Anda di halaman 1dari 21

TEORI KONSTRUKTIVISME

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Teori & Permasalahan Belajar di Dikdas

Dosen Pengajar : Prof. Dr. Anita Yus, M.Pd

Di Susun Oleh Kelompok 4:


SITI MUNAWWARAH HUDA (8216181004)
SITI MAHARA BR GINTING (8216181007)
NONA OMANDA (8216181011)

A1 DIKDAS 2021

PASCASARJANA PENDIDIKAN DASAR


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga tugas makalah yang berjudul “Konstruktivisne” yang diberikan oleh Ibu Prof. Dr.
Anita Yus, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Teori dan Permasalahan Belajar di Dikdas
dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Kami memohon maaf apabila kepenulisan dalam tugas makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Kami pun berharap tugas makalah ini dapat menambah wawasan baik penulis
maupun pembaca mengenai materi yang diangkat menjadi topik utama dalam tugas dapat
menjadi referensi yang bermanfaat bagi kita semua.
Dengan ini kami dari kelompok empat mempersembahkan tugas makalah ini dengan
penuh rasa terima kasih dan harapan semoga tugas makalah ini bermanfaat bagi penulis
maupun pembaca.

Medan, 24 Februari 2022

Kelompok IV
Teori & Permasalahan Belajar di Dikdas

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................i

Daftar Isi.....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan .................................................................................2
1.3. Manfaat Penulisan ...............................................................................2
1.4. Rumusan Masalah ...............................................................................3

BAB II PEMBAHASAN............................................................................4
2.1. Teori Konstruktivisme.........................................................................4
2.2. Teori Konstuktivisme : Implementasi Terhadap Belajar ....................9
2.3. Teori Konstuktivisme : Proses Terhadap Belajar................................11
2.4. Teori Konstuktivisme : Tujuan dan Manfaat.......................................12
2.5. Teori Konstuktivisme : Kelebihan dan Kekurangan............................15

BAB III PENUTUP....................................................................................17


3.1. Kesimpulan .........................................................................................17
3.2. Saran ....................................................................................................17

BAB IV DAFTAR PUSTAKA .................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Tugas bagi pendidikan tidak hanya terbatas pada mengalihkan hasil-hasil ilmu dan
teknologi. Selain itu, bidang pendidikan bertugas pula menanamkan nilai-nilai baru yang
dituntut oleh perkembangan ilmu dan teknologi pada diri anak didik dalam kerangka nilai-
nilai dasar yang telah disepakati oleh bangsa Indonesia (Semiawan: 1990).
Meningkatkan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang harus dilaksanakan
secara terus menerus untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan berbagai
faktor yang berkaitan dengan itu, dengan arah agar tujuan pendidikan dapat dicapai secara
efektif dan lebih efisien. Muara dari peningkatan mutu tidak lain adalah pencapaian tujuan
pendidikan, yang diwujudkan kemampuan yang utuh pada diri peserta didik. Proses belajar
mengajar menempati posisi yang amat penting dan menentukan. Namun, perlu dicatat
bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu interaksi yang bersifat manusiawi antara
pendidik dan peserta didik yang penuh mengandung ketidakpastian (Zamroni: 2007).
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia
seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab profesional setiap guru.
Pengembangan kualitas manusia ini menjadi suatu keharusan, terutama dalam memasuki
era globalisasi dewasa ini, agar generasi muda kita menjadi korban dari globalisasi itu
sendiri. Pendidikan yang berorientasi pada kualitas ini menghadapi berbagai tantangan
yang tidak bisa ditanggulangi dengan paradigma yang lama. Ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berkembang cepat tidak dapat dikejar dengan caracara lama yang dipakai
dalam sekolah-sekolah kita.
Teori merupakan hal yang sangat peting dalam kemajuan dunia, baik di dunia
militer maupun di dunia pendidikan. Dalam hal pendidikan teori menempati sangat
strategis, sebab dengan mengembangkan teori maka pengetahuan dan pengalaman
semakin berkembang. Berbicara tentang teori, dalam dunia pendidikan banyak sekali teori-
teori yang cocok untuk mengembangkan dunia pendidikan, salah satunya yaitu teori
konstruktivisme.

