TEORI BELAJAR
TEORI KONSTRUKTIVISME
DISUSUN OLEH:
1. ERIKA NUR CANDRA (19020124003)
2. AGUSTINA ROHMAWATI (19020124009)
3. LIA ANDRIANI (19020124021)
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….1
1.1. Latar
Belakang……………………………………………………………….1
1.2. Tujuan
Penulisan……………………………………………………………..1
1.3. Manfaat
Penulisan……………………………………………………………1
1.4. Rumusan
Masalah……………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………..2
2.1. Teori Konstruktivisme………………………………………………………2
2.2. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Konstruktivisme……………………………….3
2.3. Aplikasi Teori Belajar Konstruktivisme…………………………………….5
2.4. Implikasi Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran……………….…….6
2.5. Kelebihan dan Kekurangan………………………………………………….6
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………..9
3.1.Simpulan ……………………………………………………………………9
3.2. Saran……………………………………………..…………………………9
DAFTAR PUSTAKA………………….……………………………………………10
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.TEORI KONSTRUKTIVISME
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu
tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Dalam teori ini bisa dikatakan
bahwa belajar adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan pengetahuan dengan memberi
makna sesuai pengalamannya. Teori ini menekankan proses pembelajaran daripada hasil
pembelajaran tersebut. Meskipun suatu hasil dianggap penting, maka proses belajar jauh
lebih penting karena apabila prosesnya baik maka hasilnya pun baik pula.
Makna belajar menurut konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana pesrta didik
membina sendiri pengtahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan
proses menyelesaikan konsep dan idea-idea baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dan
dimilikinya (Shymansky,1992).
Pendekatan konstruktivisme memiliki beberapa konsep umum seperti:
1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya mampu membina pengetahuan
mereka secara mandiri.
3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses
saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya
secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya
yang sudah ada.
5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor
ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten
atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman
pelajar untuk menarik minat pelajar.
Adapun tujuan dari teori konstruktivisme adalah :
1. Motivasi bagi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab masing-masing individu
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajuan pertanyaan dari hasil
pemikirannya sendiri
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep
secara lengkap
4. Mengembangkan pemikiran siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri
5. Menekankan pada proses bagaimana siswa itu belajar
B. Lev Vygotsky
Konstruktivis ini dikritik oleh Vygotsky, yang menyatakan bahwa siswa dalam
mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. Konstruktivisme
ini oleh Vygotsky disebut konstruktivisme sosial (Taylor, 1993; Wilson, Teslow dan
Taylor,1993; Atwel, Bleicher & Cooper, 1998).
Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky (Slavin, 1997), yaitu Zone of Proximal
Development (ZPD) dan scaffolding.
1. Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat perkembangan
sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara
mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan
pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama
dengan teman sejawat yang lebih mampu.
2. Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap
awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan
untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat
melakukannya (Slavin, 1997).Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan,
peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan
contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri.
Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang
sudah ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
ide-idenya secara bebas
Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interest, untuk membuat hubungan
ide-ide atau gagasan- gagasan, kemudia memformulasikan kembali ide-ide tersebut
dan membuat kesimpulan
Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah
kompleks dimana terjadi bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang
datangnya dari berbagai macam interpretasi
Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaiannya merupakan suatu usaha
kompleks,sukar dipahami dan tidak mudah dikelola
Melibatkan siswa dalam diskusi atau dialog dengan guru dan siswa lainnya
Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar.
KELEMAHAN TEORI
1. Guru merasa kesulitan memberikan contoh-contoh konkrit dan realistik dalam proses
pembelajaran. Dalam hal ini guru harus memiliki kreatifitas yang tinggi dalam
menyampaikan materi. Apalagi dalam hal ini guru sejarah kurang bisa membawa nilai-
nilai masa lalu untuk diterapkan dalam masa sekarang.
2. Guru tidak ingin berubah dalam menggunakan model pembelajaran. Guru merasa
nyaman dengan model pembelajaran tradisional, yaitu model ceramah. Pandangan guru
terhadap siswa diibaratkan siswa seperti bejana yang masih kosong perlu diisi oleh ilmu
pengetahuan yang dimiliki guru. Guru merasa dengan menggunakan model tradisional
saja bisa mendapatkann nilai yanng tinggi, sehingga tidak perlu menggunakan model
pembelajaran lainnya.
3. Guru berpikir bahwa pembelajaran konstruktivisme memerlukan lebih banyak waktu.
Proses pembelajaran konstruktivisme ingin membuat siswa menjadi aktif, hal in
terkadang juga terkendala dengan kemampuan kognitif siswa. Beban mengajar guru
sudah terlalu banyak.
4. Belum adanya alat-alat laboratorium yang cukup memadai untuk jumlah siswa yang
besar. Kebanyakan sekolahan masih terbatas dalam menyediakan fasilitas guna
mendukung pembelajaran konstruktivisme. Sarana dan prasarana kurang mendukug
pembelajaran model konstruktivisme.
5. Terlalu banyak bidang studi yang harus dipelajari dalam kurikulum. Masih ada
banyak guru yang mengajar diluar bidang studi sesuai kualifikasinya. Sehingga
penguasaan materi oleh guru kurang memadai.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif,
yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Dalam teori ini bisa
dikatakan bahwa belajar adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan pengetahuan
dengan memberi makna sesuai pengalamannya. Teori ini menekankan proses
pembelajaran daripada hasil pembelajaran tersebut. Tokoh-tokoh yang mendukung teori
ini adalah Jean Piaget dan Ley Vygotsky. Teori ini lahir sebagai bentuk kritik atas teori
sibernetik. Teori ini juga memiliki kelemahan dan kelebihan seperti teori-teori belajar
yang lainnya.
3.2. SARAN
Penulis menyarankan agar teori konstruktivisme ini diaplikasikan sesuai dengan
kondisi karena tidak semua subjek didik cocok dididik dengan teori belajar
konstruktivisme seperti contohnya tentara yang hanya cocok dididik dengan teori
behavioristik.
DAFTAR PUSTAKA
Nurdiana,Eva.2015.Teori Belajar Konstruktivisme,diakses dari
https://www.kompasiana.com/www.angelgirl.com/54f72c3aa33311b2708b4642/teori-
belajar-konstruktivisme , pada 29 Maret 2020.
Binus.ac.id,”Teori Konstruktivisme dan Behaviorisme dalam Perancangan
eLearning”,30 Juli 2019,< https://binus.ac.id/knowledge/2019/07/teori-
konstruktivisme-dan-behaviorisme-dalam-perancangan-elearning/> [diakses pada 29
Maret 2020]
Aina,Mulyana.2018.Teori Belajar Konstruktivistik,diakses dari
https://sites.google.com/site/mulyanabanten/home/teori-belajar-behavioristik/teori-
belajar-kognitif/teori-belajar-konstruktivistik, pada 29 Maret 2020.
Ika,Nasria.2013.Teori Belajar Konstruktivistik oleh Vygotsky, diakses dari
https://nasriaika1125.wordpress.com/2013/11/10/teori-belajar-kontruktivistik-oleh-
vygotsky/, pada 29 Maret 2020.
Lia,Maul.2017.Belajar Bermakna, diakses dari
https://www.kompasiana.com/mauliawati/58c962875797733828a67f4d/belajar-
bermakna, pada 29 Maret 2020.