Anda di halaman 1dari 18

HALAMAN JUDUL

LANDASAN PEMBELAJARAN TEMATIK; LANDASAN FILOSOFIS, LANDASAN


PSIKOLOGIS & LANDASAN YURIDIS
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Pendidikan Tematik
Dosen Pengampu: Tri Yaumil Fhalikhah, M. Pd.

Disusun Oleh:
1. Sulaiman Saputra (1800031052)
2. Fuji Awaliah (1800031061)
3. Fahad Fauzan Firdaus (1800031067)
4. Reni Sasmita (1800031082)
5. Muhammad Wildanul Haq (1800031087)
6. Elysia Yuli Astuti (1800031100)
7. Lola Fitriah Rahmatunisa (1800031105)
8. Muhammad Imam Hanafiah (1800031126)
9. Surahman (1800031134)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah senantiasa kita haturkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayahNya-lah kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Tak lupa pula
kami ucapkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, karena beliaulah yang
telah menghantarkan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh berkah.

Adapun judul makalah  kami   “Landasan Pembelajaran Tematik, LAndasan Filosofis,


Landasan Psikologis & Landasan Yuridis” kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pembelajaran Tematik. Kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan kepercayaan kepada kami dan pihak-pihak yang telah memberikan bantuan
dalam penyusunan makalah ini. Kami sangat berharap semoga dengan adanya makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan ilmu yang kita miliki.

Di dalam penulisan ini, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan serta
kekeliruan. Untuk itu, kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menyusun makalah ataupun tugas lain di masa yang akan datang.

Yogyakarta, 07 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Pengertian Pembelajaran Tematik................................................................................3
B. Landasan Pembelajaran Tematik..................................................................................5
1. Landasan filosofis........................................................................................................5
2. Landasan Psikologis.....................................................................................................7
3. Landasan Yuridis........................................................................................................10
BAB III PENUTUP...........................................................................................................13
a. Kesimpulan.................................................................................................................13
b. Saran...........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang sangat berpengaruh pada
siswa. Sebab pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tema sebagai pemandu bahan dan kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran tematik dimulai dengan menentukan tema, kemudian
dikembangkan menjadi subtema dengan memperhatikan keterkaitannya dengan mata
pelajarannya. Pembelajaran Tematik juga dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran
dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik
pembahasan.
Pembelajaran tematik berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan siswa dan secara efektif akan membantu menciptakan kesempatan
yang luas untuk membangun konsep yang saling berkaitan sehingga peserta didik
dapat memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk
menerima, menyimpan dan menerangkan konsep yang sudah di pelajarinya.
Disamping itu pembelajaran tematik akan memberi peluang pembelajaran terpadu
yang lebih menekankan pada partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan
dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum,
dan aspek belajar mengajar.
Model ini akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami
masalah yang kompleks dilingkungan sekitarnya dengan pandangan yang utuh,
sehingga siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk menilai, mengumpulkan dan
menggunakan informasi yang ada disekitarnya dengan lebih bermakna. Oleh karena
itu, guru harus merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi
kebermaknaan belajar siswa. Dalam pembelajaran tematik juga mempelajari
pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema
yang sama serta memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan. Di setiap pembelajaran pelaksanaan pembelajaran pasti selalu membutuhkan
landasan-landasan yang kuat yang didasarkan atas hasil pemikiran yang mendalam.
Landasan-landasan yang harus mendapatkan perhatian guru dalam pembelajaran
tematik yaitu, landasan filosofi, landasan psikologis dan landasan praktis. Dengan
adanya ketiga landasan tersebut, model pembelajaran tematik dapat berjalan dengan
apa yang di harapkan oleh kurikulum. Antara landasan satu dan landasan lainnya
sangat berkaitan sehingga model pembelajaran tematik ini termasuk model
pembelajaran yang sangat diminati dan berpengaruh baik pada pemikiran-pemikiran
peserta didik.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pembelajaran tematik?
2. Apa saja landasan dari pembelajaran tematik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pembelajaran tematik
2. Untuk mengetahui landasan dari pembelajaran tematik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Tematik

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI dijelaskan bahwa pembelajaran


berasal dari kata belajar yang artinya berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu atau
berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan
pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan seorang belajar. Dalam arti luas
pembelajaran diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistematik,
yang bersifat interaktif dan komunikatif antara guru dengan siswa,, sumber belajar dan
lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan
belajar siswa.