1
Teori Konstruktivisme merupakan salah satu cabang ilmu yang banyak dicari,
karena berkaitan dengan dunia pendidikan. Seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan
menjadi hal terpenting untuk melahirkan regenerasi dan mengubah nasib sebuah bangsa.
Pengertian teori konstruktivisme secara umum memandang ilmu pengetahuan tidak
sebatas mengungkap tentang fakta, kaidah dan konsep yang harus diingat secara baku.
Konstruktivisme justru lebih menekankan bahwa manusialah yang harus
mengkonstruksikan pengetahuan itu sendiri. Jadi manusialah yang memberikan nilai
sentimentil dan menggali ilmu pengetahuan, baik itu lewat kajian, penelitian ataupun lewat
pengalaman.

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah yang berjudul “Teori Konstruktivisme” ini adalah :


1. Memahami pengertian teori konstruktivisme.
2. Menganalisis implementasi teori konstruktivisme terhadap belajar.
3. Memahami proses teori konstruktivisme terhadap belajar.
4. Memahami tujuan dan manfaat teori konstruktivisme
5. Mampu memahami kelebihan dan kekurangan teori konstruktivisme

1.3. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah yang berjudul “Teori Konstruktivisme” ini adalah :


1. Mengetahui pentingnya teori konstruktivisme terhadap pembelajaran.
2. Mampu mengimplementasikan teori konstruktivisme dalam proses belajar.
3. Mampu menganalisis tujuan dan manfaat teori konstruktivisme.
4. Mampu mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan teori konstruktivisme.

2
1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, tujuan, dan manfaat penulisan makalah yang berjudul
“Teori Konstruktivisme” ini, maka yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini
adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan teori konstruktivisme ?
2. Bagaimana mengimplementasikan teori konstruktivisme di dalam belajar ?
3. Apa tujuan dan manfaat teori konstruktivisme ?
4. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan teori konstruktivisme ?

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Teori Konstruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan,


Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya
modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata.
Teori belajar konstruktivisme ini bertitik tolak daripada teori pembelajaran
Behaviorisme yang didukung oleh Skinner yang mementingkan perubahan tingkah laku
pada pelajar. Pembelajaran dianggap berlaku apabila terdapat perubahan tingkah laku
kepada pelajar, contohnya dari tidak tahu menjadi tahu. Hal ini, kemudiannya beralih
kepada teori pembelajaran Kognitivisme yang diperkenalkan oleh Jean Piaget di mana ide
utama pandangan ini adalah mental. Semua dalam diri individu diwakili melalui struktur
mental dikenal sebagai skema yang akan menentukan bagaimana data dan informasi yang
diterima, difahami oleh manusia. Jika ide tersebut sesuai dengan skema, ide ini akan
diterima begitu juga sebaliknya dan seterusnya lahirlah teori pembelajaran
Konstruktivisme yang merupakan pandangan terbaru di mana pengetahuan akan dibangun
sendiri oleh pelajar berdasarkan pengetahuan yang ada pada mereka. Makna pengetahuan,
sifat-sifat pengetahuan dan bagaimana seseorang menjadi tahu dan berpengetahuan,
menjadi perhatian penting bagi aliran konstruktivisme. 
Pada dasarnya perspektif ini mempunyai asumsi bahwa pengetahuan lebih bersifat
kontekstual daripada absolut, yang memungkinkan adanya penafsiran jamak (multiple
perspektives) bukan hanya satu perspektif saja. Hal ini berarti bahwa “pengetahuan
dibentuk menjadi pemahaman individual melalui interaksi dengan lingkungan dan orang
lain”. Peranan kontribusi siswa terhadap makna, pemahaman, dan proses belajar melalui
kegiatan individual dan sosial menjadi sangat penting. Perspektif konstruktivisme
mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan proses daripada hasil.

