Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEORI BELAJAR
TEORI KONSTRUKTIVISME

DISUSUN OLEH:
1. ERIKA NUR CANDRA (19020124003)
2. AGUSTINA ROHMAWATI (19020124009)
3. LIA ANDRIANI (19020124021)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
JURUSAN SENI RUPA
PRODI PENDIDIKAN SENI RUPA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah dan
rahmat-Nya kami semua dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Teori
Konstruktivisme”. Makalah ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Teori Belajar. Dalam makalah ini dijelaskan mengenai teori belajar,tokoh-
tokoh pendukungnya beserta kelebihan dan kekurangan teori itu sendiri.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Martadi selaku dosen
pengampu mata kuliah Teori Belajar yang telah memberikan kepercayaan kepada
kami untuk menyelesaikan tugas ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang turut berpartisipasi dalam penyelesaian tugas ini,baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Kami sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak sekali
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Sejatinya kesempurnaan hanya milik Allah
SWT semata. Oleh karena itu,kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan kualitas makalah di masa mendatang.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca,terlebih lagi apabila nilai-nilai positif dalam teori belajar konstruktivisme
dapat diimplemetasikan dalam bidang pendidikan. Kami mohon maaf apabila terdapat
kata-kata yang kurang berkenan.

Surabaya, 29 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….1
1.1. Latar
Belakang……………………………………………………………….1
1.2. Tujuan
Penulisan……………………………………………………………..1
1.3. Manfaat
Penulisan……………………………………………………………1
1.4. Rumusan
Masalah……………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………..2
2.1. Teori Konstruktivisme………………………………………………………2
2.2. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Konstruktivisme……………………………….3
2.3. Aplikasi Teori Belajar Konstruktivisme…………………………………….5
2.4. Implikasi Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran……………….…….6
2.5. Kelebihan dan Kekurangan………………………………………………….6
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………..9
3.1.Simpulan ……………………………………………………………………9
3.2. Saran……………………………………………..…………………………9
DAFTAR PUSTAKA………………….……………………………………………10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Dalam bidang Pendidikan, terdapat banyak sekali teori-teori yang dipergunakan dalam
proses belajar mengajar salah satunya adalah teori konstruktivisme. Teori konstruktivisme
sendiri lahir sebagai bentuk kritik terhadap teori sebelumnya yaitu teori sibernetik. Selain
sebagai kritik, teori konstruktivisme sendiri merupakan evaluasi dari teori sibernetik
walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa teori konstruktivisme juga memiliki banyak
kekurangan seperti teori-teori sebelumnya. Pada nantinya, tenaga pendidik juga akan memilih
teori mana yang cocok diterapkan dalam proses belajar mengajar dari sekian banyak teori
yang ada termasuk teori konstruktivisme.

1.2. TUJUAN PENULISAN


Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori
Belajar. Selain itu, penulisan makalah ini dimaksudkan untuk menambah wawasan kepada
mahasiswa khususnya dalam bidang Pendidikan. Penulisan makalah ini juga dimaksudkan
untuk diimplementasikan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan situasi dan kondisi .

1.3. MANFAAT PENULISAN


 Untuk mengetahui secara umum tentang teori belajar konstruktivisme
 Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang mendukung teori konstruktivisme
 Untuk mengetahui pengimplementasian teori dalam proses belajar mengajar
 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori konstruktivisme

1.4. RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu teori belajar konstruktivisme?
2. Siapa saja tokoh-tokoh yang mendukung teori belajar konstruktivisme?
3. Bagaimana implementasi teori konstruktivisme dalam proses belajar?
4. Bagaimana implikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori konstruktivisme?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.TEORI KONSTRUKTIVISME
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu
tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Dalam teori ini bisa dikatakan
bahwa belajar adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan pengetahuan dengan memberi
makna sesuai pengalamannya. Teori ini menekankan proses pembelajaran daripada hasil
pembelajaran tersebut. Meskipun suatu hasil dianggap penting, maka proses belajar jauh
lebih penting karena apabila prosesnya baik maka hasilnya pun baik pula.
Makna belajar menurut konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana pesrta didik
membina sendiri pengtahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan
proses menyelesaikan konsep dan idea-idea baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dan
dimilikinya (Shymansky,1992).
Pendekatan konstruktivisme memiliki beberapa konsep umum seperti:
1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya mampu membina pengetahuan
mereka secara mandiri.
3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses
saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya
secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya
yang sudah ada.
5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor
ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten
atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman
pelajar untuk menarik minat pelajar.
Adapun tujuan dari teori konstruktivisme adalah :
1. Motivasi bagi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab masing-masing individu
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajuan pertanyaan dari hasil
pemikirannya sendiri
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep
secara lengkap
4. Mengembangkan pemikiran siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri
5. Menekankan pada proses bagaimana siswa itu belajar

