Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEORI-TEORI PENDIDIKAN DALAM ALIRAN BARU

Dosen Pengampu : Wardatus Sholeha, M.pd.

Disusun Oleh :

1. Riska Findia Maesaroh (T201810071)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


PRODI TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEPTEMBER 2019

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember


Jln. Mataram No. 1 Karang Miuwo Mangli Kaliwates Kabupaten Jember
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
inahnya kepada kita semua sehingga bisa menyelesaikan makalah ini yang bertema
“ Teori-teori dalam pendidikan dalam aliran baru ”. Salawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan
sahabatnya serta umatnya hingga akhir zaman. Karena dengan adanya cahaya
kefahaman kami bisa menyelesaikan makalah ini.

Tidak lupa ucapan terima kasih saya haturkan kepada ibu Wardatus
Sholeha selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan dukungan dan motivasi demi terselesaikannya makalah ini.

Tujuan pembuatan makalah ini untuk menambah pengetahuan penulis


mengenai “ Teori-teori pendidikan dalam aliran baru”. Mengingat keterbatasan
penulis, kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan baik dari segi isi, penulisan maupaun yang lainnya. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik guna membangun kesempurnaan makalah ini.

Jember, 28 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................i

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang........................................................... 1
1.2Rumusan Masalah ..................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1Pengertian Aliran Pendidikan ................................... 3


2.2Teori pengajaran proyek ........................................... 3
2.3Teori Taman siswa dan INS ..................................... 5
2.4Teori Neuro-education ........................................... 10

BAB III PENUTUP

3.1Kesimpulan ............................................................ 13
3.2 Saran .................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia dimanapun dan kapanpun menyelenggarakan usaha


pendidikan.Tidak hanya itu,manusia terutama para ahlinya juga memikirkan
berbagai hal yang menyangkut usaha pendidikan itu sehingga terungkaplah
pemikiran-pemikiran tentang faktor-faktor yang mendasari perkembangan manusia
(individu).Dalam kaitanya dengan usaha pendidikan serta dasar-dasar
penyelenggaraan dan pemikiran tentang pola pendidikan tertentu telah
dilaksanakan sejak sebelum kemerdekaan,karenanya banyak teori yang
dikemukakan para pemikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran
pendidikan.Adapun Aliran-aliran baru yang kini sedang berkembang.

Di Indonesia penyelenggaran dan pemikiran tentang pola pendidikan


tertentu telah dilaksanakan sejak sebelum kemerdekaan.Penyelenggaraan dan
pemikiran tentang pendidikan ini banyak yang secara langsung menerima pengaruh
dari pemikiran-pemikiran tersebut diatas,khususnya pemikiran yang “baru” dan
“maju” dari luar negeri. Setelah kemerdekaan,bangsa Indonesia terus menerus
mengusahakan sistem pendidikan atas dasar Pancasila.

2.1 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari aliran pendidikan ?


2. Bagaimana penerapan teori pengajaran proyek ?
3. Bagaimana penerapan teori Taman siswa dan INS ?
4. Bagaimana penerapan teori Neuro-Education?

1
3.1 Tujuan

Untuk menambah wawasan tentang pengertian aliran pendidikan dan


mengetahui bentuk teori-teori pendidikan dalam aliran baru serta mengetahui
tantang analisis pendidikan dalam aliran baru tersebut.

2
BAB 11
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aliran pendidikan

Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa


pembaharuan dalam dunia pendidikan. Pemikiran tersebut berlangsung seperti
suatu diskusi berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikiran terdahulu selalu
ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya, sehingga timbul
pemikiran yang baru, dan demikian seterusnya. Agar diskusi berkepanjangan itu
dapat dipahami, perlu aspek dari aliran-aliran itu yang harus dipahami. Oleh karena
itu setiap calon tenaga kependidikan harus memahami berbagai jenis aturan-aturan
pendidikan.( Rahayu, Fuji Entin. 2011 : 23)

2.2. Teori Pengajaran Proyek

W.H Kalipatrik (1871) yang menyelenggarakan suatu system pengajaran


proyek.Prinsip dasarnya bahwa pengajaran itu harus aktif ilmiah dan
memasyarakat.Proyek pada dasarnya adalah tugas yang harus dipecahkan melalui
suatu rencana dan penyelenggaraan kegiatan secara baik.