4
Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi
dalam belajar juga dinilai penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar dan
strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir
seseorang. sebagai upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan yang bersifat
subyektif.
Jadi, konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif,
yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Kontruktivisme lebih
memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan
dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam
kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi
pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih
dinamis.
Menurut paham konstruktivisme, ilmu pengetahuan sekolah tidak dipindahkan dari
guru kepada murid dalam bentuk yang serba sempurna. Murid perlu membina sesuatu
pengetahuan mengikuti pengalaman masing-masing. Pembelajaran adalah hasil daripada
usaha murid itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk murid.

Tokoh-tokoh dalam Teori Belajar Konstruktivisme

1. Jean Piaget
Teori belajar konstruktivistik yang dikembangkan oleh Piaget dikenal
dengan nama konstruktivistik kognitif (personal constructivism).  Teorinya berisi
konsep-konsep utama di bidang psikologi perkembangan dan berkenaan dengan
pertumbuhan intelegensi, yang untuk Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih
akurat merepresentasikan dunia, dan mengerjakan operasi-operasi logis dari
representasi-representasi konsep realitas dunia.
Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh
secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Dari pandangan Piaget
tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap
tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda
berdasarkan kematangan intelektual anak. Pada teori ini konsekuensinya adalah
siswa harus memiliki keterampilan untuk menyesuaikan diri atau adaptasi secara
tepat.

5
2. Vygotsky
Teori belajar Vygotsky menekankan pada sosiokultural dan pembelajaran.
Siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial
disekitarnya. Pengetahuan, sikap, pemikiran, tata nilai yang dimilki siswa akan
berkembang melalui proses interaksi. konsep penting dalam teori Vygotsky yaitu
Zone Of Proximal Development (ZPD) dan Scaffolding Zone Of Proximal
Development adalah jarak antara perkembangan sesungguhnya dengan tingkat
perkembangan potensial dimana siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan
dibawah bimbingan orang dewasa. Sedangkan Scaffolding merupakan pemberian
kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi
bantuan dan mmemberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab
yang makin besar setelah dapat melakukannya sendiri.
Menurut teori Vygotsky untuk dapat menjelaskan bagaimana pengetahuan
dibentuk, maka dirangkum dalam dua penjelasan yang bertahap. Pertama, realitas
dan kebenaran dari dunia luar mengarahkan dan menentukan pengetahuan.  Kedua,
faktor eksternal dan internal mengarahkan pembentukan pengetahuan yang tumbuh
melalui interaksi faktor-faktor eksternal (kognitif) dan internal (lingkungan dan
sosial).

CIRI-CIRI TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME


Ada beberapa ciri-ciri dalam pembelajaran model konstruktivisme, yaitu:
a. Mencari tahu dan menghargai titik pandang/pendapat siswa
b. Pembelajaran dilakukan atas dasar pengetahuan awal siswa
c. Memunculkan masalah yang relevan dengan siswa
d. Menyusun pembelajaran yang menantang dugaan siswa
e. Menilai hasil pembelajaran dalam konteks pembelajaran sehari-hari 
f. Siswa lebih aktif dalam proses belajar karena fokus belajar mereka pada proses
pengintegrasian pengetahuan baru yang diperoleh dengan pengalaman/pengetahuan
lama yang mereka miliki 
g. Setiap pandangan sangat dihargai dan diperlukan. Siswa didorong untuk
menemukan berbagai kemungkinan dan mensintesiskan secara terintegrasi

6
h. Proses belajar harus mendorong adanya kerjasama, tapi bukan untuk bersaing.
Proses belajar melalui kerjasama memungkinkan siswa untuk mengingat pelajaran
lebih lama
i. Kontrol kecepatan, dan fokus pembelajaran ada pada siswa
j. Pendekatan konstruktivis memberikan pengalaman belajar yang tidak terlepas
dengan apa yang dialami langsung oleh siswa 

PRINSIP TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME

Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar


mengajar adalah sebagai berikut :
a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan
keaktifan murid sendiri untuk menalar
c. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan
konsep ilmiah
d. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi
berjalan lancer
e. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
f. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
g. Mencari dan menilai pendapat siswa
h. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

HAKIKAT TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVITISME


Dalam belajar sesuatu peserta didik telah mempunyai prakonsep berdasarkan
pengalaman yang telah di perolehnya. Untuk itu, guru perlu mencermati prakonsep ini
dalam menanamkan konsep-konsep baru. Apabila prakonsep ini tidak diperhatikan,
kemungkinan akan terjadi miskonsepsi atau konsep yang salah. Apabila peserta didik
mempunyai miskonsepsi yang tidak dikoreksi atau dibiarkan, maka akan menyulitkan
peserta didik untuk belajar sesuatu secara benar.