Menurut Wina Sanjaya pembelajaran adalah proses kerjasama antara guru dan
siswa dalam memanfaatkan Segala potensi dan sumber belajar yang ada baik potensi
yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri maupun potensi yang berada di luar diri
siswa sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sedangkan Tematik adalah asal kata dari tema yang berarti gagasan utama yang
menjadi bahasan sebuah perbincangan. Dengan demikian maka yang dimaksud dengan
pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema-tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
bagi siswa1.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam


mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok
pembicaraan2. Tematik adalah pokok isi atau wilayah dari suatu bahasan materi yang
terkait dengan masalah dan kebutuhan lokal yang dijadikan tema atau judul dan akan
disajikan dalam proses pembelajaran di kelompok belajar. Pembelajaran tematik adalah
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata
pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pembelajaran
1
H.M. Syakur, Pembelajaran Tematik Untuk Kelas Rendah (Pesona Bahasa, n.d.).
2
Retno Widyaningrum, “Model Pembelajaran Tematik Di MI/SD,” Cendekia 1, no. 1 (2012): 15–16.
3
tematik merupakan bentuk yang akan menciptakan sebuah pembelajaran terpadu, yang
akan mendorong keterlibatan siswa dalam belajar, membuat siswa aktif terlibat dalam
proses pembelajaran dan menciptakan situasi pemecahan masalah sesuai dengan
kebutuhan siswa, dalam belajar secara tematik siswa akan dapat belajar dan bermain
dengan kreativitas yang tinggi. Pembelajaran tematik juga dapat diartikan sebagai pola
pembelajaran mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, kemahiran, nilai dan sikap
pembelajaran dengan menggunakan tema.

Dari beberapa definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa pembelajaran tematik
adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan memadukan materi beberapa pelajaran dalam
satu tema, yang menekankan keterlibatan peserta didik dalam belajar dan pemberdayaan
dalam memecahkan masalah, sehingga hal ini dapat menumbuhkan kreativitas sesuai
dengan potensi dan kecenderungan mereka yang berbeda satu dengan yang lainnya3.

Dengan pembelajaran tematik ini diharapkan akan memberikan banyak


keuntungan bagi peserta didik. Diantara keuntungan tersebut adalah:

1. Memudahkan siswa memutuskan perhatian pada suatu tema yang dipelajari


2. Memberikn kemampuan kepada peserta didik dalam mempelajari dan
mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar pelajaran dalam tema yang sama.
3. Memberikan pemahaman materi yang lebih mendalam dan berkesan bagi peserta
didik.
4. Pengembangan kompetensi dasar akan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran
lain dengan pengalaman pribadi peserta didik.
5. Materi disajikan dalam konteks tema yang jelas sehingga peserta didik merakan
manfaat dan makna belajar.
6. Membuat peserta didik memiliki gairah dalam belajar karena dapat berkomunikasi
dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata
pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain
7. Menghemat waktu guru karena penyajian mata pelajaran secara tematik dapat
dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses


belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat

3
Mohamad Muklis, “Pembelajaran Tematik,” FENOMENA 1, no. 1 (2012): 66.
4
memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri
berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan
konsep lain yang telah dipahaminya.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil


melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau
merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar
siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual
menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata
pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan
memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan
pembelajaran tematik akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap
perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan
(holistik)4.