2.2.TOKOH-TOKOH TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME


A. Jean Piaget
Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan
bahwa penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau
pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran
menurut teori kontruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator. Pandangan
tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari
teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran
seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang
dimilikinya.
Proses mengkonstruksi, sebagaimana dijelaskan Jean Piaget adalah sebagai berikut:
 Skemata
 Sekumpulan konsep yang digunakan  ketika berinteraksi dengan lingkungan disebut
dengan skemata. Sejak kecil anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian
dinamakan skema (schema). Skema terbentuk karena pengalaman. 
Skema tidak pernah berhenti berubah atau menjadi lebih rinci. Skema seorang anak
berkembang menjadi skema orang dewasa. Gambaran dalam pikiran anak menjadi
semakin berkembang dan lengkap. Misalnya anak yang sedang berjalan dengan ibunya
melihat seekor kuda. Lalu ibunya bertanya, “Apa nama binatang itu nak?” Karena anak
tersebut baru kali itu melihat kuda dan sudah sering melihat sapi, maka ia menjawab
“Itu sapi”. Anak tersebut melihat ada sesuatu yang sama antara kuda dengan konsep
sapi yang ia punyai, yaitu berkaki empat, bermata dua, bertelinga dua, dan berjalan
merangkak. Anak tersebut belum dapat melihat perbedaannya, melainkan melihat
kesamaannya antara sapi dengan kuda. Bila anak mampu melihat perbedaannya, ia akan
mengembangkan skemanya tentang kuda, tidak sebagai sapi lagi.
 Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi,
konsep, atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam
pikirannya. Asimilasi dapat dipandang sebagai suatu proses kognitif yang
menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru dalam
skema yang telah ada. Asimilasi tidak menyebabkan perubahan skema, melainkan
memperkembangkan skema. Misalnya, seseorang yang baru mengenal konsep balon,
maka dalam pikiran orang itu memiliki skema “balon”. Kalau ia mengempeskan balon
itu kemudian meniupnya lagi sampai besar dan meletus atau mengisinya dengan air
sampai besar, ia tetap memiliki skema tentang balon. Perbedaannya adalah skemanya
tentang balon diperluas dan terici lebih lengkap, bukan hanya sebagai balon yang
menggelembung karena terisi udara, melainkan balon dengan macam- macam sifatnya.
Asimilasi merupakan salah satu proses individu dalam 4 mengadaptasikan dan
mengoirganisasikan diri dengan lingkungan baru sehingga pengertian orang itu
berkembang.
 Akomodasi
Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat
mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai.
Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah
ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi tejadi
untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau
memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Dalam
keadaan seperti ini orang itu akan mengadakan akomodasi, yaitu (a) membentuk skema
baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau (b) memodifikasi skema
yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Misalnya, seorang anak memiliki
skema bahwa semua binatang berkaki dua atau empat. Skema itu didapat dari
abstraksinya terhadap binatang yang pernah dijumpainya. Pada suatu ketika ia berjalan
ke sawah dan menemukan banyak binatang yang kakinya lebih dari empat. Anak
tersebut merasakan bahwa skema lamanya tidak cocok lagi dan terjadi konflik dalam
pikirannya. Ia harus mengadakan perubahan terhadap skema lamanya. Ia mengadakan
akomodasi dengan membentuk skema baru bahwa binatang dapat berkaki dua, empat,
dan atau lebih dari empat. Dalam contoh pengalaman anak di atas, ia akan terus
mengembangkan skemanya tentang kaki binatang bila dijumpainya pengalaman yang
berbeda, misalnya bahwa ada juga binatang yang tidak berkaki.
 Equilibrasi
Proses asimilasi dan akomodasi perlu untuk perkembangan kognitif seseorang. Dalam
perkembangan intelek seseorang diperlukan keseimbangan antara asimilasi dengan
akomodasi. Proses ini disebut equilibrium, yaitu pengaturan diri secara mekanis untuk
mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Disequilibrium adalah
keadaan tidak seimbang antara asimilasi 5 dan akomodasi. Equilibration adalah proses
dari disequilibrium ke equilibrium. Proses tersebut berjalan terus dalam diri individu
melalui asimilasi dan akomodasi. Equilibration membuat seseorang dapat menyatukan
pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skema). Bila terjadi ketidakseimbangan,
maka seseorang terpacu untuk mencari keseimbangan dengan jalan asimilasi atau
akomodasi.