Dalam menerapkan teori kontruktivisme dalam belajar dapat digunakan model


pembelajaran yang melibatkan beberapa tahap, yaitu:
1. Pengenalan

7
Tahap pengenalan merupakan pemberian hal-hal yang konkrit dan mudah dengan
contoh-contoh sederhana yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahap ini, guru
perlu mencermati melalui penilaian prakonsep atau kompetensi awal yang dimiliki peserta
didik untuk maju ke tahap berikutnya. Tahap pembelajaran kompetensi merupakan tahap
di mana peserta didik mulai beranjak dari mengenali kompetensi baru ke menguasai
kompetensi dasar. Hasil penilaian akan menunjukkan apakah peserta didik perlu diberi
tahapan pemulihan, yaitu tahap di mana peserta didik memulihkan prakonsep menjadi
suatu konsep/kompetensi secara benar.
2. Pembelajaran kompetensi
Bila peserta didik telah menguasai kompetensi secara benar, guru dapat menilai
sejauh mana minat, potensi, dan kebutuhan dalam penguasaan kompetensi dasar. Apabila
peserta didik cukup berminat dan kompetensi dasar telah dikuasai secara tuntas, tahap
pemulihan dapat dilewati dan maju ke tahap berikutnya yaitu tahap pendalaman. Apabila
tahap pendalaman telah dilaksanakan, terdapat otomatisasi berpikir dan bertindak sebagai
perwujudan kompetensi. Selanjutnya, dapat diberikan tahap pengayaan agar peserta didik
memperoleh variasi pengalaman belajar. Berbagai latihan dapat digunakan untuk
mendalami atau memperkaya kompetensi.
3. Pemulihan
Penilaian yang dilakukan menunjukkan apakah suatu kompetensi telah tuntas
dikuasai atau belum. Dari hasil penilaian dapat diketahui jenis-jenis latihan yang perlu
diberikan kepada peserta didik sebagai pemulihan, pendalaman, dan pengayaan.
4. Pendalaman
Perlu dipertegas, bahwa strategi pembelajaran perlu mengikuti kaedah pedagogik, yaitu
pembelajaran diawali dari konkret ke abstrak, dari yang sederhana ke yang kompleks, dan
dari yang mudah ke sulit. Peserta didik perlu belajar secara aktif dengan berbagai cara
untuk mengkontruksi atau membangun pengetahuannya. Suatu rumus, konsep, atau prinsip
dalam mata pelajarn sebaiknya dibangn siswa dalam bimbingan guru. Strategi
pembelajaran perlu mengkondisikan peserta didik untuk menemukan pengetahuan
sehingga mereka terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu.
5. Pengayaan
Dalam hal pembelajaran seluruh peserta didik dalam hal ini perlu rasanya untuk
meningkatkan integrasi dan aktif dalam pembelajaran.

8
2.2. Teori Konstruktivisme : Implementasi Terhadap Belajar

Di dalam implementasinya, Teori konstruktivisme mempertimbangkan keterlibatan


siswa dalam memaknai pengalaman sebagai inti dari pembelajaran.

1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar


Dengan menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa serta
mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru telah membantu siswa
menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan
pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya
berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar
mereka sendiri serta menjadi “pemecah masalah” (problem solvers).

2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan


beberapa waktu kepada siswa untuk merespon
Berpikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas
dasar gagasan-gagagsan dan komentar orang lain. Cara-cara guru
mengajukan pertanyaan dan cara siswa merespon atau menjawabnya akan
mendorong siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan
penyelidikan.

3. Mendorong siswa berfikir tingkat tinggi


Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan
menantang para siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di
balik respon-respon faktual yan sederhana. Guru mendorong siswa untuk
menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi,
justifikasi, dan mempertahankan gagasan atau pemikirannya.

4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan
siswa lainnya
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas
yang bersifat intensif sangant membantu siswa untuk mampu mengubah
atau menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan
untuk mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan

9
gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuan
sendiri yang didasarkan atas pemahaman sendiri. Jika merasa nyama dan
aman untuk mengemukakan gagasan-gagasannya, maka dialog yang sangat
bermakna akan tercipta di kelas.

5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong


terjadinya diskusi
Jika diberi kesempatan untuk menyusun berbagai macam prediksi,
seringkali siswa menghasilkan hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru
yang menerapkan konstruktivisme dalam pembelajaran memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji hipotesis mereka,
terutama melalui diskusi kelompok dan pengalaman nyata.

6. Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi


interaktif
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme
melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam
dalam dunia nyata. Guru kemudian membantu siswa untuk menghasilkan
abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang fenomena-fenomena alam
tersebut secara bersama-sama.

2.3. Teori Konstruktivisme : Proses Terhadap Belajar

Proses belajar konstruktivistik adalah pemberian makna oleh siswa kepada


pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada
pemutakhiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya
dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terpisah-pisah. Oleh sebab itu
pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan siswa dalam memproses
gagasannya, bukan semata-mata pada pengelolaan siswa dan lingkungan belajarnya
bahkan pada unjuk kerja atau prestasi belajarnya dikaitkan dengan sistem penghargaan
dari luar seperti nilai, ijazah, dan sebagainya.

10
Peran siswa (si-belajar)
Siswa harus aktif dalam melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan
memberi makna tentang hal-hal yang dipelajari. Guru harusnya dapat memberikan peluang
optimal bagi terjadinya proses belajar. Namun, yang menentukan terwujudnya gejala
belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Paradigma konstruktivistik memandang siswa
sudah memilik kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut
adalah menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu,
meskipun kemampuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak  sesuai dengan
pendepat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.

Peran guru
Guru membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut
memahami jalan pikiran siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengeklaim bahwa satu-
satunya cara yang tepat adalah sama dan sesuai dengan kemauannya.

Sarana Belajar
Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya
disediakan untuk membantu pembentukan siswa dalam mengkonstruksikan pengetahuan
sendiri. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya
tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan demikian siswa akan terbiasa dan terlatih untuk
berfikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, dan mampu
mempertanggung jawabkan pemikkirannya secara rasional.

Evaluasi Belajar
Lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan
interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang
didasarkan pada pengelaman. Pandangan konsrktivistik mengemukakan bahwa relitas ada
pada pikiran seseoramg. Manusia mengkonstruksi dan menginterprestasikannya
berdasarkan pengalamannya.