B. Landasan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik berangkat dari pemikiran filosofis tertentu yang


menekankan pada pembentukan kreativitas peserta didik dengan pemberian aktivitas
yang didapat dari pengalaman langsung melalui lingkungannya yang natural. Masing-
masing peserta didik memiliki potensi dan motivasi yang unik dan khas yang perlu
dikembangkan sedemikian rupa dengan tetap memperhatikan karakteristik keunikan
dan kekhasannya itu. Pembelajaran tematik berangkat dari tiga landasan yaitu
landasan filosofis, landasan psikologis dan landasan yuridis.

1. Landasan filosofis

Pembelajaran tematik berlandaskan pada filsafat pendidikan progresivisme,


sedangkan progresivisme bersandar pada filsafat naturalisme, realisme dan dan
pragmatisme. Disamping itu pembelajaran tematik bersandar juga pada filsafat
pendidikan konstruktivisme dan humanisme. Landasan filosofis dalam pembelajaran

4
Widyaningrum, “Model Pembelajaran Tematik Di MI/SD.”
5
tematik di faktorisasi atas tiga aliran yaitu progresivisme, konstruktivisme dan
humanisme.

1. Progresivisme, proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan


kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan
memperhatikan pengalaman siswa.
2. Konstruktivisme, peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya melalui
pengalaman langsung siswa sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran
ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau pembentukan manusia. Manusia
melakukan langkah konstruktif terhadap ilmunya melalui interaksi dengan
objek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat
ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus
diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu
yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus.
Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan
dalam perkembangan kognitifnya.
3. Humanisme melihat siswa dari sisi uniknya, Setiap anak memiliki potensi
kecerdasan dan motivasi yang dimilikinya. Sehingga siswa dipandang memiliki
kesamaan dan keunikan masing-masing.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa secara filosofis pembelajaran tematik
sangat memperhatikan kebutuhan siswa, Berdasarkan pengalaman siswa, kreativitas
yang dapat dikembangkan pada usia dasar, serta potensi dan motivasi yang berbeda
ada di siswa dipandang secara holistik sehingga membangun keunikan dan kekhasan
dari masing-masing siswa usia dasar5.

Secara filosofis bahwa peserta didik mempunyai kemampuan untuk melakukan


perubahan secara signifikan dalam kehidupannya walaupun bersifat evolusionis,
karena lingkungan hidup peserta didik merupakan suatu dunia yang terus berproses
(becoming) secara evolusionis pula. Pengetahuan peserta didik adalah kumpulan
kesan-kesan dan informasi yang terhimpun dalam pengalaman empirik yang partikular
seharusnya siap untuk digunakan. Kesan-kesan dari luar itu diterima oleh Indera, di
mana Indera jasmani merupakan satu kesatuan dengan rohani. Oleh karena itu jasmani
dan rohani perlu mendapatkan kebebasan dalam menerima kesan-kesan dan
5
Muhammad Shaleh Assingkily et al., Desain Pembelajaran Tematik Integratif Jenjang MI/SD (Dari
Konversional Menuju Kontekstual Yang Fungsional) (Yogyakarta: K-Media, 2019).
6
lingkungannya dan dalam memanifestasikan kehendak dan tingkah lakunya. Dengan
demikian pendidikan yang diperlukan bagi peserta didik adalah pendidikan yang
menyeluruh dan menyentuh aspek jasmani dan rohani Dengan memberikan tempat
yang wajar pada peserta didik.

2. Landasan Psikologis
Secara teoritik maupun praktik pembelajaran tematik berlandaskan pada
Psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan
terutama dalam menentukan isi / materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada
peserta didik agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap
perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal
Bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada peserta didik
dan bagaimana pula peserta didik harus mempelajarinya.

Pembelajaran tematik dilakukan pada kelas awal ketika usia peserta didik
mencapai usia sekitar 6 sampai 9 tahun. Peserta didik dalam rentang usia demikian
biasanya secara fisik berkembang sedemikian rupa dan sudah dianggap matang untuk
belajar di sekolah formal. Ia dapat melakukan sesuatu secara mandiri, seperti makan,
minum, mandi dan berpakaian. Secara psikis mereka telah dianggap matang dalam
membedakan satu benda dengan lainnya dan kemampuan bahasa sudah cukup untuk
menerjemahkan isi pikirannya. Sedangkan secara emosional peserta didik telah dapat
mengontrol emosinya. Untuk perkembangan kecerdasannya ditunjukkan dengan
kemampuan mengelompokkan objek, berminat terhadap angka dan tulisan,
meningkatnya perbendaharaan kata, dan senang berbicara.