A.Langkah-langkah Pokok Pengajaran Proyek yaitu :

1. Persiapan : termasuk dalam langkah ini ialah penetapan masalah yang akan
dibahas. Dalam langkah ini guru merangsang anak-anak agar mereka dapat
memikirkan, mengusulkan dan mendiskusikan apa yang perlu mereka
pelajari. Setelah masalah itu ditetapkan persiapan-persiapan lebih lanjut
dilakukan, seperti menetapkan jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan,
siapa-siapa yang akan melakukan kegiatan itu masing-masing, peralatan
yang di perlukan, jedwal kegiatan. Persiapan ini perlu disusun dalam bentuk
3
rencana yang nyata, lengkap, dan jelas sangkut paut kegiatan yang satu
dengan yang lainnya. Dalam menyusun persiapan ini perlu di praktekkan
metode ilmiah berupa penyusunan hipotesis dan pengajuan alternatif
terdahulu
2. Kegiatan Belajar : kegiatan ini pada dasarnya merupakan pelaksanaan dari
rencana yang telah disiapkan terdahulu itu. Kegiatan dapat diawali dengan
perjalanan sekolah, karyawisata, peninjauan, atau pengamatan suatu objek,
membaca buku, majalah dan membuat catatan tentang apa yang diamati atau
di baca itu. Berdasarkan hasil kegiatan seperti diskusi, membuat karangan,
menyusun model, menjawab pertanyaan, menyusun diagram, membuat
laporan dan sebagainya. Kegiatan belajar ini pada dasarnya merupakan
usaha mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan atau hipotesis-hipotesis
yang telah dikemukakan terdahulu.
3. Penilaian : bentuk penilaian yang sering dilakukan ialah dengan mengadakan
pameran. Semua hasil kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak di pamerkan.
Seluruh warga kelas memperhatikan apa yang di pamerkan itu, memberikan
tanggapan, kritik, menambah hal-hal yang dirasa masih kurang, dan
sebagainya. Pada akhir kegiatan suatu proyek, anak-anak diminta membuat
catatan pada buku proyeknya masing-masing. Buku proyek ini sifatnya
perorangan sehingga bentuk dan isi buku proyek anak satu dapat berbeda
dengan anak yang lain.

B.Keuntungan Pengajaran Proyek

1. Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak


yang mengatakan bahwa siswa suka tekun sampai kelewat batas waktu,
berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga melaporkan
pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa
4
melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen
kurikulum yang lain.
2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada
pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan
perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah
dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan
memecahkan masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan
belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem yang kompleks.
3. Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek
memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan
komunikasi ( Johnson & Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif,
evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif
dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik
menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan
belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif . (Tirtarahardja, Umar dan S.L.
La Sulo.2005 : 43 )

2.3 Teori Taman Siswa dan INS

1.Taman Siswa

Pendidikan Taman Siswa berdiri pada 3 juli 1922, pendirinya adalah Raden
Mas Soewardi Soeryaningrat atau yang biasa di kenal dengan Ki Hajar Dewantara
yang dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Awal pendirian taman
siswa di awali dengan ketidakpuasan dengan pola pendidikan yang di lakukan oleh
pemerintah kolonial, karena jarang sekali Negara kolonial yang memberikan
fasilitas pendidikan yang baik kepada Negara jajahannya. Karena seperti yang di

5
katakan oleh ahli sosiolog Amerika “pengajaran akan merupakan dinamit bagi
system kasta yang di pertahankan dengan keras di dalam daerah jajahan”.