B. Lev Vygotsky
Konstruktivis ini dikritik oleh Vygotsky, yang menyatakan bahwa siswa dalam
mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. Konstruktivisme
ini oleh Vygotsky disebut konstruktivisme sosial (Taylor, 1993; Wilson, Teslow dan
Taylor,1993; Atwel, Bleicher & Cooper, 1998).
Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky (Slavin, 1997), yaitu Zone of Proximal
Development (ZPD) dan scaffolding.
1. Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat perkembangan
sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara
mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan
pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama
dengan teman sejawat yang lebih mampu.
2. Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap
awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan
untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat
melakukannya (Slavin, 1997).Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan,
peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan
contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri.

2.3. APLIKASI TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME

 Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang
sudah ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
ide-idenya secara bebas
 Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interest, untuk membuat hubungan
ide-ide atau gagasan- gagasan, kemudia memformulasikan kembali ide-ide tersebut
dan membuat kesimpulan
 Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah
kompleks dimana terjadi bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang
datangnya dari berbagai macam interpretasi
 Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaiannya merupakan suatu usaha
kompleks,sukar dipahami dan tidak mudah dikelola
 Melibatkan siswa dalam diskusi atau dialog dengan guru dan siswa lainnya
 Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar.

2.4. IMPLIKASI TEORI KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN


Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak (Poedjiadi,
1999: 63) adalah sebagai berikut: (1) tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme
adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk
menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi, (2) kurikulum dirancang sedemikian rupa
sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat
dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan
melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari dan (3)
peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi
dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi
yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
Dikatakan juga bahwa pembelajaran yang memenuhi metode konstruktivis hendaknya
memenuhi beberapa prinsip, yaitu: a) menyediakan pengalaman belajar yang menjadikan
peserta didik dapat melakukan konstruksi pengetahuan; b) pembelajaran dilaksanakan dengan
mengkaitkan kepada kehidupan nyata; c) pembelajaran dilakukan dengan mengkaitkan
kepada kenyataan yang sesuai; d) memotivasi peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran;
e) pembelajaran dilaksanakan dengan menyesuaikan kepada kehidupan social peserta didik;
f) pembelajaran menggunakan barbagia sarana; g) melibatkan peringkat emosional peserta
didik dalam mengkonstruksi pengetahuan peserta didik (Knuth & Cunningham,1996).

2.5.KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI KONSTRUKTIVISME


KELEBIHAN TEORI
1. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa
sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan
penjelasan tentang gagasannya.
2. pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan
dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan
gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan
memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk
membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang
pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong
refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasanpada saat yang tepat.
3. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk
mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan
menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya
memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar. Murid yang belajar
secara konstruktivisme diberi peluang untuk membina sendiri kefahaman mereka tentang
sesuatu. Ini menjadikan mereka lebih yakin kepada diri sendiri dan berani menghadapi
dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
4. Pembelajaran Konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan
gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa
untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka. Kefahaman murid tentang sesuatu
konsep dan idea lebih jelas apabila mereka terlibat secara langsung dalam pembinaan
pengetahuan baru. Seorang murid yang memahami apa yang dipelajari akan dapat
mengaplikasikan pengetahuan yang baru dalam kehidupan dan situasi baru.
5. Pembelajaran Konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang
mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan
selalu ada satu jawaban yang benar.
6. Murid yang berkemahiran sosial boleh bekerjasama dengan orang lain dalam
menghadapi sebarang cabaran dan masalah. Kemahiran sosial ini diperoleh apabila
murid berinteraksi dengan rakan-rakan dan guru dalam membina pengetahuan mereka.