Teori perkembangan mental Piaget yang juga disebut teori perkembangan


intelektual atau teori perkembangan kognitif bahwa setiap tahap perkembangan
intelektual dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu
pengetahuan. Pada anak kecil perkembangan berpikirnya ditandai dengan gerakan-
gerakannya, kemudian berpikir melalui benda konkrit sampai berpikir secara abstrak.
Kemampuan berpikir semacam ini tidak sama persis antara satu anak dengan anak
lainnya, tetapi tergantung dan sesuai dengan irama perkembangan anak. Ketika anak
berpikir secara konkrit maka yang terjadi pada pengetahuannya adalah bahwa
pengetahuannya itu dibangun melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah
penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, Akomodasi adalah menyusun
kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut
7
mempunyai tempat. Atau cocok dengan rangsangan baru atau memodifikasi skema
yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.

Pengetahuan anak menurut Piaget, tidak diperoleh secara pasif melainkan


melalui tindakan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka
aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian tahap
perkembangan kognitif anak dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman pada
tahap tertentu terjadi dengan cara berbeda-beda berdasarkan kematangan
intelektualnya.

Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang
dikembangkan dari teori belajar kognitif. Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan
dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai
dengan skemata yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk
mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait Bagaimana jaring laba-laba
dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis.

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang
berlangsung secara interaktif antara faktor internal pada diri pelajar dengan faktor
eksternal atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku. Tetapi secara
gradual Setiap anak mengalami proses perkembangan yang sama, dalam arti bahwa
perkembangan intelektual anak mengalami alur dan urut-urutan yang sama. Setiap
tahap perkembangan itu didefinisikan oleh Piaget dengan klaster pengurutan,
penggagalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis, dan penarikan kesimpulan. Hal
demikian menunjukkan adanya operasi mental yang ditandai dengan adanya perilaku
intelektual.

Dari sisi psikologis belajar bahwa peserta didik:


a. Memiliki kognitif, tidak diperoleh secara pasif, tetapi peserta didik
secara aktif mengkonstruksi struktur kognitifnya.
b. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan
peserta didik
c. Pengetahuan sesuatu dikonstruksi secara personal.
d. Pembelajaran perlu melibatkan pengaturan situasi kelas.
e. Kurikulum adalah seperangkat pembelajaran, materi dan sumber.

8
Untuk maksud tersebut maka pembelajaran tematik terdorong untuk
mendapatkan pengetahuan langsung dari pengalaman yang hanya bisa diperoleh dari
lingkungan peserta didik. Dalam interaksi peserta didik dengan lingkungan ini
( lingkungan sosial maupun material), peserta didik sangat mungkin memperoleh
penemuan.

Arti penting interaksi peserta didik dengan lingkungannya sebagaimana tersebut


diatas adalah bahwa pengetahuan peserta didik tidak semata dapat ditransfer dari
pengetahuan orang lain melainkan juga melalui pengalaman langsung yang hanya bisa
didapat dari lingkungannya. Untuk itu peserta didik harus aktif secara mental
membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang
dimilikinya. Fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui
pengalaman nyata yang dimiliki anak. Peserta didik tidak diharapkan sebagai bank
yang siap menerima setoran dari berbagai pihak, sehingga perlu ditekankan pada
peserta didik:

a. Peran aktif peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna.


b. Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara
bermakna.
c. Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.

Kalimat diatas menekankan Bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara


aktif dalam proses pengaitan sejumlah Gagasan dan pengkonstruksian ilmu
pengetahuan melalui lingkungan. Bahkan peserta didik akan lebih mudah mempelajari
sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui.

Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar yang mendorong tercapainya


pembelajaran tematik dari sisi psikologis belajar, maka ada baiknya mengambil saran
dari tytler, bahwa rancangan pembelajaran sebagai berikut:

b. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan gagasannya


dengan bahasa sendiri.
c. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir tentang pengalamannya
sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
d. Memberi kesempatan peserta didik untuk mencoba gagasan baru.

9
e. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki
peserta didik.
f. Mendorong peserta didik untuk memikirkan perubahan gagasan mereka
g. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Berdasarkan tiga teori pendekatan terkait perkembangan individu, yakni


pendekatan penahapan (stage approach), pendekatan diferensial (differential
approach), dan pendekatan ipsatif (ipsative approach). Adapun pendekatan panahapan
memaknai bahwa setiap individu melalui tahapan perkembangan pada setiap
pertambahan bilangan usia, dan setiap tahapan perkembangan tersebut memiliki
karakteristik tertentu yang berbeda dengan tahap lainnya. Di sisi lain, pendekatan
diferensial memandang bahwa individu memiliki persamaan dan perbedaan yang
menjadikan kesemuanya memiliki keunikan tertentu. Sedangkan pendekatan ipsatif
adalah suatu pendekatan yang berupaya melihat individu berdasarkan karakteristiknya.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat dipahami bahwa secara psychologist,


pembelajaran tematik berkaitan erat dengan perkembangan peserta didik dan psikologi
belajar. Adapun Psikologi perkembangan peserta didik memiliki kegunaan dalam
menentukan luas dalamnya materi yang diberikan kepada anak, sedangkan psikologi
belajar lebih kepada penekanan cara mengajarkan materi tematik terhadap anak didik.
Sehingga Selaras antara pembelajaran yang diberikan dengan tingkat perkembangan
anak didik6.

Beberapa pandangan sebagaimana disebutkan di atas, memberikan arah bahwa


pembelajaran lebih memfokuskan pada kesuksesan peserta didik dalam
mengorganisasikan pengalaman mereka, bukan sekedar refleksi atas berbagai
informasi dan gejala yang diamati. Peserta didik lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui asimilasi dan akomodasi7.

3. Landasan Yuridis
Dalam implementasi pembelajaran tematik diperlukan payung hukum sebagai
landasan yuridisnya. Payung hukum yuridis adalah sebagai legalitas penyelenggaraan
pembelajaran tematik, dalam arti bahwa pembelajaran tematik dianggap sah Dimana
telah mendapatkan legalitas formal. Dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan
berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik
6
Assingkily et al.
7
Ani Kadarwati and Vivi Rulviana, Pembelajaran Terpadu (Magetan: CV. AE MEDIA GRAFIKA, 2020).
10
di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah undang-undang 1945, undang-
undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak; dan undang-undang nomor
20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

Ad. 1 undang-undang dasar Republik Indonesia tahun 1945, pasal 31


menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak.

Ad. 2 undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. Pasal 9


menyatakan bahwa Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakatnya.

Ad. 3 undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.


Bab 5 pasal 1 B menyatakan bahwa setiap peserta didik Pada setiap satuan pendidikan
berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan Bakat, minat dan
kemampuannya.

Selain landasan Sebagaimana telah dikemukakan, pembelajaran tematik juga


dikembangkan dengan landasan pemikiran progresivisme, konstruktivisme,
Developmentally Aproiate Practice (DAP), landasan Normatif dan landasan Praktis.
Aliran progresivisme menyatakan bahwa pembelajaran seharusnya berlangsung secara
alami, tidak artificial. Pembelajaran di sekolah tidak seperti keadaan dalam dunia
nyata sehingga tidak memberikan makna kepada kebanyakan peserta didik.

Pembelajaran tematik juga dikembangkan menurut paham konstruktivisme yang


menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman
merupakan kunci utama dari belajar bermakna. Belajar bermakna tidak akan terwujud
hanya dengan mendengarkan ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang
lain. Mengalami sendiri merupakan kunci untuk kebermaknaan.