Sebab itu, maka di dirikanlah Taman Siswa, berdirinya Taman Siswa


merupakan tantangan terhadap politik pengajaran kolonial dengan mendirikan
pranata tandingan. Taman Siswa adalah badan perjuangan kebudayaan dan
pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan dalam arti luas untuk
mencapai cita-citanya. Bagi Taman Siswa, pendidikan bukanlah tujuan tetapi
media untuk mencapai tujuan perjuangan, yaitu mewujudkan manusia Indonesia
yang merdeka lahir dan batinnya. Merdeka lahiriah artinya tidak dijajah secara
fisik, ekonomi, politik, dsb, sedangkan merdeka secara batiniah adalah mampu
mengendalikan keadaan.
Pendidikan Taman Siswa dilaksanakan berdasar Sistem Among, yaitu suatu
sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kodrat alam dan
kemerdekaan. Dalam sistem ini setiap pendidik harus meluangkan waktu sebanyak
24 jam setiap harinya untuk memberikan pelayanan kepada anak didik
sebagaimana orang tua yang memberikan pelayanan kepada anaknya.
Sistem Among tersebut berdasarkan cara berlakunya disebut Sistem Tutwuri
Handayani. Dalam sistem ini orientasi pendidikan adalah pada anak didik, yang
dalam terminologi baru disebut student centered. Di dalam sistem ini pelaksanaan
pendidikan lebih didasarkan pada minat dan potensi apa yang perlu dikembangkan
pada anak didik, bukan pada minat dan kemampuan apa yang dimiliki oleh
pendidik. Apabila minat anak didik ternyata akan keluar “rel” atau pengembangan
potensi anak didik di jalan yang salah maka pendidik berhak untuk meluruskannya.
Pendidikan Taman siswa berciri khas Pancadarma, yaitu Kodrat Alam
(memperhatikan sunnatullah), Kebudayaan (menerapkan teori Trikon),
Kemerdekaan (memperhatikan potensi dan minat maing-masing individu dan
6
kelompok), Kebangsaan (berorientasi pada keutuhan bangsa dengan berbagai
ragam suku), dan Kemanusiaan (menjunjung harkat dan martabat setiap orang).
A.Asas Pendidikan Taman Siswa
Ada beberapa asas Pendidikan Taman Siswa, yaitu :
1. Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan
terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum.
2. Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam
arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri.
3. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan
sendiri.
4. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada
seluruh rakyat.
5. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka harus
mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
6. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keiklasan lahir dan batin
untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan
kebahagiaan anak-anak.
7. Asas kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan,
dan asas kemanusiaan.
B. Tujuan Pendidikan Taman Siswa
Tujuan dari Pendidikan Taman Siswa adalah sebagai berikut :
1. Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib
dan damai.
2. Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin,
luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota

7
masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa,
tanah air, serta manusia pada umumnya.
C. Upaya-upaya yang dilakukan Taman Siswa
Beberapa usaha yang dilakukan oleh taman siswa adalah menyiapkan
peserta didik yang cerdas dan memiliki kecakapan hidup. Dalam ruang lingkup
eksternal Taman siwa membentuk pusat-pusat kegiatan kemasyarakatan.
D. Hasil-hasil yang Dicapai
Taman siswa telah berhasil menemukakan gagasan tentang pendidikan
nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari Taman indria sampai Sarjana Wiyata.
Taman siswa pun telah melahirkan alumni alumni besar di Indonesia.
2.INS (Indonesiche Nederlansce School)
INS (Indonesiche Nederlansce School) merupakan sekolah yang didirikan
oleh Mohammad Syafei di Kayutanam (Padang Panjang, Sumbar). Sekolah ini
mempunyai rencana pelajaran dan metode sendiri yang hampir mirip dengan
Sekolah Kerjanya Kershensteiner. Syafei berpendapat bahwa dengan belajar
sendiri watak peserta didik akan terbentuk dan di kemudian hari dapat tumbuh
menjadi orang dewasa yang merdeka, tidak hanya dengan jalan menghafal saja di
sekolah.
INS yang dipelopori oleh Moch. Syafei, menekankan bahwa bangsa
Indonesia harus memiliki watak yang merdeka. INS mempergunakan sistem
sekolah kerja yang kreatif yang tidak terikat oleh kurikulum. INS merupakan
sekolah umum yang unik dengan memberikan bidang-bidang:
a.Pendidikan keterampilan (pertukangan kayu, besi, keramik, listrik, pateri),
b.Pendidikan pertanian (bercocok tanam, peternakan, perikanan, dan
teknologinya),
c.Pendidikan karya seni (senirupa, drama, tari, olah raga), dan