KELEMAHAN TEORI
1. Guru merasa kesulitan memberikan contoh-contoh konkrit dan realistik dalam proses
pembelajaran. Dalam hal ini guru harus memiliki kreatifitas yang tinggi dalam
menyampaikan materi. Apalagi dalam hal ini guru sejarah kurang bisa membawa nilai-
nilai masa lalu untuk diterapkan dalam masa sekarang.
2. Guru tidak ingin berubah dalam menggunakan model pembelajaran. Guru merasa
nyaman dengan model pembelajaran tradisional, yaitu model ceramah. Pandangan guru
terhadap siswa diibaratkan siswa seperti bejana yang masih kosong perlu diisi oleh ilmu
pengetahuan yang dimiliki guru. Guru merasa dengan menggunakan model tradisional
saja bisa mendapatkann nilai yanng tinggi, sehingga tidak perlu menggunakan model
pembelajaran lainnya.
3. Guru berpikir bahwa pembelajaran konstruktivisme memerlukan lebih banyak waktu.
Proses pembelajaran konstruktivisme ingin membuat siswa menjadi aktif, hal in
terkadang juga terkendala dengan kemampuan kognitif siswa. Beban mengajar guru
sudah terlalu banyak.
4. Belum adanya alat-alat laboratorium yang cukup memadai untuk jumlah siswa yang
besar. Kebanyakan sekolahan masih terbatas dalam menyediakan fasilitas guna
mendukung pembelajaran konstruktivisme. Sarana dan prasarana kurang mendukug
pembelajaran model konstruktivisme.
5. Terlalu banyak bidang studi yang harus dipelajari dalam kurikulum. Masih ada
banyak guru yang mengajar diluar bidang studi sesuai kualifikasinya. Sehingga
penguasaan materi oleh guru kurang memadai.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif,
yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Dalam teori ini bisa
dikatakan bahwa belajar adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan pengetahuan
dengan memberi makna sesuai pengalamannya. Teori ini menekankan proses
pembelajaran daripada hasil pembelajaran tersebut. Tokoh-tokoh yang mendukung teori
ini adalah Jean Piaget dan Ley Vygotsky. Teori ini lahir sebagai bentuk kritik atas teori
sibernetik. Teori ini juga memiliki kelemahan dan kelebihan seperti teori-teori belajar
yang lainnya.

3.2. SARAN
Penulis menyarankan agar teori konstruktivisme ini diaplikasikan sesuai dengan
kondisi karena tidak semua subjek didik cocok dididik dengan teori belajar
konstruktivisme seperti contohnya tentara yang hanya cocok dididik dengan teori
behavioristik.
DAFTAR PUSTAKA
 Nurdiana,Eva.2015.Teori Belajar Konstruktivisme,diakses dari
https://www.kompasiana.com/www.angelgirl.com/54f72c3aa33311b2708b4642/teori-
belajar-konstruktivisme , pada 29 Maret 2020.
 Binus.ac.id,”Teori Konstruktivisme dan Behaviorisme dalam Perancangan
eLearning”,30 Juli 2019,< https://binus.ac.id/knowledge/2019/07/teori-
konstruktivisme-dan-behaviorisme-dalam-perancangan-elearning/> [diakses pada 29
Maret 2020]
 Aina,Mulyana.2018.Teori Belajar Konstruktivistik,diakses dari
https://sites.google.com/site/mulyanabanten/home/teori-belajar-behavioristik/teori-
belajar-kognitif/teori-belajar-konstruktivistik, pada 29 Maret 2020.
 Ika,Nasria.2013.Teori Belajar Konstruktivistik oleh Vygotsky, diakses dari
https://nasriaika1125.wordpress.com/2013/11/10/teori-belajar-kontruktivistik-oleh-
vygotsky/, pada 29 Maret 2020.
 Lia,Maul.2017.Belajar Bermakna, diakses dari
https://www.kompasiana.com/mauliawati/58c962875797733828a67f4d/belajar-
bermakna, pada 29 Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai