada unjuk kerja
atau prestasi belajarnya yang dikaitkan dengan sistem penghargaan dari luar
seperti nilai, ijasah, dan sebagainya.
2. Peran Siswa
Menurut pandangan kontruktivistik, belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia
harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi
makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus
mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal
bagian terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan terwujudnya
gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan istilah lain, dapat dikatakan
bahwa hakekatnya kendala belajar sepenuhnya ada pada siswa.
Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah
memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal
tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh
karena itu meskipun kemamuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak
sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar

4
pembelajaran dan pembimbingan.
3. Peranan Guru
Dalam belajar kostruksi guru atau pendidik berperan membantu agar
proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa untuk membentuk
pengetahuaanya sendiri.Guru dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau
cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-
satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemampuannya.
Peranan guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendali, yang meliputi :
(1) Menumbuhkan kamandirian dengan menyediakan kesempatan untuk
mengambilkeputusan dan bertindak.
(2) Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak
dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa.
(3) Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar
siswa mempunyai peluang optimal untuk latihan.

Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam


kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan dan fasilitas
lainnya.
4. Sarana Belajar
Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar
adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala
sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya
disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk
mengungkapkan pendapat dan pemikiranya tentang sesuatu yang dihadapinya.
Untuk menyampaikan pengalaman yaitu menyajikan bahan kepada murid-murid
yang sekiranya tidak mereka peroleh dari pengalaman langsung. Ini dapat di
lakukan dengan melalui film, TV, rekaman suara, dan lain-lain. Hal ini merupakan
pengganti pengalaman yang langsung.
5. Evaluasi
Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa lingkungan belajar
sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap
realitas, kontruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada
pengalaman.

5
D. Strategi Pembelajaran Konstruktivisme

Terdapat beberapa strategi dalam pembelajaran konstruktivisme yaitu

1. Belajar aktif merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran


melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar mandiri. Dosen berperan untuk
menyediakan sarana bagi mahasiswa untuk dapat belajar. Peran mahasiswa dan
dosen dalam konteks belajar aktif menjadi sangat penting. Dosen sebagai fasilitator
yang membantu memudahkan mahasiswa belajar, sebagai narasumber yang
mampu mengundang pemikiran dan daya kreasi mahasiswa, sebagai pengelola
yang mampu merancang dan melaksanakan kegiatan belajar dan dapat mengelola
sumber belajar yang diperlukan. Mahasiswa juga terlibat dalam proses belajar
bersama dosen, karena mahasiswa dibimbing, diajar, dan dilatih menjelajah,
mencari, mempertanyakan sesuatu menyelidiki jawaban atas suatu pertanyaan,
mengelola dan menyampaikan hasil perolehannya secara komunikatif.

2. Belajar mandiri merupakan usaha individu mahasiswa yang otonomi untuk


mencapai suatu kompetensi. Belajar mandiri memberi kesempatan kepada
mahasiswa untuk menentukan tujuan belajarnya, merencanakan proses belajarnya,
menggunakan sumber belajar yang dipilihnya, membuat keputusan-keputusan
akademis dan melakukan kegiatan yang dipilihnya untuk mencapai tujuan
belajarnya. Peran utama dosen dalam belajar mandiri adalah sebagai konsultan dan
fasilitator, bukan sebagai otoritas dan satu-satunya sumber ilmu.

3. Belajar kooperatif dan kolaboratif bertujuan untuk membangun pengetahuan dalam


diri individu mahasiswa melalui kerja dan diskusi kelompok, sehingga terjadi
pertukaran ide dari satu anggota kelompok kepada anggota kelompok lainnya.

4. Teori generative learning berasumsi bahwa mahasiswa bukan penerima informasi


yang pasif, melainkan mahasiswa aktif berpartisipasi dalam proses belajar dan
dalam mengkontruksi makna dari informasi yang ada di sekitarnya. Dosen
mengharapkan mahasiswa menghasilkan sendiri makna dari informasi yang
diperolehnya. Dosen harus menyadari bahwa implementasi model pembelajaran
konstruktivistik ini tidak akan optimal jika tidak didukung oleh lingkungan belajar
yang tepat.

5. Strategi kognitif merupakan proses berfikir induksi. Mahasiswa belajar untuk

6
membangun pengetahuan berdasarkan suatu fakta atau prinsip yang diketahuinya.
60 Gagne 1984 (dalam Paulina Pannen 2001) mengidentifikasi strategi kognitif
berdasarkan alur proses instruksional mulai dari memperhatikan dosen, mengolah
stimulus, mencari kembali informasi dan berfikir.

E. Implementasi dan Hakikat Teori Belajar Konstruktivisme

 Implementasi teori belajar konstruktivisme

Implementasi dari metode pembelajaran konstruktivisme dapat diterapkan oleh guru


di setiap kali guru mengajar dikelas. Teori belajar kontruktivisme melibatkan siswa
dalam memaknai pengalaman sebagai inti dari pembelajaran.

1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar


Dengan menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa berarti guru
telah membantu menemukan identitas pengalaman siswanya. Mereka parasiswa
yang merumuskan pertanyaan dan berasil menjawab nya berarti telah
mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta
menjadi pemecah masalah (problem solvers).

2. Guru mengajukan pertanyaan terbukan dan memberikan kesempatan


kepada siswa untuk merespon.
Dengan guru mengajukan pertanyaan kepada siswa secara umum maka
akan mendorong semua siswa untuk berfikir untuk memecahkan pertanyaan
yang sedang di ajukan melalui analisi prediksi dan justifikasi.

3. Mendorong siswa berfikir tingkat tinggi


Guru yang menerapkan teori belajar kontruktivisme akan mendorong
siswanya untuk berfikir tigkat tinggi. guru mendorong para siswanya untuk
menjangkau hal hal yang lebih tinngi melalui analisis, justifikasi, dan
mempertahankan gagasan dan pemikirannya.

4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan
siswa lain.
Dialog dan diskusi merupakan interaksi sosial didalam kelas yang dapat
membantu didwa untuk mampu mengolah dan menguatkan gagasan dan
pemikirannya. Para siswa yang memiliki kesempatan untuk mengungkapkan

7
gagasannya maka dapat membangun pengetahuannya melalui pemahamannya
sendiri .

5. Siswa terlibat pengalaman menantang dan mendorong terjadinya diskusi


Guru yang menerapkankonstruktivisme dalam pembelajaran memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepadasiswa untuk menguji hipotesis mereka,
terutama melalui diskusi kelompok dan pengalaman nyata.

6. Guru menggunakan data atau sumber sumber utama dan materi materi
interaktif
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme
melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam
dalam dunia nyata. Guru kemudian membantu siswa untuk menghasilkan
abstraksi atau pemikiran-pemikirantentang fenomena-fenomena alam tersebut
secara bersama-sama.

 Hakikat teori belajar konstruktivisme

Dalam belajar sesuatu peserta didik telah mempunyai prakonsep


berdasarkan pengalaman yang telah di perolehnya. Untuk itu, guru perlu
mencermati prakonsep ini dalammenanamkan konsep-konsep baru. Apabila
prakonsep ini tidak diperhatikan, kemungkinanakan terjadi miskonsepsi atau
konsep yang salah. Apabila peserta didik mempunyaimiskonsepsi yang tidak
dikoreksi atau dibiarkan, maka akan menyulitkan peserta didikuntuk belajar
sesuatu secara benar.

Dalam menerapkan teori kontruktivisme dalam belajar dapat digunakan model


pembelajaran yang melibatkan beberapa tahap, yaitu:

1. Pengenalan
Tahap pengenalan merupakan pemberian hal-hal yang konkrit dan
mudah dengancontoh-contoh sederhana yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari. Pada tahap ini,guru perlu mencermati melalui penilaian
prakonsep atau kompetensi awal yang dimiliki peserta didik untuk maju ke
tahap berikutnya. Tahap pembelajaran kompetensimerupakan tahap di mana
peserta didik mulai beranjak dari mengenali kompetensi baruke menguasai
kompetensi dasar. Hasil penilaian akan menunjukkan apakah pesertadidik

8
perlu diberi tahapan pemulihan, yaitu tahap di mana peserta didik
memulihkan prakonsep menjadi suatu konsep/kompetensi secara benar

2. Pembelajaran kompetensi
Bila peserta didik telah menguasai kompetensi secara benar, guru
dapat menilaisejauh mana minat, potensi, dan kebutuhan dalam penguasaan
kompetensi dasar.Apabila peserta didik cukup berminat dan kompetensi
dasar telah dikuasai secara tuntas,tahap pemulihan dapat dilewati dan maju
ke tahap berikutnya yaitu tahap pendalaman.Apabila tahap pendalaman
telah dilaksanakan, terdapat otomatisasi berpikir dan bertindak sebagai
perwujudan kompetensi. Selanjutnya, dapat diberikan tahap pengayaan agar
peserta didik memperoleh variasi pengalaman belajar. Berbagai latihandapat
digunakan untuk mendalami atau memperkaya kompetensi.

3. Pemulihan
Penilaian yang dilakukan menunjukkan apakah suatu kompetensi
telah tuntasdikuasai atau belum. Dari hasil penilaian dapat diketahui jenis-
jenis latihan yang perludiberikan kepada peserta didik sebagai pemulihan,
pendalaman, dan pengayaan.