8
d.Pendidikan manajemen ( pengelolaan koperasi, perpustakaan, asrama).
Sebagaimana Taman Siswa, INS juga menekankan pentingnya asrama bagi
perkembangan anak didik.
A. Asas Pendidikan INS

Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS mempunyai asas-asas sebagai


berikut :
a. Berpikir logis dan rasional
b. Keaktifan atau kegiatan
c. Pendidikan masyarakat
d. Memperhatikan pembawaan anak
e. Menentang intelektualisme
B. Tujuan Pendidikan INS
Asas-asas di atas kemudian disempurnakan dan mencakup berbagai hal,
seperti: syarat-syarat pendidikan yang efektif, tujuan yang ingin dicapai, adalah
sebagai berikut :
a. Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
b. Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
c. Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
d. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung
jawab.
e. Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.
C. Upaya-upaya Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Beberapa usaha yang dilakukan oleh Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
antara lain menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan, menyiapkan tenaga
guru atau pendidik, dan penerbitan majalah anak-anak Sendi, serta mencetak buku-
buku pelajaran.

9
D. Hasil-hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mengupayakan gagasan-gagasan tentang
pendidikan nasional (utamanya pendidikan keterampilan/kerajinan), beberapa
ruang pendidikan (jenjang persekolahan), dan sejumlah alumni.( Schunk, Dale H.
2012 : 56 )
2.4 Teori Neuro-education
Neurosains adalah sistem pendidikan baru yang mempelajari tentang sistem
kerja syaraf. Pendidik umumnya jarang memperhatikan permasalahan ini.
Pengabaian terhadap sistim ini menyebabkan suasana pembelajaran menjadi
mati.Di dalam dunia pendidikan, setelah para peneliti meneliti neurosains, muncul
perdebatan dua kubu, memisahkan dan menyatukan tiga elemen (otak-pikiran,
jiwa-badan, akal-hati) belum menemukan titik temu. Kebanyakan sistim melarang
peserta didik untuk memakai otak-pikiran dalam pembelajaran yang selama ini
peserta didik hanya dituntut untuk menjaga kemuliaan hati dan akhlak mulia.
Pengertian Neurosains secara etimologi adalah ilmu neural (neural science)
yang mempelajari sistim syaraf, terutama mempelajari neuron atau sel syaraf
dengan pendekatan multidisipliner.Secara terminologi, neurosains merupakan
bidang ilmu yang mengkhususkan pada studi saintifik terhadap sistim syaraf.
Dengan dasar ini, neorosains juga disebut sebagai ilmu yang mempelajari otak dan
seluruh fungsi-fungsi syaraf belakang.
A.Tujuan Neurosains
Tujuan utama dari ilmu ini adalah mempelajari dasar-dasar biologis dari
setiap perilaku. Artinya, tugas utama dari neurosains adalah menjelaskan perilaku
manusia dari sudut pandang aktivitas yang terjadi didalam otaknya. Penelitian
mutakhir di bidang neurosains menemukan sejumlah bukti hubungan tidak
terpisahkan antara otak dan perilaku (karakter) manusia.Melalui instrumen