2.4. Teori Konstruktivisme : Tujuan dan Manfaat

TUJUAN

11
Jika ditinjau dari tujuan teori konstruktivisme, ada beberapa tujuan, sebagai
berikut.
1) Merangsang berpikir inovatif
Tujuan teori konstruktivisme secara tidak langsung sebagai bentuk
upaya untuk merangsang kita berfikir inovatif dan kreatif. Berfikir inovatif
memang tidak mudah, butuh waktu dan proses yang panjang. Butuh waktu
lama kita harus mengumpulkan puzzle ilmu pengetahuan dari waktu ke
waktu. 
Inovasi akan lahir karena didukung adanya ilmu pengetahuan yang
sudah dimilikinya. Tentu saja ilmu yang dimiliki setiap orang berbeda-
beda. Ada orang yang memiliki ilmu akademis dan ilmu non akademis.
Orang yang mampu menyatukan antara ilmu akademis dan non akademis
yang mampu mendorong melahirkan pemikiran yang inovatif dan menarik. 
2) Mampu meningkatkan pengetahuan
Ketika berbicara ilmu pengetahuan, tidak melulu kita dapatkan di
bangku formal. Tetapi diperoleh dibangku nonformal. Bahkan saat kita
bermain, piknik atau sedang berkebun di halaman rumah sekalipun kita bisa
menemukan ilmu pengetahuan.  
Ilmu pengetahuan dapat kita peroleh berdasarkan kepekaan kita
terhadap lingkungan sekitar. Contoh sederhana nya, si A dapat menemukan
ilmu baru saat keluar dari rumah. Sementara si B tidak mendapatkan ilmu
apapun saat keluar dari rumah. Jadi, dapat tidaknya ilmu pengetahuan
tergantung dari kemampuan, keinginan dan sensitivitas kita terhadap
lingkungan. 
3) Menemukan hal-hal baru
Teori konstruktivisme bertujuan untuk membantu kita menemukan hal-hal
baru. Dalam bentuk apapun itu. Contoh, banyak orang yang mencari kebahagiaan
dengan berbagai cara. Mulai ada yang membeli teman, misal berteman dengan
siapa saja dengan cara mentraktir semua teman. Pokoknya yang penting tidak
sendirian dan punya teman. 
Ada juga yang mendefinisikan kebahagiaan memiliki barang-barang
mewah. Tidak peduli meskipun tidak memiliki uang, hutang sana sini atau banting
tulang demi mendapatkan barang-barang mewah tersebut.

12
Ada juga yang mendefinisikan kebahagiaan dengan mengikuti pergaulan
teman-teman di kanan kirinya. Meskipun gayanya mahal, tidak masalah asalkan
bisa hangout, selfie di tempat mewah meski isi dompet sangat mepet. 
Sementara, banyak juga orang yang mendefinisikan kebahagiaan dengan
cara sederhana. Misal cukup berkebun di rumah sambil menunggu waktu panen
tiba, tanpa peduli memperhatikan definisi kebahagiaan yang sudah disebutkan di
atas. 
Dari uraian di atas menunjukan bahwa teori konstruktivisme tidak melulu
menyuruh kita mengikuti cara orang lain agar dapat menemukan hal-hal baru.
Tetapi hal-hal baru bisa dilakukan dengan cara kita masing-masing tanpa harus
berpengaruh pada definisikan orang di luar sana. 
4) Membentuk keahlian sesuai dengan kemampuannya
Sadar atau tidak sadar, teori konstruktivisme tidak lain mengarahkan kita
untuk menemukan keahlian sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Seseorang
yang awalnya tidak memiliki ketertarikan di dunia menulis, setelah mempelajari
tentang kelebihan tulis menulis, mendorong orang tersebut ingin menjadi penulis. 
Atau mungkin orang tersebut sebelumnya sudah memiliki bakat terpendam. Karena
ketidaktahuan bakat terpendam tersebut, maka dibutuhkan upgrade dan butuh
stimulus untuk mengaktifkan bakat. Sehingga bakat yang dimiliki terasah dan
dapat melahirkan kemampuan keterampilan yang sesuai dengan potensi di dalam
dirinya. 

5) Mendorong berpikir mandiri


Tujuan teori konstruktivisme yang terakhir mendorong kita berfikir
lebih mandiri dan out of the box. Setidaknya orang-orang yang memahami
betul akan esensi ilmu pengetahuan menjadi lebih terbuka hatinya dan
lebih berfikir dewasa.

MANFAAT
Ketika kita berbicara tentang manfaat belajar teori konstruktivisme, ada banyak
sekali yang kita dapatkan. Bahkan setiap orang merasakan manfaat yang berbeda-beda.
Diantaranya sebagai berikut. 