4. Pendalaman
Perlu dipertegas, bahwa strategi pembelajaran perlu mengikuti
kaedah pedagogik,yaitu pembelajaran diawali dari konkret ke abstrak, dari
yang sederhana ke yangkompleks, dan dari yang mudah ke sulit. Peserta
didik perlu belajar secara aktif dengan berbagai cara untuk mengkontruksi
atau membangun pengetahuannya. Suatu rumus,konsep, atau prinsip dalam
mata pelajarn sebaiknya dibangn siswa dalam bimbinganguru. Strategi
pembelajaran perlu mengkondisikan peserta didik untuk menemukan
pengetahuan sehingga mereka terbiasa melakukan penyelidikan dan
menemukan sesuatu.

5. Pengayaan
Dalam hal pembelajaran seluruh peserta didik dalam hal ini perlu
rasanya untukmeningkatkan integrasi dan aktif dalam pembelajaran.

9
F. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme sebagai salah satu teori belajar memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan. Berikut dijabarkan masing masing dari kelebihan dan
kekurangan dari teori ini.
 Kelebihan
Kelebihan dari teori belajar konstruktivisme yaitu :
(1) Peserta didik lebih memahami konsep yang disampaikan oleh guru karena
peserta didik sendiri yang menemukan pemahaman tersebut sehingga tercipta
pemahaman baru.
(2) Terlibat aktif dalam memecahkan dan menuntuk peserta didik untuk berpikir
lebih.
(3) Pengetahuan tertanam sesuai skemata yang dimiliki peserta didik sehingga
pembelajaran bermakna.
(4) Masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata
sehingga peserta didik dapat merasakan manfaat pembelajaran secara langsung.
(5) Peserta didik lebih mandiri, dewasa dan dapat memberi aspirasi dan menerima
pendapat orang lain.
(6) Pengkondisian peserta didik dalam belajar kelompok saling berinteraksi
terhadap pembelajaran dan hasilnya sehingga pencapaian kesempatan belajar
pebelajar dapat diharapkan.
 Kelemahan
Kekurangan teori belajar konstruktivisme yaitu menganggap belajar semata semata
sebagai proses penyimpanan dan telah mengabaikan bahwa belajar juga
menyangkut perubahan tingkah laku. Pandangan konstruktivisme dalam proses
belajarnya melihat peran guru sebagai pendidik sepertinya kurang begitu
mendukung, selain itu peserta didik dituntut untuk bisa membuat pengetahuan
dengan ide mereka masing-masing, sehingga pendapat peserta didik berbeda
dengan pendapat para ahli. Teori ini menanamkan supaya peserta didik
membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang relatif
lebih lama bagi siswa yang malas.Kondisi di setiap sekolah mempengaruhi
keaktifan peserta didik dalam membangun pengetahuan baru dan keaktifan siswa.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori belajar konstruktivisme merupakan sebuah metode pembelajaran yang
menekankan pada proses kebebasan dalam menggali pengetahuan melalui
pengalaman yang dimiliki. Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu
pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses
belajar diawali dengan pengetahuan yang dibangun oleh diri sendiri melalui
pengalamannya hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran yang
menerapkan teori konstruktivisme lebih memfokuskan siswa dalam
mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa terhadap apa yang
diperintahkan oleh guru, tetapi siswa lebih diberikan kebebasan untuk membangun
pengetahuan mereka melalui pengalaman. Fungsi utama dari teori belajar
konstruktivisme yaitu untuk menunjang proses pembelajaran yang efektif yang
dilakukan guru.

Konstruktivisme melibatkan pelajar aktif dalam proses pembelajaran yang


dilakukan untuk dapat menghadapi masalah masalah yang dihadapinya. Karena teori
belajar konstruktivisme menganut sistem pembelajaran penemuan.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://ikhsanhidayat28.wordpress.com/2013/04/21/teori-belajar-konstruktivistik/
[Diakses pada 27 Agustus 2022]

https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/islamika/article/view/208

[Diakses pada 27 Agustus 2022]

https://journal.uny.ac.id/index.php/jpakun/article/view/945/75

[Diakses pada 27 Agustus 2022]

https://core.ac.uk/download/pdf/198237131.pdf

[Diakses pada 27 Agustus 2022]

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwj
Dv8SpyZ7vAhVLWH0KHbUjC0MQFjAIegQIHxAD&url=https%3A%2F%2Fjournal.uny
.ac.id%2Findex.php%2Fjpakun%2Farticle%2FviewFile%2F945%2F755&usg=AOvVaw07
LTryFY_AE1N srBacaL-k

[Diakses pada 27 Agustus 2022]

12

Anda mungkin juga menyukai