Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Rianawati (131910102)
2. Nopiyah (131910099)
3. Aisyah Putri Salsabila (131910056)
4. Hasna Raihana (131910055)
5. Khoerunnisa Dwi Cantika (131910065)
6. Sholiha Nurul Hikmah (131910095)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas kesehatan
yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa Nya mungkin penulis tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada Ibu Fitriyani Umiyanto, S.Kom., M.Pd
selaku dosen pengampu Pembelajaran IPS SD di Universitas Pelita Bangsa atas
kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk mengerjakan makalah dengan
tema" Pengertian dan Jenis Pembelajaran Kontruktivisme Dalam IPS" Penulis Juga
berterimakasih kepada semua teman serta orangtua teristimewa yang telah
memberikan dorongan dan doa kepada penulis dan juga memberikan bantuan kepada
penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Tak lepas dari kekurangan, penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Saran dan kritik yang membangun penulis harapkan demi karya yang
lebih baik dimasa mendatang. Semoga makalah ini dapat melengkapi tugas penulis
sebagai mahasiswa dan untuk mata kuliah Pembelajaran IPS SD.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
2.1 Kontruktivisme.................................................................................................. 3
2.2 Pembelajaran IPS.............................................................................................. 8
2.3 Pendekatan pembelajaran konstruktivisme..................................................... 10
2.4 Implementasi pembelajaran ips....................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Kontruktivisme
Siswa SD umumnya berusia 7-12 tahun, kisaran umur tersebut berada dalam
tahap operasional konkret, sehingga untuk memudahkan siswa dalam mempelajari
materi matematika yang baru, maka dalam proses pembelajaran harus dalam konteks
(situasi nyata). termasuk benda nyata sebagai penunjang yang mengaitkan
pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki dengan materi baru yang
akan dipelajari.
1) Tahap persepsi
Pada tahap ini siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang akan di bahas. Bila perlu, guru memancing dengan pertanyaan
problematis tentang fenomena yang sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan
mengaitkannya dengan konsep yang akan dibahas, selanjutnya siswa diberi
kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemahamannya
tentang konsep tersebut.
2) Tahap eksplorasi
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep
melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan penginterpretasian data dalam suatu
kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara keseluruhan pada tahap ini akan
terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena dalam lingkungannya.
b. Prinsip-Prinsip Konstruktivisme
c. Ciri-Ciri Konstruktivisme
1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3) Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah
4) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi
berjalan lancar.
5) Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran wajib dalam
pendidikan di tingkat dasar maupun menengah di Indonesia. IPS di luar negeri lebih
dikenal dengan social studies, social education, social studies education, dan
sebagainya. Wesley (Sapriya, 2009) menyatakan bahwa "the social studies are the
social sciences simplified for pedagodical purpose". Jadi IPS menurut Wesley lebih
mengarah kepada penyederhanaan ilmu-ilmu sosial yang bertujuan pada kemampuan
pedagogik.
Pengertian social studies (IPS) yang lain yaitu menurut National Council for Social
Studies (NCSS) (Supardi, 2011) "Social studies are the integrated study of the social
sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program,
social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as
antropology. archeology, economics, geography, history, law, philosophy, political
science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content drom the
humanities, mathematics. and the natural sciences."
Barr dalam Sapriya (2009) berpendapat bahwa The social studies is an integration of
experience and knowledge concerning human relations for the purpose of citizenship
education. Sedangkan menurut Banks dalam Sapriya (2009). "The social studies is that
part of the elementary and high school curriculum which has the primary responsibility
for helping students to develop the knowledge, skills, attitudes, and values needed to
participate in the civic life of their local communities, the nation, and the word",
Lebih lanjut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 di tuliskan bahwa "Mata pelajaran
IPS disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu. Dengan pendekatan tersebut
diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan
mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan".
Berdasar pengertian tersebut, IPS merupakan mata pelajaran yang terintegrasi atau
terpadu dari ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sehingga dapat mengembangkan
kemampuan menjadi warga negara yang baik. IPS di sekolah merupakan mata
pelajaran yang memadukan secara sistematis disiplin-disiplin ilmu seperti antropologi,
arkeologi, ekonomi, geografi. sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama,
dan sosiologi, sama seperti serasinya ilmu humaniora, matematika, dan ilmu alam.
Sapriya (2009) menyampaikan bahwa materi IPS untuk jenjang sekolah tersebut
lebih mementingkan dimensi pedagogik maupun psikologis serta karakteristik
kemampuan siswa itu sendiri.
Jadi pembelajaran IPS adalah interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik,
dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju
pada suatu tujuan pembelajaran IPS yang telah ditetapkan sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu
bahwa pengetahuan dibangun bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah
yang siap untuk diingat. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi
makna melalui pengalaman nyata. Dimana dalam proses pembelajaran konstuktivisme,
siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam
proses belajar dan mengajar. Sehingga siswa menjadi pusat kegiatan dan bukan guru.
1) Tahap persepsi
2) Tahap eksplorasi
3) Tahap diskusi dan penjelasan konsep
4) Tahap pengembangan dan aplikasi konsep
3.2 Saran
Selama ini pengajaran IPS di sekolah masih menggunakan pendekatan tradisional
seperti ceramah dan diskusi, serta lebih menekankan pada aspek-aspek kognitif dan
mengabaikan keterampilan-keterampilan sosial. Konsekuensi dari metode tersebut
adalah siswa mudah merasa bosan terhadap materi pelajaran IPS dan dalam jangka
panjang, tentu saja akan terjadi penurunan kualitas pembelajaran itu sendiri. Sehingga
dalam menanggulangi hal ini penulis menyarankan agar dalam pembelajaran IPS di SD
para guru dapat menggunakan pendekatan-pendekatan lain, salah satunya ialah
pendekatan konstruktivistik. Dimana dengan pendekatan ini siswa dapat berpikir untuk
menyelesaikan masalah, mengembangkan gagasan dan membuat keputusan. Siswa
juga dapat lebih paham karena terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan
baru, dan mereka dapat mengapliksikannya dalam semua situasi, Maka
pembelajaranpun akan menjadi lebih menarik, sehingga tentunya kualitas
pembelajaran akan semakin membaik.
DAFTAR PUSTAKA