Prinsip utama yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik adalah


Developmentally Appropriate Practice (DAP). Dalam DAP ini dinyatakan bahwa
pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan usia dan individu yang
meliputi perkembangan kognisi, emosi, minat dan bakat peserta didik. Misalnya untuk
peserta didik kelas III SMA/MA, yang berusia rata-rata 11 sampai 18 tahun (tahap
operasi formal) sesuai perkembangan kognitif Piaget, telah memiliki kemampuan

11
pemikiran abstrak sehingga dapat dirancang pembelajaran yang memberikan peserta
didik pemecahan masalah melalui kegiatan eksperimentasi.

Pembelajaran tematik juga dilandasi oleh landasan normatif dan landasan


praktis. Landasan normatif menghendaki bahwa pembelajaran tematik hendaknya
dilaksanakan berdasarkan gambaran ideal yang ingin dicapai oleh tujuan-tujuan
pembelajaran. Sedangkan landasan praktis, mengharapkan bahwa pembelajaran
terpadu dilaksanakan dengan memperhatikan situasi dan kondisi praktis yang
berpengaruh terhadap terhadap kemungkinan pelaksanaannya mencapai hasil yang
optimal8.

8
Ibadullah Malawi and Ani Kadarwati, Pembelajaran Tematik (Konsep Dan Aplikasi) (Magetan: CV. AE
MEDIA GRAFIKA, 2017).
12
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa.

Secara filosofis pembelajaran tematik sangat memperhatikan kebutuhan siswa,


Berdasarkan pengalaman siswa, kreativitas yang dapat dikembangkan pada usia dasar,
serta potensi dan motivasi yang berbeda ada di siswa dipandang secara holistik
sehingga membangun keunikan dan kekhasan dari masing-masing siswa usia dasar.

Secara psychologist, pembelajaran tematik berkaitan erat dengan perkembangan


peserta didik dan psikologi belajar. Adapun Psikologi perkembangan peserta didik
memiliki kegunaan dalam menentukan luas dalamnya materi yang diberikan kepada
anak, sedangkan psikologi belajar lebih kepada penekanan cara mengajarkan materi
tematik terhadap anak didik. Sehingga Selaras antara pembelajaran yang diberikan
dengan tingkat perkembangan anak didik

Payung hukum yuridis adalah sebagai legalitas penyelenggaraan pembelajaran


tematik, dalam arti bahwa pembelajaran tematik dianggap sah Dimana telah
mendapatkan legalitas formal. Dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai
kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di
sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah undang-undang 1945, undang-undang
nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak; dan undang-undang nomor 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional.

b. Saran
Diharapkan kepada semua pihak pembaca agar dapat mengoreksi isi makalah apabila
terjadi kesalahan, karena penyusun yakin bahwa masih banyak kekurangan terutama
dari sisi referensi, maka dari itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
kami harapkan.

13
14
DAFTAR PUSTAKA
Assingkily, Muhammad Shaleh, M. Rofi Fauzi, Mikyal Hardiyati, and Salmadina Saktiani.
Desain Pembelajaran Tematik Integratif Jenjang MI/SD (Dari Konversional Menuju
Kontekstual Yang Fungsional). Yogyakarta: K-Media, 2019.

Kadarwati, Ani, and Vivi Rulviana. Pembelajaran Terpadu. Magetan: CV. AE MEDIA
GRAFIKA, 2020.

Malawi, Ibadullah, and Ani Kadarwati. Pembelajaran Tematik (Konsep Dan Aplikasi).
Magetan: CV. AE MEDIA GRAFIKA, 2017.

Muklis, Mohamad. “Pembelajaran Tematik.” FENOMENA 1, no. 1 (2012): 66.

Syakur, H.M. Pembelajaran Tematik Untuk Kelas Rendah. Pesona Bahasa, n.d.

Widyaningrum, Retno. “Model Pembelajaran Tematik Di MI/SD.” Cendekia 1, no. 1 (2012):


15–16.

15

Anda mungkin juga menyukai