10
Positron Emission Tomography (PET) diketahui bahwa terdapat enam sistem otak
(brain system) yang secara terpadu meregulasi semua perilaku manusia. Keenam
sistem otak tersebut adalah cortex prefrontalis, sistem limbik, gyros cingulatus,
ganglia basalis, lobus temporalis, dan cerebellum.Keenam sistem otak tersebut
mempunyai peranan penting dalam pengaturan kognisi, afeksi, dan psikomotorik,
termasuk IQ, EQ, dan SQ.Pemisahan jasmani, ruhani dan akal akan berimplikasi
pada pengembangan ketiganya (IQ, EQ dan SQ) yang secara otomatis
melanggengkan ketidak seimbangan pada ranah kognisi, afektif dan psikomotorik
dalam pembelajaran.Bukti ilmiah ini memberi inspirasi bahwa pendidikan karakter
tidak ubahnya dengan mengembangkan potensi otak. Semua sistem dalam otak
bekerja secara padu untuk membangun sikap dan perilaku manusia. Oleh karena
itu, meregulasi kinerja otak secara normal akan menghasilkan fungsi optimal
sehingga perilaku dapat dikontrol secara sadar dengan melibatkan dimensi
emosional dan spiritual.
C. Implikasi Perkembangan Otak Dalam Pendidikan
1. Optimalisasi Kecerdasan
Pendidikan sebaiknya mengembangkan kecerdasan, bukan hafalan,
yaitu melalui stimulasi otak untuk berpikir. Otak yang cerdas meningkatkan
kreativitas dan daya cipta baru untuk menemukan hal yang baru yang tidak
pernah terpikirkan.
2. Keseimbangan fungsi otak kanan dan kiri
Otak kanan dan otak kiri memiliki fungsi yang berbeda. Otak kanan
lebih bersifat intuitif, acak, tak teratur, divergen. Otak kiri bersifat linier,
teratur, dan konvergen. Pendidikan hendaknya mengembangkan kedua
belahan otak itu secara seimbang. Pembelajaran yang bersifat eksploratori

11
dan divergen, lebih dari satu kemungkinan jawaban benar akan
mengembangkan kedua belahan otak tersebut.
3. Keseimbangan Otak Triune
Pendidikan harus mengembangkan secara seimbang fungsi otak atas,
tengah dan bawah (logika, emosi, dan motorik) yang sering disebut juga
head, heart, and hands. Hal itu sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
yaitu mengambangkan manusia yang cerdas, terampil, dan beakhlak mulia.
4. Pengembangan motorik tangan
Stimluasi melalui motorik tangan perlu dilakukan sejak dini.
Koordinasi tangan ini sifatnya berkebalikan, di mana tangan kiri
dikendalikan otak bagian kanan. Oleh karena itu tidak selayaknya kita
melarang anak menggunakan tangan kirinya karena hal itu justru sedang
mengembangkan otak kanannya. (Aminul Wathon.2015 : Volume 14,
Nomor 1)

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa
pembaharuan dalam dunia pendidikan.
2. Teori pengajaran proyek yaitu menyelenggarakan suatu system pengajaran
proyek.Prinsip dasarnya bahwa pengajaran itu harus aktif ilmiah dan
memasyarakat.
3. Pendidikan Taman Siswa berdiri pada tanggal 3 juli 1922, pendirinya adalah
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau yang biasa di kenal dengan Ki
Hajar Dewantara yang dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.
4. Pendidikan Taman siswa berciri khas Pancadarma, yaitu Kodrat Alam
(memperhatikan sunnatullah), Kebudayaan (menerapkan teori Trikon),
Kemerdekaan (memperhatikan potensi dan minat masing-masing individu
dan kelompok), Kebangsaan (berorientasi pada keutuhan bangsa dengan
berbagai ragam suku), dan Kemanusiaan (menjunjung harkat dan martabat
setiap orang).
5. INS (Indonesiche Nederlansce School) merupakan sekolah yang didirikan
dan dipelopori oleh Mohammad Syafei di Kayutanam (Padang Panjang,
Sumbar).
6. Tujuan utama dari teori neuro education adalah mempelajari dasar-dasar
biologis dari setiap perilaku. Artinya, tugas utama dari neurosains adalah
menjelaskan perilaku manusia dari sudut pandang aktivitas yang terjadi
didalam otaknya

13
3.2 Saran

Saya selaku penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini


masih jauh dari kata sempurna, Oleh karenanya saya meminta maaf kepada
segenap pembaca.Saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun
supaya dikemudian hari dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi

14
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, Fuji Entin. 2011. Aliran-aliran Pendidikan.

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta:


Rineka Cipta

Schunk, Dale H. 2012. Teori-teori Pembelajaran: Perspektif Pendidikan.


Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Aminul Wathon.2015.Neurosains dalam Pendidikan. Jurnal Lentera: Kajian


Keagamaan, Keilmuan dan Teknologi. Volume 14, Nomor 1

15

Anda mungkin juga menyukai