13
1. Memberikan kepada pembelajar bisa mengungkapkan gagasan secara
eksplisit.
Manfaat belajar teori konstruktivisme tidak lain adalah membantu
mengungkapkan gagasan secara eksplisit. Tidak dapat dipungkiri selama kita
belajar, pasti ada kesulitan. Nah, kesulitan-kesulitan inilah yang mencoba untuk
dipecahkan. 
2. Memberikan pengalaman baru terhadap gagasan yang dimilikinya
Manfaat yang menurut saya cukup besar, yaitu kamu akan memperoleh hal-
hal baru, pengalaman baru dan suasana yang baru terhadap gagasan yang kita
temui.
3. Mengajak seseorang berfikir tentang pengalamannya
Teori konstruktivisme secara tidak langsung mengarahkan kita pada sesuatu
yang baru. Hal-hal yang baru dan menarik inilah yang mengantarkan kita
menemukan pengalaman baru dan menemukan perasaan baru. Nah, setidaknya
teori konstruktivisme ini akan mengajak kita kita berpikir tentang pengalaman
yang sudah pernah dialami menjadi sesuatu hal yang lebih sentimentil dan lebih
bermakna.
4. Memberi kesempatan untuk mengidentifikasi perubahan gagasan
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bahwa sifat gagasan setiap
orang bersifat dinamis. Nah, teori konstruktivisme ini akan memberikan
kesempatan untuk mengidentifikasi perubahan gagasan lama ke gagasan baru,
berdasarkan alasan logis.Sementara logis tidaknya tergantung dari sensitivitas dan
kepekaan otak dan perasaan kita terhadap sesuatu yang ada di sekeliling kita. 
2.5. Teori Konstruktivisme : Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan Teori Belajar Konstruktivistik


Teori Konstruktivistik memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:
a) Dalam Aspek Berfikir  yakni pada proses membina pengetahuan baru,
murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menggali ide dan membuat
keputusan;
b) Dalam aspek kefahaman seorang  murid terlibat secara langsung dalam
mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan mampu
mengapliksikannya dalam semua situasi;

14
c) Dalam aspek mengingat yakni murid terlibat secara langsung dengan aktif,
mereka akan mengingat lebih lama konsep. melalui pendekatan ini murid
dapat meningkatkan kefahaman mereka; 
d) Dalam aspek Kemahiran sosial yakni Kemahiran sosial diperoleh apabila
seorang murid berinteraksi dengan teman, kelompok kerja maupun dengan
guru dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan maupun wawasan baru.

Kekurangan Teori Belajar Konstruktivistik


Teori belajar konstuktivisme memiliki kekurangan atau kelemahan yakni:
a) Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil
konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah
ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan miskonsepsi;
b) Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya
sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa
memerlukan penanganan yang berbeda-beda;
c) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah
memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas
siswa;
d) Meskipun guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya proses
belajar, tetapi guru disamping memiliki kompetensi dibidang itu harus
memiliki perilaku yang elegan dan arif sebagai spirit bagi anak sehingga
dibutuhkan pengajaran yang sesungguhnya mengapresiasi nilai-nilai
kemanusiaan;
e) Dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya
kurang begitu mendukung; siswa berbeda persepsi satu dengan yang
lainnya.

15
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses


pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan)
diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui
pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi
dengan lingkungannya.

16
Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih
menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka.
Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan
oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri
pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.

3.2. Saran

Diharapkan kepada guru untuk menggunakan teori belajar konstruktivitisme dalam

proses belajar mengajar. Khususnya mata pelajaran matematika. Untuk mengajar dengan

baik, guru harus memahami model-model mental yang digunakan para siswa untuk

mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkan dan yang dibuat para siswa

untuk mendukung model-model itu.

Saat menerapkan teori belajar konstruktivitisme guru harus kreatif mengelola

kelas. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai

dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat situasi

kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik

DAFTAR PUSTAKA

Suparlan (2019). Teori Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Jurnal Keislaman


dan Ilmu Pendidikan. Vol 1 (2). pp. 79-88.
Semiawan, dkk. 1990. Pendekatan Keterampilan Proses.
Jakarta : PT. Gramedia
Zamroni. 2007. Pendidikan dan Demokerasi Dalam Transisi (Prakondisi Menuju
Era Globalisasi). Jakarta: PSAP Muhammdiyah.
Sugrah (2019). Implementasi Teori Belajar Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Sains.
Humanika. Vol 19 (2). pp. 121-138

Online :

17
https://penerbitbukudeepublish.com/teori-konstruktivisme/
(accessed in Sunday, February 24th 2022 at 04.00. PM)

18

Anda mungkin juga menyukai